Anda di halaman 1dari 37

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/

Badan Pertanahan Nasional

PETUNJUK TEKNIS
VERIFIKASI DATA LAHAN SAWAH
DENGAN DATA PERTANAHAN DAN TATA RUANG
DALAM RANGKA PENETAPAN
PETA LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI

Nomor : 10/JUKNIS-700 PP.04.03/IX/2022


Tanggal : 30 September 2022

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL 1
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan kuasa-Nya
telah memperkenankan kami untuk dapat menyelesaikan Petunjuk Teknis
tentang Verifikasi Data Lahan Sawah dengan Data Pertanahan dan Tata
Ruang dalam rangka Penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi. Dengan
diterbitkannya Petunjuk Teknis ini, diharapkan pelaksanaan verifikasi data
lahan sawah dengan data pertanahan dan tata ruang dalam rangka
penetapan peta lahan sawah yang dilindungi dapat berjalan dengan efektif
dan optimal.
Petunjuk Teknis ini menjelaskan mengenai tata cara pelaksanaan
verifikasi data lahan sawah dengan data pertanahan dan tata ruang dalam
rangka penetapan peta lahan sawah yang dilindungi yang meliputi beberapa
kegiatan utama, yaitu: identifikasi, analisis hasil identifikasi, dan klarifikasi.
Demikian Petunjuk Teknis ini disusun untuk menjadi acuan atau
pedoman bagi pelaksanaan verifikasi data lahan sawah dengan data
pertanahan dan tata ruang dalam rangka penetapan peta lahan sawah yang
dilindungi.

Jakarta, 30 September 2022


a.n. MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAN PENERTIBAN
TANAH DAN RUANG,

ttd.

Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP.

2
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………. 4
A. Umum………………………………………………………………………………… 4
B. Dasar Hukum………………………………………………………………………. 5
C. Maksud dan Tujuan………………………………………………………………. 7
D. Ruang Lingkup…………………………………………………………………….. 7
E. Ketentuan Umum…………………………………………………………………. 7
BAB II TATA CARA PELAKSANAAN VERIFIKASI DATA LAHAN SAWAH DENGAN
DATA PERTANAHAN DAN TATA RUANG DALAM RANGKA PENETAPAN
PETA LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI…………………………………………. 11
A. Tahap Persiapan……………………………………………………………………. 11
B. Tahap Identifikasi………………………………………………………………….. 12
C. Tahap Analisis Hasil Identifikasi…………………….…………………………. 16
D. Tahap Klarifikasi…………………………………………………………............. 17
BAB III KETENTUAN PERALIHAN……………………………………………………………… 20
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………………….. 21
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………… 22
A. Format Keputusan Pembentukan Tim Verifikasi………………………………………….. 22
B. Sistematika Laporan Analisis Hasil Identifikasi…………………………………………… 25
C. Sistematika Laporan Hasil Verifikasi………………………………………………………… 26
D. Format Berita Acara Hasil Verifikasi dan Klarifikasi……………………………………… 27
E. Format Peta LSD Indikatif Hasil Verifikasi…………………………………………………. 31
F. Format Berita Acara Kesepakatan Perubahan Luas dan Sebaran LSD
Indikatif……………………………………………………………………………………………. 32
G. Format Surat Pernyataan Kesanggupan dari Kepala Daerah untuk Mewujudkan
Rencana Pengembangan Wilayah yang Diprioritaskan Perwujudan atau
Pembangunannya dalam Jangka Waktu Paling Lama 3 (Tiga)
Tahun……………………………………………………………………………………………….. 35
H. Contoh Bukti Komitmen Investasi……………………………………………………………. 37

3
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

BAB I
PENDAHULUAN

A. Umum
Alih fungsi lahan sawah merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan berkurangnya ketersediaan padi nasional yang
mengancam ketahanan pangan nasional. Berdasarkan data yang ada,
alih fungsi lahan sawah mencapai 100.000-150.000 hektar per tahun
dan tidak sebanding dengan cetak sawah baru yang hanya 60.000
hektar per tahun. Dampak alih fungsi lahan sawah menyangkut
berbagai dimensi kepentingan yang luas, yaitu:
1. mengancam keberlanjutan swasembada pangan;
2. mengurangi penyerapan tenaga kerja;
3. pemubaziran investasi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah;
4. menurunkan kualitas lingkungan hidup; dan
5. mengganggu kemapanan struktur sosial masyarakat.
Dalam rangka menanggulangi tingginya alih fungsi lahan sawah,
Pemerintah Pusat melakukan terobosan dengan menerbitkan Peraturan
Presiden Nomor 59 Tahun 2019 tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah (Perpres No. 59/2019). Adapun tujuan dari disusunnya Perpres
No. 59/2019, antara lain:
1. mempercepat penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi dalam
rangka memenuhi dan menjaga ketersediaan lahan sawah untuk
mendukung kebutuhan pangan nasional;
2. mengendalikan alih fungsi lahan sawah yang semakin pesat;
3. memberdayakan petani agar tidak mengalihfungsikan lahan sawah;
dan
4. menyediakan data dan informasi lahan sawah untuk bahan
penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 12 Perpres No. 59/2019, Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional diberikan
kewenangan untuk mengatur lebih lanjut ketentuan mengenai tata cara

4
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

verifikasi data lahan sawah dengan data pertanahan dan tata ruang.
Dalam rangka menindaklanjuti amanat Pasal 12 Perpres No. 59/2019
tersebut, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional telah menerbitkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2020
tentang Tata Cara Pelaksanaan Verifikasi Data Lahan Sawah terhadap
Data Pertanahan dan Tata Ruang, Penetapan Peta Lahan Sawah yang
Dilindungi, dan Pemberian Rekomendasi Perubahan Penggunaan Tanah
pada Lahan Sawah yang Dilindungi (Permen ATR No. 12/2020).
Guna melengkapi pengaturan terkait tata cara pelaksanaan
verifikasi data lahan sawah dengan data pertanahan dan tata ruang
yang telah termuat dalam Permen ATR No. 12/2020, dipandang perlu
untuk menyusun Petunjuk Teknis tentang Verifikasi Data Lahan Sawah
dengan Data Pertanahan dan Tata Ruang dalam rangka Penetapan Peta
Lahan Sawah yang Dilindungi.

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6631);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6633);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2021 tentang Kemudahan
Proyek Strategis Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6654);
4. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2019 tentang Pengendalian
Alih Fungsi Lahan Sawah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 163);

5
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian


Agraria dan Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 83);
6. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 84);
7. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2020 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Verifikasi Data Lahan Sawah terhadap Data
Pertanahan dan Tata Ruang, Penetapan Peta Lahan Sawah yang
Dilindungi, dan Pemberian Rekomendasi Perubahan Penggunaan
Tanah pada Lahan Sawah yang Dilindungi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 979);
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
985);
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
986); dan
10. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 18
Tahun 2020 tentang Tata Kerja Tim Terpadu Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Sawah dan Tim Pelaksana Pengendalian Alih Fungsi
Lahan Sawah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
1380).

6
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

C. Maksud dan Tujuan


Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai pedoman atau acuan
dalam pelaksanaan verifikasi data lahan sawah dengan data pertanahan
dan tata ruang dalam rangka penetapan Peta Lahan Sawah yang
Dilindungi.
Tujuan disusunnya Petunjuk Teknis ini adalah agar terdapat
standardisasi dan keseragaman dalam pelaksanaan verifikasi data
lahan sawah dengan data pertanahan dan tata ruang dalam rangka
penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi tata cara pelaksanaan
verifikasi data lahan sawah dengan data pertanahan dan tata ruang
dalam rangka penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi yang
meliputi kegiatan identifikasi, analisis hasil identifikasi, dan klarifikasi.

E. Ketentuan Umum
1. Lahan Sawah adalah areal tanah pertanian basah dan/atau kering
yang digenangi air secara periodik dan/atau terus menerus
ditanami padi dan/atau diselingi dengan tanaman semusim
lainnya.
2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Verifikasi data Lahan Sawah dengan data pertanahan dan Tata
Ruang yang selanjutnya disebut Verifikasi adalah kegiatan
pemeriksaan data fisik dan data yuridis pertanahan dan Tata Ruang
pada Lahan Sawah.
4. Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah hasil
perencanaan Tata Ruang.

7
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

5. Pertimbangan Teknis Pertanahan yang selanjutnya disingkat PTP


adalah pertimbangan yang memuat hasil analisis teknis
penatagunaan tanah yang meliputi ketentuan dan syarat
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan/atau pemanfaatan tanah
dengan memperhatikan RTR, sifat dan jenis hak, kemampuan
tanah, ketersediaan tanah serta kondisi permasalahan pertanahan.
6. Hak Atas Tanah adalah hak yang diperoleh dari hubungan hukum
antara pemegang hak dengan tanah, termasuk ruang di atas tanah,
dan/atau ruang di bawah tanah untuk menguasai, memiliki,
menggunakan, dan memanfaatkan, serta memelihara tanah, ruang
di atas tanah, dan/atau ruang di bawah tanah.
7. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya
disingkat KKPR adalah kesesuaian antara rencana kegiatan
pemanfaatan ruang dengan RTR.
8. Izin adalah keputusan pejabat pemerintahan yang berwenang
sebagai wujud persetujuan atas permohonan instansi pemerintah,
badan usaha, atau masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
9. Konsesi adalah keputusan pejabat pemerintahan yang berwenang
sebagai wujud persetujuan dari kesepakatan badan dan/atau
pejabat pemerintahan dengan selain badan dan/atau pejabat
pemerintahan dalam pengelolaan fasilitas umum dan/atau sumber
daya alam dan pengelolaan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
10. Penetapan Lokasi adalah penetapan atas lokasi pembangunan
untuk kepentingan umum yang ditetapkan dengan keputusan
gubernur/bupati/wali kota yang dipergunakan sebagai izin untuk
pengadaan tanah, perubahan penggunaan tanah, dan peralihan
Hak Atas Tanah dalam pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.

8
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

11. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang


memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
12. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
13. Proyek Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat PSN adalah
proyek dan/atau program yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau badan usaha yang memiliki
sifat strategis untuk pertumbuhan dan pemerataan pembangunan
dalam rangka upaya penciptaan kerja dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
14. Jaringan Infrastruktur adalah jaringan prasarana dan sarana
untuk kepentingan umum antara lain berupa jalan, drainase, pipa
gas, dan gorong-gorong.
15. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan
industri.
16. Lahan Baku Sawah yang selanjutnya disingkat LBS adalah Lahan
Sawah yang ditetapkan oleh Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional.
17. Tim Terpadu Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah yang
selanjutnya disebut Tim Terpadu adalah tim lintas
kementerian/lembaga yang dibentuk dalam rangka pengendalian
alih fungsi Lahan Sawah.
18. Lahan Sawah yang Dilindungi yang selanjutnya disingkat LSD
adalah LBS yang ditetapkan oleh Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui sinkronisasi Tim
Terpadu.

9
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

19. Peta Lahan Sawah yang Dilindungi yang selanjutnya disebut Peta
LSD adalah peta yang memuat data Lahan Sawah yang
dipertahankan fungsinya dalam rangka ketahanan pangan
nasional.
20. Direktorat Jenderal adalah direktorat jenderal yang mempunyai
tugas dan fungsi di bidang pengendalian dan penertiban tanah dan
ruang.
21. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang mempunyai tugas
dan fungsi di bidang pengendalian dan penertiban tanah dan ruang.
22. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya
disebut Kantor Wilayah adalah instansi vertikal Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di provinsi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional.
23. Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di kabupaten/kota
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui
kepala Kantor Wilayah.

10
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

BAB II
TATA CARA PELAKSANAAN VERIFIKASI DATA LAHAN SAWAH
DENGAN DATA PERTANAHAN DAN TATA RUANG
DALAM RANGKA PENETAPAN PETA
LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI

Pelaksanaan Verifikasi meliputi beberapa tahapan, yaitu: persiapan,


identifikasi, analisis hasil identifikasi, dan klarifikasi. Verifikasi
dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal serta dapat melibatkan direktorat
jenderal lain di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah, dan Kantor Pertanahan.
A. Tahap Persiapan
1. Tahap persiapan terdiri atas:
a. pembentukan tim;
b. penyusunan rencana kerja; dan
c. pengumpulan data awal.
2. Pembentukan tim ditetapkan melalui keputusan Direktur Jenderal.
Format keputusan pembentukan tim tercantum dalam lampiran.
3. Penyusunan rencana kerja paling sedikit meliputi:
a. rencana pelaksanaan identifikasi;
b. rencana pelaksanaan analisis hasil identifikasi; dan
c. rencana pelaksanaan klarifikasi.
4. Pengumpulan data awal paling sedikit meliputi:
a. data LBS termutakhir;
b. data RTR; dan
c. data bidang tanah berdasarkan jenis Hak Atas Tanah dan
PTP.
5. Data LBS termutakhir didasarkan pada data LBS terkoreksi dari
kementerian yang membidangi koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian urusan pemerintahan di bidang perekonomian.

11
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

6. Data RTR dapat diperoleh dari Sistem Informasi Geospasial Tata


Ruang (GISTARU) atau pemerintah daerah. Data RTR tersebut
berupa data RTR yang telah ditetapkan dan/atau data RTR yang
masih dalam proses penyusunan/revisi.
7. Data bidang tanah berdasarkan jenis Hak Atas Tanah dan PTP
dapat diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata
Ruang dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Pusdatin)
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Data tersebut dalam format shapefile.
8. Dalam hal diperlukan, tahap persiapan dapat mencakup pula
pembagian klaster, yang paling sedikit mempertimbangkan:
a. jarak antarwilayah;
b. ada atau tidaknya peraturan daerah/peraturan kepala daerah
tentang rencana detail tata ruang; dan
c. lokasi pelaksanaan klarifikasi.

B. Tahap Identifikasi
1. Identifikasi merupakan kegiatan untuk menentukan faktor-faktor
yang dipertimbangkan sebagai pengurang dan/atau penambah
terhadap luasan LBS.
2. Identifikasi dilakukan terhadap:
a. KKPR, Izin, Konsesi, PTP, Penetapan Lokasi, dan/atau Hak
Atas Tanah di atas LBS;
b. alih fungsi LBS; dan
c. kawasan/zona tanaman pangan dalam RTR.
3. Faktor pengurang luasan LBS, antara lain:
a. PTP yang telah diterbitkan;
b. Hak Atas Tanah nonpertanian yang telah diterbitkan;
c. dasar penguasaan atas tanah yang telah diterbitkan;
d. KKPR yang telah diterbitkan;
e. Izin atau Konsesi yang telah diterbitkan;
f. bangunan dan/atau urukan yang telah ada;

12
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

g. luasan LBS ≤ 5.000 m2 dan keberadaannya terkurung


bangunan pada 3 (tiga) sisi;
h. Penetapan Lokasi/izin lokasi yang masih berlaku/KKPR PSN;
i. pembangunan Jaringan Infrastruktur;
j. Kawasan Industri yang diprakarsai dan/atau dikuasai oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha milik
negara, atau badan usaha milik daerah yang Izinnya telah
diterbitkan;
k. penetapan wilayah relokasi akibat bencana alam;
l. LBS secara fungsional tidak dapat lagi dipertahankan sebagai
LBS berdasarkan hasil kajian dari tim yang terdiri dari unsur
pemerintah dan akademisi;
m. rencana pengembangan wilayah yang diprioritaskan
pembangunan atau perwujudannya dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) tahun yang dilengkapi dengan surat pernyataan
dari kepala daerah; dan
n. kesalahan basis data peta LBS.
4. Faktor penambah luasan LBS, antara lain:
a. Lahan Sawah dengan produktivitas ≥ 3 (tiga) ton per hektar per
panen yang belum terdelineasi;
b. cetak sawah baru; dan
c. pembangunan jaringan/saluran irigasi baru.
5. Identifikasi dilakukan dengan menginventarisasi data berupa:
a. data Citra Tegak Satelit Resolusi Tinggi (CTSRT), Citra Satelit
Resolusi Tinggi (CSRT), dan/atau foto udara
provinsi/kabupaten/kota;
b. data spasial dan/atau tekstual LBS terkoreksi
provinsi/kabupaten/kota;
c. data spasial dan tekstual RTR;
d. data spasial dan/atau tekstual kawasan hutan;
e. data spasial dan/atau tekstual KKPR, Izin, dan/atau Konsesi
yang telah diterbitkan di atas LBS;

13
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

f. data spasial dan/atau tekstual PTP yang telah diterbitkan di


atas LBS;
g. data spasial dan/atau tekstual Hak Atas Tanah yang telah
diterbitkan di atas LBS;
h. data spasial dan/atau tekstual Penetapan Lokasi PSN;
i. data spasial dan/atau tekstual Jaringan Infrastruktur;
j. data spasial dan/atau tekstual daerah irigasi;
k. data spasial dan/atau tekstual saluran irigasi premium;
l. data spasial dan/atau tekstual saluran irigasi teknis;
m. data spasial dan/atau tekstual produktivitas Lahan Sawah;
n. data kondisi eksisting Lahan Sawah (dapat menggunakan
aplikasi Google Streetview dengan tahun data yang relevan);
o. data foto Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang
berkoordinat (jika ada); dan
p. data pendukung lainnya yang diperlukan.
6. Data pertanahan (PTP dan Hak Atas Tanah) dapat diperoleh melalui
aplikasi Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) atau melalui buku
register, yang memuat informasi berupa:
a. nama pemegang Hak Atas Tanah/Izin/KKPR;
b. jenis Hak Atas Tanah/Izin/KKPR;
c. tahun penerbitan Hak Atas Tanah/Izin/KKPR;
d. peruntukan tanah;
e. penggunaan saat ini (alih fungsi); dan
f. informasi lain yang terkait.
7. Data pendukung berupa gambar/foto dilengkapi dengan Geo
Tagging dan Time Stamp.
8. Dalam hal diperlukan, identifikasi dapat disertai dengan survei
lapangan.
9. Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui kebenaran data yang
telah dikumpulkan, kondisi fisik LBS aktual, dan pemanfaatan LBS
aktual yang dapat dipertimbangkan sebagai faktor pengurang
dan/atau faktor penambah luasan LBS.

14
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

10. Sebelum dilaksanakan survei lapangan, perlu disiapkan


perlengkapan paling sedikit berupa:
a. komputer/laptop yang memiliki software GIS;
b. alat ukur GPS Handheld;
c. Unmanned Aerial Vehicle (UAV)/Drone (apabila diperlukan)
dengan resolusi gambar yang jelas;
d. kamera dengan resolusi tinggi; dan
e. peta kerja dengan skala 1:5.000 (apabila skala 1:5.000 tidak
tersedia, dapat menggunakan skala 1:10.000).
11. Survei lapangan dilaksanakan dengan melakukan pemantauan
atau pemeriksaan lapangan (ground check survey). Dalam survei
lapangan, dapat dilakukan beberapa kegiatan, antara lain:
a. pengecekan lokasi dan luas LBS (terutama LBS yang tidak
sesuai dengan kawasan/zona tanaman pangan dalam RTR
dan/atau LBS yang terdapat perbedaan data dengan
pemerintah daerah);
b. pengecekan lokasi dan kondisi jaringan/saluran irigasi LBS;
c. pengecekan kondisi fisik LBS;
d. pengecekan lokasi PSN;
e. pengecekan lokasi Jaringan Infrastruktur;
f. pengecekan lokasi Lahan Sawah dengan produktivitas ≥ 3 (tiga)
ton per hektar per panen yang belum terdelineasi (jika ada);
dan/atau
g. pengecekan lokasi cetak sawah baru (jika ada).
12. Dalam pelaksanaan identifikasi, dapat berkoordinasi dengan Kantor
Pertanahan, Kantor Wilayah, dan instansi terkait.
13. Identifikasi menghasilkan keluaran berupa rekapitulasi data faktor
pengurang dan/atau faktor penambah luasan LBS.

15
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

C. Tahap Analisis Hasil Identifikasi


1. Analisis hasil identifikasi merupakan kegiatan pengolahan data
spasial dan data tekstual berdasarkan hasil identifikasi.
2. Analisis hasil identifikasi dilakukan dengan:
a. mengolah data spasial dan data tekstual yang telah
diinventarisasi untuk menentukan faktor pengurang dan/atau
faktor penambah luasan LBS;
b. melakukan penapisan melalui proses tumpang susun (overlay)
peta LBS terkoreksi dengan peta RTR (baik yang dalam proses
pembahasan lintas sektor, persetujuan substansi, maupun
yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah/peraturan
kepala daerah) untuk menghasilkan:
1) LSD indikatif yang sesuai dengan kawasan/zona tanaman
pangan dalam RTR; dan
2) LSD indikatif yang tidak sesuai dengan kawasan/zona
tanaman pangan dalam RTR;
c. terhadap LSD indikatif yang tidak sesuai dengan
kawasan/zona tanaman pangan dalam RTR, dilakukan analisis
dan penapisan lebih lanjut terhadap:
1) produktivitas Lahan Sawah;
2) faktor pengurang;
3) daerah/jaringan/saluran irigasi;
4) faktor penambah (jika ada); dan
5) dokumen pendukung.
3. Dokumen pendukung berupa gambar/foto dilengkapi dengan Geo
Tagging dan Time Stamp.
4. Analisis hasil identifikasi menghasilkan keluaran berupa:
a. Peta LSD indikatif dengan skala 1:5.000 (apabila penggunaan
skala 1:5.000 tidak dapat dilakukan, maka dapat
menggunakan skala 1:10.000); dan
b. laporan analisis hasil identifikasi.
Sistematika laporan analisis hasil identifikasi tercantum dalam
lampiran.

16
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

D. Tahap Klarifikasi
1. Klarifikasi dilakukan terhadap analisis hasil identifikasi.
2. Klarifikasi bertujuan untuk menggali informasi dan masukan
terkait LSD indikatif kepada pemangku kepentingan baik di pusat
maupun di daerah.
3. Klarifikasi dilaksanakan melalui Focus Group Discussion (FGD).
4. Klarifikasi dilakukan terhadap:
a. PTP yang telah diterbitkan di atas LSD indikatif;
b. Hak Atas Tanah nonpertanian yang telah diterbitkan di atas
LSD indikatif;
c. dasar penguasaan atas tanah yang telah diterbitkan di atas
LSD indikatif;
d. KKPR yang telah diterbitkan di atas LSD indikatif;
e. Izin dan/atau Konsesi yang telah diterbitkan di atas LSD
indikatif;
f. peruntukan RTR pada LSD indikatif;
g. Penetapan Lokasi/izin lokasi yang masih berlaku/KKPR PSN di
atas LSD indikatif;
h. rencana pembangunan Jaringan Infrastruktur di atas LSD
indikatif;
i. Kawasan Industri yang diprakarsai dan/atau dikuasai oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha milik
negara, atau badan usaha milik daerah yang Izinnya telah
diterbitkan di atas LSD indikatif;
j. penetapan wilayah relokasi akibat bencana alam di atas LSD
indikatif;
k. penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan/lahan
pertanian pangan berkelanjutan/lahan cadangan pertanian
pangan berkelanjutan;
l. daerah irigasi kewenangan pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota;
m. produktivitas LSD indikatif;
n. cetak sawah baru;

17
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

o. rencana pembangunan jaringan/saluran irigasi baru;


p. informasi kelompok petani dan subsidi pertanian;
q. kondisi pemanfaatan LSD indikatif saat ini; dan
r. data dan informasi lain sesuai dengan kebutuhan.
5. Hasil klarifikasi dituangkan dalam berita acara.
6. Setelah pelaksanaan klarifikasi, perubahan luas dan sebaran LSD
indikatif masih dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. dilakukan sebelum dilaksanakannya sinkronisasi hasil
Verifikasi oleh Tim Terpadu; dan
b. disepakati oleh tim Verifikasi dan Pemerintah Daerah
berdasarkan data pendukung yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Kesepakatan perubahan luas dan sebaran LSD indikatif
sebagaimana dimaksud di atas dituangkan dalam berita acara.
7. Hasil klarifikasi selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyusunan
laporan hasil Verifikasi.
8. Laporan hasil Verifikasi dilengkapi dengan lampiran berupa:
a. berita acara hasil Verifikasi dan klarifikasi;
b. Peta LSD indikatif hasil Verifikasi dengan skala 1:5.000
(apabila penggunaan skala 1:5.000 tidak dapat dilakukan,
maka dapat menggunakan skala 1:10.000);
c. berita acara kesepakatan perubahan luas dan sebaran LSD
indikatif (jika ada); dan
d. dokumen pendukung, dapat berupa:
1) surat pernyataan kesanggupan dari kepala daerah untuk
mewujudkan rencana pengembangan wilayah yang
diprioritaskan perwujudan atau pembangunannya dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun;
2) bukti komitmen investasi;
3) nama investor; dan
4) dokumen pendukung lainnya.

18
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Sistematika laporan hasil Verifikasi, format berita acara hasil


Verifikasi dan klarifikasi, format Peta LSD indikatif hasil Verifikasi,
format berita acara kesepakatan perubahan luas dan sebaran LSD
indikatif, format surat pernyataan kesanggupan dari kepala daerah
untuk mewujudkan rencana pengembangan wilayah yang
diprioritaskan perwujudan atau pembangunannya dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) tahun, dan contoh bukti komitmen
investasi tercantum dalam lampiran.
9. Dokumen pendukung berupa gambar/foto dilengkapi dengan Geo
Tagging dan Time Stamp.
10. Laporan hasil Verifikasi beserta lampirannya disampaikan kepada
Tim Terpadu untuk dilakukan sinkronisasi hasil verifikasi Lahan
Sawah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

19
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

BAB III
KETENTUAN PERALIHAN

Pada saat Petunjuk Teknis ini mulai berlaku:


a. berita acara hasil Verifikasi dan klarifikasi yang telah ditandatangani
sebelum berlakunya Petunjuk Teknis ini dinyatakan tetap berlaku;
b. proses Verifikasi yang telah menghasilkan kesepakatan dengan
Pemerintah Daerah sebelum berlakunya Petunjuk Teknis namun belum
dituangkan dalam berita acara hasil Verifikasi dan klarifikasi
ditindaklanjuti dengan penandatanganan berita acara hasil Verifikasi
dan klarifikasi dengan format yang disepakati oleh tim Verifikasi dan
Pemerintah Daerah; dan
c. proses Verifikasi yang belum menghasilkan kesepakatan dengan
Pemerintah Daerah ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan Petunjuk
Teknis ini.

20
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

BAB IV
PENUTUP

1. Demikian Petunjuk Teknis ini untuk menjadi pedoman bagi


pelaksanaan verifikasi data lahan sawah dengan data pertanahan dan
tata ruang dalam rangka penetapan peta lahan sawah yang dilindungi.
2. Petunjuk Teknis ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 September 2022

a.n. MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN DAN PENERTIBAN
TANAH DAN RUANG,

ttd.

Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP.

21
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

LAMPIRAN

A. FORMAT KEPUTUSAN PEMBENTUKAN TIM VERIFIKASI

KOP DIREKTORAT JENDERAL

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL …..


NOMOR …..
TENTANG
TIM VERIFIKASI
DATA LAHAN SAWAH DENGAN DATA PERTANAHAN
DAN TATA RUANG DALAM RANGKA PENETAPAN
PETA LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI

DIREKTUR JENDERAL …..,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan verifikasi data lahan


sawah dengan data pertanahan dan tata ruang
dalam rangka penetapan peta lahan sawah yang
dilindungi di Provinsi/Kabupaten/Kota*) ….., perlu
dibentuk tim;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Jenderal ….. tentang Tim
Verifikasi Data Lahan Sawah dengan Data
Pertanahan dan Tata Ruang dalam rangka
Penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi;
Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2019 tentang
Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 163;
2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 83);
3. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang
Badan Pertanahan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 84);

22
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

4. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala


Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2020
tentang Tata Cara Pelaksanaan Verifikasi Data
Lahan Sawah terhadap Data Pertanahan dan Tata
Ruang, Penetapan Peta Lahan Sawah yang
Dilindungi, dan Pemberian Rekomendasi Perubahan
Penggunaan Tanah pada Lahan Sawah yang
Dilindungi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 979);
5. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 985);
6. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 986);
7. Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor 18 Tahun 2020 tentang Tata
Kerja Tim Terpadu Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah dan Tim Pelaksana Pengendalian Alih Fungsi
Lahan Sawah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1380);
8. ………………………………………………………………………
(dapat ditambahkan dan disesuaikan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan);
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL ….. TENTANG TIM
VERIFIKASI DATA LAHAN SAWAH DENGAN DATA
PERTANAHAN DAN TATA RUANG DALAM RANGKA
PENETAPAN PETA LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI.
KESATU : Membentuk Tim Verifikasi Data Lahan Sawah dengan Data
Pertanahan dan Tata Ruang dalam rangka Penetapan Peta
Lahan Sawah yang Dilindungi, selanjutnya disebut Tim
Verifikasi, dengan susunan keanggotaan terdiri atas:
Pengarah : …..
Ketua : …..
Sekretaris : …..
Anggota : 1. …..
2. …..
3. …..
4. …..
5. Dst ….. (diisi sesuai dengan kebutuhan).

23
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

KEDUA : Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Diktum


KESATU bertugas melaksanakan verifikasi data lahan
sawah dengan data pertanahan dan tata ruang dalam
rangka penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi di
Provinsi/Kabupaten/Kota*) …..
KETIGA : Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal.
KEEMPAT : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Keputusan
ini dibebankan pada DIPA…..
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan,
apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan, akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di…..
pada tanggal…..
DIREKTUR JENDERAL…..),

(Tanda tangan dan cap jabatan)

NAMA LENGKAP
NIP…..

Tembusan:
1. …..;
2. …..;
3. …..’
4. dst….. (diisi sesuai dengan kebutuhan).

Keterangan:
*) Hapus yang tidak perlu

Catatan:
Substansi keputusan dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan.

24
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

B. SISTEMATIKA LAPORAN ANALISIS HASIL IDENTIFIKASI

LAPORAN ANALISIS HASIL IDENTIFIKASI

BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud dan Tujuan
3. Dasar Hukum
BAB II : PENGUMPULAN DATA
(Menjelaskan mengenai proses dan hasil pengumpulan
data)

BAB III : SURVEI LAPANGAN*)


(Menjelaskan mengenai proses dan hasil survei
lapangan)

BAB IV : ANALISIS HASIL IDENTIFIKASI


(Menjelaskan mengenai analisis hasil identifikasi yang
dilakukan melalui pengolahan data tekstual dan data
spasial. Selain itu, menjelaskan pula mengenai faktor
pengurang dan/atau faktor penambah dalam
menentukan LSD indikatif)

BAB V : PENUTUP
(Memuat kesimpulan dan rekomendasi)

Keterangan:
*) Apabila dilaksanakan

25
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

C. SISTEMATIKA LAPORAN HASIL VERIFIKASI

LAPORAN HASIL VERIFIKASI DATA LAHAN SAWAH


DENGAN DATA PERTANAHAN DAN TATA RUANG
DI PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) …..

BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Maksud dan Tujuan
3. Dasar Hukum

BAB II : IDENTIFIKASI
(Menjelaskan mengenai proses dan hasil identifikasi
yang telah dilakukan)

BAB III : ANALISIS HASIL IDENTIFIKASI


(Menjelaskan mengenai analisis hasil identifikasi yang
dilakukan melalui pengolahan data tekstual dan data
spasial. Selain itu, menjelaskan pula mengenai faktor
pengurang dan/atau faktor penambah dalam
menentukan LSD indikatif)

BAB IV : KLARIFIKASI
(Menjelaskan mengenai proses dan hasil klarifikasi
dengan pemangku kepentingan)

BAB V : PENUTUP
(Memuat kesimpulan dan rekomendasi)

Keterangan:
*) Hapus yang tidak perlu

26
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

D. FORMAT BERITA ACARA HASIL VERIFIKASI DAN KLARIFIKASI

KOP DIREKTORAT JENDERAL

BERITA ACARA
HASIL VERIFIKASI DAN KLARIFIKASI
DALAM RANGKA PENETAPAN PETA LAHAN SAWAH YANG DILINDUNGI
DI PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) …..

Pada hari ini, ….. tanggal ….. (.….) bulan ….. tahun …., telah dilaksanakan
pembahasan hasil verifikasi dan klarifikasi dalam rangka penetapan Peta Lahan
Sawah yang Dilindungi di Provinsi/Kabupaten/Kota*) ….. dengan hasil sebagai
berikut:
A. Deskripsi Objek
1. Kabupaten : …
2. Provinsi : …
3. Luas LBS berdasarkan Kepmen ATR/Ka. BPN No. 686/SK- : … ha
PG.03.03/XII/2019 tanggal 17 Desember 2019
Luas LBS terkoreksi berdasarkan Surat Kementerian : … ha
Koordinator Bidang Perekonomian Nomor ….. tanggal ….
Terdapat Koreksi LBS terhadap nonsawah (batas : … ha
administrasi, punggung bukit, semak, vegetasi pohon, dll) **)
4. Luas Kawasan Tanaman Pangan/Subzona Tanaman Pangan : … ha
dalam Peraturan Daerah tentang RTRW …../Peraturan
Daerah/Peraturan Bupati/Peraturan Wali Kota tentang RDTR
…../Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW
Kabupaten/Kota ….. Tahun …../Rancangan Peraturan
Bupati/Wali Kota tentang RDTR …..*)
5. Luas LSD indikatif sesuai dengan Kawasan Tanaman : … ha
Pangan/Subzona Tanaman Pangan
a. PSN (sebagai Faktor Pengurang) … ha
b. Peraturan Daerah Nomor….. Tahun ….. tentang RTRW ... ha
…../Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW …..*)
c. Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/Peraturan Wali … ha
Kota Nomor ….. Tahun ..… tentang RDTR …/Rancangan
Peraturan Bupati/Rancangan Peraturan Wali Kota
tentang RDTR …..*)
6. Luas LSD indikatif tidak sesuai dengan Kawasan Tanaman : … ha
Pangan/Subzona Tanaman Pangan
a. PSN (sebagai Faktor Pengurang) … ha
b. Peraturan Daerah Nomor….. Tahun ….. tentang RTRW … ha
…../Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW …..*)
c. Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/Peraturan Wali … ha
Kota Nomor ….. Tahun ..… tentang RDTR …/Rancangan
Peraturan Bupati/Rancangan Peraturan Wali Kota
tentang RDTR …..*)

27
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

7. LSD Indikatif Hasil Verifikasi


a. Yang disepakati dipertahankan : … ha
1) LSD sesuai dengan Kawasan Tanaman : … ha
Pangan/Subzona Tanaman Pangan
2) LSD Tidak Sesuai dengan Kawasan Tanaman : … ha
Pangan/Subzona Tanaman Pangan
b. Yang disepakati tidak dapat dipertahankan : … ha
c. Yang belum disepakati dipertahankan : … ha
8 LSD indikatif penambah sesuai dengan Kawasan Tanaman : … ha
Pangan/Subzona Tanaman Pangan**)
a. Peraturan Daerah Nomor….. Tahun ….. tentang RTRW … ha
…../Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW …..*)
b. Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/Peraturan Wali Kota … ha
Nomor ….. Tahun ..… tentang RDTR …/Rancangan
Peraturan Bupati/Rancangan Peraturan Wali Kota tentang
RDTR …..*)

B. Verifikasi Objek
Berdasarkan hasil verifikasi melalui pengolahan data tekstual dan data
spasial serta pemantauan lapangan, dihasilkan kesepakatan dengan rincian
sebagai berikut:
1. Terdapat LSD indikatif yang tetap dipertahankan sebagai Peta LSD
indikatif seluas ….. ha, dengan rincian sebagai berikut:
a. Terdapat LSD indikatif yang sesuai dengan Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan seluas ….. ha.
b. Terdapat LSD indikatif yang tidak sesuai dengan Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan yang sepakat untuk tetap
dipertahankan sebagai Peta LSD indikatif, dengan rincian sebagai
berikut:
- LSD indikatif pada Rencana Pola Ruang Kawasan Permukiman
seluas ….. ha;
- LSD indikatif pada Rencana Pola Ruang Kawasan Industri seluas …..
ha;
- LSD indikatif pada Rencana Pola Ruang Kawasan Hortikultura
seluas ….. ha;
- LSD indikatif pada Rencana Pola Ruang Badan Air seluas ….. ha;
- LSD indikatif pada Rencana Pola Ruang Kawasan Pariwisata seluas
….. ha.
(Diisi sesuai dengan kondisi masing-masing daerah)
2. Terdapat LSD indikatif yang sesuai dengan Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan yang diusulkan untuk tidak dapat
dipertahankan sebagai Peta LSD indikatif seluas ….. ha.
3. Terdapat LSD indikatif yang tidak sesuai dengan Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan seluas ….. ha. Terhadap LSD indikatif
tersebut, yang diusulkan untuk tidak dapat dipertahankan sebagai Peta
LSD indikatif seluas ….. ha, dengan rincian sebagai berikut:
a. LSD indikatif yang di atasnya telah terbit Hak Atas Tanah nonpertanian
seluas ….. ha;
b. LSD indikatif yang di atasnya telah terbit Pertimbangan Teknis
Pertanahan seluas ….. ha;
c. LSD indikatif yang di atasnya telah terbit dasar penguasaan atas tanah
seluas ….. ha;
d. LSD indikatif yang di atasnya telah terbit Izin/Konsesi/KKPR seluas …..
ha;

28
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

e. LSD indikatif yang di atasnya terdapat bangunan dan/atau urukan


seluas ….. ha;
f. LSD indikatif yang di atasnya terdapat Penetapan Lokasi/izin lokasi
yang masih berlaku/KKPR PSN seluas ….. ha;
g. LSD indikatif yang luasannya ≤ 5.000 m2 dan keberadaannya terkurung
bangunan pada 3 (tiga) sisi seluas ….. ha;
h. LSD indikatif yang di atasnya terdapat pembangunan jaringan
infrastruktur seluas ….. ha;
i. LSD indikatif yang di atasnya terdapat Kawasan Industri yang
diprakarsai dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah yang
izinnya telah diterbitkan seluas ….. ha;
j. LSD indikatif yang di atasnya terdapat penetapan wilayah relokasi akibat
bencana alam seluas ….. ha;
k. LSD indikatif yang di atasnya tedapat rencana pengembangan wilayah
yang diprioritaskan pembangunan atau perwujudannya dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) tahun seluas ….. ha.
(Diisi sesuai dengan kondisi masing-masing daerah)
4. Terdapat LSD indikatif yang tidak sesuai dengan Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan yang belum disepakati untuk
dipertahankan sebagai Peta LSD indikatif seluas ….. ha.
5. Terdapat lahan sawah penambah yang berada di luar Kepmen ATR/Ka. BPN
Nomor 686/SK-PG.03.03/XII/2019 tanggal 17 Desember 2019 dan sesuai
dengan Kawasan Tanaman Pangan/Subzona Tanaman Pangan seluas …..
ha.

C. Kesepakatan
1. Bahwa berdasarkan poin B.1., maka Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota*) ….. bersepakat bahwa luas LSD indikatif yang
dipertahankan adalah seluas ….. ha.
2. Bahwa terhadap poin B.1.b terkait kawasan/subzona yang direncanakan
sebagai Kawasan/Subzona non Tanaman Pangan di dalam Peraturan
Daerah tentang RTRW …../Peraturan Daerah/Peraturan Bupati/Peraturan
Wali Kota tentang RDTR …../Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW
Kabupaten/Kota ….. Tahun …../Rancangan Peraturan Bupati/Wali Kota
tentang RDTR …..*), bersepakat bahwa LSD indikatif tersebut
dipertahankan. LSD indikatif tersebut dapat diusulkan dikeluarkan dari
Peta LSD indikatif apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. kepastian akan dibangun dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
tahun);
b. adanya alokasi anggaran yang jelas (APBN/APBD); dan
c. terdapat dokumen pendukung, antara lain: dokumen teknis
pembangunan, dokumen RKAPD, dokumen RKT, dan/atau proposal
investor.
3. Bahwa permasalahan-permasalahan yang belum disepakati akan dibahas
lebih lanjut dan diputuskan oleh Tim Terpadu Pengendalian Alih Fungsi
Lahan Sawah.**)
4. Bahwa Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota*) ….. berkomitmen untuk
menjaga lahan yang telah disepakati sebagai LSD indikatif agar tidak beralih
fungsi.
5. Bahwa Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota*) ..... berkomitmen
mengintegrasikan LSD indikatif yang telah disepakati ke dalam revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah atau Rencana Detail Tata Ruang sebagai
bagian dari kawasan pertanian tanaman pangan atau zona tanaman pangan.

29
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

6. Bahwa Berita Acara ini beserta dengan lampirannya merupakan satu


kesatuan yang tidak terpisahkan.

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Pihak Kementerian Agraria dan Tata Pihak Pemerintah Daerah


Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota …..

Direktur Jenderal …../ Gubernur/Bupati/


Direktur…..*), Wali Kota/Sekretaris Daerah*)
…..,

Nama Nama
NIP

Pihak Tim Verifikasi Pihak Kantor Pertanahan


Ketua Tim Verifikasi, Kepala Kantor Pertanahan
…..,

Nama Nama
NIP NIP

Pihak … Pihak …
(Nama Jabatan) (Nama Jabatan)

Nama Nama
NIP NIP

Keterangan:
*) Hapus yang tidak perlu
**) Jika ada

Catatan:
1. Berita Acara dilampiri dengan peta dan dokumen pendukung, antara lain:
a. Peta LBS berdasarkan Kepmen ATR/Kepala BPN;
b. Peta LBS terkoreksi berdasarkan Surat Kemenko Perekonomian;
c. laporan analisis hasil identifikasi;
d. Peta LSD indikatif hasil verifikasi;
e. surat pernyataan kesanggupan dari kepala daerah untuk mewujudkan rencana
pengembangan wilayah yang diprioritaskan perwujudan atau pembangunannya
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun (jika dipersyaratkan);
f. bukti komitmen investasi (jika dipersyaratkan);
g. nama investor (jika dipersyaratkan); dan
h. dokumen pendukung lainnya.
2. Isi Berita Acara dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

30
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

E. FORMAT PETA LSD INDIKATIF HASIL VERIFIKASI

Peta LSD Indikatif Hasil Verifikasi

Luas LBS Berdasarkan Kepmen ATR/Ka. BPN

Koreksi LBS
LSD Indikatif Tidak Dipertahankan

LSD Indikatif Dipertahankan

Usulan Penambah LSD Indikatif

31
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

F. FORMAT BERITA ACARA KESEPAKATAN PERUBAHAN LUAS DAN SEBARAN


LSD INDIKATIF

KOP DIREKTORAT JENDERAL

BERITA ACARA KESEPAKATAN


PERUBAHAN LUAS DAN SEBARAN LSD INDIKATIF
DI PROVINSI/KABUPATEN/KOTA*) …..

Pada hari ini, ….. tanggal ….. (.….) bulan ….. tahun …., telah disepakati
perubahan terhadap luas dan sebaran LSD indikatif di
Provinsi/Kabupaten/Kota*) ….. sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Hasil
Verifikasi dan Klarifikasi dalam rangka Penetapan Peta Lahan Sawah yang
Dilindungi di Provinsi/Kabupaten/Kota*) ….. tanggal ….. sebagai berikut:
1. LSD indikatif yang disepakati untuk dipertahankan adalah seluas….. ha,
dengan rincian sebagai berikut:

Semula Menjadi
a. LSD indikatif sesuai dengan : …… ha …… ha
Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan
b. LSD indikatif tidak sesuai dengan
Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan,
dengan rincian sebagai berikut:
1) LSD indikatif pada Rencana Pola : …… ha …… ha
Ruang Kawasan Permukiman
2) LSD indikatif pada Rencana Pola : …… ha …… ha
Ruang Kawasan Industri
3) LSD indikatif pada Rencana Pola : …… ha …… ha
Ruang Kawasan Hortikultura
4) LSD indikatif pada Rencana Pola : …… ha …… ha
Ruang Badan Air
5) LSD indikatif pada Rencana Pola : …… ha …… ha
Ruang Kawasan Pariwisata
(Diisi sesuai dengan kondisi masing-masing daerah)

2. LSD indikatif yang disepakati tidak dapat dipertahankan adalah seluas…..


ha, dengan rincian sebagai berikut:

Semula Menjadi
a. LSD indikatif yang di atasnya telah : …… ha …… ha
terbit Hak Atas Tanah nonpertanian
b. LSD indikatif yang di atasnya telah : …… ha …… ha
terbit Pertimbangan Teknis
Pertanahan
c. LSD indikatif yang di atasnya telah : …… ha …… ha
terbit dasar penguasaan atas tanah
d. LSD indikatif yang di atasnya telah : …… ha …… ha
terbit Izin/Konsesi/KKPR

32
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Semula Menjadi
e. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
terdapat bangunan dan/atau
urukan
f. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
terdapat Penetapan Lokasi/izin
lokasi yang masih berlaku/KKPR
PSN
g. LSD indikatif yang luasannya ≤ : …… ha …… ha
5.000 m2 dan keberadaannya
terkurung bangunan pada 3 (tiga)
sisi
h. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
terdapat pembangunan jaringan
infrastruktur
i. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
terdapat Kawasan Industri yang
diprakarsai dan/atau dikuasai oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah yang
izinnya telah diterbitkan
j. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
terdapat penetapan wilayah relokasi
akibat bencana alam
k. LSD indikatif yang di atasnya : …… ha …… ha
tedapat rencana pengembangan
wilayah yang diprioritaskan
pembangunan atau perwujudannya
dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) tahun
(Diisi sesuai dengan kondisi masing-masing daerah)

3. LSD indikatif yang belum disepakati untuk dipertahankan semula


seluas….. ha menjadi seluas….. ha.**)
4. LSD indikatif penambah sesuai dengan Kawasan Tanaman
Pangan/Subzona Tanaman Pangan semula seluas….. ha menjadi
seluas….. ha.**)
5. Bahwa Berita Acara ini beserta dengan lampirannya merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.

33
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Pihak Kementerian Agraria dan Tata Pihak Pemerintah Daerah


Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota …..

Direktur Jenderal ……/ Gubernur/Bupati/


Direktur…..*), Wali Kota/Sekretaris Daerah*) …..,

Nama Nama
NIP

Pihak Tim Verifikasi Pihak Kantor Pertanahan


Ketua Tim Verifikasi, Kepala Kantor Pertanahan…..,

Nama Nama
NIP NIP

Pihak… Pihak…
(Nama Jabatan) (Nama Jabatan)

Nama Nama
NIP NIP

Keterangan:
*) Hapus yang tidak perlu
**) Jika ada

Catatan:
Berita Acara dilampiri dengan peta dan dokumen pendukung, antara lain:
1. Peta LSD indikatif hasil perubahan;
2. rekapitulasi data perubahan luas dan sebaran LSD indikatif; dan
3. dokumen pendukung lainnya.

34
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

G. FORMAT SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN DARI KEPALA DAERAH


UNTUK MEWUJUDKAN RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH YANG
DIPRIORITASKAN PERWUJUDAN ATAU PEMBANGUNANNYA DALAM JANGKA
WAKTU PALING LAMA 3 (TIGA) TAHUN

KOP BUPATI/WALIKOTA

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : …..
Jabatan : …..

Dalam rangka penyelesaian ketidaksesuaian lokasi dan luasan LSD indikatif di


Provinsi/Kabupaten/Kota*)….. terhadap Peraturan Daerah Kabupaten/Kota…..
Nomor….. Tahun….. tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota…..
Tahun…../rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota….. tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota….. dan/atau Peraturan Daerah/Peraturan
Bupati/Peraturan Wali Kota Nomor….. Tahun….. tentang Rencana Detail Tata
Ruang…../rancangan Peraturan Bupati/rancangan Peraturan Wali Kota tentang
Rencana Detail Tata Ruang…..*), seluas….. hektar (diisi luasan LSD indikatif
yang belum disepakati), dengan ini menyatakan bahwa saya berkomitmen akan
melaksanakan rencana pengembangan wilayah yang diprioritaskan perwujudan
atau pembangunannya dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota….. Nomor…..
Tahun….. tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota…..
Tahun…../rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota….. tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota….. dan/atau Peraturan Daerah/Peraturan
Bupati/Peraturan Wali Kota Nomor….. Tahun….. tentang Rencana Detail Tata
Ruang…../rancangan Peraturan Bupati/rancangan Peraturan Wali Kota tentang
Rencana Detail Tata Ruang…..*) dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun
terhitung sejak Surat Pernyataan ini ditandatangani, sebagai berikut:
a. Membangun Pelabuhan Laut di…., Kecamatan…., seluas….. hektar pada
bulan..…tahun….. yang bertampalan dengan LSD indikatif seluas..… hektar
(rincian dokumen terlampir).
b. Membangun Kawasan Industri di…., Kecamatan….., seluas….. hektar pada
bulan..…tahun…..yang bertampalan dengan LSD indikatif seluas..… hektar
(rincian dokumen terlampir).
c. Membangun Pasar Ikan di…., Kecamatan….., seluas..… hektar pada
bulan..…tahun….. yang bertampalan dengan LSD indikatif seluas….. hektar
(rincian dokumen terlampir).
d. Dst.

35
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Apabila saya tidak melaksanakan hal-hal yang telah saya nyatakan dalam Surat
Pernyataan ini, maka LSD indikatif yang termasuk dalam rencana pengembangan
wilayah yang diprioritaskan perwujudan atau pembangunannya sebagaimana
dimaksud di atas langsung ditetapkan menjadi LSD definitif.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat


dipergunakan sebagaimana mestinya.

(Tempat, Tanggal Bulan Tahun)


Bupati/Wali Kota*)…..

TTD dan Cap

(Nama Jelas)

Keterangan:
*) Hapus yang tidak perlu

Catatan:
Rincian rencana pengembangan wilayah yang diprioritaskan perwujudan atau
pembangunannya disesuaikan dengan kondisi di daerah.

36
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

H. CONTOH BUKTI KOMITMEN INVESTASI


- Contoh Dokumen Komitmen Investasi Swasta

Menunjukkan
lokasi kegiatan dan
rencana
pembiayaan
pembangunan dari
pengusaha/investor
dan tahun
pelaksanaan
pembangunan

- Contoh Dokumen Pembangunan Pemerintah Daerah

37

Anda mungkin juga menyukai