Anda di halaman 1dari 11

INOVASI HIJAU DALAM INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT

LAUT SEMI REFINEED CARRAGEENAN (SRC)


Ekaterina Setyawati1, Syamsul Maarif2, dan Yandra Arkeman2
1) Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Dosen Teknik Industri, Universitas Sahid Jakarta
2)
Dosen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK
Rumput Laut saat ini menjadi salah satu komoditi unggulan Indoensia, untuk lebih
memberikan nilai tambah kebutuhan untuk mengolah rumput laut menjadi produk olahan menjadi
suatu yang harus dilakukan dibanding hanya memproduksi dalam bentuk kering. Produk rumput
laut olahan mulai dari ATC, SRC sampai dengan karaginan saat ini masih terbuka peluang pasar
yang besar baik lokal maupin ekspor. Kondisi ini membuat pemerintah Indonesia ini mendukung
upaya dalam pendirian pabrik pengolahan rumput laut salah satunya SRC.
Upaya hilirisasi produk tersebut ada dampak yang perlu diperhatikan yaitu limbah air
limbah proses yang dihasilkan cukup besar. Limbah yang bersifat alkali akan berbahaya bagi
lingkungan jika dibiarkan sehingga perlu suatu kajian untuk mereduksi limbah yang dihasilkan.
Pendekatan inovasi hijau dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa alternatif yang
dikembangkan adaah dengan pemanfaatn limbah menjadi produk samping yang mempunyai nilai
tambah, dan pemanfaatan air limbah untuk proses selanjutnya.
Berdasarkan kajian literatur berdasarkan kemudahan teknologi dan aspek biaya
pemanfaatan limbah menjadi produk olahan dalam bentuk nata de seaweeds cenderung dipilih
untuk dikembangkan. Kajian terhadap aspek produk secara pasar masih luas terbuka trend untuk
mengkonsumsi makanan yang sehat dan harga yang murah akan dapat direspon pasar dengan baik
dan akan memberikan dampak minimal terhadap kerusakan lingkungan

Kata kunci: inovasi hijau, SRC, nata de seaweed

1 PENDAHULUAN Kelautan dan Perikanan) RI tahun 2008,


apabila seluruh lahan dapat dimanfaatkan
1.1 Latar Belakang maka akan diperoleh kurang lebih 32 juta
ton per tahun.
Indonesia merupakan negara Rumput laut menghasilkan
kepulauan yang memiliki senyawa koloid yang disebut fikokoloid
keanekaragaman hayati, salah satunya yakni agar, alginat, dan karagenan. Agar
rumput laut. Rumput laut merupakan dan alginat dihasilkan oleh rumput laut
salah satu jenis komoditas unggulan cokelat spesies Sargassum sp., sedangkan
budidaya perairan dengan nilai ekonomi karagenan dihasilkan oleh rumput laut
pasar yang kompetitif baik di pasaran merah spesies Eucheuma cottonii.
dalam negeri maupun ekspor. Potensi Perkembangan budidaya rumput laut
rumput laut di Indonesia cukup tinggi. jenis Sargassum sp. masih sangat terbatas
Pada tahun 2008, Indonesia karena permintaannya yang masih
menghasilkan 1,9 juta ton rumput laut. rendah, sehingga mengakibatkan
Hasil tersebut didukung dengan hanya perkembangan budidaya rumput laut
memanfaatkan lahan sebesar 220 hektar jenis ini tidak sepesat rumput laut
atau 20 persen dari keseluruhan lahan Euchema cottonii. Rumput laut Euchema
yang tersedia, yakni sebesar 1,1 juta cottonii dapat diolah menjadi bahan
hektar (Telaumbanua, 2014). setengah jadi seperti ATC (Alkali Treated
Berdasarkan data DKP (Departemen Cottonii), ataupun karagenan murni

Industri hijau dalam industri (Ekaterina dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 21
(refined carrageenan) ataupun menghasilkan karagenan murni (refined
semirefined carrageenan baik dalam carrageenan) atau formula produk
bentuk chip atau tepung. karagenan siap pakai yang dapat
Karagenan merupakan getah digunakan untuk industri pangan. Di
rumput laut yang bersumber dari rumput Indonesia, hanya terdapat dua unit usaha
laut merah berupa polisakarida sulfat industri Refine Carageenan (RC), dan 11
yang memiliki sifat-sifat hidrokoloid unit usaha industri Semi Refined
sehingga banyak digunakan dalam Cerageenan (SRC). Hal tersebut yang
produk pangan dan industri. Beberapa mendasari akan didirikannya industri
genus rumput laut merah penghasil refined caragenan baru untuk memenuhi
karagenan adalah Chondrus, Eucheuma permintaan kebutuhan pasar baik di
dan Gigartina. Di Indonesia yang banyak dalam mapun di luar negeri. Namun ada
tumbuh adalah spesies Eucheuma dampak yang perlu diperhatikan dalam
cottonii. Permintaan akan bahan baku pengembangan usaha tersebut yaitu
rumput laut merah cenderung terus dampak limbah dari industri tersebut. Air
meningkat seiring dengan perkembangan limbah proses yang dihasilkan cukup
pemanfaatan karagenan untuk berbagai besar. Upaya peningkatan industri yang
keperluan baik bidang pangan, maupun berdaya saing perlu perlu diterapkan
non pangan. Penggunaan karaginan pada industri rumput laut olahan, sehingga
produk pangan antara lain sebagai industri mempunyai nilai keunggulan
penstabil, pengemulsi, pembentuk gel yang lebih baik dalam bersaing di pasar
dan pengental. Karagenan sebagai bahan lokal mapun ekspor dan ketermanfaatan
penstabil biasanya digunakan pada lebih masyarakat luas. Salah satu yang
produk susu, daging olahan, sari buah, dapat dikembangkan adalah dari aspek
produk roti, dan lain-lain. Karagenan lingkungan adalah bagaimana industri
pada bidang non pangan dipakai industri karaginan bisa menerapkan konsep zero
pelapis keramik, kertas, tekstil, waste..
bioteknologi, dan industri farmasi, seperti
kosmetik, shampoo, dan lain-lain. 1.2 Tujuan
Karagenan relatif tidak toksik dibanding
zat tambahan lain. Pada Tahun 2000, Memaparkan proses perencanaan
volume produksi karagenan di Indonesia penerapan inovasi hijau untuk industri
meningkat sebesar 8,2%, sedangkan pengolahan karaginaan sehingga dapat
volume ekspornya meningkat sebesar menerapkan zero waste.
11,3% dari tahun sebelumnya.
Pengolahan rumput laut menjadi produk 2 TINJAUAN PUSTAKA
baru dapat meningkatkan nilai tambah 2.1 Rumput Laut
dari rumput laut tersebut. Sebagai
ilustrasi, dari rumput laut kering senilai Rumput laut merupakan salah satu
Rp 5.000,- jika diolah menjadi Semi biota laut yang hidup di perairan
Refined Carrageenan (SRC) food grade Indonesia. Ekspedisi Siboga (1899
bisa bernilai Rp. 40.000 hingga Rp 1900) telah mengidentifikasi sekitar 782
66.000. Jika diproses sampai Refine jenis rumput laut di laut Indonesia
Carrageenan (RC) untuk obat-obatan (Anggadiredja, dkk. 2006). Dari berbagai
bernilai Rp 75.000 - Rp 95.000 (Basmal, jenis rumput laut Indoensia tersebut,
2007). terdapat beberapa jenis bernilai ekonomis
Indonesia mempunyai potensi dan telah diperdagangkan, baik untuk
sumber daya Eucheuma cottonii yang konsumsi domestik maupun ekspor.
cukup besar, namun saat ini masih sangat Jenis-jenis tersebut yaitu Eucheuma sp.
jarang industri di Indonesia yang (E. cottonii dan E. spinosum), Gracillaria

Industri hijau dalam industri (Ekaterina dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 22
sp. (G. gigas dan G. verrucosa), laut Indonesia yang bernilai ekonomis
Gelidium sp., Hypnea sp., dan Sargassum dan sudah diperdagangkan yaitu
sp. Eucheuma sp., Gracillaria sp., Gelidium
Rumput laut umumnya tumbuh sp., dan Hypnea sp. dari kelas
melekat pada substrat tertentu, tidak Rhodophyceae sedangkan Sargassum sp.
mempunyai akar, batang maupun daun Eucheuma sp. dan Hypnea sp.
sejati. Akantetapi hanya menyerupai menghasilkan metabolit primer senyawa
batang yang disebut thallus. Rumput laut hidrokoloid yang disebut karaginan
tumbuh di alam dengan melekatkan (carrageenan). Gracillaria sp. dan
dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu, Gelidium sp. menghasilkan metabolit
dan benda keras lainnya. Selain benda primer senyawa hidrokoloid yang disebut
mati, rumput laut pun dapat melekat pada agar. Furcellaria sp. menghasilkan
tumbuhan lain secara epifitik. hidrokoloid furcellaran. Sementara,
Pertumbuhan dan penyebaran Sargassum sp. menghasilkan metabolit
rumput laut sangat tergantung dari faktor- primer senyawa hidrokoloid yang disebut
faktor oseanografi (fisika, kimia, dan alginat. Rumput laut yang menghasilkan
pergerakan air laut) serta jenis substrat karaginan disebut pula carrageenophyte
dasarnya. Untuk pertumbuhannya, (karaginofit), penghasil agar disebut
rumput laut mengambil nutrisi dari agarophyte (agarofit), dan penghasil
sekitarnya secara difusi melalui dinding alginat disebut alginophyte (alginofit).
thallusnya. Perkembangbiakan dilakukan Agar, karaginan, dan furselaran
dengan dua cara, yaitu secara kawin semuanya adalah polimer galaktosa,
antara gamet jantan dan gamet betina sedangkan alginat merupakan polimer
(generatif) serta secara tidak kawin asam-asam manuronat dan guluronat.
melalui vegetatif dan konjugatif.
Secara taksonomi, rumput laut 2.2 KandunganRumputLaut
dikelompokkan ke dalam Divisio
Thallophyta. Berdasarkan kandungan Sebagai sumber gizi, rumput laut
pigmennya, rumput laut dikelompokkan memiliki kandungan karbohidrat (gula
menjadi empat kelas (Gliksman, 1983), atau vegetable-gum), protein, sedikit
yaitu sebagai berikut : lemak, dan abu yang sebagian besar
1) Rhodophyceae (ganggang merah) merupakan senyawa garam natrium dan
2) Phaeophyceae (ganggang coklat) kalium. Selainitu, rumput laut juga
3) Chlorophyceae (ganggang hijau) mengandung vitamin-vitamin, seperti
4) Cyanophyceae (ganggang biru- vitamin A, B1, B2, B6, B12, dan C; beta
hijau) karoten; serta mineral, seperti kalium,
Dari empat kelas tersebut, hanya kalsium, fosfor, natrium, zatbesi, dan
ganggang coklat dan ganggang merah yodium. Kandungan unsur mikro lanilla
yang digunakan sebagai bahan baku yang terdapat dalam rumput laut terlihat
industri kimia. Beberapa jenis rumput dalam Tabel1
Tabel 1 Kandungan unsur-unsur mikro pada rumput laut

Kisaran kandungan dalam % berat kering


Unsur
Ganggang coklat Ganggang merah
Chlor 9,8 15,0 1,5 3,5
Kalium 6,4 7,8 1,0 2,2
Natrium 2,6 3,8 1,0 7,9
Magnesium 1,0 1,9 0,3 1,0
Belerang 0,7 2,1 0,5 1,8
Silikon 0,5 0,6 0,2 0,3

Industri hijau dalam industri (Ekaterina dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 23
Fosfor 0,3 0,6 0,2 0,3
Kalsium 0,2 0,3 0,4 1,5
Besi 0,1 0,2 0,1 0,15
Yodium 0,1 0,8 0,1 0,15
asBrom 0,03 0,14 Diatas o,005
Sumber : Winarno, 1990
Beberapa jenis rumput laut lactuca, dan Enteromorpha sp.
mengandung lebih banyak vitamin dan mengandung asam amino esencial yang
mineral penting, seperti kalsium dan zat lengkap dan jumlahnya reltif lebih tinggi
besi bila dibandingkan dengan sayuran dibandingkan provisional pattern asam
dan buah-buahan. Beberapa jenis rumput amino yang telah ditetapkan oleh
laut juga mengandung protein yang FAO/WHO. Hasil analisa dari sebagian
cukup tinggi. Analisa kandungan asam jenis rumput laut yang berasal dari daerah
amino dari Gelidium amansii, Gracillaria Sulawesi Selatan dan Bali dapat dilihat
verucosa, Grateloupia filicina, Ulva pada tabel 2.
Tabel 2 Hasilanalisarumputlaut
E. spinosum E. spinosum E. spinosum G. gigas
Jenis analisa
(Bali)% (Sul Sel)% (Bali)% (Bali)%
Kadar air 12,90 11,80 13,90 12,90
Protein (Crude protein) 5,12 9,20 2,69 7,30
Lemak 0,13 0,16 0,37 0,09
Karbohidrat 13,38 10,64 5,70 4,94
Serat kasar 1,39 1,73 0,95 2,50
Abu 14,21 4,79 17,09 12,54
Mineral:Ca 52,85 ppm 69,25 ppm 22,39 ppm 29,925 ppm
Fe 0,108 ppm 0,326 ppm 0,121 ppm 0,701 ppm
Cu 0,768 ppm 1,869 ppm 2,736 ppm 3,581 ppm
Pb = 0,015 ppm 0,040 ppm 0,190 ppm
Vitamin B, (Thiamin) 0,21 mg/100g 0,10 mg/100g 0,14 mg/100g 0,019 mg/1008
Vitamin B2(Riboflaan) 2,26 mg/100g 8,45 mg/100g 2,7 mg/1008 4,00 mg/100g
Vitamin C 43 mg/100g 41 mg/1008 12 mg/100g 12 mg/100g
Carrageenan 65,75% 67,51% 61,52% _
Agar = _ = 47,34%
Sumber : Hasil analisa di FTDC dalam www.fao.org

Ekstrak rumput laut merah (agar, 2.3 Manfaat Rumput Laut


karaginan, dan furselaran) dibedakan atas
kandungan sulfatnya. Kadar sulfat ini, Sejak zaman dulu, rumput laut telah
khususnya digunakan untuk membedakan digunakan manusia sebagai makanan dan
furselaran dan karaginan. Berdasarkan obat-obatan. Konon, orang Yunani dan
Food Chemicals Codex III dalam Romaw itelah memanfaatkan rumput laut
Gliksman (1983), furselaran harus saat negerinya dilanda kelaparan serta
mengandung 8 19 % sulfat dan digunakan sebagai bekal pada waktu
karaginan harus memiliki 18 40 % mengarungi lautan. Dar iliteratur Cina
sulfat. kuno, Tseng CK dan Chang CF mencatat
sekitar 32 jenis rumput laut yang tumbuh
di perairan Cina dimanfaatkan sebagai
obat dalam bentuk herbal medicine. Di

Industri hijau dalam industri (Ekaterina dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 24
Indonesia, meskipun tidak tercatat dalam dalam berbagai industri. tercatat, lebih
literatur obat tradisional, ternyata dari 500 jenis produk komersial yang
masyarakat di wilayah pesisir telah menggunakan senyawa hidrokoloid dari
memanfaatkan beberapa jenis rumput laut rumput laut sebagai bahan bakunya.
untuk tujuan pengobatan. Senyawa hidrokoloid yang berasal dari
Selain digunakan sebagai bahan rumput laut komersial di Indonesia antara
makanan dan obat-obatan, ekstrak rumput lain agar, karaginan, dan alginat. Adapun
laut yang merupakan senyawa manfaat agar, karaginan, dan alginat
hidrokoloid sangat luas penggunaannya disajikan pada tabel 3.

Industri Makanan dan


Minuman

Rumput Laut Rumput


Eucheuma Laut Karaginan Bahan Kimia Pertanian
cottonii Kering

Industri Kosmetik dan


Farmasi

Industri Makanan dan


Minuman

Rumput
Rumput Laut
Laut Agar-agar Culture Media
Gracilaria sp.
Kering

Industri Kosmetik dan


Farmasi

Industri Makanan dan


Minuman

Rumput Laut Rumput


Sargassum Laut Alginat Industri Cat
sp. Kering

Industri Tekstil, Vernis,


Fotografi, Kulit Buatan
Tepung Industri Makanan dan
Rumput Laut Minuman (Roti, Mie, Kue)

Gambar.1 Pohon Industri Komoditas Rumput Laut

2.4 Inovasi Hijau mengembangkan, menerapkan dan


memperkenalkan ide-ide baru,
Saat ini ada banyak definisi perilaku, produk dan proses yang
inovasi hijau, yang dapat dikelompokkan berkontribusi pada pengurangan
menjadi tiga kategori ( Hordern dkk, beban lingkungan atau keberlanjutan
2008) yang melihat inovasi hijau sebagai ekologi ( Klemmer, 1999)
: 2. Pengenalan/penciptaan kinerja
1. Pengurangan dampak lingkungan, lingkungan, Mencakup
eco-inovasi relevan untuk semua pengembangan produk baru
kalangan masyarakat yang (teknologi lingkungan), pasar baru

Industri hijau dalam industri (Ekaterina dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 25
dan sistem baru serta pengenalan c. Teknologi alternatif, untuk
dimensi ekologi dalam strategi mengurangi emisi gas rumah kaca
ekonomi. dan polutan lain serta menyediakan
3. Peningkatan kinerja lingkungan, energi yang dapat diperbarui
sebagai inovasi lingkngan mencakup d. Sistem inovasi untuk mengukur dan
semua inovasi yang memiliki efek memantau dampak lingkungan juga
menguntungkan pada lingkungan termasuk sistem sosioteknis baru.
terlepas dari apakah efek ini adalah
tujuan utama dari inovasi. Pada dasarnya inovasi hijau
merupakan bagian dari proses inovasi
Inovasi memaikan peran utama dalam tetapi yang membedakan adalah pada
degradasi lingkungan melalui inovasi hijau pertimbangan utama dalam
kontribusinya terhadap peningkatan menghasilkan ide-ide baru, yaitu
pertumbuhan ekonomi dan konsumsi dampaknya terhadap lingkungan. Oleh
( Porter, 1995). Literatur inovasi hijau karena itu inovasi hijau diharapkan dapat
fokus pada peran inovasi dalam menghasilkan produk-produk yang ramah
memberikan solusi untuk berbagai isu lingkungan, tidak hanya untuk
lingkungan, termasuk : kelangsungan hidup tersebut tetapi untuk
a. Produk Hijau, dengan mengurangi keberlanjutan lingkungan hidup
dampak lingkungan selama siklus Globalisasi menciptakan dan
hidup mereka dan dengan lingkup mendukung pasar baru untuk inovasi
yang lebih besar bagi mereka untuk hijau. Pasar baru membuka dan
diperbarui/ulang berkembang pesat di negara-negara
b. Proses yang lebih efisien, untuk berkembang terutama di China, India dan
meminimalkan, mengobati dan Brasil.
menggunakan kembali limbah

3. INOVASI HIJAU DALAM mempunyai pH yang sangat tinggi yaitu


PENGOLAHAN KARAGINAN berkisar antara 12-13, serta memiliki
kandungan organik dan padatan terlarut
Industri Semi-refined carrageenan yang tinggi pula (Sedayu et al., 2007).
(SRC) merupakan industri yang strategis Limbah SRC tinggi dikarenakan berasal
sebagai pemberi nilai tambah rumput laut dari larutan potasium hidroksida (KOH)
penghasil karaginan (Eucheuma cottonii). yang digunakan dalam proses ekstraksi
Salah satu masalah yang dihadapi dalam karaginan yang digunakan adalah
rangka pengembangan industri SRC berlebihan. KOH dalam air terionisasi, di
adalah terkait dengan permasalahan mana ion K+ mengikat gugus sulfat dari
limbah. Hasil penelitian yang dilakukan rumput laut dan melepaskan ion-ion OH-
oleh peneliti dari Pusat Riset Pengolahan dalam larutan sehingga menaikan derajat
Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan kebasaan air limbah.
Perikanan pemakaian air dalam proses Air limbah dari proses pengolahan
SRC dapat mencapai 1:21, sehingga SRC tersebut akan menimbulkan masalah
jumlah air limbah yang dihasilkan dari bagi lingkungan jika tidak ditangani
industri cukup banyak. Pengolahan SRC sebaik-baiknya. Pembuangan air limbah
menggunakan larutan alkali panas, ke lingkungan tanpa melalui proses
sehingga air limbah cair yang dihasilkan penanganan yang baik akan mengancam
mempunyai karakteristik warna coklat kelestarian ekosistem yang berada di
muda sampai dengan coklat tua, bersifat sekitarnya. Adanya limbah tersebut tidak
alkalis, mengandung bahan-bahan hanya berakibat buruk bagi lingkungan,
organik dan anorganik. Limbah tersebut permasalahan limbah juga berdampak

Industri hijau dalam industri (Ekaterina dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 26
pada aspek sosial karena dimungkinkan pencemaran lingkungan mempunyai
akan mengganggu masyarakat sekitar resiko yang paling minimal.
yang terkena limbah seperti dilaporkan
oleh Zulham et al. (2007). Berdasarkan kajian literatur, alternatif
Permasalahan limbah tersebut strategi penanganan limbah yang dapat
perlu mendapatkan perhatian serius, dilakukan meliputi:
khususnya dari pihak industri dan pihak 1. Peningkatan nilai tambah air limbah
terkait lainnya dalam rangka menjadi produk yang mempunyai
pengembangan industri rumput laut nilai ekonomis. Air limbah SRC
secara berkelanjutan. Untuk mendorong yang banyak mengandung alkali jika
pengembangan industri SRC yang diproses lebih lanjut akan
berkelanjutan, maka perlu disusun memberikan nilai tambah dengan
alternatif strategi yang tepat dihasilkannya produk baru.
untukmenangani permasalahan limbah 2. Pemanfaatan kembali air limbah.
tersebut. Strategi yang terpilih akan Proses pengolahan SRC
digunakan untuk memprediksi sampai membutuhkan banyak air, sehingga
sejauh mana strategi tersebut dapat air limbah yang dihasilkan sangat
secara efektif dan efisien untuk besar. Pendaur- ulangan air limbah
menangani jumlah limbah yang ada. akan mengefisienkan penggunaan air
Untuk memilih strategi yang dianggap sekaligus mengurangi masalah
paling tepat yang menjadi prioritas pencemaran lingkungan.
dalam menangani permasalahan limbah 3. Peningkatan kinerja IPAL. Instalasi
pengolahan SRC maka perlu ditetapkan Pengolahan Air Limbah (IPAL)
kriteria-kriteria yang relevan. Kriteria perlu dikeloladengan baik agar
kriteria yang dikembangkan dalam dapat beroperasi secara optimum.
alternatif penanganan limbah pada Untuk mencapai kondisi tersebut
umumnya adalah sebagai berikut: diperlukan beberapa perangkat
manajemen dan pembiayaan seperti
1. Kelayakan teknologi, yaitu teknologi kelembagaan pengelola IPAL,
yang dapat dikembangkan terkait sumberdaya manusia yang memadai,
dengan desain, proses, keandalan, dan dukungan pembiayaan untuk
kemudahan penggunaan, serta harus perawatan IPAL.
dapat dioperasikan dan dipelihara
oleh pihak industri. Kriteria tersebut Alternatif peningkatan nilai tambah
dianggap layak jika faktor faktor dari air limbah dengan pemanfaatan
teknologi tersebut dipenuhi. menjadi produk samping lebih dipilih
2. Kelayakan ekonomi, yaitu harus oleh industri. Faktor utama yang
layak secara ekonomi dalam menyebabkan alternatif peningkatan nilai
pembangunan (konstruksi), tambah terpilih adalah penggunaan
operasional,dan pemeliharaannya. biaya dan investasi yang lebih efisien jika
Kriteria tersebut dianggap layak jika dibandingkan dengan alternatif-alternatif
investasi untuk permodalan dan lainnya. Salah satu bentuk peningkatan
biaya operasi mencapai taraf yang nilai tambah air limbah menjadi produk
paling efisien. adalah dengan mengolahnya menjadi
3. Kelayakan lingkungan, yaitu harus nata de seaweeds. Nata Rumput Laut
dapat menurunkan pencemaran (Nata de seaweeds) merupakan salah satu
dalam air limbah ke tingkat yang diversifikasi produk pascapanen rumput
sesuai atau lebih rendah dari baku laut yang dapat dijadikan sebagai inovasi
mutu yang ditetapkan. Kriteria baru produk nata. Nata de seaweeds
tersebut dianggap layak jika potensi dapat dibuat dengan menggunakan bahan

Industri hijau dalam industri (Ekaterina dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 27
baku air limbah pada pembuatan SRC dalam air limbah tinggi, serta produk
(Semi Refined Carrageenan) yang dihasilkan lebih baik dalam hal
Eucheumacottonii. Nata de seaweeds bentuk, rasa, tekstur, maupun warnanya.
dari air limbah pembuatan SRC bisa Dari segi nilai gizi, ternyata Nata de
diterapkan untuk skala usaha mikro- seaweedss memiliki kandungan serat
menengah maupun industri, seperti kasar 54,24% lebih tinggi daripada Nata
halnya industri nata de coco. Nata de de Coco serta kandungan air yang lebih
seaweeds mempunyai kandungan nutrisi rendah sehingga produk lebih kenyal dan
yang lebih baik dari nata de coco karena awet. Nilai tambah yang dihasilkan dari
memiliki kandungan lemak, serat, dan pengolahan rumput laut menjadi nata de
protein yang lebih tinggi daripada nata de seaweedss adalah sebesar 900% serta
coco. Kandungan lemak nata de proses pembuatannya lebih efisien 50%
seaweeds mencapai 0.23%, protein daripada pembuatan nata de coco biasa.
0.57%, dan serat makanan mencapai Pembuatan nata de seaweeds dapat
4,5% (Isti 2005). Sebagian besar dilakukan dengan cara air limbah SRC
kandungan nata de seaweeds adalah air dimasak selama kurang lebih 10 menit,
dan serat berupa selulosa. Serat tersebut kemudian setelah lima belas menit
diperoleh dari hasil fermentasi bakteri masak, ditambahkan gula. Proses
Acetobacter xylinum. Serat yang selanjutnya adalah dengan menambahkan
dihasilkan oleh bakteri pada umumnya sari jeruk nipis sampai pH media
sama dengan serat yang terbentuk di mencapai nilai 3-4. Setelah proses
dalam dinding sel tanaman, hanya pemasakan selesai maka air limbah SRC
terbentuknya tidak di dalam dinding sel siap untuk ditempatkan dalam wadah
bakteri, tetapi di luar sel tersebut. Serat fermentasi yang telah dicuci bersih dan
tersebut membentuk massa yang disterilkan. Ketinggian media di dalam
bergumpal pada permukaan medium wadah kurang lebih 4 cm. Wadah ditutup
terlihat putih transparan. Gumpalan serat dengan menggunakan kain kasa steril dan
itulah yang kemudian kita kenal dengan didiamkan selama satu malam, Tahapan
sebutan nata de seaweeds. selanjutnya adalah proses penambahan
Keunggulan nata de seaweedss starter Acetobacter xylinum 10%,
dibandingkan nata lainnya adalah kemudian ditutup dengan menggunakan
teknologi proses lebih ekonomis karena kain kasa dan difermentasikan selama 10-
tidak memerlukan penambahan asam 15 hari pada suhu ruang sampai terbentuk
asetat seperti halnya pembuatan nata de lapisan nata yang cukup tebal (1,5-2 cm).
coco, prinsip pembuatan produk tidak Pada saat pemanenan nata lembaran
menghasilkan limbah (zero waste kemudian dibersihkan. Gambar 2
fisheries) terutama limbah asam, lebih menunjukkan diagram alir dari proses
efisien dalam penambahan gula pasir pembuatan nata de seaweeds dari air
karena kadar karbohidrat kompleks limbah SRC.

Industri hijau dalam industri (Ekaterina dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 28
Air Limbah SRC

Pemasakan 10-15 menit

Penambahan gula 2,5%

Penambahan sari jeruk nipis sampai pH


mencapai nilai 3-4

Tempatkan dalam wadah fermentasi

Tutup dengan kain kasa steril dan didiamkan


selama satu malam

penambahan starter Acetobacter xylinum 10%,

Tutup dengan kain kasa steril lalu fermentasi selama


10-15 hari pada suhu ruang sampai terbentuk lapisan
nata yang cukup tebal (1,5-2 cm)

Nata de seaweeds

Gambar 2 Diagram alir dari proses pembuatan nata de seaweeds dari air limbah SRC

Industri hijau dalam industri (Ekaterina dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 29
4. KELAYAKAN KOMERSIALISASI dilakukan pada skala industri kecil
4.1 Aspek Teknologi sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat banyak untuk
Teknologi dalam pemanfaatan limbah menduplikasi teknologi dalam
proses menjadi nata de seaweed sangat memanfaatkan limbah proses karaginan
sederhana dengan penggunaan teknologi dengan mendirikan usaha nata de
fermentasi yang secara umum telah seaweeds sehingga dapat memperluas
banyak dikenal oleh masyarakat, dan juga lapangan pekerjaan dan berdampak pada
peralatan yang dibutuhkan tidak tidak peningkatan perekonomian masyarakat.
mahal dan dapat diterapkan pula untuk
industri skala rumah tangga ataupun 5. SIMPULAN
besar.
Upaya inovasi hijau yang dilakukan
4.2 Aspek Pemasaran pada industri karagenan adalah dengan
memanfaatkannya menjadi makanan
Permintaan akan produk olahan fungsional berupa nata de seaweed layak
rumput laut seperti tepung Refined untuk dikembangkn melihat pada
Carrageenan (RC) terus mengalami teknologi yang sederhana dan juga biaya
peningkatan dari tahun ke tahun. Sebagai murah namun dari segi pasar mempunyai
gambaran bahwa pada tahun 2009, total potensi pasar yang besar serta ditunjang
kebutuhan karaginan industri-industri di dengan harga yang relatif lebih murah,
Indonesia saja mencapai 18.291,70 ton produk ini diprediksi akan dapat bersaing
akan tetapi sebagian besar ( 80%) masih dengan nata lainnya lainnya yang sudah
di pasok dari perusahaan luar negeri lebih dahulu terdapat di pasaran.
(impor). Di satu sisi dengan adanya
peningkatan produksi karaginan akan DAFTAR PUSTAKA
membuat ketersediaan suplai bahan baku
nata de seaweed akan terjaga. Sedangkan Anggadireja, JT dan Tim BPPT. 2011.
untuk pangsa pasar nata de seaweed Kajian Strategi Pengembangan
masih terbuka luas mengingat dari Industri Rumput Laut dan
manfaat yang ditawarkan seperti baik Pemanfaatannya Secara
untuk diet, mengurangi resiko obesitas, Berkelanjutan. BPPT, ASPPERLI,
serat pada rumput laut bersifat ISS, Jakarta.
mengenyangkan dan kandungan Anonim, 2011. Jumlah luas Usaha
karbohidratnya sukar dicerna sehingga Pembesaran Rumput Laut di Tambak
akan menyebabkan rasa kenyang lebih dan di Laut Menurut Kabupaten/Kota
lama, anti oksidan dan juga harga jual Sulawesi Tengah . Dinas Kelautan
yang tidak terlalu mahal diprediksi dapat dan Perikanan Provinsi Sulawesi
diterima oleh masyarakat luas dan Tengah.
dikonsumsi oleh semua usia. Aziz, S. 2011. Peran Dunia Usaha
Dalam Proses Industrialisasi Rumput
4.3 Aspek Sosial Ekonomi Laut. Asosiasi Rumput Laut
Indonesia.
Usaha untuk penglolaan produksi zero BPS, 2010. Hasil Sensus Penduduk,
waste pada industri karaginan dengan 2010. Data Agregat per Provinsi.
pemanfaatan limbah menjadi produk
samping berupa nata de seaweeds dengan Cocon. 2011. Status Rumput Laut
teknologi yang sederhana dapat Indonesia.

Industri hijau dalam industri (Ekaterina dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 29
http://seaweed81jpr.blogspot.com/Sel Hordern,T.,S. Borjesson dan M.Elmquist,
asa, 16 Agustus 2011 2008.Managing Green Inovation,
Dhewanto, 2014. Manajemen Inovasi Center for Business Inovation
Peluang Sukses Menghadapi Working Paper Series No.10 Sweden
Perubahan, Penerbit Andi, Sulaeman, S. 2006. Pengembangan
Yogyakarta Agribisnis Komoditi Rumput Laut
Melalui Model Klaster Bisnis.
Infokop Nomor 28 Tahun XXII.

Industri hijau dalam industri (Ekaterina dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 30

Anda mungkin juga menyukai