Anda di halaman 1dari 4

Nama : Undarisasta Dwi Putri K

NIM : L13118029
Kelas : KHT- A
Tugas : Resume Webinar

WEBINAR

“Pengembangan Bioprospecting Tumbuhan dan Satwa Liar di Nusa


Tenggara Timur”

 POTENSI TUMBUHAN DAN SATWA OBAT DI NUSA TENGGARA TIMUR

Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki kekayaan obat tradsional yang khas. Hal ini
mengingat provinsi ini terletak di kawasan tropic kering dengan keanekaragaman haati
yang kaya akan metabolit spesifik. Masih lekatnya masyarakat dengan pengobatan
traidisional menjadikan provinsi ini sebagai area eksplorasi sumbe robat tradisional

 PENGEMBANGAN KANDIDAT BAHAN AKTIF ANTIOKSIDAN DAN


ANTIKANKER DARI EKSTRAK SPONS CLATHRIA BASILAN

Pengembangan Kandidat Bahan Aktif Antioksidan dan Antikanker dari Ekstrak Spons
Clathria basilan 2013 Nilai IC50 (Inhibition Concentration 50 %) atau nilai konsentrasi
ekstrak yang dapat menghambat 50 % radikal bebas DPPH adalah 530 ppm Golongan
senyawa aktif yang terkandung dalam fraksi metanol-air adalah senyawa alkaloid,
terpenoid dan fenol.

Keberadaan alkaloid dalam ekstrak metanol-air Clathria basilan diperkuat oleh hasil
GCMS pada peak 3 dengan waktu retensi 21.084 detik menunjukkan adanya senyawa
alkaloid dan Aktivitas anti kanker pada konsentrasi 125 ppm dengan% inhibisi sebesar
81,82 %.
 PENGEMBANGAN BIOPROSPECTING DI NTT

Beberapa Tumbuhan/Satwa Obat yang biasa digunakan


• Kelelawar - Masyarakat Riung dan Manggarai – untuk sesak nafas
• Tankur Buaya – Masyarakat Flores – untuk keperkasaan pria (direndam dg minyak
goreng dan dioleskan) (SyahrirYusuf, Pers, Kom 1999).
• Kalajengking - NTT - untuk gatal-gatal pada kulit

 PEMANFAATAN OBAT TRADISIONAL

Salah satu keistimewaan obat tradisional adalah efek samping relatif kecil dibanding
obat modern.
Kelemahan penggunaan obat trandisional:
(1) efek farmakologi lemah.
(2) Bahan baku belum terstandar.
(3) Belum ada uji klinis
(4) Mudah tercemar berbagai jenis organisme.
Intervensi Teknologi - Bioteknologi Penggalian potensi kimiawi dan/atau bioaktif:
meningkatkan nilai manfaat komersial, efisiensi efektivitas dan produkvititas →
Boprospeksi

 PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT DI NTT

• TWA Ruteng → 72 spesies untuk mengobati 40 jenis penyakit


• TN Matalawa → 90 spesies (Mangngi Tiga, dkk 2019)
• Nangapanda, Ende → 54 spesies (Tima, dkk 2020)
• TWA Baumata → 10 spesies (Ledo dan Seran 2019)
• Desa Umbu Langang, Sumba → 31 Spesies (Yowa, dkk 2019)
• Kec. Alor Tengah Utara, Alor → 58 spesies (Masni 2011)
• Kec. Kupang Timur, Kota Kupang - 38 Spesies (Sambara dkk 2016)
Kabupaten Sikka → 85 spesies (Arziah 2003)
 PROFRES EKSPLORASI SPONGE BBKSDA NTT DAN UNDIP

PKS BBKSDA NTT Nomor: PKS.16/BBKSDA-16.2/2014 tanggal 13 Mei 2014 dan


FPIK UNDIP Nomor: 1971/ UN7.3.10/ KS/ 2014 tentang eksplorasi pemanfaatan
sponge di Taman Wisata Laut Teluk Kupang BBKSDA NTT telah mendukung UNDIP
Ca Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) berupa peralatan dan bahan
laboratorium pada tanggal 14 Mei 2014 di Semarang, untuk kegiatan eksplorasi,
pemanfaaatan sponge di Tarnan Wisata Alam Laut (TWAL) Pengambilan sampel
sponge secara acak menggunakan teknik scuba pada kedalaman 3-31 meter di Perairan
TWAL Teluk Kupang oleh BBKSDA NTT dan UNDIP pada tahun 2012

 HASIL EKSPLORASI BBKSDA NTT DAN UNDIP

Hasil indentifikasi Sponge diperoleh sampel sebanyak 84 sampel, pada 9 titik di lokasi
Tabulolong. Buluinan, Hansini, Pospolair, sekitar Polair, sekitar Hansisi.
• Dari total sampel tersebut dipilih 5 sampel (Stylissa carteri, Leucetta sp., Aaptos sp.,
Lanthella basta, 1 jenis belum teridentifikasi) untuk dilakukan uji awal indentifikasi
antioksidan. Hasil uji awal diketahui bahwa Sponge jenis Aaptos sp. mengandung
senyawa antioksidan yang tergolong tinggi.
• Berdasarkan hasil eksplorasi yang dilakukan oleh BBKSDA NIT dan UNDIP dapat
disimpulkan bahwa perairan TWAL Teluk Kupang kaya akan keanekaragaman biota
laut, khususnya sponge, yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber senyawa
antioksidan.

 UPAYA PT.SIDO MUNCUL DALAM PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN


KEANEKARAGAMAN HAYATI

1. Upaya Pelestarian & Konservasi


a. Konservasi In-situ : Usaha pelestarian dengan melakukan penelitian dan proteksi pada
habitatnya. Selanjutnya dilakukan usaha pengembangan dalam skala produksi. Contoh :
Purwoceng (Pimpinella alpina KDS) di Peg. Dieng Kab. Wonosobo, Kayu Manis
(Cinnamomum camphora) di Kec. Baturaden, Kab. Banyumas, dll.
b. Konservasi Ex-situ : Usaha pelestarian sekaligus usaha pengembangan dengan
melakukan proteksi dari tempat asal/habitat ke tempat lain seperti pembuatan demplot,
kebun benih, perlindungan plasma nutfah dalam kawasan Agrowisata, dll.

 USAHA PENGEMBANGAN

a. Budidaya sendiri : Usaha pengembangan SDG dalam skala produksi dengan jumlah
kebutuhan terbatas.
b. Bekerjasama/bermitra dengan petani melalui Kelompok, Gapok, Koperasi Tani, dll.
Dalam usaha pengembangan skala besar untuk menjamin keberlangsungan suplai bahan
baku industri. Disisi lain agar mendapatkan kwalitas SDG yang sesuai dengan standar
pemakaian.

 USAHA PEMANFAATAN

a. Penelitian di Lab. R&D


b. Pengujian dan QC
c. Produksi

Anda mungkin juga menyukai