Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Rombongan
Asisten
: Hasan
: B1J012204
:4
: IV
: Dina Serepina
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perairan Indonesia menyimpan potensi kekayaan rumput laut setidaknya
terdapat 555 jenis rumput laut. Jenis-jenis rumput laut yang tumbuh dan mempunyai
nilai ekonomi penting diantaranya adalah Eucheuma spp., Gracilaria spp., dan
Hypnea spp. Rumput laut merupakan penghasil bahan-bahan hidrokoloid sebagai
komponen primernya, yang saat ini bahan hidrokoloid tersebut banyak digunakan
dalam berbagai dunia industri. Berdasarkan kandungan hidrokoloidnya, rumput laut
dibagi menjadi tiga macam yaitu agarofit, karaginofit, dan alginofit. Rumput laut
penghasil agar-agar (agarofita) yaitu Gelidium, Gracilaria, Hypnea, Laurencia,
Ahnfeltia, dan Gelidiopsis (Poncomulyo et al., 2006)
Agar banyak dimanfaatkan dalam beberapa bidang industri, misalnya industri
makanan, farmasi, kosmetik, dan sebagai media pertumbuhan mikroba. Pemanfaatan
dalam industria farmasi, agar digunakan sebagai pencahar atau peluntur dan media
kultur bakteri. Pemanfaatan dalam industria kosmetika digunakan dalam industria
salep, cream, sabun, dan pembersih muka. Penggalian manfaat rumput laut hingga
kini terus dilakukan di berbagai negara, sejalan dengan menguatnya gerakan kembali
ke alam.
Pengolahan rumput laut menjadi bahan baku telah banyak dilakukan para
petani, tetapi hanya sampai tingkat pengeringan. Produksi agar di Indonesia hanya
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang digunakan sebagai makanan.
Indonesia saat ini masih mengimpor agar-agar dari negara lain. Oleh karena itu, perlu
ditingkatkan pengetahuan para petani dalam hal pengolahan, khususnya rumput laut
kering. Pengolahan rumput laut kering sesuai dengan standar ekspor akan
mempunyai nilai tambah ekonomi (Poncomulyo et al., 2006).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ekstraksi agar ini adalah untuk mengetahui proses
ekstraksi kandungan kimia rumput laut seperti agar dan nilai rendemennya.
C. Tinjauan Pustaka
Bahan bahan yang digunakan yaitu rumput laut Gracillaria verrucosa 50 gr,
H2O2, 6%, KCL 5%, KOH 10%, dan akuades 1000 ml.
Alat-alat yang digunakan yaitu, baki, blender, gelas ukur 100 ml, kain saring,
kompor, Pengaduk, dan timbangan analitik.
B. Metode
Diagram alir proses pengolahan rumput laut menjadi agar:
G.verrucosa 50 gr diblender
Disaring
Disaring
Parameter
Bobot Awal
Bobot Akhir
100 gram
24,9 gram
Agar
diekstraksi
dari ganggang
laut
yang
berasal
dari
kelompok
pembuat
gel,
dan
lain-lain.
Beberapa industri
yang
yang konsisten. Perendaman rumput laut dalam kaporit 0,25% berfungsi untuk
merubah warna rumput laut menjadi putih dan menjadi lebih bersih. Penambahan
NaOH untuk membuat larutan lebih asam.
Menurut Dawes (1981), klasifikasi dari G. verrucosa adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Rhodophyta
Classis
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigartinales
Familia
: Gracilariaceae
Genus
: Gracilaria
Species
: Gracilaria verrucosa
Gracillaria verrucosa memiliki ciri-ciri thalus berbentuk silindris dan
permukaannya licin. Thalus tersusun oleh jaringan yang kuat, bercabang-cabang
dengan panjang kurang lebih 250 mm, garis tengah cabang antara 0,5 2,0 mm.
percabangan alternate yaitu posisi tegak percabangan berbeda dengan tingginya,
bersebelahan, atau pada jarak tertentu berbeda satu dengan yang lain, kadang-kadang
hamper dichotomous dengan pertulangan lateral yang memanjang menyerupai
rumput. Bentuk cabang silindris dan meruncing di ujung cabang (Sinulingga, 2006).
Kandungan agar dari Gracilaria ini sangat bervariasi tergantung dari spesies
dan lokasi pertumbuhannya yang umumnya berkisar antara 16%-45% (Aslan, 1991).
Hasil praktikum didapati kandungan agar pada Gracilaria gigas adalah 47,4 %.
Standar mutu agar-agar di Indonesia menurut FAO dalam Indriani dan Suminarsih
(2001) adalah kadar air sebesar 15-21%, kadar abu maksimal 4%, kadar karbohidrat
sebagai galakton minimal 30%, logam berbahaya (arsen) tidak ada, zat warna
tambahan sesuai yang diinginkan untuk makanan dan minuman.
Randemen agar dari Gracilaria sangat tergantung dari jenis, lama perendaman,
lama ekstraksi, konsentrasi zat yang digunakan dalam perendaman dan pelembutan,
metode ekstraksi yang digunakan dan faktor lingkungan tempat rumput laut tersebut
tumbuh. Randemen juga dipengaruhi oleh skala produksi dimana skala produksi
yang besar akan menghasilkan rendemen yang besar pula (Chapman and Chapman,
1980).
Menurut Akio (1971), Cara pembuatan ekstraksi agar adalah sebagai berikut :
1.
Peralatan
Peralatan yang digunakan juga cukup sederhana, yaitu peralatan untuk
Pembersihan
Ada tiga perlakuan dalam tahap ini, yaitu perendaman, pencucian, dan sortasi.
Rumput laut agar merah kering direndam dalam air bersih sekitar 2 jam. Rumput laut
diremas-remas sambil disortasi untuk memisahkan kotoran (pasir, karang, jenis
rumput laut lain, dsb), kemudian dibilas sampai bersih. Rumput laut yang sudah
dicuci kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kering.
3.
Pemucatan
Pemucatan dilakukan dengan cara merendam rumput laut di dalam larutan
kaporit 0,25 % selama 1,5 jam. Fungsi perendaman dengan larutan kaporit adalah
untuk membersihkan rumput laut dari kotoran-kotoran, karena kaporit mempunyai
daya pengikat kotoran yang cukup kuat. Selain itu juga berfungsi untuk memucatkan
rumput laut, sehingga terlihat lebih putih. Rumput laut kemudian dicuci dengan air
bersih supaya bau kaporitnya hilang.
4.
akuades dan dihaluskan dengan blender. Fungsi perendaman dalam larutan asam
cuka adalah untuk menghancurkan dinding sel rumput laut, sehingga mempermudah
proses penghancuran. Rumput laut dicuci dengan akuades sampai bersih, selanjutnya
rumput laut diblender sampai lembut.
5.
Ekstraksi
Tahap selanjutnya rumput laut diekstraksi. Ekstraksi agar merah dilakukan
dengan direbus dengan air dengan total air perebusan sebanyak 20 kali berat rumput
laut kering pada suhu 100 C dan diaduk pHnya, dicek sampai netral. Bila terlalu
asam dapat dilakukan penambahan NaOH 15 % dan bila terlalu basa dapat dilakukan
penambahan asam cuka 0,5 %.
6.
lalu diendapkan dalam bak plastik. pH agar dapat dinetralkan dengan penambahan
KCl 0,3% hingga pH netral kembali, selanjutnya agar dibekukan dalam pendingin
agar dapat memadat dengan sempurna.
7.
Agar dicetak dalam kain kasa. Hal ini karena kain kasa tidak membuat agar
tidak terlalu menempel. Agar dioven supaya diperoleh agar kering, lalu ditimbang
bobot keringnya. Metode dengan pengepresan dapat dilakukan supaya menghasilkan
lembaran agar tipis. Jika agar-agar belum cukup tipis, pengepresan dilanjutkan
dengan menambahkan beban secara bertahap.
8.
Agar-agar kering disortasi untuk memisahkan yang rusak, sobek, dan kotor sekaligus
dilakukan pengelompokkan mutunya. Agar-agar kertas dikemas dalam kantong
plastik, atau tergantung perimintaan pasar.
9.
Produk akhir
Jumlah agar kertas yang diperoleh dari hasil pengolahan (rendemen)
dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya mutu rumput laut yang digunakan.
Berdasakan hasil yang diperoleh pada praktikum esktraksi agar dengan bobot
basah rumput laut sebesar 100 gram dan bobot kering rumput laut sebesar 24,9 gram
sehingga diperoleh rendemen agar sebesar 24,9%. Hasil ekstraksi yang minimal ini
terjadi karena proses ekstraksi agar tidak dilakukan secara sempurna (adanya
pengurangan waktu pada tiap tahapnya) (Winarno, 1990). kadar NaOH semakin
besar, maka konsentrasi gel agar-agar pada kesetimbangan semakin kecil sehingga
konstanta Henry semakin kecil pula, maka rendemen yang diperoleh juga semakin
kecil. Secara umum, perendaman dengan alkali dapat meningkatkan kekuatan gel
agar-agar meskipun rendemennya lebih rendah dibandingkan dengan asam.
Sedangkan perendaman dengan asam menghasilkan rendemen yang tinggi namum
kekuatan gel agar-agarnya rendah (Distantina, 2008).
IV. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan praktikum ekstraksi karaginan dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1.
2.
Rendemen agar yang diperoleh dari rumput laut kering Gracilaria verrucosa 50
gram adalah sebesar 24,9 %.
DAFTAR REFERENSI
Afrianto, A. dan E. Liviawati . 1993 . Budidaya Rumput Laut dan Cara
Pengolahannya . Bhatara, Jakarta.
Akio, Okazaki. 1971. Seaweeds and their uses in Japan. Tokai University Press,
Tokyo.
Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta. 97 hlm.
Atmadja, W.S., A. Kadi, dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut
Indonesia. Puslitbang Oseanografi-LIPI, Jakarta.
Chapman, V.J., and Chapman, C.J.,1980. Seaweed and Their Uses, 3rd ed., pp.148
193, Chapman and Hall Ltd., London.
Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. University of South Florida, USA.
Distantina, S., Devinta.R.A., Lidya.E.F. 2008. Pengaruh Konsentrasi dan Jenis
Larutan Perendamanterhadap Kecepatan Ekstraksi dan Sifat Gel Agar-agar dari
Rumput Laut Gracilaria verrucosa. Jurnal Rekayasa Proses, 2 (1) :11-16.
Francavilla. M., Antonio. P., Carol. S.K. Lin., Massimo. F., Pasquale. T., Antonio.
A.R., Rafael. L. 2013. Natural porous agar materials from macroalgae.
Carbohydrate Polymers 92 (2013) :15551560.
Handayani, T. 2006. Protein pada Rumput Laut. Oseania, Bidang Sumberdaya Laut,
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta, 4: 23-30.
Indriani, H dan E. Suminarsih. 2001. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput
Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Manivannan, K., Thirumanan, G., Devi, G. Karthikai., Hemalatha, A.,
Anantharaman, P. 2008. Biochemical Composition of Seaweeds from
Mandapam Coastal Regions along Southeast Coast of India. AmericanEurasian Journal of Botani, 1 (2) : 32-37.
Poncomulyo, T. H., Maryani, dan L. Kristiana. 2006. Budidaya dan Pengolahan
Rumput Laut. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Sinulingga. M., dan Sri Darmanti. 2006. Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir
yang Diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut Gracilaria verrucosa.
Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir : 32-38.
Winarno, F.G . 1990 . Teknologi Pengolahan Rumput Laut . Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.