Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RANCANGAN PENELITIAN

BIOTEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

“Karakterisasi dan Aktifitas Antioksidan Cacing Laut


(Siphonosoma australe-australe) dari Perairan Pulau Wawonii”

OLEH:

ANDI DARMAWANTO
Q1B116065

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
Karakterisasi dan Aktifitas Antioksidan Cacing Laut
(Siphonosoma australe-australe) dari Perairan Pulau
Wawonii

Andi Darmawanto
Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Halu Oleo, Jalan HEA Mokodompit Kampus UHO Bumi Tridharma
Anduonohu Kendari, 93232
Email: andymaone@gmail.com
Dibuat:10 Oktober 2019 (masih rencana)

Abstrak

Cacing laut (Siphonosoma australe-australe) disebut juga dengan cacing kacang


(Peanut worm) atau dikenal dengan “Sipou” oleh masyarakat Sulawesi
Tenggara. Cacing laut hidup pada daerah berpasir dan memiliki panjang berkisar
antara 12-25 cm. Masyarakat Wawonii umumnya mengkonsumsi cacing laut
sebagai obat tradisional karena dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit
misalnya diare, penyembuh luka dalam, dan mengatur fungsi lambung dan limpa
Tujuan penelitian ini adalah karakterisasi cacing laut serta menentukan aktivitas
antioksidannya.

Kata kunci: antioksidan, bioaktif, proksimat.


PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17.504 pulau kecil dan 7
pulau besar (KKP 2011), salah satu pulau terbesar yang berada di Indonesia
adalah pulau Sulawesi. Pulau Sulawesi terbagi menjadi 5 provinsi yakni, Sulawesi
Utara (Manado), Gorontalo, Sulawesi Tengah (Palu), Sulawesi Selatan (Makassar)
dan Sulawesi Tenggara (Kendari). Masyarakat Sulawesi Tenggara khususnya di
Pulau Wawonii memiliki tradisi mengonsumsi daging cacing laut sebagai obat
tradisional yang dipercaya memiliki manfaat bagi kesehatan, Pemanfaatan daging
cacing laut sebagai antibakteri telah dilakukan oleh masyarakat Pulau Wawonii
dalam mengobati diare. Khasiat dan manfaatnya secara sempiris yang mampu
memberikan efek menyehatkan bila dikomsumsi memberikan dugaan bahwa di
dalam cacing laut ini terdapat suatu komponen yang bersifat antioksidan.
Antioksidan adalah zat yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah
terjadinya proses oksidasi. Antioksidan berfungsi mengatasi atau menetralisir
radikal bebas sehingga diharapkan dengan pemberian antioksidan tersebut proses
tua dihambat atau paling tidak “tidak dipercepat” serta dapat mencegah terjadinya
kerusakan tubuh dari timbulnya penyakit degenerative (Swasono et al. 2007).
Antioksidan secara alami terdapat pada semua bahan pangan, baik yang berasal dari
daratan maupun perairan. Bahan pangan yang berasal dari perairan khususnya dari
kelas gastropoda, banyak mengandung komponen-komponen bioaktif dan
antioksidan (Anand et al. 2010). Cacing laut juga mengandung berbagai macam
komponen bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Komponen bioaktif
tersebut antara lain alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, dan fenol hidrokuinon
(Harborne 1984).
Informasi di atas bahwa cacing laut dapat digunakan sebagai obat diare,
penyembuh luka dalam, antioksidan dan antidiabetes berdasarkan pengalaman
empiris di masyarakat, maka perlu dikaji secara ilmiah mengenai komponen
bioaktifnya sehingga diharapkan kandungan yang terdapat pada cacing laut dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku nutraseutika dan farmaseutika.

BAHAN DAN METODE


Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelilitian ini adalah cacing laut yang diambil
dari daerah pinggir pantai di kabupaten Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara,
pelarut bahan kimia kloroform (Merck p.a), etil asetat (Merck p.a), metanol
(Merck p.a), alkohol, asam format glacial, dan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil).
Alat-alat yang digunakan antara lain tabung reaksi (pyrex), labu erlenmeyer
(pyrex), spetrofotometri UV-VIS Hitachi U-2800 pada panjang gelombang 517 nm
dan rotary evaporator merek RV 10 Basic V 115.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu, karakterisasi fsik
meliputi pengukuran morfometrik (Dance 1977), perhitungan rendemen daging
cacing laut, pengambilan dan preparasi bahan baku (Metusalach 2007) serta analisis
komposisi kimia.
Ekstraksi cacing laut
Ekstraksi bahan aktif dilakukan menurut prosedur Quinn (1988). Ekstraksi
menggunakan tiga pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya yaitu kloroform (non
polar), etil asetat (semi polar) dan metanol (polar). Ekstraksi dilakukan dengan
maserasi.
Uji aktivitas antioksidan (DPPH)
Pengujian antioksidan dilakukan dengan metode (Molyneux 2004). Ekstrak
cacing laut dari hasil ekstraksi bertingkat dan hasil pemurnian dilarutkan dalam
methanol
Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan model Steel dan Torrie (1993).
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dan uji lanjut Duncan.
Rendemen daging cacing laut
Rendemen adalah persentase antara berat suatu bagian yang dapat
dimanfaatkan dibandingkan dengan berat bahan utuh. Bagian yang umumnya
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan adalah bagian daging.

Gambar 2 Morfologi cacing laut Siphonosoma australe-australe.


Komposisi Kimia

Sumber : Nurhikma, 2017


DAFTAR PUSTAKA
Haslianti, Inthe MG, Ishak E. 2017. Karakteristik keong kowoe dan aktivitas
antioksidannya. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 20(1):
74-83.
Nurhikma. 2017. Karakterisasi dan Penapisan Senyawa Bioaktif Cacing Laut
(Siphonosoma australe-australe) dari Perairan Sulawesi Tenggara.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bogor

Anda mungkin juga menyukai