PENGELOLAHANNYA
I PENDAHULUAN
Rumput laut atau sea weeds sangat populer dalam dunia perdagangan. Dalam dunia
ilmu pengetahuan rumput laut dikenal sebagai Algae.
Rumput laut tumbuh dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Tumbuhan ini
bernilai ekonomis penting karena penggunaannya sangat luas dalam bidang industri
kembang gula, kosmetik, es krim, media cita rasa, roti, saus, sutera, pengalengan
ikan/daging, obat-obatan, dan batang best untuk solder/las. Jenis-jenis yang bernilai
ekonomis penting adalah Acantthopeltia, Gracilaria, Gelidella, Gelidium,
Pterrocclaidia sebagai penghasil agar-agar; Chondrus, Eucheuma, Gigartina, H^pnea,
Iriclaea, Phyllophora sebagai penghasil karaginan; Furcellaria sebagai penghasil
furcelaran; dan Ascophyllum, durvillea, Ecklonia, Turbinaria sebagai penghasil
alginat.
Selain itu, rumput laut juga memberi nilai tambah rumah tangga. Manisan rumput
laut,misalnya, dibuat dari jems Eucheuma yang berguna bagi kesehatan. Jenis ini
dapat memperlancar system pencemaan makanan, di samping banyak mengandung
vitamin dan mineral.
Di Indonesia, pemanfaatan rumput laut yang terbesar adalah sebagai bahan ekspor
dalam bcntuk rumput laut kering. Sejak tahun 19851-989, volume ekspor rumputlaut keiing Indonesia masih-tetap saja keeilr-yaitu -30,6 %, 38,9 %,9,6 % dan 5,4 %.
Sehingga rata-rata ekspor pada periode itu adalah 8.939,379,2 kg/tahun. Kenyataan ini
menunjukkan prospek ekspor rumput laut Indonesia di masa datang semakin cerah.
Mengingat perairan Indonesia berpotensi besar untuk budidaya rumput laut yang
disertai teknik yang mudah, penanganan pascapanen yang sederhana, dan modalnya
yang kecil, maka para petani/nelayan semakin giat mengembangkannya. Sebagat
rnisal, budidaya rumpuUautdiBali, tahun 1985 hanya menghasilkan kira-kira 19.000
ton , tetapi dari hasil inventarisasi sampai tahun 1989 telah mencapai 78.118,8 ton
dengan areal budidaya seluas 184 ha, dari areal potensial seluas 1.500 ha. Di samping
Bali, masih banyak lagi daerah di Indonesia yang berpotensi sebagai areal budidaya
rumput laut. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang luas arealnya
masing-masing. merupakan daerah areal budidaya rumput lautnyft. Dengan demikian
jelaslah bahwa potensi ekspor rumput laut Indonesia cukup besar. Hal im terlihat juga
angka permintaan selama tahun 1984 - 1989, yaitu setiap tahunnya rata-rata mencapai
21,8 %. Namun angka ini masih kecil bila dibandingkan dengan peranan negara lain
dalam hal memasok pesanan rumput laut kering dunia. Indonesia baru mampu
memasok pesanan rumput laut dunia sebesar 13,1 %. Rendahnya permintaan ini
diantaranya di sebabkan oleh kegiatan produksi yang kurang baik.
Masalah di atas yang menyangkut teknik budidaya dan pemasaran yang harus
dipecahkan dalam usaha pengembangan produksi rumput laut antara lain sebagai
berikut.
a) Kualitas rumput laut Hasil panen alam biasanya berkualitas rendah karena
sering mengandung pasir, karang, garam, dan campuran jenis rumput
lainnya, serta kandungan air cukup tinggi.
b)
b)Jalan, tenaga listrik, air bersih, dan laboratorium yang berpotensi untuk usaha
budidaya rumput laut umumnya belum tersedia di lokasi penghasil.
c)
Pemasaran hasil
Lokasi budidaya yang saling berjauhan dan jauh dari lokasi pusat
pengumpulan hasil menyebabkan harga di tingkat petani tidak stabil, bahkan
terkadang sangat rendah. Keadaan ini dapat mengakibatkan petani enggan
mengusahakan rumput laut.
II
MENGENAL RUMPUT LAUT
Algae atau ganggang terdiri dari empat kelas, yaitu Rhodophyceae (ganggang merah),
Phaeophyceae (ganggang cokelat), Chlorophyceae ( ganggang hijau ), dan
Cyanophyceae ( ganggang hijau-biru ). Pembagian ini berdasarkan pigmen yang
dikandungnya. Bila dilihat dari ukurannya, ganggang terdiri dari mikroskopik dan
makroskopik. Ganggang makroskopik inilah yang kita kenal sebagai rumput laut.
Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira-kira tahun 2700 SM. Di masa
itu, rumput laut digunakan untuk sayuran dan obat-obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa
Romawi menggunakannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun, dari waktu ke
waktu pengetahuan tentang rumput laut pun semakin berkembang. Spanyol, Prancis,
dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas, sedangkan
Irlandia, Norwegia, dan Scotlandia mengolahnya menjadi pupuk tanaman.
Rumput laut memang telah lama dikenal dan dimanfaatkan, tetapi publikasinya baru
dimulai pada abad ke-17 oleh Jepang dan Cina. Jepang dan Cina merupakan bangsa
yang maju dalam bidang rumput laut, baik produksi maupun pemanfaatan rumput
laut.
Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu
bangsa Portugis datang ke Indonesia kira-kira tahun 1292, rumput laut telah
dimanfaatkan sebagai sayuran. Pengiriman rumput laut ke luar negeri pun belum
diketahui secara pasti. Dari catatan yang ada hanya mengatakan bahwa sebelum PD II
Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika, Denmark, dan Prancis. Rumput
laut yang diekspor adalah dari jenis Gracilaria. Namun, hingga kini rumput laut yang
banyak diminta adalah jenis Eucheuma sp, Gracilaria sp, dan Gelidium sp.
A. Kandungan dan Manfaat
Pada mulanya orang menggunakan rumput laut hanya untuk sayuran.
Waktu itu tidak terbayang zat apa yang ada di dalam rumput laut. Yang
diketahui hanyalah rumput laut yang tidak berbahaya untuk dimakan. Dengan
berjalannya
waktu,
pengetahuan
tentang
rumput
laut
pun
semakin
berkembang. Orang pun semakin tahu zat apa yang terkandung dalam
rumput laut. Pengetahuan itu digunakan agar rumput laut dapat bermanfaat
seoptimal mungkin.
Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah
karena mengandung agar-agar, keraginan, porpiran, maupun furcelaran.
Untuk jenis-jenis yang ada di Indonesia (lihat Tabel 2) selain hanya
mengandung agar-agar dan karaginan, juga mengandung pigmen fikobilin,
1,5 3,5
1,0 2,2
1,0 7,9
0,3 1,0
0,5 1,8
0,2 0,3
0,2 0,3
0,4 1,5
0,1 0,15
0,1 0,15
0,005
Ganggang Cokelat
9,8 15,0
6,4 7,8
2,6 3,8
1,0 1,9
0,7 2,1
0,5 0,6
0,3 0,6
0,2 0,3
0,1 0,2
0,1 0,8
0,03 0,14
hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil,
kosmetik, dan lain-lain. Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan
pemantap, bahan penolong atau pem- buat emuisi, bahan pengental, bahan
pengisi, dan bahan pembuat gel Kelebihan ini digunakan dalam beberapa
industri antara lain sebagai barikut.
Industri makanan
Penggunaan agar-agar terbanyak adalah pada industri makanan, seperti
dalam pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding,
selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat.
Industri farmasi
Agar-agar bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus
kapsul obat antibiotik dan vitamin, atau campuran bahan pencetak contoh
gigi.
Industri kosmetik
Agar-agar digunakan dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan
sabun.
Industri tekstil
Agar-agar yang bennutu tinggi digunakan untuk melindungi kemilau
sutera, sedangkan yang bermutu lebih rendah untuk jenis tekstil lain seperti
macao, muslin, dan voil.
Industri kulit
Agar-agar digunakan sebagai pemantap permukaan yang halus dan
kekakuan kulit, serta sebagai campuran pembuatan pelekat plywood.
Industri lain
Kappa
Iota
Lambda
Larut
diatas Larut
60oC garam Na, Larut
larut garam Ca
memberi
Air dingin
dispersi
thixotropic
Larut
Larut
Larut
Larut
Susu panas
Garam Na, Ca, K Tidak larut
Susu dingin
tidak larut tetapi
akan
Larut, panas
mengembang
Larut, panas
Larut, sukar
Larutan
gula
Panas, larut
Larut, panas
pekat
Larutan garam Tidak larut
pekat
Sumber : Moraina, 1977 dalam Winarno, 1990.
Air panas
Larut diatas 60
o
C
Garam natrium,
larut, garam K,
Ca, tidak larut
Kegunaan karaginan hampir sama dengan agar-agar, antara lain sebagai pengatur
keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Karaginan
digunakan dalam beberapa industri, antara lain :
makanan : pembuatan kue, roti, makaroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim,
dan gel pelapis produk daging.
Algin
Algin merupakan polimer mumi dari asam uronat yang tersusun dalam
bentuk rantai linear panjang. Selain selulosa, algin juga menyusun dinding sel
pada ganggang cokelat. Bentuk algin di pasaran bisa berupa tepung natrium,
kalium atau amonium alginat yang larut dalam air maupun tepung kalsium
atau asam alginat yang tidak larut dalam air.
Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur
keseimbangan, pengemuisi, dan pembentuk lapisan tipis yang taharrterhadap
minyak. Algin antara lain digunakan dalam industri :
7. Eucheuma striatum
8. Gelidiopsis rigida
9. Gelidium sp.
(Kep,Seribu),
agar-agar
kembang (Sulawesi tengah).
Sangan (lingga),
Agar-agar
intip-intip kembang karang Agar-agar
sangau
(Riau),
10.
Gracilaria (banten),
bulung ayam (bali), sayur laut
coronopifolia
Agar-agar
11. Gracilaria lichenoides (Ambon), kades (Indonesia).
Agar-agar
12. Gracilaria sp.
Duyung (Bangka)
Agar-agar
Agar-agar halus (Ind.timur, kep,
seribu), rambu kasang (jawa
13. Gracilaria taenoides
Agar-agar
14.
Gymnogongrus barat), bulung sangu (Bali)
Duyung janggut (bangka)
javanicus
Karaginan,
15. Hypnea cerviorni
Bulung
budur
(Madura), agar-agar
sasangan pasir (Bawean)
16. Hypnea sp.
Bulong jaja (Bali), sangu Karaginan,
agar-agar
17.
Sarcodia (tuban), paris (Ind).
Bebiri (Lombok)
montegneana
PHAEOPHYCEAE
1. Dictyota dichotoma
2. Hormophysa sp.
3.
Hydroclathrus
clathratus
Algin
4. padina australis
5. sargassum siliquosum Agar-agar daun besar (Kep. Algin
Seribu)
6. Turbinaria conoides
Oseng-oseng (Kep. Seribu),
boboyot (Lombok)
CHLOROPHYCEAE
Labi-labi (Sulawesi)
1. Caulerpa peltata
2. caulerpa racemosa
3. caulerpa sarrulata
4.
Caulerpa
sertulariodes
5. chaetomorpha crasa
6. codium tomentosum
7. Ulva lactuca
8. Ulva reticulata
Lata (Bangka)
Lailai (Ind), lelato (lombok),
tawali kecil (Ternate), bulung
buni (Bali)
Laur-laur (Sulawesi),
lopek (Lombok),
Selada laut
Selada laut
susu
ketersediaan
zat
hara
tidak
menjadi
factor
penghambat
untuk
pertumbuhan tanaman. Artinya, zat hara yang ada di laut masih cukup,
bahkan masih berlebihan untuk kebutuhan rumput laut. Hal ini dapat terjadi
karena adanya sirkulasi yang baik, run-off dari darat, dan gerakan air. Melihat
hal ini, maka bila akan membudidayakan rumput laut, kita tidak perlu
menyediakan zat hara. Akan tetapi, kita harus waspada terhadap unsur-unsur
yang diserap oleh rumput laut karena rumput laut dapat juga menyerap logam
berat seperti Pb dan Hg. Logam berat ini tidak berbahaya bagi tanaman,
tetapi sangat berbahaya bagi manusia. Untuk mencegah hal itu, alangkah
baiknya sebelum membudidayakan rumput laut kita uji kualitas air lebih
dahulu.
Gerakan air, selain berfungsi untuk mensuplai zat hara, juga membantu
memudahkan rumput laut menyerap zat hara, membersihkan kotoran yang
ada, dan melangsungkan pertukaran C02 dengan 02 sehingga kebutuhan
oksigen tidak menjadi masalah. Gerakan air mengalir (arus) yang baik untuk
pertumbuhan rumput laut antara 20 - 40 cm/detik. Sedangkan gerak air yang
bergelombang 9ombak), tinggi ombaknya harus tidak lebih dari 30 cm. Bila
arus air lebih cepat maupun ombak yang terlalu tinggi, dapat dimungkinkan
terjadi kerusakan tanaman, seperti dapat patah, robek, ataupun terlepas dari
substratnya. Selain itu, penyerapan zat hara akan terhambat karena belum
sempat diserap, tetapi telah dibawa kembali oleh air, dan air laut menjadi
keruh.
Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh salinitas atau kadar
garam dan temperatur. Ada 2 golongan rumput laut berdasarkan kisaran
salinitas : rumput laut yang stenohalin, hidup dan tumbuh pada perairan
dengan kisaran salinitas yang sempit; serta rumput laut yang euryhalin, hidup
dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang lebar. Temperatur
yang baik untuk pertumbuhan rumput laut antara 20 - 28 C. Walaupun
demikian, adajuga yang dapat hidup di luar kisaran, misalnya Phorphyra.
Furcellaran, Chondrus, dan Laminaria karena hanya dapat hidup di ikiim
subtropis sampai dingin.
Perkembangan rumput laut tidak lepas dari pengaruh luar, terutamajenis
yang lain. Hubungan itu ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan.
Misalnya Eucheuma bersaing denga ulva dan Enteromorpha dalam mencari
makan, tetapi dapat hidup tanpa gangguan dengan Caulerpa,
Padina,
Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami bukan hasil
budidaya. Mereka tersebar di perairan sesuai dengan lingkungan yang
dibutuhkannya. Bila akan memilih lokasi untuk budidaya, kita harus
mengetahui dulu daerah penyebaran rumput laut. Dengan telah adanya
rumput laut di tempat itu berarti "daerah itu cocok untuk jenis tersebut. Namun
demikian, lokasi untuk budidaya belum tentu merupakan daerah penyebaran
secara alami. Tabel 4 memperlihatkan daerah penyebaran rumput laut secara
alami/sedangkan daerah yang potensial untuk budidaya rumput laut dapat
dilihat pada tabel 5.
RHODOPHYCEAE
Acanthophora sp.
corallopsis minor
eucheuma cottonii
Eucheuma edule
Lokasi
Kep. Seribu, jawa tengah, lombok, NTT, maluku
Kep. Seribu, maluku, sumba, sumatera utara, P.
komodo, jawa tengah.
Kep. Seribu, Kep. Tukang besi, jawa tengah, timor,
maluku, irian.
Bangka, sulawesi, kep. Seribu, maluku.
p. komodo, kep, seribu, jawa tengah, kep. Take
bone rate
P. sulu, P. Kei, Sulawesi, jaea tengah, lombok,
sumba banda
Sulawesi, lombok maluku
Maluku
Kep. Seribu, sulawesi, kep. Kangean, bali, p.
komodo
Sumatera utara
Jawa, Kalimantan, sulawesi, timor, sumbawa, kep
seribu.
Jawa, sumatera, ambon, suma, sulawesi, kep.
Seribu
Jawa, sulawesi, p. kei, sumatera utara, lombok,
aru, irian.
Jawa, sumatera, sulawesi, irian, maluku, flores.
III
BUDIDAYA
A. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut. Pada tahap ini,
diperlukan pertimbangan-pertimbangan mengenai ekologi, teknis, kesehatan,
sosial, dan ekonomi, serta ketentuan dari peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku. Di samping itu, perlu juga dipertimbangkan pengembangan
sektor
lain,
seperti
perikanan,
pertanian,
pelayaran,
pariwisata,
Lokasi budidaya rumput laut harus bebas dari pengaruh angin topan.
a.
Letak lokasi budidaya sebaiknya jauh dari pengaruh daratan. Lokasi yang
langsung menghadap laut lepas sebaiknya terdapat karang penghalang yang
berfungsi melindungi tanaman dari kerusakan akibat ombak yang kuat.
Ombak yang kuat juga akan menyebabkan keruhnya perairan lokasi budidaya
sehingga mengganggu proses fotosintesis. Di samping itu, akan timbul
kesulitan pada tahap-tahap penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.
b.
c.
Bila menggunakan metode lepas dasar, dasar lokasi budidaya harus agak
keras, yaitu terbentuk oleh pasir dan karang.
d.
Lokasi yang dipilih sebaiknya pada waktu surut yang masih digenangi air
sedalam 30-60 cm. Ada dua keuntungan dari genangan air ini, yaitu
penyerapan makanan dapat berlangsung terus manerus, dan tanaman
terhindar dari kerusakan akibat sengatan matahari langsung.
e.
f.
sebagai berikut.
a. Untuk lokasi budidaya di tambak, dipilih tambak yang berdasar
perairan lumpur berpasir. Dasar tambak yang terdiri dari lumpur halus
dapat memudahkan tanaman terbenam dan mati.
b. Agar salinitas aimya cocok untuk pertumbuhan Gracilaria, sebaiknya
lokasinya berjarak 1 km dari pantai.
c. Kedalaman air tambak antara 60 - 80 cm.
d. Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air tawar dan laut.
e. Derajat keasaman (pH) air tambak optimum antar 8,2 - 8,7.
f. Kita dapat menggunakan tambak yang tidak lagi berproduktif untuk
udang dan ikan. Penyebaran lokasi potensial bagi pengembangan
budidaya rumput laut, dapat dilihat pada tabel 5.
Lokasi
Sumatera
Sumatera barat, Riau : P. telang besar, pengkil,
karas, matak, beliba.
Lampung : P. sumut, ketapang
Sumatera selatan : bangka belitung
Sumatera utara
Daerah istimewah aceh
Bengkulu
Luas (ha)
Jawa
Jawa barat : teluk banten, pelabuhan ratu, cidaun,
cipatujah, pemangpeuh.
Jakarta : P. seribu
Jawa tengah : Jepara, cilacap, gunung kidul
Jawa tirum : pacitan, banyuwangi, sumenep.
500
100
500
300
Bali
Sulawesi
Sulawesi tenggara
Sulawesi selatan
Sulawesi tengah
Maluku
500
1.500
300
1.000
150
250
100
1.500
6.000
6.000
500
1.000
1.000
500
500
3.000
500
Vegetatif
Ambil bagian ujung-ujungnya dan potong kira-kira sepanjang 10 - 20 cm.
Dipilih bagian ujung tanaman karena bagian ini terdiri dari sel dan jaringan
muda sehingga akan memberikan pertumbuhan yang optimal.
Generatif
Di samping kedua cara di atas, ada cara lain dalam pengadaan bibit ini,
yaitu dengan memanfaatkan sifat reproduksi generatif tanaman. Mula-mula
dipilih tanaman dewasa yang sehat dan segar. Tempatkan tanaman ini dalam
bak yang berisi air laut dan kulit kerang, balik semen, jaring, atau benda padat
lain yang dapat berfungsi sebagai bahan substrat. Dari tanaman ini akan
keluar spora yang selanjutnya menempel pada substrat. Setelah spora
menjadi tanaman kecil, maka substrat harus dipindahkan ke lokasi budidaya.
secara berselang-seling dengan spons, atau kain, atau kapas yang telah
dibasahi air laut. Agar bibit tidak rusak, penyusunan ini jangan dipadatkan.
Ikat bagian atas plastik bila sudah penuh, dan buat lubang pada bagian ini
dengan cara menusuk-nusukkan jarum. Masukkan plastik ke dalam kotak.
Akhirnya
bibit
siap
diangkut
lewat
darat
atau
udara.
Sedangkan
ini.
Keuntungan
menggunakan
metode
lepas
dasar adalah
Setelah
semua
bahan
disiapkan,
penanaman
dapat
Beberapa potong thallus seberat kira-kira 100 gram diikatkan pada tali ris
sepanjang 3 meter dengan tali rafia. Jarak masing-masing ikatan 20 cm,
hingga mengisi tali ris sepanjang 2,4 m. Sisa tali ris digunakan sebagai ikatan
tali ris pada tali ris utama. Tahap ini dilakukan di darat pada waktu air sedang
surut.
Patok-patok yang terdapat dalam satu barisan dihubungkan dengan tali ris
utama.
Bibit yang telah diikat dengan tali ris siap untuk ditanam
Metode rakit
Metode rakit cocok untuk lokasi dengan kedalaman waktu surut lebih dari
60 cm. Cara ini digunakan bila tidak terdapat perairan yang memenuhi syarat
untuk metode lepas dasar. Metode ini juga digunakan sebagai perbanyakan
bibit tanaman. Satu unit budidaya Eucheuma dengan metode rakit ditentukan
sebanyak sepuluh rakit yang disusun dengan formasi 2 x 5 rakit. Penanaman
dilakukan segera setelah pengikatan bibit selesai dan pada saat laut tidak
berombak besar.
Bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah bibit tanaman, potongan bambu
berdiameter 10 cm, potongan kayu penyiku berdiameter 5 cm, tali rafia, tali
pengikat, tali ris berdiameter 4 mm dan 12 mm, serta jangkar dari besi,
Budidaya rumput laut cara lepas dasar (Foto : Dok. Daskan Bali).
Bertanam rumput laut. Bibit diikat pada tali ris dengan jarak
yang teratur (Foto : Maudy E.)
Akhirnya tali ris yang sudah berisi tanaman diikatkan pada rakit.
Pengikatan ini dilakukan di darat. Atau dapat juga pada rakit yang telah
disiapkan di lokasi budidaya.
Tali ris yang panjangnya kurang dari tinggi konstruksi untuk budidaya
direntangkan pada dua potong bambu. Selanjutnya bambu pertama
diletakkan di atas konstruksi yang telah dibuat sebelumnya. Sedang bambu
kedua menggantung di dalam air hampir menyentuh dasar perairan. Agar
lebih jelas, kita dapat melihatnya pada gambar.
D. Pemeliharaan
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi
budidaya dan tanamannya. Pemeliharaan dilakukan pada saat ombak besar
maupun saat laut tenang.
Kerusakan patok, jangkar, tali ris, dan tali ris utama yang disebabkan oleh
ombak yang besar, atau daya tahannya menurun harus segera diperbaiki.
Bila ditunda akan berakibat makin banyak yang hilang sehingga kerugian
yang lebih besar tidak bisa dihindari.
Kotoran atau debu air sering melekat pada tanaman, yaitu saat musim laut
tenang. Pada saat seperti ini tanaman harus sering digoyang-goyangkan di
dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran
yang melekat dapat mengganggu proses metabolisme sehingga laju
pertumbuhan menurun. Beberapa tumbuhan penempel, seperti Ulva, Hypnea,
Chaetomorpha, Enteromorpha, sering membelit tanaman dan konstruksi
budidaya sehingga dapat menimbulkan kerusakan. Tumbuhan seperti ini
perlu disingkirkan dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke darat. Bulu babi,
ikan, dan penyu merupakan hewan-hewan herbivora yang sering memangsa
tanaman rumput laut. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir
dari lokasi budidaya. Sedangkan untuk menghindari ikan dan penyu, biasanya
dipasang jarring di sekeliling lokasi budidaya.
Untuk jenis Gracilaria yang ditanam di tambak, diperlukan pengontrolan
pada saat 15 nari setelah penebaran bibit. Angin dapat menyebabkan
tanaman mengumpul di satu tempat pada permukaan air tambak. Perataan
kembali letak rumput laut harus segera dilakukan. Pekerjaan seperti ini hams
rutin dilakukan sampai tanaman siap panen. Pemberian zat pengatur tumbuh
dilakukan satu bulan setelah penebaran bibit dan diulangi satu bulan
berikutnya. Setiap hektar diperlukan zat pengatur tumbuh sebanyak 500 cc.
Lumut juga perlu disingkirkan karena. Menghalangi sinar matahari yang
masuk
sehingga
pertumbuhan
akan
terhambat.
Cara
petani
di
Hasil panen rumput laut jenis Eucheuma sp. (Foto : Agus R.).
tenaga kerja,
timbangan,
IV
PASCAPANEN
Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih
lanjut. Pada umumnya penanganan pascapanen rumput laut oleh petani
hanya sampai pada pengeringan saja. Rumput laut kering masih merupakan
bahan baku dan hams diolah lagi. Pengolahan rumput laut kering dapat
menghasilkan agar-agar, karaginan, atau algin tergantung kandungan yang
terdapat di dalam rumput laut. Pengolahan ini kebanyakan dilakukan oleh
pabrik walaupun sebenarnya dapat juga oleh petani.
A. Pengolahan Menjadi Bahan Baku
Pengolahan rumput laut menjadi bahan baku telah banyak dilakukan para
petani. Hasil yang diperoleh sesuai standar perdagangan ekspor. Untuk itu,
akan lebih baik bila pengolahan dilakukan secara hati-hati dan diawasi oleh
suatu perusahaan.
Langkah-langkah pengolahan rumput laut menjadi bahan baku atau
rumput laut kering adalah sebagai berikut.
Setelah bersih, rumput dijemur sampai kering. Bila cuaca cukup baik
penjemuran hanya membutuhkan 3 hari. Agar hasilnya berkualitas tinggi,
rumput laut dijemur di atas para-para dan tidak boleh ditumpuk. Rumput laut
yang telah kering ditandai dengan keluarnya garam.
Pencucian dilakukan setelah rumput laut kering. Sebagai bahan bakir agaragar rumput laut kering dicuci dengan air tawar, sedangkan untuk diambil
karaginannya dicuci dengan air laut. Setelah bersih rumput laut dikeringkan
lagi kira-kira 1 hari. Kadar air yang diharapkan setelah pengeringan sekitar 28
%. Bila dalam proses pengeringan hujan turun, maka rumput laut dapat
disimpan pada rak-rak tetapi diusahakan diatur sedemikian rupa sehingga
tidak saling tindih. Untuk rumput laut yang diambil karaginannya tidak boleh
terkena air tawar karena air tawar dapat melarutkan karaginan.
Banyaknya H2SO4
10%, Gelidium 15 %, dan Hypnea 25 %. Bila tidak ada asam sulfat dapat
digunakan asam asetat, asam sitrat, buah asam atau daun asam. Oleh
karena asam sulfat ini cukup berbahaya, maka diperlukan pencucian dengan
cara rumput laut direndam dalam air bersih selama 15 menit kemudian
ditiriskan.
Pemasakan
Rumput laut dimasak dalam air sebanyak 40 kali berat rumput laut.
Setelah mendidih (90 - 100 C), kita tambahkan asam cuka 0,5 % untuk
memperoleh pH 6 - 7. Bila > 7, pH-nya di turunkan dengan penambahan
asam cuka. Dan, bila < 6, ditambahkan NaOH. Pemeriksaan pH dapat
dengan memakai kertas pH. Pemasakan ini dilakukan kira-kira 45 menit tetapi
dapat juga selama 2 - 4 jam tergantung cara pengadukannya. Proses setelah
pemasakan tergantung dari bentuk akhir agar-agar yang diinginkan, yakni
berupa batangan, lembaran, atau pun tepung.
Proses pengolahan agar-agar batangan atau lembaran
Pengepresan dan pencetakan
Hasil dari pemasakan kemudian disaring dengan kain belacu dan dipres.
Cairan yang keluar ditampung dalam bejana dan dinetralkan dengan
penambahan air soda sehingga pH-nya menjadi 7 - 7,5. Bila pH sudah
tercapai, cairan kemudian dimasak kembali sambil diaduk. Setelah mendidih,
hasilnya dituangkan ke dalam cetakan. Kira-kira 6 jam agar-agar sudah dingin
dan membeku. Ampas hasil pengepresan dapat digunakan lagi dengan cara
ditambahkan air sebanyak 75% dari jumlah air semula. Kemudian ampas itu
dipanaskan dan disaring. Cairan yang keluar dapat digunakan sebagai
campuran dalam proses selanjutnya. Sehingga akhirnya ada ampas yang
tidak bisa dipakai lagi. Ampas ini dapat digunakan sebagai makanan ternak.
Pendinginan
Cairan yang telah beku didinginkan dalam ruangan pendingan pada suhu
-20C selama 4 - 5 hari. Pendinginan ini dilakukan agar pemadatan benarbenar terjadi dengan sempurna.
Pengeringan
Agar-agar dikeluarkan dari cetakan. Hasil yang diperoleh adalah agar-agar
batangan. Bila diinginkan agar-agar berbentuk lembaran, agar-agar batangan
dipotong setebal 0,5 cm. Sebagai alat pemotong. dapat digunakan kawat
halus dari baja. Agar-agar batangan atau lembaran kemudian dikeringkan di
bawah sinar matahari.
Pengepakan
Agar-agar yang betul-betui kering dimasukkan dalam kantong plastik
dengan berat masing-masing 10 gram.
Sebagai contoh, diuraikan mengenai peralatan dan proses pembuatan
agar-agar kertas/lembaran yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian
Perikanan Laut, Slipi. Bahan yang dipakai untuk membuat agar-agar kertas
berupa rumput laut dari jenis Grasilaria sp. Dalam proses pembuatannya,
rumpu^t laut ini dicuci dengan air tawar sampai bersih, kemudian direndam
dalam air kapur. Setelah 10 menit, dijemur memakai alas dari kain kasa.
Lama penjemuran dapat hanya satu hari, tetapi dapat juga sampai tiga hari,
tergantung dari intensitas matahari. Prinsipnya, rumput laut benar-benar
kering. Proses selanjutnya adalah sebagai berikut.
Setelah masak, rumput laut disaring dengan kain dasa dan fitratnya
Ditampung dalam ember. Fitrat ini kemudian direbus dan dicampur
dengan KOH/KCI untuk menetralisir
Fitrat dengan pH 7 dicetak dalam loyang dan dibiarkan satu hari agar
membeku
Fitrat yang telah membeku dikeluarkan dari loyang dan diiris dengan
alat
Pemotong sehingga terbentuk lembaran dengan tebal 1 Cm.
Setiap irisan dibungkus dengan kain blacu dan dimasukan dalam alat
Pengepresan. Ada berbagai macam alat pengepresan, salah satunya
Seperti gambar diatas. Penggunaannya dengan cara memberi beban
60 kg di atas tutupnya.
Standar mutu
Agar-agar yang diperdagangkan harus memenuhi standar industri
Indonesia. Tabel 7 memperlihatkan standar mutu agar-agar.
TABEL 7. STANDAR MUTU AGAR-AGAR
Spesifik
Kadar air
Kadar abu
Kadar karbohidrat sebagai
galakton
Logam berbahaya, arsen
Zat warna tambahan
Standar mutu
15 12 %
maksimal 4 %
minimal 30 %
negative
yang diinginkan untuk makanan
dan minuman
C. Pengolahan Karaginan
Pengolahan karaginan masih jarang dilakukan. Padahal prosesnya hampir
sama dengan pengolahan agar-agar. Kalau pada waktu ekstraksi untuk
mendapatkan agar-agar memakal asam, maka untuk mendapatkan karaginan
memakai
pressure
cooker.
Selanjutnya
dilakukan
diperoleh
setelah
proses
penggilingan.
Berikut
skema
atau
natrium
hidrosikda.
Selama
ekstraksi
terjadi
dipanaskan
Standar mutu
Indonesia belum mempunyai standar mutu karaginan. Standar mutu yang
dikenal adalah EEC Stabilizer Directive dan FAO/WHO Specification. Tepung
karaginan mempunyai standar 99% lolos saringan 60 mesh, tepung yang
terendap alkohol 0,7 dan kadar air 15% pada RH 50 dan 25% pada RH 70.
D. Pengolahan Algin
Pengolahan algin belum ada di Indonesia. Namun, berikut ini disajikan
produksi pengolahan algin yang bahan bakunya menggunakan ganggang
jenis Macrocystis pyrifera.
1. Rumput laut dicuci dan dilarutkan dalam alkali (umumnya natrium
karbonat). Tujuannya untuk memisahkan selulosa dengan larutan
natrium alginat.
Standar mutu
Standar mutu secara umum dari algin adalan ter-pH 3,3 - 10, viskositas
10 - 5000 cps per 1 % larutan air, kadar air 5 - 20%, dan ukuran partikel 10 200
mesh.
Ada
penilaian
lain
bahwa
mutunya
tergantung
pada
Setelah dicuci, rumput laut dijemur ulang sampai kering diatas Parapara.
agar keringnya merata, penjemuran ini dibolak-balik (Foto : Agus R).
Rumput laut kering dan karaginan yang dibuat oleh sub balai Penelitian
Perikanan laut slipi. (A) rumput laut kering Eucheuma sp, (B)
Hasil setengah jadi atau ATC (Alkali Treated Carrageenopthyte), (C).
Hasil jadi (karaginan).
Rumput laut jenis Gracilaria sp dari alam (A) dan hasil budidaya (B)
Koleksi sub balai penelitian perikanan laut slipi. Jenis ini merupakan
Bahan pembuatan agar-agar.
rumput laut
menjadi
cendol, manisan,
dan
pudding
Pembuatan manisan
1. Setelah dipotong, rumput laut dimasukkan ke dalam larutan gula.
Perbandingan jumlah gula dan rumput laut basah adalah 1:1.
2. Perendaman di dalam larutan gula kira-kira 5 - 10 menit Setelah itu,
ditiriskan.
3. Seperti pembuatan cendol, bila ingin warna selain putih dapat diberi
pasta pandan. Pemberian ini dapat juga dilakukan sebelum direndam
dalam larutan gula. Namun, larutan gula akan menjadi berwarna
sehingga hanya dapat dipakai untuk rumput laut yang sewarna.
Pembuatan pudding
1. Rumput laut yang telah dipotong, direbus dengan air dan susu
cair.Banyaknya susu kira-kira satu kaleng untuk 1 kg rumput laut
basah, atau sesuai dengan selera.
2. Agar rasa puding lebih nikmat dapat juga ditambahkan sedikit gula,
vanili, dan garam. Pasta pandan diberikan bila ingin warna selain putih.
3. Setelah mendidih, segera diangkat dan dituang dalam cetakancetakan.
Rumput laut kemudian direndam dalam air gula. Pewarnaan dapat juga
Dilakukan setelah perendaman dalam air gula.
Untuk menjaga kerapatan. Lebih aman jika diisolasi pada tepi tutupnya.
Pengepakan
Pengolahan di atas masih kurang lengkap jika akan dipasarkan. Harus
disediakan tempat atau wadah untuk menyajikannya. Wadah yang dipakai
sebaiknya yang terbuat dari plastik, karena para konsumen dapat melihat
langsung isi di dalamnya. Perlu diingat, bahwa daya tarik olahan ini terletak
pada bentuk rumput laut yang seperti aslinya. Ukuran wadah dapat
bermacam-macam sesuai dengan harga yang akan diberikan. Setelah
manisan dan puding dimasukkan dalam wadah plastik, segera ditutup dan
diplester sehingga benar-benar rapat. Dalam kemasan seperti itu, serta
disimpan dalam lemari pendingin, manisan dapat bertahan sekitar satu bulan.
Dengan perlakuan yang sama, puding dapat bertahan sekitar satu minggu.
Cendol juga dimasukkan dalam wadah plastik, tetapi disertai dengan santan
dan air gula jawa sebagai pelengkapnya.
Analisis Usaha Manisan Rumput Laut
Usaha membuat manisan rumput laut dapat dilakukan sebagai usaha
dengan skala kecil yang dapat dilakukan oleh sebuah keluarga. Seandainya
pemasaran dapat berjalan dengan baik, maka usaha ini dapat menjadi usaha
berskala besar. Akibatnya, kebutuhan faktor-faktor produksi pun meningkat.
Sebagai contoh, di bawah ini diberikan analisis usaha manisan rumput
laut. Dilihat dari keuntungan yang diperoleh, memang tidak terlalu besar.
Namun perlu diingat, bahwa usaha ini masih dalam skala kecil. Bila nantinya
usaha ini berkembang dan jumlah produksi bertambah, tidak dapat dipungkiri
keuntungan pun akan bertambah. Akan lebih baik bila keuntungan dilihat dari
nilai ROI-nya karena ROI merupakan keuntungan dari sejumlah modal dan
dinyatakan dalam persen.
Analisis usaha manisan rumput laut
Biaya produksi
Rp
125.000,00
Rp
455.000,00
Rp
20.000,00
Rp
300.000,00
Plester 50 bh @ Rp 1.000,00
50.000,00
Rp
Rp
50.000,00
Tranportasi
Rp
30.000,00
Rp
60.000,00
Rp
1.090.000,00
Penjualan
2.000 wadah @ Rp 700,00
Rp
1.400.000,00
Keuntungan
Rp.
310.000,00
Laba usaha
ROI :
Modal produksi
:
310.0000
= 0,28 x 100 % - 28 %
1.090.000
Catatan :
Analisis ini belum termasuk biaya air, bila air didapat dengan cara
membayar.
V
PEMASARAN
A. Peluang Bisnis
Selama periode tahun 1985 - 1989 volume ekspor rumput laut kering
Indonesia mengalami kenaikan. Kenaikan ekspor ini berakibat persaingan
pasar
semakin
tajam.
Negara
pengekspor
lainnya
akan
berusaha
Volume (kg)
5.445.678
7.110.779
9.881.982
10.834.943
11.423.514
Nilai (US$)
1.412.816
2. 154.298
2.698.228
3.781.658
5.704.167
sehingga
permintaan
polisacharida
pun
semakin
berkembang.
Setiap tahun, permintaan dunia terhadap jenis rumput laut yang
mengandung karaginan rata-rata mencapai 18.000-20.000 ton. Dari jumlah
ini, 4.000 ton berasal dari jenis Eucheuma. Indonesia mampu memasok
permintaan dunia sebanyak 2.000 ton lebih jenis Eucheuma setiap tahun.
Rumput laut Indonesia yang bernilai ekonomis, di samping jenis Eucheuma
adalah jenis-jenis Gelidium, Gracilaria, dan Hypnea. Lain dengan jenis
Eucheuma dan Gelidium yang seluruhnya diekspor dalam bentuk rumput laut
kering, jenis Gracilaria dan Hypnea selain diekspor juga dikonsumsi di dalam
negeri sebagai bahan baku pembuatan agar-agar.
Jepang, Singapore, Hongkong, Denmark, dan Francis merupakan adalah
negara-negara pembeli rumput laut Indonesia terbesar. Singapore dan
Hongkong hanya membeli rumput laut dari Indonesia. Kemudian mereka
mengekspor kembali rumput laut Indonesia itu ke USA, Francis, dan
Denmark. Tabel 9 menyajikan rata-rata ekspor rumput laut Indonesia setiap
tahun pada periode tahun 1985 - 1989.
B. Jalur Pemasaran
Pola mata rantai pemasaran rumput laut untuk berbagai daerah di
Indonesia berbeda satu dengan lainnya. Namun, umumnya penjualan dari
nelayan/petani dilakukan secara barter atau ijon. Cara ini sudah menjadi
tradisi turun temurun di beberapa daerah di Indonesia. Caranya ialah
pedagang besar memberi pinjaman modal pada pedagang pengumpul.
Kemudian para nelayan/petani rumput laut mendapat pinjaman uang atau
Berikut diuraikan sedikit mengenai pelaku dalam sistem tata niaga rumput
laut.
Pedagang pengumpul
Kelompok pedagang ini melakukan aktivitasnya di sekitar sentra produksi
yang biasanya adalah penduduk desa penghasil. Kegiatan dilakukan dalam
bentuk usaha perorangan secara kecil-kecilan. Secara umum kegiatan
kelompok ini adalah mengumpul, menyimpan, membiayai (pinjaman kepada
patani/nelayan dan sewa gudang), dan membungkus. Bila mereka membeli
rumput laut dalam keadaan basah, maka mereka terlebih dahulu harus
melakukan pembersihan dan pengeringan sehingga dapat laku di pasaran.
Pedagang perantara
Pedagang perantara biasanya adalah pegawai perusahaan ekspor yang
diutus ke sentra produksi untuk membeli rumput laut. Adajuga yang bukan
pegawai perusahaan ekspor, melainkan orang yang diberi modal oleh
perusahaan ekspor untuk melakukan pembelian di sentra produksi. Di
samping melakukan pembelian, pedagang perantara ini juga melakukan
pemindahan barang dari sentra produksi ke pelabuhan ekspor atau ke daerah
konsumen di berbagai kota.
Eksportir
Biasanya petani atau nelayan tidak dapat memenuhi persyaratan mutu
ekspor rumput laut yang diminta karena keterbatasan dana dan pengetahuan
tentang komoditi ini. Tidak heran kalau komoditi rumput laut harus diolah dulu
agar sesuai dengan permintaan luar negeri. Kegiatan ini dilakukan oleh
eksportir. Secara singkat, beberapa kegiatan yang dilakukan eksportir adalah
pembelian
dari
pedagang
perantara,
sortasi,
pembersihan
kembali,
Rumput laut hasil rendaman siap untuk diolah (atas) menjadi cendol,
Manisan, dan pudding (bawah).
Sulawesi tengah
Sulawesi tenggara
Sulawesi selatan
Maluku
Irian jaya
Dari jenis rumput laut di atas, Eucheuma dan Gelidiumlah yang diekspor
dalam bentuk mmput laut kering. Daerah pemasaran rumput laut dalam
negeri dapat diketahmdari data daerah yang berpelabuhan ekspor. Jumlah
dan nilai ekspornya dapat dilihat pada Tabel 10.
Kemajuan dalam persaingan pasar internasional rumput laut, ditentukan
oleh penguasaan bioteknologi budidaya dan pengolahannya menjadi produk
akhir. Agar-agar merupakan salah satu hasil pengolahan rumput laut, yang
pemasarannya cukup potensial. Indonesia baru dapat mengolah rumput laut
sampai tingkat agar-agar. Sedangkan untuk menghasUkan karaginan dan
alginat secara modern masih memerlukan waktu. Saat ini Indonesia sedang
mengusahakan untuk dapat mengolah serta mengekspor produk setengah
jadi berupa Alkali Treated Carrageenophyte (ATC).
Pengolahan
memprihatinkan
agar-agar
karena
kertas
secara
terbatasnya
tradisional
modal
dan
umumnya
masih
tingkat pengetahuan
VI
ANALISIS USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT
ibu, dan dua anak dapat mengolah lahan seluas ha (2.500 m 2) dengan
metode lepas dasar. Jadi, kalau akan membuka usaha rumput laut minimal
harus mempunyai lahan ha. Secararingkas analisa budidaya disajikan
dalam bentuk table berikut ini.
ANALISIS USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT
A.
Modal tetap :
Bibit, 20.000 kg x Rp 50,00
Rp.
1.000.000,00
Rp.
1.600.000,00
Rp.
4.000.000,00
Rp.
400.000,00
Rp.
300.000,00
Rp.
3.000,00
Linggis, 1 buah
Rp.
500,00
Pisau, 1 buah
Rp.
75.000,00
Rp.
50.000,00
Rp.
15.000,00
Rp.
6.000,00
Rp.
40.000,00
Rp.
Kapak, 1 buah
Rp.
5.000,00
Rp.
100.000,00
Jaring, 50 m x Rp 2.000,00
Rp.
10.000,00
Pengurusan ijin
Rp.
50.000,00
Rp. 7.658.500,00
B. Modal kerja :
Rp.
5.400.000,00
Total seluruh pengeluaran
Rp.
13.058.500,00
C. Pendapatan :
Rp.
19.200.000,00
Biaya tetap
BEP =
Biaya variable per unit
1 Harga jual per unit
Bila biaya variabel per unit sulit dihitung, maka perhitungan BEP dapat
memakai rumus :
Biaya tetap
BEP =
Biaya produksi
1Hasil penjualan
Hasilnya dalam bentuk rupiah, juga dalam bentuk unit bila hasilnya dibagi
dengan harga penjualan per unit.
Hasil perhitungan merupakan batas minimum unit penjualan atau hasil
penjualan. Dari hasil itu, kita dapat memperhitungkan apakah perlu harga
penjualan diturunkan atau dinaikkan, dengan catatan masih memperoleh
keuntungan. Untuk kasus di atas, BEP-nya adalah
BEP =
7.658.500
- = 13.058.500
5.400.00
kemampuan
pengusaha
mengembalikan
modal
atau
cepat
tidaknya
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty, Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya
(Jakarta : Bhratara, 1989).
Anonim, Rumput Laut (Jakarta : Pusat Pengembangan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, 1987).
Departemen Pertanian, Peluang Penanaman Modal Dibidang Pertanian (Jakarta :
1988).
Hambali, Eriiza, etal., Pengantar Pengemasan, Jurusan Teknologi Industri Pertanian
(Bogor, Laboratorium Pengemasan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, 1990).
Informasi dan Komunikasi Perikanan, "Perkembangan Ekspor Impor Hasil Perikanan
Periode Januari-Maret 1990", Buletin Warta Mina, No 41, hal. 22 - 28, 1990.
Kadi, A. dan Wanda S.A., Rumput Laut (Algae), Jenis, Reproduksi, Produksi,
Budidaya dan Pascapanen, Proyek Studi Potensi Sumber Daya Alam
Indonesia (Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi, LIPI,
1988).
Lembaga Penelitian Ekonomi Regional, Penelitian Pemasaran Komoditi Ekspor
Rumput Laut dan Pala Fuli di Sumbar, (Padang : Kantor Wilayah,
Departemen Perdagangan Propinsi Sumbar, 1985).
KATA PENGANTAR
Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting. Di
samping banyak kegunaannya, rumput laut juga sebagai penghasil devisa
negara dengan nilai ekspor yang terus meningkat setiap tahun. Mengingat ke
dua hal itu dan besarnya potensi wilayah perairan di Indonesia untuk
pengembangan budidaya rumput laut, maka pemerintah Indonesia berupaya
untuk meningkatkan keterampilan petani dalam hal- teknik budidaya
pengolahan, dan pemasaran rumput laut. Upaya ini dilakukan pemerintah
melalui Dirjen Perikanan dan beberapa instansi terkait yang bekerja sama
dengan pihak-pihak swasta. Caranya ialah dengan memberikan informasi dan
pembinaan langsung pada petani atau nelayan.
PENGANTAR .......................................................
I.
PENDAHULUAN ..........................................
II.
MENGENAL RUMPUT LAUT ........................
A. Kandungan dan Manfaatnya ........................
B. Jenis-jenis yang Ekonomis ..........................
C. Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut ..........
III. BUDIDAYA .................................................
A. Pemilihan Lokasi ......................................
B. Pengadaan dan Pemilihan Bibit ...................
C. Penanaman ..............................................
D. Pemeliharaan ...........................................
E. Pemanenan ...............................................
IV. PASCA PANEN ...........................................
A. Pengolahan Menjadi Bahan Baku ................
B. Pengolahan Agar-agar ................................
C. Pengolahan Karaginan ...............................
D. Pengolahan Algin .....................................
E. Rumput Laut sebagai Industri Rumah Tangga
V. PEMASARAN ..............................................
A. Peluang Bisnis ..........................................
B. Jalur Pemasaran .......................................
C. Daerah Pemasaran .....................................
VI. ANALISIS USAHA BUDIDAYA
RUMPUT LAUT .............................
A. Analisis Break-event Point (BEP) ....
B. Analisis Return on Invesment (ROI)
C. Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) ...