Anda di halaman 1dari 13

JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3 Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al.

Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

KARAKTERISTIK RUMPUT LAUT HIJAU DARI PERAIRAN KEPULAUAN


SERIBU DAN SEKOTONG NUSA TENGGARA BARAT SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Chairun Nufus*, Nurjanah, Asadatun Abdullah


Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat,
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622915
*Korespodensi: nufusbintayip@yahoo.com
Diterima: 11 April 2017/ Disetujui: 25 Agustus 2017

Cara sitasi: Nufus C, Nurjanah, Abdullah A. 2017. Karakteristik rumput laut hijau dari perairan Kepulauan
Seribu dan Sekotong Nusa Tenggara Barat sebagai antioksidan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
20(3): 620-632.

Abstrak
Rumput laut hijau mengandung berbagai senyawa bioaktif yang salah satunya berfungsi sebagai
antioksidan, serta kaya akan serat dan mineral-mineral penting. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
karakteristik kimia dan aktivitas antioksidan Caulerpa lentillifera, Halimeda opuntia dan Ulva lactuca.
Penelitian terdiri atas analisis proksimat, komposisi mineral, kandungan senyawa aktif, kandungan
logam berat, serta penentuan aktivitas antioksidan ekstrak rumput laut hijau dengan metode CUPRAC,
DPPH dan FRAP. Hasil analisis proksimat menunjukkan kandungan air dari ketiga rumput laut berkisar
dari 10,83-28,41%, abu berkisar dari 24,97-70,66%, lemak berkisar dari 3,80-5,26%, serat berkisar dari
2,63-3,86%, protein berkisar dari 0,18-1,43% dan karbohidrat berkisar dari 10,69-36,49%. Rumput laut
mengandung mineral Ca berkisar dari 17,95-124,39 g/kg, Na berkisar dari 21,16-34,18 g/kg. Mg berkisar
dari 2,63-22,23 g/kg, K berkisar dari 2,29-12,28 g/kg dan Fe berkisar dari 0,13-0,34 g/kg. Ketiga rumput
laut mengandung logam berat Pb berkisar dari 13,57-37,76 mg/kg, Cu berkisar dari 5,02-8,32 mg/kg dan
Hg berkisar dari 0,170-0,265. Senyawa aktif dari ketiga rumput laut adalah senyawa flavonoid, steroid,
triterpenoid, saponin, alkaloid dan fenol hidrokuinon. Ketiga rumput laut hijau memiliki aktivitas
antioksidan DPPH dengan nilai IC50 43,53-95,91 mg/L, CUPRAC 138,21-212,43 μmol troloks/g, FRAP
175,93-181,79 μmol troloks/g.

Kata kunci: CUPRAC, DPPH, FRAP, rumput laut hijau

Characteristics of Green Seaweeds from Seribu Islands and Sekotong West Nusa
Tenggara Antioxidant

Abstract
Green seaweeds contain many bioactive compounds which one of them act as antioxidants as well
as rich in fibers and essential minerals. This study was aimed to determine physicochemicals properties
of green seaweed Caulerpa lentillifera, Halimeda opuntia and Ulva lactuca. The analitycal methods of this
research consists of: proximate analysis, mineral composition, phytochemical compounds, heavy metal
content and antioxidant activity of extract green seaweed by CUPRAC, DPPH and FRAP method. The
proximate analysis showed that the water content of the three seagrasses ranged from 10.83-28.41%, the ash
ranged from 24.97-70.66%, the fat ranged from 3.80 to 5.26%, the fiber ranged from 2, 63-3.86%, protein
ranges from 0.18 to 1.43% and carbohydrates range from 10.69 to 36.49%. Seaweeds contain Ca minerals
ranging from 17.95-124.39 g / kg, Na ranges from 21.16 to 34.18 g / kg. Mg ranges from 2.63-22.23 g / kg,
K ranges from 2.29-12.28 g / kg and Fe ranges from 0.13-0.34 g / kg. The three seaweeds contain Pb heavy
metals ranging from 13.57-37.76 mg / kg, Cu ranges from 5.02-8.32 mg / kg and Hg ranges from 0.170 to
0.265.. bioactive compound extract C. lentillifera, H. opuntia and U. lactuca contains alkaloids, flavonoids,
phenols hydroquinone, saponins, steroids and triterpenoids. Green seaweeds contain DPPH antioxidant
activity within IC50 values of 43,53-95,91 mg/L, CUPRAC 138.21–212.43 μmol trolox /g, FRAP 175.93–
181.79 μmol trolox/g.

Keywords: CUPRAC, DPPH, FRAP, green seaweed

620 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3

PENDAHULUAN IC50 136,89 ppm (Pramesti 2013). Ekstrak


Rumput laut merupakan bahan baku pigmen karotenoid H. discoidea mempunyai
pangan hasil perairan yang tinggi kandungan aktivitas antioksidan yang kuat dengan
gizinya namun masih perlu untuk dieksplorasi nilai IC50 99,65 ppm (Agusti 2015). Ekstrak
lebih lanjut potensinya sebagai bahan baku U. lactuca L. mempunyai aktivitas antioksidan
non pangan. Rumput laut telah umum yang rendah dengan nilai IC50 4921,79 ppm
digunakan sebagai makanan di negara-negara (Febriansah 2015). Aktivitas antioksidan
Asia termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, dari rumput laut tersebut telah banyak
Singapura, Vietnam dan Taiwan (Nguyen et diaplikasikan, di antaranya untuk bahan
al. 2011; Nagappan dan Vairappan 2014; Putra kosmetik tabir surya (Luthfiyana et al. 2017;
et al. 2015) serta di sebagian negara Pasifik Maharany et al. 2017, Yanuarti et al. 2017).
(Paul et al. 2013; Morris et al. 2014). Rumput Rumput laut hijau dengan nilai ekonomis
laut yang menjadi konsumsi rutin masyarakat tinggi dan potensial untuk dikembangkan
contohnya Cholorophyta (Caulerpa recemosa, banyak terdapat di perairan Indonesia antara
Caulerpa lentillifera, Ulva lactuca) dan lain di Kepulauan Seribu dan Perairan
Rhodophyta (Eucheuma cottonii, Eucheuma Sekotong. Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
spinosum, Gracilaria gigas). Rumput laut merupakan perairan yang dipengaruhi
secara tradisional juga telah digunakan dalam oleh sungai-sungai yang bermuara di Teluk
bidang pertanian, sebagai pupuk untuk Jakarta dan Teluk Banten (Booij et al. 2001;
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan Farhan dan Lim 2012). Perairan Sekotong
sebagai pakan ternak untuk meningkatkan merupakan pusat perikanan seperti mutiara,
kesehatan dan produktivitas ternak (Craigie kerapu, kakap dan rumput laut. Wilayah laut
2011; Michalak et al. 2013; Evans et al. 2014). sekotong menjadi daerah penangkapan ikan
Hasil penelitian Seftylia et al. (2017) serta tujuan wisata. Berdasarkan uraian diatas
terhadap 3 jenis rumput laut coklat yaitu maka perlu dilakukan karakterisasi rumput
S. polycystum, P. minor dan T. Conoides laut hijau asal Kepulauan seribu dan Sekotong
memiliki aktivitas antioksidan DPPH dengan sebelum dilakukan pemanfaatan lebih lanjut
nilai IC50 1,9-9,6 mg/mL, FRAP 70,643- sebagai bahan baku pangan fungsional dan
105,357 µmol troloks/g dan CUPRAC 85,268- non pangan. Informasi mengenai karakterisasi
201 µmol. dan potensi antioksidan rumput laut hijau
Rumput laut mengandung berbagai yang berasal dari Perairan Kepulauan Seribu
senyawa bioaktif, beberapa di antaranya dan Sekotong belum banyak dikaji, sehingga
tidak terdapat pada tanaman terestrial antara perlu dilakukan penelitian untuk menentukan
lain: lektin atau fikobiliprotein, senyawa karakteristik berbagai jenis rumput laut hijau.
polifenol, florotannin dan polisakarida Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
tertentu. Senyawa tersebut memiliki sifat karakteristik kimia, kandungan senyawa aktif,
meningkatkan kesehatan dan berperan dalam serta potensi antioksidan ekstrak rumput laut
modulasi penyakit kronis (Brown 2014). hijau dengan metode CUPRAC, DPPH dan
Rumput laut yang mengandung senyawa FRAP.
bioaktif yaitu fenol, saponin, tanin, flavonoid,
sesquiterpenoid, diterpenoid dan caulerpin BAHAN DAN METODE
yang memiliki aktivitas antioksidan, anti Bahan dan Alat
bakteri, anti jamur, anti tumor dan bisa Bahan utama yang digunakan pada
digunakan untuk terapi tekanan darah rendah penelitian ini adalah rumput laut hijau
serta penurun glukosa darah (Kelman et al. C. lentillifera, H. opuntia dan U. lactuca.
2012; Azhagu et al. 2015). Pengambilan sampel rumput laut berlokasi
Rumput laut hijau mempunyai pada Perairan Pulau Pramuka Kepulauan
kelimpahan yang sangat tinggi di Indonesia, Seribu dengan ordinat 5o44`54.5”S
terutama jenis Caulerpa sp., Halimeda sp. 106o36`41.6”E dan Perairan Sekotong, Nusa
dan Ulva sp. Ekstrak C. serrulata mempunyai Tenggara Barat dengan ordinat 8o44`14.2”S
aktivitas antioksidan yang sedang dengan 115o57`54.9”E. Rumput laut diambil secara

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 621


Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3

langsung pada bulan September 2016 dan Analisis proksimat


Oktober 2016. Suhu air berkisar 28,2-33,7oC, Penentuan komposisi kimia berdasarkan
pH berkisar dari 7,9-8, salinitas berkisar dari analisis proksimat mengacu pada AOAC
32-34 ppt, kecepatan arus berkisar 0,023- (2005) meliputi kadar air, abu, protein, lemak,
0,063 m/s dan oksigen terlarut dengan nilai serat kasar dan karbohidrat by different.
6,5-6,91 ppm.
Bahan kimia yang digunakan untuk Analisis Kadar Mineral dan Residu
analisis bahan terdiri dari tablet Kjeldahl Logam Berat Rumput laut
(Merck), H2SO4 1,25%, pekat (Merck), H2O2 Pengujian diawali dengan preparasi
(Merck), akuades, H3BO3 2% (Merck), sampel dengan pengabuan basah mengacu
indikator Brom Cresol Green-Methyl Red pada AOAC (2005). Sebanyak 10 gram
(Merck), NaOH 40% (Merck), HNO3 pekat sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
(Merck), HClO4 (Merck), HF (Altech), NaBH4 ditambah 5 mL HNO3, dipanaskan dengan hot
(Sigma-Aldrich), HCl 0,1 N; 0,5N; pekat plate dengan suhu 120oC selama empat jam,
(Merck), etanol 97% (Merck), kloroform ditambah 0,4 mL H2SO4 dan dipanaskan di atas
(Merck), NH4OH (Merck), aseton (Merck), hot plate ditambah 2-3 tetes larutan campuran
pereaksi Meyer (larutan A 1,36 g HgCl2 HCl dan HNO3 dengan perbandingan 2:1,
(Sigma-Aldrich) dilarutkan dalam 60 mL sampel dipanaskan hingga berubah warna dari
akuades, larutan B 0,5 g KI (Merck) dilarutkan cokelat ke kuning tua dan berubah menjadi
dalam 10 mL akuades), pereaksi Dragendroff kuning muda, didinginkan dan ditambah 2
(larutan A 0,85 g bismuth nitrat (Sigma- mL akuades dan 0,6 mL HCl. larutan hasil
Aldrich), 2 mL HCl pekat (Merck) dan 10 mL pengabuan basah ditera ke dalam labu takar
akuades, larutan B 8 g KI2 (Merck) dan 10 mL 100 mL menggunakan air demineral. Analisis
akuades), pereaksi Wagner, (2,5 g I2, 3 g KI kadar mineral rumput laut terdiri atas kalsium
(Merck) dan 10 mL akuades), eter (Merck), (Ca), natrium (Na), magnesium (Mg), kalium
FeCl3 (Merck), etanol PA 99,9% (Merck), asam (K) dan besi (Fe), masing-masing dengan
askorbat (Merck), DPPH ((2,2-Diphenyl-1- panjang gelombang: Ca 422,7 nm, Na 589,6
picrylhydrazul) (Sigma-Aldrich)). nm, Mg 285,2 nm, K 766,5 nm dan Fe 248,3
Alat yang digunakan terdiri dari water nm. Limit deteksi: Ca 1,77 mg/kg, Na 0,10 mg/
bath (SWBR17), rotary vacuumevaporator (RV kg, Mg 0,06 mg/kg, K 0,18 mg/kg dan Fe 0,17
10 digital V), hot plate (Favorit HP0707V2), mg/kg. Analisis residu logam berat terdiri dari
vortex (VM-300), alat-alat gelas, kertas pH, timbal (Pb), tembaga (Cu) dan merkuri (Hg),
mikro pipet (Gilson), AAS (Atomic Absorbtion masing-masing dengan panjang gelombang:
Spectrofotometer) (Shimatzu AA-700), spectro Pb 283,3 nm, Cu 228,8 nm dan Hg 253,6
UV-Vis RSS pectrofotometer (UV-2500), oven nm. Limit deteksi: Timbal (Pb) 0,23 mg/kg,
(Memmert, Jerman), timbangan analitik tipe Tembaga (Cu) 1,2 mg/kg dan merkuri (Hg)
210-LC (Adam, Amerika Serikat). 0,004 mg/kg. Pengukuran menggunakan
AAS (Atomic Absorbtion Spectrofotometer)
Metode Penelitian (Shimatzu AA-700).
Penelitian diawali dengan pengamatan
data lapangan, pengambilan dan preparasi Pengukuran rendemen
sampel rumput laut. Sampel rumput laut Rendemen merupakan persentase
diidentifikasi spesies pada Lembaga Ilmu dari perbandingan bobot akhir terhadap
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sampel rumput bobot awal rumput laut sebelum mengalami
laut kering dianalisis proksimat, logam berat, perlakuan (AOAC 2005).
komposisi mineral, kandungan senyawa
aktif, analisis fitokimia, menentukan aktivitas Analisis fitokimia
antioksidan dengan metode CUPRAC, DPPH Analisis kandungan senyawa aktif
dan FRAP. dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif
yang terkandung dalam ekstrak kasar etanol
C. lentillifera, H. opuntia dan U. lactuca.

622 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3 Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al.

Analisis fitokimia yang dilakukan terdiri asetat pH 7 1M; dan 0,7 mL akuades. Larutan
dari analisis flavonoid, fenol hidrokuinon, didiamkan selama 30 menit dan diukur
steroid/triterpenoid, tanin, dan saponin absorbansnya pada 450 nm. Campuran
(Harborne 1987). larutan tanpa ekstrak digunakan sebagai
blanko. Kurva kalibrasi dibuat menggunakan
Ekstraksi larutan trolox dengan berbagai konsentrasi.
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi Kapasitas antioksidan dinyatakan dalam μmol
menggunakan etanol 99,9% mengacu pada troloks/g serbuk kering.
Lee et al. (2017). Sampel kering (50 gram)
dimasukkan dalam erlenmeyer dan direndam Uji aktivitas antioksidan dengan
dengan 200 mL etanol, dipanaskan pada metode FRAP
water bath suhu 60 oC selama 4 jam, ekstrak Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode
cair disaring menggunakan filter kain FRAP berdasarkan Benzie dan Strain (1996)
dengan ukuran 500 mikron dan disaring yang dimodifikasi. Pereaksi FRAP dibuat
menggunakan kertas saring. Ekstrak cair dengan campuran bufer asetat 300 mM pH
kemudian dievaporasi menggunakan rotary 3,6; TPTZ 10 mM dalam 40 mM HCl; dan
vacuum evaporator pada suhu 50 oC hingga 20 mM FeCl3.6H2O dengan nisbah 10:1:1.
memperoleh ekstrak kasar rumput laut dalam Ekstrak 25 μL ditambahkan 3 mL pereaksi
bentuk serbuk atau pasta. FRAP kemudian didiamkan selama 30 menit
dalam water bath pada suhu 37°C dan diukur
Uji aktivitas antioksidan dengan absorbansinya pada 595 nm. Larutan troloks
metode DPPH dengan berbagai konsentrasi digunakan
Uji aktivitas antioksidan ekstrak kasar untuk membuat kurva kalibrasi. Kapasitas
rumput laut hijau berdasarkan Blois et antioksidan dinyatakandalam μmol troloks/g
al. (1958) yang dimodifikasi. Pengujian serbuk kering.
dilakukan menggunakan metode DPPH
dengan konsentrasi 0,1 mM. Sampel ekstrak HASIL DAN PEMBAHASAN
kasar rumput laut dilarutkan dalam etanol Karakteristik Ekstrak Rumput
dengan kosentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm. Laut
Asam askorbat digunakan sebagai kontrol Rendemen ekstrak C. lentillifera, H.
positif dengan konsentrasi 1, 2, 3 dan 4 ppm. opuntia dan U. lactuca masing-masing 4,46%,
Aktivitas antioksidan masing-masing sampel 4,77% dan 0,84%. Ekstrak yang dihasilkan
dinyatakan dengan persentase penghambatan berwarna hijau dan hijau pekat dengan bentuk
radikal bebas yang dihitung dengan rumus: pasta dan serbuk. Putra (2015) melaporkan
rendemen Caulerpa sp. segar sebanyak
8,88%, sedangkan Caulerpa sp. rebus 6,44%.
U. lactuca yang diekstraksi menggunakan
Uji aktivitas antioksidan dengan etanol menghasilkan rendemen 27,38%
metode CUPRAC sedangkan pelarut metanol menghasilkan
Uji aktivitas antioksidan dengan metode rendemen ekstrak sebesar 13,54%
CUPRAC berdasarkan Apak et al. (2007), (Arbi et al. 2016).
Prosedur pengukuran sampel dilakukan Basir (2017) melaporkan rendemen H.
dengan cara menimbang sampel sebanyak gracilis dan H. macroloba dari perairan Pulau
0,05 g lalu ditambahkan dengan 5 ml etanol Karya, Kabupaten Administrasi Kepulauan
di vortex dan di saring (Maryam et al. Seribu dengan perlakuan utuh 19,83%
2016) , ekstrak sebanyak 0,4 mL dilarutkan dan 17,88%, gerus 20,24% dan 14,79%,
dalam etanol 99,9% ditambahkan 1 mL potong 23,94% dan 15,55%. Perbedaan hasil
CuCl2•2H2O0 0,01 M; 1 mL neokuproin rendemen ekstrak yang dihasilkan dari suatu
etanolik 0,0075 M;1 mL bufer amonium bahan dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 623


Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3

digunakan, ukuran simplisia, perbandingan disebabkan karna H. opuntia termasuk dalam


bahan dan pelarut, jenis pelarut, waktu makro alga berzat kapur dengan tipe kalsium
ekstraksi, suhu ekstraksi umur panen dan karbonat aragonit diperoleh melalui hasil
perbedaan habitat sampel yang digunakan metabolisme yang disimpan di permukaan
(Saragih et al. 2010; Kumar et al. 2012). dinding sel. Kadar abu rumput laut tidak
larut asam sebesar 2,55%. Abu yang tidak
Komposisi Kimia larut dalam asam biasanya mengandung
Hasil pengujian komposisi kimia silika yang berasal dari tanah atau pasir yang
berdasarkan Tabel 1 menunjukkan nilai yang terdapat dalam sampel uji yang melekat pada
berbeda pada masing-masing jenis rumput bahan pada saat pemanenan (AOAC 2005).
laut. Perbedaan kandungan proksimat dapat Kadar lemak pada ketiga jenis rumput
disebabkan jenis rumput laut, perbedaan laut yang terukur adalah 0,18-1,43% dan telah
kondisi lingkungan, musim panen dan habitat sesuai dengan karakteritik rumput laut tropis
rumput laut (Ahmad et al. 2012). yang tidak kaya akan lemak. Kandungan
Kadar air dari ketiga jenis rumput laut protein dari ketiga jenis rumput laut yaitu
yaitu 10,83-28,41%, rendahnya kadar air 3,80-5,26%. Protein dibentuk dari beberapa
dari ketiga jenis rumput laut karena telah asam amino yang diikat oleh peptida,
mengalami pengeringan. kandungan protein yang berbeda dalam
Kadar abu dari ketiga jenis rumput rumput laut disebabkan oleh kandungan asam
laut mempunyai nilai yang lebih besar amino di dalam rumput laut (Ratana-arporn
dari kadar proksimat lainnya, kadar abu dan Chirapart 2006).
tertinggi pada rumput laut H. opuntia Kandungan serat kasar ketiga jenis
sedangkan pada rumput laut C. lentillifera dan rumput yaitu 2,63-3,86%. Jumlah serat kasar
U. lactuca relatif tidak jauh berbeda, kadar merupakan jumlah dietary fiber dan serat
abu dari ketiga jenis rumput laut berkisar fungsional. Kebiasaan mengkonsumsi fiber
24,97-70,66%. Komponen tertinggi yang ada sangat bermanfaat bagi orang obesitas dan
pada rumput laut adalah kadar abu dengan penderita diabetes melitus tipe 2.
jumlah 8,4–43,6% terdiri dari makro mineral Kadar karbohidrat (by difference) pada
dan trace element (Venughopal 2010; Mayer ketiga jenis rumput laut yaitu 10,69-36,49%.
et al. 2011). Ratana-arporn dan Chirapart Polisakarida merupakan salah satu penyusun
(2006) menyatakan bahwa tinggi rendahnya karbohidrat. Karbohidrat umumnya memiliki
kadar abu yang terkandung dalam suatu keterkaitan dengan serat dalam suatu bahan.
bahan dapat dihubungkan dengan unsur Tingginya serat dapat disebabkan oleh
mineral. Tingginya kadar abu pada H. opuntia tingginya polisakarida pada sel rumput laut
(Ma’ruf et al. 2013).

Tabel 1 Komposisi kimia rumput laut hijau


Sampel (%)
Komponen
C. lentillifera H. opuntia U. lactuca U. lactuca* H. opuntia**
Kadar air 23,21±0,86 10,83±0,11 28,41±0,11 10,32 5,8
Abu 38,15±3,19 70,66±2,84 24,97±1,19 37,07 86,0
Abu tidak larut
- 2,55 - - -
asam
Lemak 1,40±0,08 0,18±0,06 1,43±0,17 2,45 2,3
Protein 5,26±0,23 3,80±0,30 5,14±0,35 14,79 3,2
Serat kasar 2,63±0,46 3,86±0,25 3,56±0,35 13,72 -
Karbohidrat 29,37±4,36 10,69±2,84 36,49±1,13 21,65 2,7
Keterangan: *Mahasu (2016), **Susan dan Jim (2006)

624 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3 Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al.

Komposisi Mineral Magnesium (Mg) berperan dalam mencegah


Analisis kadar mineral dilakukan untuk kerusakan gigi, mengendorkan otot, transmisi
mengetahui kadar mineral yang terdapat pada syaraf, aktivitas enzim dan memiliki pengaruh
rumput laut. Kandungan mineral dari ketiga yang signifikan pada sistem pencernaan serta
rumput laut dapat dilihat pada Tabel 2. ginjal (Srimariana et al. 2015). Berdasarkan
Berdasarkan Tabel 2 kandungan kalsium data analisis mineral yang telah dilakukan,
(Ca) dari ketiga jenis rumput laut berkisar C. lentillifera dapat dijadikan sebagai sumber
17,95-124,39 g/kg. Kandungan kalsium (Ca) natrium, H. opuntia dapat dijadikan sumber
pada C. lentillifera dan H. opuntia relatif tidak kalsium dan U. lactuca sebagai sumber kalium.
jauh berbeda dibanding dengan U. lactuca. Kandungan kalium (K) dari ketiga jenis
Kandungan kalsium (Ca) mempunyai nilai rumput laut berkisar 2,29-12,28 g/kg dengan
yang lebih besar dari kandungan mineral jumlah mineral tertinggi pada U. lactuca dan
lainnya, tingginya kadar mineral Ca sejalan terendah pada H. opuntia, unsur K bermanfaat
dengan tingginya kadar abu pada rumput laut, untuk kesehatan tubuh, bertindak sebagai
Nasruddin et al. (2016) menyatakan bahwa elektrolit, menjaga kesehatan jantung, otak,
semakin banyak kandungan mineral, maka ginjal, jaringan otot dan organ penting lainnya
kadar abu semakin tinggi. Kalsium berperan (Yusuf 2014). Peran kalium pada tubuh adalah
dalam pembentukan dan pemeliharaan untuk mengendalikan membran rangsangan,
tulang dan gigi (Fitriani et al. 2012). Kalsium mengoptimalkan struktural fungsi dan
juga memiliki peranan struktural untuk regulasi (Nurjanah et al. 2013).
memberikan kekuatan pada kerangka tubuh Kandungan besi (Fe) dari ketiga jenis
(Nurjanah et al. 2013). rumput laut berkisar 0,34-0,13 g/kg dengan
Kandungan natrium (Na) dari ketiga jenis jumlah mineral tertinggi pada C. lentillifera
rumput laut berkisar 21,16-34,18 g/kg dengan dan terendah pada H. opuntia. Zat besi
jumlahmineraltertinggipada C. lentillifera dan berperan dalam proses respirasi sel, yaitu
terendahpada H. opuntia. Natriummerupakan sebagai kofaktor bagi enzim-enzim yang
kation utama pada cairan ekstraseluler dalam terlibat dalam reaksi oksidasi-reduksi, zat besi
tubuh dan merupakan nutrisi yang penting juga berperan dalam imunitas pembentukan
untuk plasma, keseimbangan asam-basa, sel-sel limfosit (Ridwan 2012). Zat besi di
transmisi impuls saraf dan fungsi sel normal dalam tubuh memiliki peran penting dalam
mengatur tekanan osmotik, metabolisme berbagai reaksi biokimia, antara lain untuk
glukosa dan merupakan elemen esensial memproduksi sel darah merah. Zat besi sangat
dari molekul DNA (Srimariana et al. 2015; bermanfaat untuk orang dewasa, karena
Nurjanah et al. 2013). kekurangan zat besi akan menyebabkan
Kandungan magnesium (Mg) dari ketiga anemia, khususnya pada waktu-waktu
jenis rumput laut berkisar 11,91-22,23 g/ tertentu seperti saat mensturasi dan pada
kg dengan jumlah mineral tertinggi pada masa kehamilan (Nurjanah et al. 2013).
U. lactuca dan terendah pada H. opuntia.

Tabel 2 Kandungan mineral rumput laut hijau


Sampel (%)
Mineral
C. lentillifera H. opuntia U. lactuca U. ohnoi* U. tepida*
Ca 119,20±0,20 124,39±0,32 17,95±0,13 2,7±0,30 3,2±0,30
Na 34,18±0,16 21,16±0,38 22,27±0,38 15,5±1,10 66,3±26,9
Mg 11,91±0,09 2,63±0,06 22,23±0,34 25,6±9,50 19,0±4,10
K 4,06±0,03 2,29±0,04 12,28±0,14 29,1±9,80 32,8±8,10
Fe 0,34±0,02 0,13±0,00 0,18±0,00 0,2±0,10 0,2±0,02
Keterangan: *Magnusson et al. (2016)

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 625


Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3

Variasi jumlah mineral yang besar, Seribu, pada Teluk Jakarta dan Teluk Banten
komponen organik pada dasar perairan, sumber bahan pencemar atau polutan relatif
sifat kedalaman perairan, jarak dari tanah banyak, karena berada pada daerah aktivitas
dan lingkungan mempengaruhi jumlah industri dan aktivitas masyarakat yang tinggi
mineral yang ada pada rumput laut (Alim 2014). Aktivitas kapal pesiar dan kapal
(Venugophal 2010). tradisional yang digunakan sebagai alat
transportasi dan rekreasi di sekitar perairan
Kandungan Logam Berat Pulau Pramuka Kepulauan Seribu dapat
Pengujian logam berat digunakan sebagai mempengaruhi nilai kandungan logam Pb,
salah satu cara untuk menentukan cemaran hal ini karena penggunaan bahan bakar kapal
logam pada biota. Kadar logam berat pada yang mengandung logam Pb berpotensi
ketiga jenis rumput laut hijau dapat dilihat tumpah maupun tercecer dan kemudian
pada Tabel 3. mengendap di dasar perairan.
Pengujian logam berat digunakan sebagai Kandungan Pb yang tinggi pada
salah satu cara untuk menentukan cemaran U. lactuca yang diambil dari perairan Sekotong
logam pada biota yang dikhawatirkan Nusa Tenggara Barat diduga disebabkan
dapat mempengaruhi kandungan nutrisi karena terakumulasinya limbah dari kegiatan
dan menyebabkan keracunan. Logam berat manusia (akitivitas penduduk, kegiatan
mempunyai sifat racun, meskipun dalam budidaya, tempat pariwisata). Kondisi pantai
jumlah yang sedikit dibutuhkan tubuh sekotong yang merupakan teluk tertutup
(Ahmad 2009). sehingga terlindung dari gelombang. Kondisi
Konsentrasi logam berat Pb (Plumbum) ini menyebabkan sirkulasi air menjadi terbatas
pada ketiga rumput laut bervariasi, hasil sehingga logam berat cenderung terdeposit
pengujian menunjukan bahwa konsentrasi Pb dan terakumulasi di dasar perairan. Logam
pada rumput laut C. lentillifera, H. opuntia dan berat di air lebih cenderung terakumulasi di
U. lactuca masing-masing adalah 22,66 mg/kg dasar perairan (Jalius et al. 2008). Kondisi
37,76 mg/kg13,57 mg/kg, kandungan logam fisika perairan seperti arus akan berpengaruh
berat Pb maksimum dalam pangan yang besar dalam proses pengadukan maupun
diperbolehkan menurut BPOM (2009) yaitu pengendapan partikel-partikel yang melayang
0,1-10 mg/kg, maka kadar logam berat Pb di kolom perairan (Maslukah 2007).
pada ketiga jenis rumput laut telah melewati Kadar logam berat Cu pada rumput
batas maksimum yang diperbolehkan. laut C. lentillifera, H. opuntia dan U. lactuca
Tingginya kandungan Pb pada rumput laut adalah 6,03 mg/kg, 5,02 mg/kg, 8,32 mg/kg,
diduga disebabkan karena pengambilan kandungan logam berat maksimum dalam
sampel dilakukan pada bulan september yang pangan yang diperbolehkan menurut (BPOM
merupakan bagian dari musim timur. Arus 2009) sebesar 0,1-150 mg/kg, maka kadar
di perairan Pulau Seribu pada musim timur logam berat Cu pada ketiga jenis rumput
(Mei-September) bergerak dari Laut Jawa laut belum melewati batas maksimum yang
melewati perairan Kepulauan Seribu. Kondisi diperbolehkan. Kandungan logam berat Cu
tersebut memungkinkan massa air dari Laut lebih kecil dibandingkan dengan logam berat
Jawa, khususnya Teluk Jakarta dan Teluk Pb. Logam Cu termasuk logam esensial yang
Banten terbawa sampai ke perairan Pulau diperlukan organisme. Kelebihan logam Cu

Tabel 3 Kandungan logam berat rumput laut hijau


Sampel (%)
Mineral Satuan Baku mutu*
C. lentillifera H. opuntia U. lactuca
Timbal (Pb) mg/kg 22,66 37,76 13,57 0,1-10
Raksa (Hg) mg/kg 0,17 0,20 0,26 0,5-1
Tembaga (Cu) mg/kg 6,03 5,02 8,32 0,1-150
Keterangan: *BPOM (2009)

626 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3 Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al.

dalam tubuh dapat mengakibatkan kerusakan hasil negatif terhadap senyawa alkaloid
hati (Widowati 2008). baik pada pereaksi Mayer, Wagner maupun
Kadar logam berat Hg pada rumput Dragendroff, namun ekstrak H. opuntia dan
laut C. lentillifera, H. opuntia dan U. lactuca U. lactuca menunjukkan hasil positif terhadap
adalah 0,170 mg/kg, 0,200 mg/kg, 0,265 mg/ senyawa alkaloid pada pereaksi Mayer, Wagner
kg, kandungan logam berat Hg maksimum maupun Dragandroff. Alkaloid berfungsi
dalam pangan yang diperbolehkan menurut sebagai antibiotik dan antiinflamasi yang
(BPOM 2009) sebesar 0,5-1 mg/kg, kadar dapat mengurangi rasa nyeri, melancarkan
logam berat Hg pada ketiga jenis rumput peredaran darah, memulihkan stamina setelah
laut belum melewati batas maksimum melahirkan serta mencegah terjadinya infeksi
yang diperbolehkan. Rumput laut memiliki pada bagian rahim (Sudarsono 2002).
kemampuan dalam menyerap logam berat Ekstrak C. lentillifera, H. opuntia dan
dikarenakan memiliki gugus fungsi yang dapat U. lactuca menunjukkan hasil positif terhadap
berikatan dengan ion logam, gugus fungsi senyawa flavonoid. Flavonoid bermanfaat
tersebut terutama adalah gugus karboksil, melindungi struktur sel, meningkatkan
hidroksil, amina, sulfudril imadazol, sulfat efektivitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah
dan sulfonat yang terdapat dalam dinding sel keropos tulang dan sebagai antibiotik
dalam sitoplasma (Kusuma et al. 2014). (Haris 2011). Flavonoid dapat menurunkan
kekakuan arteri dan dapat menjadi alternatif
Kandungan Senyawa Aktif pengobatan untuk mengurangi risiko penyakit
Analisis fitokimia merupakan langkah jantung pada pasien diabetes melitus yang
awal yang digunakan untuk memberikan telah menopause (Curtis et al. 2013).
informasi jenis komponen bioaktif yang Ekstrak U. lactuca menunjukkan hasil
terkandung dalam tumbuhan. Senyawa yang positif terhadap senyawa fenol hidrokuinon
terdapat pada C. lentillifera, H. opuntia dan namun ekstrak C. lentillifera. dan H. opuntia
U. lactuca diuji secara kualitatif berdasarkan menunjukkan hasil negatif terhadap senyawa
perubahan warna atau endapan yang fenol hidrokuinon. Senyawa fenol dapat
terbentuk sebagai respon terhadap reagen mengurangi risiko beberapa penyakit kronis
yang diberikan. Adanya komponen bioaktif C. karena bersifat inflamatori, antioksidan,
lentillifera, H. opuntia dan U. lactuca disajikan detoksifikasi karsinogenik dan anti
pada Tabel 4. kolesterol (Chen dan Blumberg 2007)
Berdasarkan hasil uji fitokimia . Nurjanah et al. (2015)
(Tabel 4) ekstrak C. lentillifera menunjukkan menyatakan bahwa Caulerpa sp. mengandung

Tabel 4 Kandungan senyawa aktif rumput laut hijau


Caulerpa Halimeda
Metabolit sekunder Ulva lactuca Hasil uji positif
lentillifera opuntia
Alkaloid
a. Mayer - + + Endapan putih
b. Wagner - + + Orange/coklat
c. Dragendrof - + + Orange/coklat
Flavonoid + + + Keruh kecoklatan/bening
Fenol hidrokuinon - - + Hijau/hijau pekat
Saponin + - - Terbentuk busa
Tanin - - - -
Steroid + + + Hijau pekat
Triterpenoid + + + Merah
Keterangan: + = Terdeteksi, - = Tidak terdeteksi

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 627


Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3

steroid, flavonoid, fenol dan saponin, dengan aktivitas antioksidan yang semakin tinggi.
total fenol 0,0441 mg GAE/g dan aktivitas Ekstrak H. opuntia menunjukkan aktivitas
antioksidan dengan IC50 451,27 mg/kg. antioksidan yang sangat lemah.
Ekstrak C. lentillifera menunjukkan Uji antioksidan menggunakan metode
hasil positif terhadap senyawa saponin CUPRAC menunjukkan kisaran aktivitas
namun ekstrak U. lactuca. dan H. opuntia antioksidan ekstrak kasar C. lentillifera,
menunjukkan hasil negatif terhadap senyawa H. opuntia dan U. lactuca masing-masing
saponin. Saponin merupakan senyawa yang adalah 212,43 μmol troloks/g ekstrak, 138,21
memiliki tegangan permukaan yang kuat μmol troloks/g ekstrak, 197,50 μmol troloks/g
yang berperan sebagai antimikroba dengan ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
menggangu kesetabilan membran sel bakteri ekstrak kasar etanol dari ketiga rumput laut
yang menyebabkan lisis sel serta berfungsi dapat mendonorkan elektron. Kapasitas
menghambat produksi jaringan bekas luka antioksidan terbesar dari ekstrak rumput
yang berlebihan (Ulya dan Rusman 2012). laut yaitu pada ekstrak C. lentillifera. Uji
Ekstrak C. lentillifera, H. opuntia dan U. antioksidan menggunakan metode FRAP
lactuca menunjukkan hasil positif terhadap pada ekstrak C. lentillifera, H. opuntia dan U.
senyawa steroid/triterpenoid. Senyawa lactuca masing-masing adalah 181,79 μmol
steroid/triterpenoid memiliki aktivitas troloks/g ekstrak, 175,93 μmol troloks/g
sebagai senyawa antibakteri. Senyawa steroid/ ekstrak, 179,86 μmol troloks/g ekstrak hasil
triterpenoid dapat menghambat pertumbuhan uji menunjukkan bahwa esktrak etanol dari
bakteri (Rosyidah et al. 2010). ketiga jenis rumput laut memiliki kemampuan
mereduksi ion ferri (Fe3+). Hal tersebut dapat
Aktivitas Antioksidan dengan Metode menggambarkan bahwa ketiga sampel ekstrak
DPPH, FRAP, CUPRAC memiliki aktivitas antioksidan. Uji aktivitas
Uji aktivitas antioksidan dilakukan untuk antioksidan pada metoda FRAP umumnya
mengetahui potensi aktivitas antioksidan akan menggambarkan aktivitas antioksidan
senyawa dalam ekstrak. Hasil uji aktivitas yang tinggi pada senyawa yang bersifat
antioksidan dapat dilihat pada Tabel 5. polar dibandingkan yang bersifat nonpolar
Hasil uji aktivitas antioksidan (Arif et al. 2014).
menunjukkan bahwa ekstrak kasar C.
lentillifera, H. opuntia dan U. lactuca masing KESIMPULAN
masing memiliki nilai IC50 2,2 mg/L, 4.445 Hasil analisis proksimat menunjukkan
mg/L dan 1,6 mg/L. Nilai IC50 vitamin C bahwa rumput laut C. lentillifera, H. opuntia
yang digunakan sebagai pembanding adalah dan U. lactuca memiliki kadar abu dan
1,8 mg/L. Hasil uji aktivitas antioksidan karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan
menunjukkan ekstrak kasar C. lentillifera, dan komponen proksimat lainnya. Senyawa
U. lactuca memiliki aktivitas antioksidan yang fitokimia dari ketiga jenis ekstrak adalah:
sangat kuat karena nilai IC50 kurang dari 50 flavonoid, steroid, triterpenoid, saponin,
mg/L. Blois(2005) menyatakanbahwaaktivitas alkaloid dan fenol. Ekstrak C. lentillifera, H.
antioksidan <50 ppm tergolong sangat kuat. opuntia dan U. lactuca berpotensi sebagai
Nilai IC50 yang semakin kecil menandakan sumber antioksidan.

Tabel 5 hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, FRAP, CUPRAC
DPPH FRAP CUPRAC
Ekstrak kasar
mg/L µmol troloks/g ekstrak
Caulerpa lentillifera 47,61 181,79 212,43
Halimeda opuntia 95,91 175,93 138,21
Ulva lactuca 43,53 179,86 197,50
Asam askorbat 1,8

628 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3 Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al.

DAFTAR PUSTAKA Dan Ilmu Pengetahuan Alam Riau. 2(1):


[AOAC] Association of Analytical Chemist 35-68.
Publisher. 2005. Official methods of Azhagu R, Mala K, Prakasam A. 2015.
analysis of the association of official Phytochemical analisis of marine
analytical chemist. Arlington Virginia macroalga Caulerpa recemosa (J.Agardh)
USA: The Association of Official (chlorophyta-caulerp[ales) from
Analytical Chemist, Inc. Tiruneveli District, Tamilnadu, India. Jurnal
[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan of Global Biosciences. 4: 3055-3067. Basir A,
Makanan Republik Indonesia.2009. Tarman K, Desniar. 2017. Aktivitas
Keputusan direktur jenderal pengawasan antibakteri dan antioksidan alga hijau
obatdanmakananNo.HK.00.06.1.52.4011 Halimeda gracilis dari Kabupaten
penetapanbatas maksimum cemaran Kepulauan Seribu. Jurnal Pengolahan
mikroba dan kimia dalam makanan. Hasil Perikanan Indonesia. 20(2): 211-
Jakarta (ID): Badan Pengawasan Obat 218.
dan Makanan Republik Indonesia. Benzie IFF, Strain JJ. 1996. The ferric
Ahmad F. 2009. Tingkat pencemaran logam reducing ability of plasma (FRAP) as a
berat dalam air laut dan sedimen di measurement of ‘antioxidant power’ : the
perairan pulau muna, kabaena dan buton FRAP assay. Analytical Biochemistry. 239:
sulewesi tenggara. Makara Sains.13(2): 70-76.
117-124. Blois. 1958. Antioxidant determinations by
Ahmad F, Sulaiman MR, Saimon W, Yee CF, the use of a stable free radical. Nature
MatanjunP.2012.Proximatecompositions Journal. 181: 1199-1200.
and total phenolic contents of selected Booij K, Hillebrand TJ, van Ooijen J. 2001.
edible seaweed from semporna, sabah, Nutrien, trace metal and organic
malaysia. Borneo Science. 31: 85-96 contaminant in Banten bay, Indonesia.
Agusti N. 2015. Uji aktivitas antioksidan dan Marine Pollution Bulletin. 42(11): 1187-
toksisitas ekstrak pigmen karotenoid yang 1190.
diisolasi dari makroalga hijau Halimeda Brown ES, Allsopp PJ, Magee CI, Gill S,
discoidea. Repository UNHAS. 8: 5-6. Nitecki CR, Strain EM. 2014. Seaweed
Alim DH. 2014. Konsentrasi logam berat and human health. Nutrition Reviews. 72:
timbal (Pb) pada air, sedimen, dan 205–216.
rumput laut Sargassum polycystum di Chen CYO, Blumberg JB. 2007. Phytochemical
perairan pulau pari kepulauan seribu. composition of nuts. Asia Pasific Journal
[Skripsi]. Bogor. (ID): Institut Pertanian of Clinical Nutrition. 17(1): 329-332.
Bogor. Craigie J. 2011. Seaweed extract stimuli in
Apak R,Kubilay G, Birsen D, Mustafa O, plant science and agriculture. Journal of
Saliha EC, Burcu, Berker IK, Dilek O. Applied Phycology. (23): 371–393.
2007. Comparative evaluation of various Curtis PJ, John P, Paul AK, Paddy W, Ketan D,
total antioxidant capacity assay applied to Mike S, Aedin C. 2013. Vascular function
phenolic compounds with the CUPRAC and atherosclerosis progression after 1
assay. Molecules. 12:1496-1547. y of flavonoid intake in statin-treated
Arbi B, Widodo FM, Romadhon. 2016. postmenopausal women with type 2
Aktivitas senyawa bioaktif selada laut diabetes: a double-blind randomized
Ulva lactuca sebagai antioksidan pada controlled trial 1, 2, 3. American Society
minyak ikan. Journal of Fisheries Science for Nutrition. 97(5): 936-942.
and Technology. (12):12-18 Evans FD, Critchley AT. 2014. Seaweeds for
Arif Y, Jose C, Teruna H. 2014, Total fenolik animal production use. Journal of Applied
flavonoid serta aktivitas antioksidan Phycology. 26: 891–899.
ekstrak n-heksana, diklorometan dan Farhan AR, Lim S. 2012. Vulnerability
metanol Amaranthus spinosus L Em5- assessment of ecological condition in
bawang putih. Jurnal Fakultas Matematika seribu island, Indonesia. Ocean and

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 629


Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3

Coastal Management. (65) : 1-14. Perikanan Indonesia. 19(3): 183-195.


Febriansah ME, Sakti ERE, Kodir AR. 2015. Magnusson M, Carl C, Mata L, Nys R, Paul
Uji aktivitas antioksidan ekstrak selada NA. 2016. Seaweed salt from Ulva: a
laut (Ulva lactuca L) dengan ekstraksi novel first step in a cascading biorefinery
bertingkat menggunkan metode DPPH. model. Alga Reasearch. 16(2016): 308-
Prosiding SPeSIA UNISBA. 2: 535-537. 316.
Fitriani NLC, Walanda DK, Rahman N. 2012. Maharany P, Nurjanah, Ruddy S, Effionora
Penentuan kadar kalium (K) dan kalsium A, Taufik H. 2017. Kandungan senyawa
(Ca) dalam labu siam (Sechium edule) bioaktif rumput laut Padina australis dan
serta pengaruh tempat tumbuhnya. Jurnal Eucheuma cottonii sebagai bahan baku
Akademia Kimia. 1(4): 174-180. krim tabir surya. Jurnal Pengolahan Hasil
Harborne JB. 1987. Metode fitokimia. Perikanan Indonesia. 20(1): 10-17.
penuntun cara modern menganalisis Mahasu NH. 2016. Evaluasi penggunaan
tumbuhan. terjemahan Kosasih P dan rumput laut Ulva lactuca sebagai
Iwang SJ. Bandung(ID): ITB. pengganti pollard dalam pakan ikan nila
Haris M. 2011. Penentuan kadarflavanoid total sultana Oreochromis niloticus. [Tesis].
dan aktivitas antioksidan dari daun dewa Bogor. (ID): Institut Pertanian Bogor.
(Gynura pseudochina[Lour] DC) dengan Ma’ruf WF, Ratna I, Eko ND, Eko S, Ulfah
spektrofotometer UV-Visibel. [skripsi]. A. 2013. Profil rumput laut Caulerpa
Padang (ID): Universitas Anadalas. racemosa dan Gracilaria verrucosa sebagai
Jalius, Setiyanto DD, Sumantadinata K, edible food. Jurnal Saintek Perikanan.
Riyani E, Ernawati. 2008. Bioakumulasi 9(1): 68-74.
logam berat dan pengaruhnya terhadap Maryam St, Baits M, Nadia A. 2016.
oogenesis kerang hijau (Perna viridis). Pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak
Riset Akuakultur. 3(1):43-52. etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.)
Kelman D, Posner EK, Dermid KJ, menggunakan metode FRAP (Ferric
TabanderaNK, Wright PR, Wright AD. 2012. Reducing Antioxidant Power). Jurnal
Antioxidantactivity of Hawaiian marine Fitofarmaka Indonesia. 2(2): 115-118.
algae. Marine Drugs. 10:403–416. Kumar A, Maslukah L. 2007. Konsentrasi logam berat
Kumari SN, Bhargavan D. 2012. Evaluation (Pb, Cd, Cu, Zn) terlarut dalam seston
of in vitro antioxidant dan dalam sedimen di estuari banjir
potential of etanolic extract from the leaves kanal barat semarang. Jurnal Sumberdaya
of Achyranthes aspera. Asian Journal of Perairan. 2(1):1-4.
Pharmaceutical and Clinical Mayer AMS, Rodriguez AD, Berlinck RGS,
Research. 5(3): 146-148. Fusetani N. 2011. Marine pharmacology
Kusuma IDGDP, Wiratini NM, Wiratma IGL. Marine pharmacology in 2007–8:
2014. Isotermadsorpsi Cu2+ olehbiomassa Marine compounds with antibacterial,
rumput laut Euceuma spinosum. e-Journal anticoagulant, antifungal, anti-
Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan inflammatory, antimalarial, antiprotozoal,
Ganesha. 2(1): 1-10. antituberculosis, and antiviral activities;
Lee NY, Yunus MAC, Idham Z, Ruslan affecting the immune and nervous system
MSH, Aziz AHA, Irwansyah N. 2017. and other miscellaneous mechanisms of
Extraction and identification of bioactive action. Comparative Biochemistry and
compounds from agarwood leaves. Physiology. 67(2011): 191–222.
Second International Conference on Michalak I K. Chojnacka. 2013. Algal compost
Chemical Engineering. 162(2017): 1-6. toward sustainable fertilization. Reviews
Luthfiana N, Nurjanah, Mala N, Effionora Inorganic Chemistry. 10(2013): 161-180
A, Taufik H. 2017.Karakterisasi Morris C, Bala S, South GR, Lako J, Lober M.,
sediaan krim tabir surya dari bubur Simos T. 2014. Supply chain andmarketing
rumput laut Eucheuma cottonii dan ofseagrapes,Caulerparacemosa(Forsskål)
Sargassum sp. Jurnal Pengolahan Hasil J. Agardh (Chlorophyta:Caulerpaceae) in

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 631


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3 Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al.

Fiji, Samoa and Tonga. Journal of Applied Rosyidah K, Nurmuhaimina SA, Komari N,
Phycology. (26): 783–789. Astuti MD. 2010. Aktivitas antibakteri
Nagappan T, Vairappan C. 2014. Nutritional fraksi saponin dari kulit batang tumbuhan
and bioactive properties of threeedible kasturi (Mangifera casturi). Bioscientiae.
species of green algae, genus Caulerpa 7(2): 29-38.
(Caulerpaceae). Journal of Applied Saragih J, Assa J, Langi T. 2010. Aktivitas
Phycology. (26): 1019–1027. antioksidanekstrak jahe merah (Zingiber
Nasruddin, Asikin AN, Kusumaningrum officinale var. rubrum) menghambat
I. 2016. Pengaruh konsentrasi KOH oksidasi minyak kacang tanah
terhadap karakteristik karagenan dari (Arachishypogaea L). e-jurnal unsrat.
Kappaphycus alvarezii. Jurnal Ilmu dan (6):2-6.
Teknologi Kelautan Tropis. 21(2): 55-63. Siregar IY, Edward J. 2010. Faktor konsentrasi
Nguyen VT, Ueng JP, Tsai GJ. 2011. Proximate Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dalam sedimen
composition total phenoliccontent perairan Pesisir Kota Dumai. Maspari
and antioxidant activity of seagrape Jurnal. 1(2010): 01-10.
(Caulerpa lentillifera). Journal Food Srimariana E, Bernita BR, Silaban, Edir L.
Sciences.(76): C950–C958. 2015. Potensi kerang manis (Gafrarium
Nurjanah, Jacoeb AM, Nurokhmatunnisa, tumidum) di pesisir pantai negeri laha,
Pujianti D. 2013. Kandungan asam teluk ambon sebagai sumber mineral.
amino, taurin, mineral makro-mikro dan Prosiding Seminar Nasional Masyarakat
vitamin B12 ubur-ubur (Aurelia aurita) Biodiversiti Indonesia. 4(1): 843-847.
segar dan kering. Jurnal Pengolahan Hasil Sudarsono, Gunawan D, Wahyono S, Donatus
Perikanan Indonesia. 16(2): 95-107. IA, Purnomo. 2002, Tumbuhan Obat II,
Nurjanah, Nurilmala M, Hidayat T, Sudirjo Sifat-sifat dan penggunaan. Yogyakarta
F. 2015. Characteristics of Seaweed as (ID): Universitas Gajah Mada.
Raw Materials for Cosmetics. Aquatic Susan MR, Jim TLV. 2006. Seasonal variation
Procedia. 7 : 177 – 180 in the chemical composition of tropical
Paul NA, Neveux N, Magnusson M, de Nys australian marine macroalga. Jurnal of
R. 2013. Comparative productionand Applied Phycology. 18:381-387.
nutritional value of sea grapes the tropical Truss K, Vaher M, Taure I. 2001. Algal Biomass
green seaweeds Caulerpa lentillifera and from Fucus vesiculosus (Phaeophyta) :
Caulerpa racemosa. Journal of Applied Investigation of the Mineral and Alginate
Phycology. (18): 1–12. Components. Prociding Estonian
Pramesti R. 2013. Aktivias antioksidan Academic Science Chemical. 50:95-103.
ekstrak rumput Caulerpa serrulata Ulya ZA, Rusman. 2012. Cegah diabetes
dengan metode DPPH (1,1 definil 2 dengan rempeyek lidah mertua. Jawa
pikrilhidrazil). Buletin Oseanografi barat (ID): Sekolah analisis kimia.
Marina. 2(2): 7-15. Widowati. 2008. Efektoksiklogampencegahan
Putera BA. 2015. Aktivitas antioksidan dan penanggulangan pencemaran.
rumput laut Caulerpa sp. segar dan rebus. Yogyakarta(ID): CV Andi Offset.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Venughopal JP. 2010. Omega-3
Bogor. polyunsaturated acids and cardiovascular
Ratana-arporn, P. and Chirapart, A. 2006. disease: notable ethnic differences or
Nutritional evaluation of tropical green unfulfilled promise. Jurnal Of Thrombosis
seaweeds Caulerpa lentillifera and Ulva And Haemostasis. (8):1095-2104.
reticulata. Kasetsart Journal of Natural Yanuarti R, Nurjanah N, Anwar E, Hidayat
Science. (40): 75-83. T. 2017. Profil fenolik dan aktivitas
Ridwan E. 2012. Kajian interaksi zat besi antioksidan dari ekstrak rumput laut
dengan zat gizi mikro lain dalam Turbinaria conoides dan Eucheuma
suplementasi. Panel Gizi Makanan. 35 cottonii. Jurnal Pengolahan Hasil
(1):49-54. Perikanan Indonesia. 20(2):230-237.

630 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Rumput Laut Hijau, Nufus et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 3

Yusuf S. 2014. Aplikasi teknik aan di reaktor


rsg-gas pada penentuan unsur esensial
dan toksik di dalam ikan dan pakan ikan.
Jurnal Teknologi Reaktor Nuklir. 1(16):
44-55.
.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 631

Anda mungkin juga menyukai