PETUNJUK TEKNIS
VERIFIKASI DATA LAHAN SAWAH
DENGAN DATA PERTANAHAN DAN TATA RUANG
DALAM RANGKA PENETAPAN
PETA LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan kuasa-Nya
telah memperkenankan kami untuk dapat menyelesaikan Petunjuk Teknis
tentang Verifikasi Data Lahan Sawah dengan Data Pertanahan dan Tata
Ruang dalam rangka Penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi. Dengan
diterbitkannya Petunjuk Teknis ini, diharapkan pelaksanaan verifikasi data
lahan sawah dengan data pertanahan dan tata ruang dalam rangka
penetapan peta lahan sawah yang dilindungi dapat berjalan dengan efektif
dan optimal.
Petunjuk Teknis ini menjelaskan mengenai tata cara pelaksanaan
verifikasi data lahan sawah dengan data pertanahan dan tata ruang dalam
rangka penetapan peta lahan sawah yang dilindungi yang meliputi beberapa
kegiatan utama, yaitu: identifikasi, analisis hasil identifikasi, dan klarifikasi.
Demikian Petunjuk Teknis ini disusun untuk menjadi acuan atau
pedoman bagi pelaksanaan verifikasi data lahan sawah dengan data
pertanahan dan tata ruang dalam rangka penetapan peta lahan sawah yang
dilindungi.
ttd.
2
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………. 4
A. Umum………………………………………………………………………………… 4
B. Dasar Hukum………………………………………………………………………. 5
C. Maksud dan Tujuan………………………………………………………………. 7
D. Ruang Lingkup…………………………………………………………………….. 7
E. Ketentuan Umum…………………………………………………………………. 7
BAB II TATA CARA PELAKSANAAN VERIFIKASI DATA LAHAN SAWAH DENGAN
DATA PERTANAHAN DAN TATA RUANG DALAM RANGKA PENETAPAN
PETA LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI…………………………………………. 11
A. Tahap Persiapan……………………………………………………………………. 11
B. Tahap Identifikasi………………………………………………………………….. 12
C. Tahap Analisis Hasil Identifikasi…………………….…………………………. 16
D. Tahap Klarifikasi…………………………………………………………............. 17
BAB III KETENTUAN PERALIHAN……………………………………………………………… 20
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………………….. 21
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………… 22
A. Format Keputusan Pembentukan Tim Verifikasi………………………………………….. 22
B. Sistematika Laporan Analisis Hasil Identifikasi…………………………………………… 25
C. Sistematika Laporan Hasil Verifikasi………………………………………………………… 26
D. Format Berita Acara Hasil Verifikasi dan Klarifikasi……………………………………… 27
E. Format Peta LSD Indikatif Hasil Verifikasi…………………………………………………. 31
F. Format Berita Acara Kesepakatan Perubahan Luas dan Sebaran LSD
Indikatif……………………………………………………………………………………………. 32
G. Format Surat Pernyataan Kesanggupan dari Kepala Daerah untuk Mewujudkan
Rencana Pengembangan Wilayah yang Diprioritaskan Perwujudan atau
Pembangunannya dalam Jangka Waktu Paling Lama 3 (Tiga)
Tahun……………………………………………………………………………………………….. 35
H. Contoh Bukti Komitmen Investasi……………………………………………………………. 37
3
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Alih fungsi lahan sawah merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan berkurangnya ketersediaan padi nasional yang
mengancam ketahanan pangan nasional. Berdasarkan data yang ada,
alih fungsi lahan sawah mencapai 100.000-150.000 hektar per tahun
dan tidak sebanding dengan cetak sawah baru yang hanya 60.000
hektar per tahun. Dampak alih fungsi lahan sawah menyangkut
berbagai dimensi kepentingan yang luas, yaitu:
1. mengancam keberlanjutan swasembada pangan;
2. mengurangi penyerapan tenaga kerja;
3. pemubaziran investasi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah;
4. menurunkan kualitas lingkungan hidup; dan
5. mengganggu kemapanan struktur sosial masyarakat.
Dalam rangka menanggulangi tingginya alih fungsi lahan sawah,
Pemerintah Pusat melakukan terobosan dengan menerbitkan Peraturan
Presiden Nomor 59 Tahun 2019 tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah (Perpres No. 59/2019). Adapun tujuan dari disusunnya Perpres
No. 59/2019, antara lain:
1. mempercepat penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi dalam
rangka memenuhi dan menjaga ketersediaan lahan sawah untuk
mendukung kebutuhan pangan nasional;
2. mengendalikan alih fungsi lahan sawah yang semakin pesat;
3. memberdayakan petani agar tidak mengalihfungsikan lahan sawah;
dan
4. menyediakan data dan informasi lahan sawah untuk bahan
penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 12 Perpres No. 59/2019, Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional diberikan
kewenangan untuk mengatur lebih lanjut ketentuan mengenai tata cara
4
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
verifikasi data lahan sawah dengan data pertanahan dan tata ruang.
Dalam rangka menindaklanjuti amanat Pasal 12 Perpres No. 59/2019
tersebut, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional telah menerbitkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2020
tentang Tata Cara Pelaksanaan Verifikasi Data Lahan Sawah terhadap
Data Pertanahan dan Tata Ruang, Penetapan Peta Lahan Sawah yang
Dilindungi, dan Pemberian Rekomendasi Perubahan Penggunaan Tanah
pada Lahan Sawah yang Dilindungi (Permen ATR No. 12/2020).
Guna melengkapi pengaturan terkait tata cara pelaksanaan
verifikasi data lahan sawah dengan data pertanahan dan tata ruang
yang telah termuat dalam Permen ATR No. 12/2020, dipandang perlu
untuk menyusun Petunjuk Teknis tentang Verifikasi Data Lahan Sawah
dengan Data Pertanahan dan Tata Ruang dalam rangka Penetapan Peta
Lahan Sawah yang Dilindungi.
B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6631);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6633);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2021 tentang Kemudahan
Proyek Strategis Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6654);
4. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2019 tentang Pengendalian
Alih Fungsi Lahan Sawah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 163);
5
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
6
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi tata cara pelaksanaan
verifikasi data lahan sawah dengan data pertanahan dan tata ruang
dalam rangka penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi yang
meliputi kegiatan identifikasi, analisis hasil identifikasi, dan klarifikasi.
E. Ketentuan Umum
1. Lahan Sawah adalah areal tanah pertanian basah dan/atau kering
yang digenangi air secara periodik dan/atau terus menerus
ditanami padi dan/atau diselingi dengan tanaman semusim
lainnya.
2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Verifikasi data Lahan Sawah dengan data pertanahan dan Tata
Ruang yang selanjutnya disebut Verifikasi adalah kegiatan
pemeriksaan data fisik dan data yuridis pertanahan dan Tata Ruang
pada Lahan Sawah.
4. Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah hasil
perencanaan Tata Ruang.
7
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
8
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
9
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
19. Peta Lahan Sawah yang Dilindungi yang selanjutnya disebut Peta
LSD adalah peta yang memuat data Lahan Sawah yang
dipertahankan fungsinya dalam rangka ketahanan pangan
nasional.
20. Direktorat Jenderal adalah direktorat jenderal yang mempunyai
tugas dan fungsi di bidang pengendalian dan penertiban tanah dan
ruang.
21. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang mempunyai tugas
dan fungsi di bidang pengendalian dan penertiban tanah dan ruang.
22. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya
disebut Kantor Wilayah adalah instansi vertikal Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di provinsi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional.
23. Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di kabupaten/kota
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui
kepala Kantor Wilayah.
10
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
BAB II
TATA CARA PELAKSANAAN VERIFIKASI DATA LAHAN SAWAH
DENGAN DATA PERTANAHAN DAN TATA RUANG
DALAM RANGKA PENETAPAN PETA
LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI
11
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
B. Tahap Identifikasi
1. Identifikasi merupakan kegiatan untuk menentukan faktor-faktor
yang dipertimbangkan sebagai pengurang dan/atau penambah
terhadap luasan LBS.
2. Identifikasi dilakukan terhadap:
a. KKPR, Izin, Konsesi, PTP, Penetapan Lokasi, dan/atau Hak
Atas Tanah di atas LBS;
b. alih fungsi LBS; dan
c. kawasan/zona tanaman pangan dalam RTR.
3. Faktor pengurang luasan LBS, antara lain:
a. PTP yang telah diterbitkan;
b. Hak Atas Tanah nonpertanian yang telah diterbitkan;
c. dasar penguasaan atas tanah yang telah diterbitkan;
d. KKPR yang telah diterbitkan;
e. Izin atau Konsesi yang telah diterbitkan;
f. bangunan dan/atau urukan yang telah ada;
12
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
13
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
14
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
15
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
16
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
D. Tahap Klarifikasi
1. Klarifikasi dilakukan terhadap analisis hasil identifikasi.
2. Klarifikasi bertujuan untuk menggali informasi dan masukan
terkait LSD indikatif kepada pemangku kepentingan baik di pusat
maupun di daerah.
3. Klarifikasi dilaksanakan melalui Focus Group Discussion (FGD).
4. Klarifikasi dilakukan terhadap:
a. PTP yang telah diterbitkan di atas LSD indikatif;
b. Hak Atas Tanah nonpertanian yang telah diterbitkan di atas
LSD indikatif;
c. dasar penguasaan atas tanah yang telah diterbitkan di atas
LSD indikatif;
d. KKPR yang telah diterbitkan di atas LSD indikatif;
e. Izin dan/atau Konsesi yang telah diterbitkan di atas LSD
indikatif;
f. peruntukan RTR pada LSD indikatif;
g. Penetapan Lokasi/izin lokasi yang masih berlaku/KKPR PSN di
atas LSD indikatif;
h. rencana pembangunan Jaringan Infrastruktur di atas LSD
indikatif;
i. Kawasan Industri yang diprakarsai dan/atau dikuasai oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha milik
negara, atau badan usaha milik daerah yang Izinnya telah
diterbitkan di atas LSD indikatif;
j. penetapan wilayah relokasi akibat bencana alam di atas LSD
indikatif;
k. penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan/lahan
pertanian pangan berkelanjutan/lahan cadangan pertanian
pangan berkelanjutan;
l. daerah irigasi kewenangan pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota;
m. produktivitas LSD indikatif;
n. cetak sawah baru;
17
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
18
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
19
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
BAB III
KETENTUAN PERALIHAN
20
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
BAB IV
PENUTUP
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 September 2022
ttd.
21
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
LAMPIRAN
22
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
23
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Ditetapkan di…..
pada tanggal…..
DIREKTUR JENDERAL…..),
NAMA LENGKAP
NIP…..
Tembusan:
1. …..;
2. …..;
3. …..’
4. dst….. (diisi sesuai dengan kebutuhan).
Keterangan:
*) Hapus yang tidak perlu
Catatan:
Substansi keputusan dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan.
24
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud dan Tujuan
3. Dasar Hukum
BAB II : PENGUMPULAN DATA
(Menjelaskan mengenai proses dan hasil pengumpulan
data)
BAB V : PENUTUP
(Memuat kesimpulan dan rekomendasi)
Keterangan:
*) Apabila dilaksanakan
25
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud dan Tujuan
3. Dasar Hukum
BAB II : IDENTIFIKASI
(Menjelaskan mengenai proses dan hasil identifikasi
yang telah dilakukan)
BAB IV : KLARIFIKASI
(Menjelaskan mengenai proses dan hasil klarifikasi
dengan pemangku kepentingan)
BAB V : PENUTUP
(Memuat kesimpulan dan rekomendasi)
Keterangan:
*) Hapus yang tidak perlu
26
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
BERITA ACARA
HASIL VERIFIKASI DAN KLARIFIKASI
DALAM RANGKA PENETAPAN PETA LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI
DI PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) …..
Pada hari ini, ….. tanggal ….. (.….) bulan ….. tahun …., telah dilaksanakan
pembahasan hasil verifikasi dan klarifikasi dalam rangka penetapan Peta Lahan
Sawah yang Dilindungi di Provinsi/Kabupaten/Kota*) ….. dengan hasil sebagai
berikut:
A. Deskripsi Objek
1. Kabupaten : …
2. Provinsi : …
3. Luas LBS berdasarkan Kepmen ATR/Ka. BPN No. 686/SK- : … ha
PG.03.03/XII/2019 tanggal 17 Desember 2019
Luas LBS terkoreksi berdasarkan Surat Kementerian : … ha
Koordinator Bidang Perekonomian Nomor ….. tanggal ….
Terdapat Koreksi LBS terhadap nonsawah (batas : … ha
administrasi, punggung bukit, semak, vegetasi pohon, dll) **)
4. Luas Kawasan Tanaman Pangan/Subzona Tanaman Pangan : … ha
dalam Peraturan Daerah tentang RTRW …../Peraturan
Daerah/Peraturan Bupati/Peraturan Wali Kota tentang RDTR
…../Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW
Kabupaten/Kota ….. Tahun …../Rancangan Peraturan
Bupati/Wali Kota tentang RDTR …..*)
5. Luas LSD indikatif sesuai dengan Kawasan Tanaman : … ha
Pangan/Subzona Tanaman Pangan
a. PSN (sebagai Faktor Pengurang) … ha
b. Peraturan Daerah Nomor….. Tahun ….. tentang RTRW ... ha
…../Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW …..*)
c. Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/Peraturan Wali … ha
Kota Nomor ….. Tahun ..… tentang RDTR …/Rancangan
Peraturan Bupati/Rancangan Peraturan Wali Kota
tentang RDTR …..*)
6. Luas LSD indikatif tidak sesuai dengan Kawasan Tanaman : … ha
Pangan/Subzona Tanaman Pangan
a. PSN (sebagai Faktor Pengurang) … ha
b. Peraturan Daerah Nomor….. Tahun ….. tentang RTRW … ha
…../Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW …..*)
c. Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/Peraturan Wali … ha
Kota Nomor ….. Tahun ..… tentang RDTR …/Rancangan
Peraturan Bupati/Rancangan Peraturan Wali Kota
tentang RDTR …..*)
27
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
B. Verifikasi Objek
Berdasarkan hasil verifikasi melalui pengolahan data tekstual dan data
spasial serta pemantauan lapangan, dihasilkan kesepakatan dengan rincian
sebagai berikut:
1. Terdapat LSD indikatif yang tetap dipertahankan sebagai Peta LSD
indikatif seluas ….. ha, dengan rincian sebagai berikut:
a. Terdapat LSD indikatif yang sesuai dengan Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan seluas ….. ha.
b. Terdapat LSD indikatif yang tidak sesuai dengan Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan yang sepakat untuk tetap
dipertahankan sebagai Peta LSD indikatif, dengan rincian sebagai
berikut:
- LSD indikatif pada Rencana Pola Ruang Kawasan Permukiman
seluas ….. ha;
- LSD indikatif pada Rencana Pola Ruang Kawasan Industri seluas …..
ha;
- LSD indikatif pada Rencana Pola Ruang Kawasan Hortikultura
seluas ….. ha;
- LSD indikatif pada Rencana Pola Ruang Badan Air seluas ….. ha;
- LSD indikatif pada Rencana Pola Ruang Kawasan Pariwisata seluas
….. ha.
(Diisi sesuai dengan kondisi masing-masing daerah)
2. Terdapat LSD indikatif yang sesuai dengan Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan yang diusulkan untuk tidak dapat
dipertahankan sebagai Peta LSD indikatif seluas ….. ha.
3. Terdapat LSD indikatif yang tidak sesuai dengan Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan seluas ….. ha. Terhadap LSD indikatif
tersebut, yang diusulkan untuk tidak dapat dipertahankan sebagai Peta
LSD indikatif seluas ….. ha, dengan rincian sebagai berikut:
a. LSD indikatif yang di atasnya telah terbit Hak Atas Tanah nonpertanian
seluas ….. ha;
b. LSD indikatif yang di atasnya telah terbit Pertimbangan Teknis
Pertanahan seluas ….. ha;
c. LSD indikatif yang di atasnya telah terbit dasar penguasaan atas tanah
seluas ….. ha;
d. LSD indikatif yang di atasnya telah terbit Izin/Konsesi/KKPR seluas …..
ha;
28
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
C. Kesepakatan
1. Bahwa berdasarkan poin B.1., maka Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota*) ….. bersepakat bahwa luas LSD indikatif yang
dipertahankan adalah seluas ….. ha.
2. Bahwa terhadap poin B.1.b terkait kawasan/subzona yang direncanakan
sebagai Kawasan/Subzona non Tanaman Pangan di dalam Peraturan
Daerah tentang RTRW …../Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/Peraturan
Wali Kota tentang RDTR …../Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW
Kabupaten/Kota ….. Tahun …../Rancangan Peraturan Bupati/Wali Kota
tentang RDTR …..*), bersepakat bahwa LSD indikatif tersebut
dipertahankan. LSD indikatif tersebut dapat diusulkan dikeluarkan dari
Peta LSD indikatif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. kepastian akan dibangun dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
tahun);
b. adanya alokasi anggaran yang jelas (APBN/APBD); dan
c. terdapat dokumen pendukung, antara lain: dokumen teknis
pembangunan, dokumen RKAPD, dokumen RKT, dan/atau proposal
investor.
3. Bahwa permasalahan-permasalahan yang belum disepakati akan dibahas
lebih lanjut dan diputuskan oleh Tim Terpadu Pengendalian Alih Fungsi
Lahan Sawah.**)
4. Bahwa Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota*) ….. berkomitmen untuk
menjaga lahan yang telah disepakati sebagai LSD indikatif agar tidak beralih
fungsi.
5. Bahwa Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota*) ..... berkomitmen
mengintegrasikan LSD indikatif yang telah disepakati ke dalam revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah atau Rencana Detail Tata Ruang sebagai
bagian dari kawasan pertanian tanaman pangan atau zona tanaman pangan.
29
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Nama Nama
NIP
Nama Nama
NIP NIP
Pihak … Pihak …
(Nama Jabatan) (Nama Jabatan)
Nama Nama
NIP NIP
Keterangan:
*) Hapus yang tidak perlu
**) Jika ada
Catatan:
1. Berita Acara dilampiri dengan peta dan dokumen pendukung, antara lain:
a. Peta LBS berdasarkan Kepmen ATR/Kepala BPN;
b. Peta LBS terkoreksi berdasarkan Surat Kemenko Perekonomian;
c. laporan analisis hasil identifikasi;
d. Peta LSD indikatif hasil verifikasi;
e. surat pernyataan kesanggupan dari kepala daerah untuk mewujudkan rencana
pengembangan wilayah yang diprioritaskan perwujudan atau pembangunannya
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun (jika dipersyaratkan);
f. bukti komitmen investasi (jika dipersyaratkan);
g. nama investor (jika dipersyaratkan); dan
h. dokumen pendukung lainnya.
2. Isi Berita Acara dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.
30
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Koreksi LBS
LSD Indikatif Tidak Dipertahankan
31
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Pada hari ini, ….. tanggal ….. (.….) bulan ….. tahun …., telah disepakati
perubahan terhadap luas dan sebaran LSD indikatif di
Provinsi/Kabupaten/Kota*) ….. sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Hasil
Verifikasi dan Klarifikasi dalam rangka Penetapan Peta Lahan Sawah yang
Dilindungi di Provinsi/Kabupaten/Kota*) ….. tanggal ….. sebagai berikut:
1. LSD indikatif yang disepakati untuk dipertahankan adalah seluas….. ha,
dengan rincian sebagai berikut:
Semula Menjadi
a. LSD indikatif sesuai dengan : …… ha …… ha
Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan
b. LSD indikatif tidak sesuai dengan
Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan,
dengan rincian sebagai berikut:
1) LSD indikatif pada Rencana Pola : …… ha …… ha
Ruang Kawasan Permukiman
2) LSD indikatif pada Rencana Pola : …… ha …… ha
Ruang Kawasan Industri
3) LSD indikatif pada Rencana Pola : …… ha …… ha
Ruang Kawasan Hortikultura
4) LSD indikatif pada Rencana Pola : …… ha …… ha
Ruang Badan Air
5) LSD indikatif pada Rencana Pola : …… ha …… ha
Ruang Kawasan Pariwisata
(Diisi sesuai dengan kondisi masing-masing daerah)
Semula Menjadi
a. LSD indikatif yang di atasnya telah : …… ha …… ha
terbit Hak Atas Tanah nonpertanian
b. LSD indikatif yang di atasnya telah : …… ha …… ha
terbit Pertimbangan Teknis
Pertanahan
c. LSD indikatif yang di atasnya telah : …… ha …… ha
terbit dasar penguasaan atas tanah
d. LSD indikatif yang di atasnya telah : …… ha …… ha
terbit Izin/Konsesi/KKPR
32
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Semula Menjadi
e. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
terdapat bangunan dan/atau
urukan
f. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
terdapat Penetapan Lokasi/izin
lokasi yang masih berlaku/KKPR
PSN
g. LSD indikatif yang luasannya ≤ : …… ha …… ha
5.000 m2 dan keberadaannya
terkurung bangunan pada 3 (tiga)
sisi
h. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
terdapat pembangunan jaringan
infrastruktur
i. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
terdapat Kawasan Industri yang
diprakarsai dan/atau dikuasai oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah yang
izinnya telah diterbitkan
j. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
terdapat penetapan wilayah relokasi
akibat bencana alam
k. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
tedapat rencana pengembangan
wilayah yang diprioritaskan
pembangunan atau perwujudannya
dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) tahun
(Diisi sesuai dengan kondisi masing-masing daerah)
33
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Nama Nama
NIP
Nama Nama
NIP NIP
Pihak… Pihak…
(Nama Jabatan) (Nama Jabatan)
Nama Nama
NIP NIP
Keterangan:
*) Hapus yang tidak perlu
**) Jika ada
Catatan:
Berita Acara dilampiri dengan peta dan dokumen pendukung, antara lain:
1. Peta LSD indikatif hasil perubahan;
2. rekapitulasi data perubahan luas dan sebaran LSD indikatif; dan
3. dokumen pendukung lainnya.
34
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
KOP BUPATI/WALIKOTA
SURAT PERNYATAAN
35
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Apabila saya tidak melaksanakan hal-hal yang telah saya nyatakan dalam Surat
Pernyataan ini, maka LSD indikatif yang termasuk dalam rencana pengembangan
wilayah yang diprioritaskan perwujudan atau pembangunannya sebagaimana
dimaksud di atas langsung ditetapkan menjadi LSD definitif.
(Nama Jelas)
Keterangan:
*) Hapus yang tidak perlu
Catatan:
Rincian rencana pengembangan wilayah yang diprioritaskan perwujudan atau
pembangunannya disesuaikan dengan kondisi di daerah.
36
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Menunjukkan
lokasi kegiatan dan
rencana
pembiayaan
pembangunan dari
pengusaha/investor
dan tahun
pelaksanaan
pembangunan
37