Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SALIVA DALAM PEMERIKSAAN FORENSIC

Di susun Oleh :

1. Maelana Nur /3181015


2. Muhammad Sholehudin /3181016
3. Nourma Priska /3181018
4. Noviana Catur /3181019
5. Nur Alfi /3181020
6. Ogik Hilando /3181021
7. Paramitha Ayu .N /3181022
8. Pradita Isdio M.R /3181023
9. Prasasti Kusumaning P /3181024
10. Putri Rahmawati /3181025
11. Ratih Handayani /3181026
12. Rizky Putri Hapsari /3181027
13. Sarita Diah K.A /3181028
14. Sherin Karina P /3181029
15. Tika Vera /3181030
16. Yayi Aulia /3181031

PRODI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan....................................................................................... 2

BAB II ISI...............................................................................................................3
A. Pengertian.......................................................................................................3
B. ........................................................................................................................3
C. .........................................................................................4
D. ............................................................................................5
.....................................................................................................5
E. Efek Samping Imunoterapi………………………………………………….9

BAB III PENUTUP..............................................................................................10


A. Kesimpulan...................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
dengan judul Imunoterapi ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari Dr Mellita
selaku Dosen dari mata kuliah Imunoserologi II.

i
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi.

Surakarta, 16 April 2020

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saliva merupakan cairan komplek yang dapat dihasilkan dari kelenjar
saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 – 2 liter, yang
terdiri dari 99,5% air dan sisanya 0,5% sebagai subtansi yang larut. Saliva dapat
membantu dalam proses pencernaan dan penelanan makanan di dalam rongga
mulut selain itu, saliva dapat melindungi gigi-geligi, mukosa, lidah dan jaringan di
dalam rongga mulut dari faktor luar maupun di dalam mulut. Saliva
mempengaruhi proses terjadinya karies yang dapat menurunkan tingkat akumulasi
plak dan juga sebaliknya dapat meningkatkan tingkat pembersihan karbohidrat di
dalam rongga mulut (Soesilo, 2005).

Laju aliran saliva di dalam rongga mulut pada umumnya pada individu
sering berubah-ubah, karena dipengaruhi oleh adanya rangsangan seperti stimulus
mekanik dan stimulus kimiawi. Stimulus mekanik seperti proses mengunyah
makanan yang keras dan makanan yang memiliki kandungan serat, sedangkan
stimulus kimiawi tampak dalam bentuk efek pengecapan sehingga kedua stimulasi
tersebut dapat meningkatkan reflek aliran saliva (Indriana, 2011).Derajat
keasaman atau yang biasa disebut pH saliva dalam keadaan normal berkisar antara
6,8 – 7,2 sedangkan derajat keasaman pH saliva dikatakan rendah apabila berkisar
antara 5,2 – 5,5 kondisi pH saliva rendahtersebut akan memudahkan pertumbuhan
bakteri asidogenik (Soesilo, 2005).
Mengkonsumsi makanan yang kaya karbohidrat dapat menyebabkan
terjadinya proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri atau mikroorganisme
untuk membuat keadaan di dalam rongga mulut menjadi asam sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan pH saliva dibawah 5,5. Penurunan pH saliva
dibawah 5 dapat terjadi dalam waktu 1-3 menit, sedangkan untuk mengembalikan
ke pH saliva normal sekitar 7 membutuhkan waktu sekitar 30 - 60 menit.
Penurunan pH saliva yang terjadi secara berulang kali dalam waktu tertentu dapat
memicu proses demineralisasi gigi (Kidd dan Bechal, 2013). Derajat keasaman
pH saliva sangat bervariasi pada setiap orang.
Perubahan pH saliva dalam keadaan rendah dapat mengakibatkan rongga
mulut menjadi asam sehingga memudahkan terjadinya proses demineralisasi. Diet
kaya akan karbohidrat dapat menurunkan kapasitas saliva sehingga meningkatkan
produksi asam oleh bakteri, sedangkan diet kaya protein sebagai sumber makanan
sehingga menghasilkan zat-zat yang bersifat basa seperti amoniak (Anwar dkk.,
2007).

1
Data yang diperoleh dari World Health Organisation (WHO) tahun 2005
menunjukkan bahwa 90% anak di seluruh dunia mengalami masalah kerusakan
gigi, yang artinya anak sangat berisiko sekali terkena karies, terutama pada usia 6-
12 tahun, pada usia tersebut anak mulai mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan sehingga anak masih kurang mengetahui dan mengerti bagaimana
cara memelihara kesehatan gigi dan mulut (Embisa, 2016). Periode usia sekolah
dasar ketika beranjak usia 10–12tahun anak mulai mengalami proses gigi
bercampur atau pergantian gigi-geligi, sehingga membutuhkan perhatian khusus
dan tindakan yang baik dalampemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Sutjipto,
dkk., 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Salive?
2. Apa saja pemeriksaan saliva?
3. Apa jenis metode pemeriksaan yg digunakan?
4. Bagaimana hubungan pemeriksaan saliva dalam praktek forensic?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Saliva.
2. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan Saliva.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis metode pemeriksaan Saliva.
4. Untuk mengetahui hubungan pemeriksaan Saliva dengan kepentingan
forensic.

2
BAB II
ISI
A. Dasar Teori
a. Pengertian
Saliva adalah cairan oral yang kompleks, terdiri dari campuran sekresi yang
berasal dari kelenjar ludah besar (mayor) dan kecil (minor) yang ada pada mukosa
oral (Kidd dan Bechal 1992). Menurut Amerongen (1988), pentingnya saliva bagi
kesehatan mulut terutama akan terlihat bila terjadi gangguan sekresi saliva, yang
akan menyebabkan kesukaran berbicara, mengunyah, dan menelan. Pengeluaran
saliva pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila
distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit
b. Fungsi Saliva
1) Mempermudah proses menelan dan membasahi partikel-partikel makanan sehingga
saling menyatu dan menghasilkan pelumas yaitu mukus yang kental dan licin.

2) Membantu proses berbicara dengan mempermudah gerakan bibirdan lidah.

3) Membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi. Aliran saliva yang terus menerus
dapat membantu membilas sisa-sisa makanan dan melepaskan sel epitel serta benda
asing di rongga mulut.

4) Penyangga bikarbonat di saliva berfungsi untuk menetralkan asam makanan serta


asam yang dihasilkan oleh bakteri di dalam mulut.

c. Kelenjar saliva

Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan

sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar saliva

mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak dibagian bawah telinga

dibelakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak dibagian

bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak dibawah lidah.

Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar labial,

kelenjar bukal, kelenjar Bladin-Nuhn, kelenjar Von Ebner dan kelenjar Weber.

3
B. Jenis dan metode Pemeriksaan Saliva
Pemeriksaan menggunakan spesimen saliva sebaiknya dilakukan segera
atau harus dilakukan penyimpanan dan preservasi sampel. Analisis sering
tidak dilakukan secara langsung setelah pengumpulan, terkadang sampel
diperlukan untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lama (specimen
banking), serta sampel mungkin masih diperlukan untuk dilakukan analisis
kembali.
Temperatur yang biasa digunakan untuk penyimpanan spesimen adalah
4ºC (lemari pendingin/kulkas) dan -5ºC sampai -20ºC (freezer). Setelah itu
spesimen harus dikembalikan ke temperatur 25ºC sebelum dilakukan analisis.
Temperatur tersebut merupakan temperatur yang optimal untuk berjalannya
suatu reaksi kimia.
Idealnya, disarankan untuk menjaga waktu penyimpanan sesingkat
mungkin. Paling lambat 30 menit. •Saliva dibiarkan sehingga kandungan
CO2 di dalamnya akan hilang dan pH meningkat terjadilah presipitasi
komponen saliva menghasilkan garam Ca dan glikoprotein. Enzim dalam
saliva merubah konstitensi saliva, perubahan ini akibat hilangnya CO2 atau
adanya degradasi enzimatik.

a. Jenis sampel yang dapat diperiksa (Dalam bentuk basah atau kering) seperti :
 Bekas dari tanda gigitan.
 Puntung rokok.
 Sisa makanan.
 Tutup amplop.
 Peralatan gigi.
 Tusuk gigi.
 Barang lain yang terkontaminasi dengan saliva.
b. Metode pemeriksaan Saliva

4
 Absorbsi Inhibisi
Metode pemeriksaan yang termasuk dalam golongan Sekretor yang
merupakan pemeriksaan golongan darah secara tidak langsung melalui
material selain darah yang berasal dari cairan tubuh misal saliva, sperma,
cairan lambung, dan cairan lainnya.
 Penentuan Status Sekretor (Secretory Test)
Dengan prinsip antibody nneutralization yaitu dengan cara saliva
dicampur dengan antiserum (Anti-A, Anti-B), kemudian biarkan
untuk beberapa waktu agar keduanya bereaksi.
Sekretor antigen golongan darah yang larut dalam saliva akan
bereaksi dan menetralkan antigen golongan darah yang larut akan
bereaksi dan menetralkan antibodi dalam antiserum.

c. Saliva dapat merupakan gambaran inflamasi dan peradangan dalam


rongga mulut baik secara lokal maupun sistemik. Saliva memberikan
pertanda status perkembangan penyakit dan dapat sebagai tes diagnostik.
Diagnostik yang dapat ditegakkan dengan pengambilan sampel saliva
antara lain :
1. Agen infeksi
2. Penyakit lokal dan sistemik
3. Level Hormon
4. Monitoring obat-obat terapiotik
5. Forensik
Salivary Trace Evidence atau pelacakan dari jejak air liur,
identifikasi melalui sediaan ulas dari air liur yang masih basah di sekitar
bekas gigitan (bite mark), maupun bercak air liur yang sudah mengering.
Selanjutnya sediaan ulas tersebut dikirim ke laboratorium serologis,
apabila saliva berasal dari individu sekretor, maka golongan darahnya
dapat diketahui.

5
6
A. Pemeriksaan Saliva dalam Bidang Forensic

7
Saliva merupakan cairan tersering yang ditemukan pada tubuh
korban kriminal dan juga sebagai barang bukti tersering yang terdapat di
TKP.

a. Kegunaan pemeriksaan dalam forensik :

 Sebagai barang bukti yang terdapat di tempat kejadian perkara


(TKP) pada saat terdapat kasus kriminal.
 Untuk menentukan sumbernya seperti pada kasus gigitan (dari
manusia atau hewan).
 Untuk mencari golongan darah dari pelaku yang dicurigai.
 Untuk mendeteksi adanya penyakit, infeksi dan alergi.

BAB III

8
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan dituntut mampu untuk mengerjakan segala
sesuatunya dengan tepat dan benar. Oleh karena itu, kita harus selalu
memperbarui ilmu dan mengikuti perkembangan jaman termasuk di dunia
kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Wibisono. 2014. Referat Imunologi Kanker dan Imunoterapi. Makalah.


Cahyawati, Putu Nita. 2018. Imunoterapi pada Kanker Payudara. Jurnal
Lingkungan & Pembangunan. Vol 2(1); 52-55.

https://slideplayer.info/slide/1993438/?

9
_gl=1*wuig82*_ga*VVVBWEp6MExrUtCaU9PZkhRUkJVd3ZUQzFoWUZ0b
WJ1bTJWM21ISjVwdiVkeFJzbXIbMGFsQ2ISMUtXU1R4Yg

10

Anda mungkin juga menyukai