Anda di halaman 1dari 8

JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Alga Hijau, Basir et al.

Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi DOI: http://dx.doi.org/10.17844/jphpi.v20i2.17507

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN ALGA HIJAU Halimeda gracilis


DARI KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU

Abdul Basir1*, Kustiariyah Tarman1,2, Desniar1


1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor 16680 Jawa Barat
2
Divisi Bioteknologi Kelautan, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor,
Jl. Raya Pajajaran 1, Kampus IPB Baranangsiang Bogor 16144
Telepon (0251) 8622909-8622906, Faks. (0251) 8622907
*Korespondensi: kustya@gmail.com
Diterima: 25 Januari 2017/ Disetujui: 28 Juli 2017

Cara sitasi: Basir A, Tarman K, Desniar. 2017. Aktivitas antibakteri dan antioksidan alga hijau
Halimeda gracilis dari Kabupaten Kepulauan Seribu. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 20(2):
211-218.
Abstrak
Rumput laut merupakan salah satu produsen primer di ekosistem perairan laut. Rumput laut juga
memiliki nilai ekonomis sebagai penghasil hidrokoloid (alginat, agar dan karagenan) yang secara luas
digunakan dalam berbagai industri makanan dan farmaseutika. Penelitian ini bertujuan menentukan
aktivitas antibakteri dan antioksidan alga hijau Halimeda gracilis. Penelitian dilakukan dengan beberapa
tahapan yaitu pengambilan dan preparasi sampel, ekstraksi senyawa aktif, fraksinasi, pengujian aktivitas
antibakteri dan antioksidan serta uji fitokimia. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan
pelarut metanol dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak metanol H. gracilis diuji terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Ekstrak metanol H. gracilis membentuk zona hambat masing-
masing 10 mm dan 6 mm. Setelah dilakukan partisi cair-cair (air:etil asetat), zona hambat hanya terlihat
pada fraksi etil asetat masing-masing sebesar 6 mm pada S. aureus dan 7,50±1,71 mm pada E. coli. Pengujian
antioksidan pada ekstrak metanol dan fraksi etil asetat masing-masing menunjukkan nilai IC50 sebesar 290,49
ppm dan 375,50 ppm. Uji fitokimia menunjukkan ekstrak metanol H. gracilis mengandung fenol dan steroid.

Kata kunci: fitokimia, fraksinasi, H. gracilis, partisi, rumput laut

Antibacterial and Antioxidant Activity of Green Algae Halimeda gracilis


from Seribu Island District

Abstract
Seaweeds have ecological functions as primary producers in marine waters. It also has an important
economic value as a producer of hydrocolloids (alginate, agar and carrageenan) that is used in various
industries of food and pharmaceuticals. This study aimed to determine the antibacterial and antioxidant
activity of green algae Halimeda gracilis. The study was conducted in several stages, sample collection
and preparation, extraction of bioactive compound, fractionation, antibacterial and antioxidant test, and
phytochemical. Extraction was done by maceration method using methanol and concentrated by rotary
evaporator. The methanol extracts of H. gracilis were tested against Staphylococcus aureus and Escherichia
coli. Methanol extract of H. gracilis formed inhibition zone against the test bacteria with diameter of
inhibition zone was 10 mm and 6 mm, respectively. After liquid-liquid partition (water: ethyl acetate),
inhibition zone was only seen in the ethyl acetate fraction of H. gracilis with diameter of inhibition zone
was 6 mm and 7.50±1.71 mm, respectively. Antioxidant test methanol extracts and ethyl acetate fractions
of H. gracilis each show IC50 value of 290.49 ppm and 375.50 ppm. Phytochemical test showed methanol
extract of H. gracilis contains phenols and steroids.

Keywords: fractionation, H. gracilis, partition, phytochemistry, seaweed

211 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Alga Hijau, Basir et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

PENDAHULUAN Schillaci et al. (2014) menyatakan bahwa


Rumput laut merupakan salah satu penggunaan antioksidan sintetis pada industri
produsen primer di ekosistem perairan laut makanan yang melebihi batas aman berpotensi
bersama dengan fitoplankton, lamun, dan menimbulkan efek karsinogenik. Penelitian
mangrove. Rumput laut juga memiliki nilai untuk menemukan sumber antioksidan alami
ekonomis sebagai penghasil hidrokoloid saat ini terus dikembangkan sebagai pengganti
(alginat, agar dan karagenan) yang secara dari antioksidan sintetis. Supardy et al. (2011)
luas digunakan dalam industri makanan dan Taheri (2016) melaporkan bahwa rumput
dan farmaseutika. Rumput laut secara luas laut dari genus Halimeda memiliki potensi
digunakan sebagai makanan, bahan penting sebagai antioksidan.
bagi industri kosmetik serta penghasil Data produksi rumput laut dari genus
hidrokoloid (alginat, agar dan karagenan) yang Halimeda di Indonesia belum dilaporkan
digunakan sebagai pengental dan gelling agents. oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan
Rumput laut telah banyak dibudidayakan karena termasuk jenis yang belum diketahui
karena ketersediaan di alam tidak lagi potensinya. Mayakun et al. (2012) menyatakan
mencukupi untuk berbagai kebutuhan bahwa Halimeda spp. banyak dijumpai di
manusia. Potensi luas areal budidaya rumput perairan tropis. Angka produksi rumput laut
laut saat ini tercatat 1,1 juta ha atau 9% dari dari genus Halimeda di Indonesia maupun
seluruh luas kawasan potensial budidaya laut negara Asia Tenggara lainnya belum diketahui
dengan tingkat pemanfaatannya diperkirakan secara pasti. Papalia dan Arfah (2013)
baru mencapai 25% (KKP 2015). Indonesia menunjukkan bahwa produktivitas biomasa
menjadi pemasok utama rumput laut dunia makroalga di wilayah perairan pesisir pulau
dengan pangsa pasar sebesar 26,50% dari total Ambalau, Kabupaten Buru Selatan pada
permintaan dunia (Kemendag 2015). genus Halimeda menduduki peringkat kedua
Rumput laut juga digunakan untuk terbanyak setelah Caulerpa berdasarkan
pengobatan berbagai penyakit. Penelitian parameter keragaman, kepadatan, frekuensi
telah banyak dilakukan untuk mengkaji kehadiran, dan nilai dominasi dibandingkan
senyawa bioaktif berbagai jenis rumput genus yang lain dari rumput laut hijau, cokelat
laut di antaranya rumput laut hijau maupun merah. Spesies H. gracilis dipilih
sebagai antibakteri (Mishra et al. 2016), dalam penelitian ini karena pemanfaatan
rumput laut merah sebagai antikanker rumput laut jenis ini belum banyak dilaporkan.
(Duraikannu et al. 2014) dan rumput laut Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas
coklat sebagai antiinflamasi dan antidiabetes antibakteri dan antioksidan alga hijau
(Ji-Hyun et al. 2016). Komponen bioaktif yang H. gracilis.
dihasilkan rumput laut di antaranya termasuk
dalam kelompok polisakarida, lemak dan BAHAN DAN METODE
asam lemak, pigmen, serta metabolit sekunder Bahan dan Alat
seperti fenol, alkaloid, terpen, dan lektin Bahan baku yang digunakan pada
(Perez et al. 2016). Pereira dan Gama (2008) penelitian ini adalah rumput laut hijau
melaporkan lebih dari 300 metabolit sekunder H. gracilis yang diperoleh dari perairan Pulau
telah diidentifikasi dari alga hijau diantaranya Karya, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.
termasuk bangsa Bryopsidales. Penelitian yang Bahan lainnya yaitu Media Nutrient Broth
mengkaji potensi senyawa bioaktif rumput (NB) (Oxoid), Mueller Hinton Agar (MHA)
laut dari suku Halimedaceae di antaranya (Oxoid), Nutrient Agar (NA) (Oxoid), radikal
adalah antimikroba dari Halimeda macroloba 1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl, metanol, etil
(Dzeha et al. 2003) dan Halimeda opuntia asetat, n-heksana, kloroform, akuades, dan
(Mishra et al. 2016). antibiotik kloramfenikol.
Penggunaan antioksidan sintetis ternyata Peralatan yang digunakan dalam
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap penelitian ini diantaranya freeze dryer FDU-
kesehatan tubuh apabila dikonsumsi melebihi 1200 Eyela, pipet mikro (Eppendorf), shaker
batas maksimal yang telah ditetapkan. (Heidolph VV2000), timbangan digital

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 212


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Alga Hijau, Basir et al.

(Sartorius TE214S), vortex (Pasolina type NS- menguap. Fraksi air dan fraksi etil asetat yang
8), rotary evaporator Buchi R-114, inkubator diperoleh kembali diuji aktivitasnya terhadap
Yamato IS900, autoklaf Yamato SM52, dan bakteri uji S. aureus dan E. coli.
spektrofotometer Shimadzu UV-1800.
Fitokimia
Metode Penelitian Uji fitokimia dilakukan untuk melihat
Pengambilan Sampel dan Preparasi komponen bioaktif pada ekstrak kasar
Rumput laut diambil dari perairan meliputi alkaloid, fenol, saponin, tanin,
Pulau Karya pada kedalaman sekitar 1 meter. steroid, flavonoid dan asam amino merujuk
Sampel yang telah dibersihkan dengan air laut pada Harborne (1987). Sebanyak 0,05 g
disimpan dalam nitrogen cair sebelum dibawa sampel direaksikan dengan masing-masing
menuju laboratorium. Penyimpanan dalam reagen untuk mengetahui kandungan bioaktif
nitrogen cair agar sampel tidak rusak karena secara kualitatif.
aktivitas biologis selama transportasi, sehingga
disimpan dalam nitrogen cair dengan suhu Uji Antibakteri
berkisar -200oC. Sampel dikeringkan dengan Uji aktivitas antibakteri ekstrak kasar
freeze dryer sebelum dilakukan ekstraksi. dilakukan dengan metode difusi sumur
Sampel untuk identifikasi dipisahkan dan agar (agar well diffusion) mengacu pada
diawetkan dalam alkohol 70%. Identifikasi Ergene et al. (2006). Bakteri uji yang digunakan
dilakukan di Laboratorium Botani Laut, yaitu S. aureus ATCC6538 dan Escherichia coli
Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu ATCC8739. Kedua bakteri ini dipilih untuk
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ancol, Jakarta mewakili kelompok bakteri Gram positif dan
Utara. bakteri Gram negatif. Bakteri ditumbuhkan
dalam media agar miring nutrient agar (NA)
Ekstraksi dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
Ekstraksi dilakukan dengan metode Bakteri yang telah tumbuh disuspensikan
maserasi menggunakan pelarut metanol pada media cair nutrient broth (NB) steril dan
mengacu pada Singkoh (2011). Metanol diinkubasi kembali selama 24 jam pada suhu
ditambahkan dengan perbandingan 1:10 37oC. Pertumbuhan bakteri dalam media
(b/v) ke dalam labu Erlenmeyer berisi rumput NB diukur kepadatannya menggunakan
laut kering sampai semua bagian terendam spektrofotometer untuk mengetahui nilai
sempurna. Maserasi dilakukan selama 24 jam optical density (OD). Bakteri siap untuk
kemudian filtrat disaring menggunakan kertas diujikan apabila mencapai OD pada rentang
saring Whatman no. 42. Proses maserasi 0,5-0,8. OD bakteri E. coli dan S. aureus pada
dilakukan secara berulang hingga tiga kali penelitian ini masing-masing adalah 0,8 dan
atau sampai filtrat terlihat bening. Hasil 0,7. Bakteri uji sebanyak 20 μL dimasukkan
maserasi selanjutnya diuapkan menggunakan ke dalam 20 mL media Muller Hinton Agar
rotary evaporator hingga seluruh metanol (MHA), kemudian dituang pada cawan
menguap dan diperoleh ekstrak kasar rumput petri steril secara aseptis. Media MHA berisi
laut. Ekstrak kasar yang diperoleh dilakukan bakteri uji yang telah padat kemudian dibuat
analisis fitokimia, uji antibakteri terhadap lubang sebanyak 8 sumur. Dua sumur diisi
E. coli dan S. aureus serta uji antioksidan. dengan 20 μL larutan yang mengandung 2
mg ekstrak, dua sumur diisi dengan 20 μL
Fraksinasi larutan yang mengandung 1 mg ekstrak dan
Fraksinasi mengacu pada metode Pramana dua sumur diisi dengan 20 μL larutan yang
dan Saleh (2013) yang dilakukan dengan mengandung 0,5 mg ekstrak. Kontrol negatif
metode partisi cair-cair menggunakan pelarut yang digunakan adalah metanol, sedangkan
etil asetat dan air dengan perbandingan 1:1 kontrol positif adalah kloramfenikol sebanyak
(v/v) menggunakan corong pisah. Fraksi yang 300 μg. Cawan berisi bakteri dan ekstrak
diperoleh diuapkan sehingga seluruh pelarut tersebut disimpan dalam lemari pendingin

213 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Alga Hijau, Basir et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

selama 2 jam agar ekstrak yang diujikan dilengkapi hold fast bertingkat dan segmen
berdifusi. Cawan diinkubasi pada suhu 37oC subsilindris. Setiap segmen dapat mencapai
dan diamati pertumbuhan bakteri setiap 3 jam panjang 11 mm dan lebar 18 mm. Morfologi
selama 24 jam. H. gracilis dari perairan Kepulauan Seribu
dapat dilihat pada Gambar 1.
Uji Antioksidan H. gracilis segar berwarna hijau muda
Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan hingga hijau tua, sedangkan pada kondisi
menggunakan radikal 1,1-diphenyl-2-picryl- kering hasil freeze dry berwarna keabu-abuan.
hydrazyl (DPPH) mengacu pada Sharma Pengeringan dengan freeze dry memiliki
dan Bhat (2009). Ekstrak kasar rumput laut keunggulan di antaranya tidak menimbulkan
dilarutkan dalam metanol dengan dibuat perubahan warna secara signifikan. Penyebab
konsentrasi 50, 100, 200 dan 400 ppm. Tabung perubahan warna H. gracilis yang tampak
reaksi diisi sebanyak 4,5 mL ekstrak dengan pucat setelah proses pengeringan belum
konsentrasi yang telah dibuat sebelumnya diketahui secara pasti.
dan ditambahkan DPPH sebanyak 0,5 mL
kemudian dihomogenisasi dengan vorteks. Komponen Aktif Ekstrak Kasar
Sampel diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 H. gracilis
menit dan diukur absorbansinya pada panjang Uji fitokimia yang dilakukan meliputi
gelombang 517 nm dengan spektrofotometer. alkaloid, steroid, saponin, flavonoid, fenol
Absorbansi dari larutan blanko juga diukur dan tanin. Senyawa aktif ini diduga berperan
untuk melakukan perhitungan persen memberikan aktivitas antibakteri dan
inhibisi. Blanko dibuat dengan mereaksikan antioksidan pada H. gracilis. Hasil uji fitokimia
4,5 mL pelarut metanol dengan 0,5 mL larutan dapat dilihat pada Tabel 1.
DPPH. Aktivitas antioksidan dinyatakan Hasil uji fitokimia menunjukkan ekstrak
dengan persen inhibisi, yang dihitung dengan kasar H. gracilis positif mengandung fenol dan
formulasi sebagai berikut: steroid. Komponen aktif yang diduga berperan
sebagai antibakteri pada H. gracilis adalah
steroid. Dzeha et al. (2003) berhasil mengisolasi
senyawa yang memiliki potensi antibakteri
dari H. macroloba yaitu clionasterol yang
HASIL DAN PEMBAHASAN merupakan senyawa golongan triterpenoid.
Identifikasi rumput laut H. gracilis Kandungan fenol pada H. gracilis diduga
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa berperan sebagai antioksidan, namun pada
rumput laut yang digunakan dalam penelitian beberapa penelitian steroid juga dilaporkan
ini merupakan spesies H. gracilis. Spesies memiliki aktivitas antioksidan. Pramana dan
tersebut termasuk genus Halimeda yang Saleh (2013) berhasil mengisolasi senyawa
merupakan salah satu rumput laut hijau. steroid golongan sterol dari tanaman kukang
Pedrosa et al. (2004) menyatakan bahwa H. yang memiliki potensi sebagai sumber
gracilis panjangnya dapat mencapai 24 cm, antioksidan. Doshi et al. (2011) melaporkan
berwarna hijau dalam kondisi segar dan bahwa komponen bioaktif fenol pada alga
keabu-abuan dalam kondisi kering. Tubuh merah dan alga cokelat memiliki peran sebagai

Gambar 1 Morfologi H. gracilis (A) segar (B) hasil pengeringan dengan freeze dryer

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 214


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Alga Hijau, Basir et al.

Tabel 1 Hasil uji fitokimia H. gracilis


Pengujian Hasil pengamatan Standar (warna)
Alkaloid:
a. Dragendorff - Endapan merah atau jingga
b. Meyer - Endapan putih kekuningan
c. Wagner - Endapan coklat
Perubahan dari merah jadi biru atau
Steroid +
hijau
Saponin - Terbentuk busa
Flavonoid - Berwarna merah/kuning/hijau
Fenol hidrokuinon + Warna hijau atau hijau biru
Tanin - Warna biru tua atau hijau kehitaman
Keterangan: (+) Terdeteksi, (-) Tidak terdeteksi

antibiotik di antaranya brominated fenol dan 20 μL yang mengandung 0,5 mg, 1 mg dan 2
sesquiterpen fenol. mg ekstrak dalam pelarut. Hasil uji aktivitas
Putri dan Hidajati (2015) melaporkan antibakteri ekstrak kasar alga hijau H. gracilis
ekstrak metanol kulit batang tumbuhan nyiri menunjukkan adanya zona hambat pada
batu (Xylocarpus moluccensis) mengandung kedua bakteri uji.
senyawa fenolik golongan flavonoid dan Zona bening yang terbentuk pada
saponin memiliki aktivitas antioksidan uji aktivitas antibakteri ekstrak kasar
sangat kuat karena memiliki nilai IC50<50 H. gracilis terhadap kedua bakteri uji
ppm. Farasat et al. (2014) menyatakan bahwa (Gambar 2). Ekstrak kasar alga hijau H. gracilis
senyawa bioaktif yang berperan sebagai dalam penelitian ini mampu menghambat
antioksidan dari rumput laut merupakan pertumbuhan S. aureus yang merupakan
senyawa dari golongan fenol dan flavonoid bakteri Gram positif lebih baik dibandingkan
seperti yang banyak ditemukan pada terhadap E. coli yang merupakan bakteri
tumbuhan tingkat tinggi. Gram negatif. Zona hambat paling tinggi
ditunjukkan pada konsentrasi ekstrak 2 mg,
Aktivitas Antibakteri Ekstrak dengan diameter zona hambat sebesar 10
H. gracilis mm pada S. aureus dan 6 mm pada E. coli.
Pengujian aktivitas antibakteri Sivakumar dan Vignesh (2014) melaporkan
menggunakan bakteri uji S. aureus dan E. hasil yang lebih baik, ekstrak H. gracilis
coli dengan nilai OD masing-masing sebesar dengan pelarut gabungan metanol:kloroform
0,7 dan 0,8. Ekstrak diujikan sebanyak (1:1) menggunakan metode difusi sumur agar
dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.

Gambar 2 Zona bening pada uji aktivitas antibakteri ekstrak kasar H. gracilis; konsentrasi ekstrak
setiap sumur (0,5 mg, 1 mg, 2 mg); bakteri uji (A) S. aureus (B) E. coli

215 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Alga Hijau, Basir et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

Gambar 3 Aktivitas antibakteri H. gracilis pada bakteri (A) E. coli (B) S. aureus ( ) ekstrak kasar
metanol ( ) fraksi etil asetat.

coli dengan diameter zona hambat 11 mm. mengetahui kepolaran senyawa yang berperan
Zona hambat pada bakteri uji gram negatif sebagai antibakteri dari ekstrak rumput laut
lainnya lebih tinggi, di antaranya : Klebsilla H. gracilis.
pneumoneae (18 mm), Salmonella typhi (15
mm) dan Vibrio cholerae (14 mm). Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Aktivitas antibakteri juga terlihat pada H. gracilis
ekstrak fraksi etil asetat (Gambar 3). Zona Pengujian aktivitas antioksidan
hambat tertinggi pada konsentasi 2 mg, dilakukan terhadap ekstrak kasar alga hijau
masing-masing sebesar 6 mm dan 7,5 mm H. gracilis menggunakan radikal DPPH. Nilai
pada S. aureus dan E. coli. Zona hambat absorbansi digunakan untuk menghitung
tidak terlihat pada fraksi air, untuk kedua persentase penghambatan yang menunjukkan
bakteri uji. Hasil ini sesuai dengan penelitian kemampuan senyawa aktif di dalam ekstrak
lain pada genus Halimeda. Mishra et al. menangkap radikal bebas DPPH.
(2016) menunjukkan aktivitas antibakteri Aktivitas antioksidan ekstrak kasar H.
pada bakteri uji E. coli dan S. aureus gracilis dengan pelarut metanol dan fraksi etil
hanya terlihat pada fraksi etanol dari hasil asetat dapat dilihat pada Gambar 4. Molyneux
fraksinasi menggunakan kolom kromatografi. (2004) menyatakan bahwa suatu senyawa
Dzeha et al. (2003) melakukan kajian masuk dalam kategori sangat kuat apabila
antibakteri dari jenis alga hijau menunjukkan nilai IC50 <50 ppm, kuat 50-100 ppm, sedang
bahwa ekstrak H. macroloba dengan pelarut 101-150 ppm, dan lemah >150 ppm. Ekstrak
etanol:n-heksana, aktif terhadap bakteri H. gracilis pada metanol dan fraksi etil asetat
E. coli ditunjukkan terbentuknya diameter masing-masing memiliki nilai IC50 290,49
zona hambat 19 mm. ppm dan 375,50 ppm, sehingga berdasarkan
Fraksi etil asetat dan fraksi air kategori tersebut aktivitas antioksidan ekstrak
yang diperoleh dari fraksinasi cair-cair alga hijau H. gracilis sangat lemah.
menggunakan corong pisah juga dilakukan uji Aktivitas antioksidan Ekstrak H. gracilis
antibakteri. Fraksinasi dilakukan untuk lebih pada metanol lebih tinggi sebelum dilakukan

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 216


JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2 Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Alga Hijau, Basir et al.

Gambar 4 Aktivitas antioksidan ekstrak H. gracilis ( ekstrak metanol; fraksi etil asetat).

fraksinasi diduga karena senyawa yang DAFTAR PUSTAKA


berperan sebagai antioksidan lebih bersifat Schillaci C, Nepravishta R, Bellomaria
polar. Aktivitas antioksidan yang turun A. 2013. Antioxidants in food and
pada ekstrak H. gracilis fraksi etil asetat pharmaceutical research. Albanian
dibandingkan ekstrak kasar diduga karena Journal of Pharmaceutical Sciences. 1(1):
setelah dilakukan fraksinasi ada senyawa yang 9-15.
terpisah dari fraksi etil asetat yang memiliki Doshi GM, Anggarwal GV, Martis EA,
efek sinergis sebagai antioksidan. Pramesti Shanbhag PP. 2011. Novel antibiotics from
(2013) melakukan penelitian aktivitas marine source-a review. International
antioksidan alga hijau Caulerpa serrulata. Journal of Pharmaceutical Sciences and
Hasil penelitiannya menunjukkan ekstrak Nanotechnology. 4(3): 1446-1461.
rumput laut C. serrulata mempunyai aktivitas Dzeha T, Jaspars M, Jioji T. 2003. Clionasterol,
antioksidan dengan IC50 sebesar 136,89 ppm. a triterpenoid from the Kenyan marine
Aktivitas antioksidan H. gracilis lebih rendah green macroalga Halimeda macroloba.
ditunjukkan dengan nilai IC50 yang lebih besar. Western Indian Ocean Journal of Marine
Science. 2(2): 157-161.
KESIMPULAN Duraikannu K, Shameem RK, Anithajothi
Ekstrak alga hijau H. gracilis memiliki R, Umagowsalya G, Ramakritinan CM.
aktivitas antibakteri dan antioksidan. Fraksi 2014. In-vivo anticancer activity of red
aktif antibakteri yang diperoleh pada fraksinasi algae (Gelidiela acerosa and Acanthophora
cenderung bersifat nonpolar. Fraksinasi cair- spicifera). International Journal of
cair menurunkan aktivitas antioksidan ekstrak Pharmaceutical Sciences and Research.
H. gracilis. Ekstrak metanol H. gracilis pada uji 5(8): 3347-3352.
fitokimia terdeteksi mengandung steroid dan Ergene A, Guler P, Tan S, Merici S, Hamzaoglu
fenol. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk E, Duran. 2006. Antimicrobial and
mengetahui mekanisme senyawa aktif pada H. antifungal activity of Heracleum
gracilis dan H. macroloba dalam menghambat sphondylium subsp. artvinense. African
pertumbuhan bakteri Gram positif maupun Journal of Biotechnology. 5(11): 1087-
Gram negatif. 1089.
Farasat M, Nejad RAK, Nabavi SMB,
UCAPAN TERIMA KASIH Namjooyan F. 2014. Antioxidant activity,
Terimakasih kepada Kementerian total phenolics and flavonoid contents of
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi some edible green seaweed from northern
yang telah memberikan dukungan finansial coasts of the Persian Gulf. Iranian Journal
untuk terlaksananya penelitian ini melalui of Pharmaceutical Research. 13(1):
skema penelitian Kerjasama Luar Negeri dan 163-170.
Publikasi Internasional untuk Dr. Kustiariyah Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Ed ke-2.
Tarman S.Pi, M.Si dengan nomor kontrak Padmawinata K, Soediro I, penerjemah.
079/SP2H/LT/DRPM/II/2016. Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari:

217 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Alga Hijau, Basir et al. JPHPI 2017, Volume 20 Nomor 2

Phytochemical Methods. hlm 56-239. algal genus Halimeda (Bryopsidales) in


Ji-Hyun O, Kim J, Lee Y. 2016. Anti- Brazil. Revista Brasil de Botanica. 27(2):
inflammatory and anti-diabetic effects of 363-377.
brown seaweeds in high-fat diet-induced Pereira RC, Gama BAP. 2008. Macroalgal
obese mice. Nutrition Research and cChemical Defenses and Their Roles
Practice. 10(1): 42-48. in Structuring Tropical Marine
[KEMENDAG]. 2015. Siaran Pers Kementerian Communities. Di dalam: Amsler
Perdagangan Republik Indonesia. CD, editor. Algal Chemical Ecology.
Tiongkok dan Singapura borong rumput Birmingham: Springer.
laut Indonesia Rp 850,19 miliar. [diunduh Perez MJ, Falqué E, Domínguez H. 2016.
2016 Des 15]. Tersedia pada: http://www. Antimicrobial action of compounds from
kemendag.go.id/ id/news/2015/08/02/ marine seaweed-a review. Marine Drugs.
t i on g k o k - d a n - s i n g apu r a - b oron g - 14(52): 1-38.
rumput-laut-indonesia-rp-78271-miliar. Pramana MRA, Saleh C. 2013. Isolasi dan
[KKP]. Kementerian Kelautan dan Perikanan. karakterisasi senyawa steroid pada fraksi
2015. Laporan kinerja KKP tahun 2015. n-heksana dari daun kukang (Lepisanthes
[diunduh 2016 Des 23]. Tersedia pada: amoena). Jurnal Kimia Mulawarman.
http://www.kkp.go.id. 10(2): 85-89.
Mayakun J, Kim JH, Lapointe BE, Parthep Pramesti R. 2013. Aktivitas antioksidan ekstrak
A. 2012. Gametangial characteristic in rumput laut Caulerpa serrulata dengan
the sexual reproduction of Halimeda metode DPPH. Buletin Oseanografi
macroloba Decaisne (Chlorophyta: Marina. 2: 7-15.
Halimedaceae). Songklanakarin Journal Sharma OP, Bhat TK. 2009. DPPH antioxidant
Science Technology. 34 (2): 211-216. assay revisited. Food Chemistry 113: 1202-
Mishra JK, Srinivas T, Madhusudan T, 1205.
Sawhney S. 2016. Antibacterial activity Sivakumar SR, Vignesh A. 2014. In vitro
of seaweed Halimeda opuntia from the activity of seaweed extracts collected from
coasts of South Andaman. Global Journal Gulf of Mannar Coast Islands, Tamilnadu
of Bio-science and Biotechnology. 5(3): on clinical isolates. World Journal of Fish
345-348. and Marine Sciences. 6(6): 504-508.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free Supardy NA, Ibrahim D, Sulaiman SF, Zakaria
radical diphenyl picrylhydrazyl (DPPH) NA. 2011. Free radical scavenging activity,
for estimating antioxidant activity. Journal total phenolic content and toxicity level
of Science and Technology. 26(2): 211-219. of Halimeda discoidea extract (Malaysia’s
Papila S, Arfah H. 2013. Produktivitas biomasa green macroalgae). International Journal
makroalga di perairan pulau ambalau, of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.
kabupaten buru selatan. Jurnal Ilmu dan 3(5): 397-402.
Teknologi Kelautan Tropis. 5(2): 465-477 Taheri A. 2016. Antioxidant activity in some
Pedrosa MEB, Pereira SMB, Oliveira EC. 2004. Iranian seaweed species from Chabahar.
Taxonomy and distribution of the green Iranian Journal of Fisheries Sciences.
15(2): 802-817.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 218

Anda mungkin juga menyukai