Anda di halaman 1dari 21

Sekresi Saliva

Saliva Mengandung Sekresi Serosa dan Mukus saliva yang utama adalah kelenjar parotis,
submandibularis, dan sublingualis; selain itu, juga ada beberapa kelenjar bukalis yang kecil.
Sekresi saliva normal harian berkisar 800 sampai 1.500 ml, seperti yang ditunjukkan dengan
nilai rata-rata 1.000 ml. Saliva menyekresi dua jenis protein yang utama: (1) sekresi serosa yang
mengandung ptialin (suatu a-amilase), yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat,
dan (2) sekresi mukus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan perlindungan
permukaan. I<elenjar parotis hampir seluruhnya menyekresi jenis serosa, sementara kelenjar
submandibularis dan sublingualis menyekresi mukus dan serosa. Kelenjar bukalis hanya
menyekresi mukus. Saliva mempunyai pH antara 6,0 dan 7,0; suatu kisaran yang
menguntungkan untuk kerja pencernaan ptialin. Sekresi lon dalam Saliva. Saliva terutama
mengandung sejumlah besar ion kalium dan ion bikarbonat. Sebaliknya, konsentrasi ion natrium
dan klorida beberapa kali lebih rendah pada saliva daripada di dalam plasma. Kita dapat
memahami konsentrasi khusus ion-ion ini di dalam saliva melalui deskripsi berikut ini mengenai
mekanisme sekresi saliva. Sekresi kelenjar submandibularis, suatu kelenjar campuran khusus
yang mengandung duktus asinus maupun duktus salivarius. Sekresi saliva terjadi melalui dua
tahap: Tahap pertama melibatkan asinus, dan yang kedua, duktus salivarius. Sel asinus
menyekresi sekresi primer yang mengandung ptialin dan/atau musin dalam larutan ion dengan
konsentrasi yang tidak jauh berbeda dari yang disekresikan dalam cairan ekstrasel biasa. Pada
saat sekresi primer mengalir melalui duktus, terjadi dua proses transpor aktif utama yang
memodifikasi komposisi ion pada cairan saliva secara nyata. Pertama, ion-ion natrium secara
aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius, dan ion-ion kalium disekresi secara aktif sebagai
pengganti natrium. Oleh karena itu, konsentrasi ion natrium saliva sangat berkurang, sedangkan
konsentrasi ion kalium meningkat. Akan tetapi, ada kelebihan reabsorpsi ion natrium yang
melebihi sekresi ion kalium, dan ini membuat kenegatifan listrik sekitar —70 milivolt di dalam
duktus salivarius, dan keadaan ini kemudian menyebabkan ion klorida direabsorpsi secara pasif.
Oleh karena itu, konsentrasi ion klorida pada cairan saliva turun sekali, serupa dengan penurunan
konsentrasi ion natrium pada duktus. Kedua, ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke
dalam lumen duktus. Hal ini sedikitnya sebagian disebabkan oleh pertukaran pasif ion bikarbonat
dengan ion klorida, tetapi mungkin juga sebagian hasil dari proses sekresi aktif. Hasil akhir
proses transpor ini adalah bahwa pada kondisi istiralrat, konsentrasi masing-masing ion natrium
dan klorida dalam saliva hanya sekitar 15 mEq/L, sekitar sepertujuh sampai sepersepuluh
konsentrasinya dalam plasma. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium adalah sekitar 30 mEq/L, tujuh
kali lebih besar dari konsentrasinya dalam plasma; dan konsentrasi ion bikarbonat adalah 50
sampai 70 mEq/L, sekitar dua sampai tiga kali lebih besar dari konsentrasinya dalam plasma:
Selama salivasi maksimal, konsentrasi ion saliva sangat berubah karena kecepatan pembentukan
sekresi primer oleh sel asini dapat meningkat sebesar 20 kali lipat. Sekresi asinar ini kemudian
akan mengalir melalui ductus begitu cepatnya sehingga penyesuaian (recnnditioning) sekresi
duktus diperkirakan menurun. Oleh karena itu, bila saliva sedang disekresi dalam jumlah sangat
banyak, konsentrasi natrium klorida kurang lebih hanya berkisar setengah sampai dua pertiga
konsentrasi dalam plasma, dan konsentrasi kalium meningkat hanya empat kali konsentrasi
dalam plasma. Fungsi Saliva untuk Kebersihan Mulut. Pada kondisi basal saat seseorang terjaga,
sekitar 0,5 mi saliva, hampir seluruhnya tipe mukus, disekresikan setiap menit; tetapi selama
tidur, hanya terjadi sedikit sekresi. Sekresi ini berperan sangat penting untuk mempertahankan
kesehatan jaringan rongga mulut. Rongga mulut berisi bakteri patogen yang dengan mudah dapat
merusak jaringan dan juga menimbulkan karies gigi. Saliva membantu mencegah proses
kerusakan melalui beberapa cara. Pertama, aliran saliva sendiri membantu membuang bakteri
patogen juga partikel-partikel makanan yang memberi dukungan metabolik bagi bakteri. Kedua,
saliva mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri. Salah satunya adalah ion
tiosianat dan yang lainnya adalah beberapa enzirn proteolitik terutama, lisoziYn yang (a)
menyerang bakteri, (b) membantu ion tiosianat memasuki bakteri, tempat ion ini kemudian
menjadi bakterisid, dan (c) mencerna partikel-partikel makanan, jadi membantu
menghilangkan pendukung metabolisme bakteri lebih lanjut. Ketiga, saliva sering mengandung
sejumlah besar antibody protein yang dapat menghancurkan bakteri rongga mulut, termasuk
heberapa yang menyebabkan karies gigi. Pada keadaan tidak ada saliva, jaringan rongga mulut
sering mengalami ulserasi dan atau menjadi terinfeksi, dan karies gigi dapat meluas.
Pengaturan Sekresi Saliva oleh Saraf parasimpatis untuk mengatur pengeluaran saliva,
menunjukkan bahwa kelenjar saliva terutama dikontrol oleh sinyal saraf parasimpatis sepanjang
jalan dari nukleus salivatorius superior dan inferinr pada batang otak. Nukleus salivatorius
terletak kira-kira pada pertemuan antara medula dan pons dan akan tereksitasi oleh rangsangan
taktil dan pengecapan pada lidah dan daerah-daerah rongga mulut dan faring lainnya. Beberapa
rangsangan pengecapan, terutama rasa asam (disebabkan oleh asam), merangsang sekresi saliva
dalam jumlah sangat banyak sering kali 8 sampai 20 kali kecepatan sekresi basal. Juga,
rangsangan taktil tertentu, seperti adanya benda halus dalam rongga mulut (misalnya sebuah batu
krikil), menyebabkan salivasi yang nyata, sedangkan benda yang kasar larrang menyebabkan
salivasi dan kadang bahkan menghambat salivasi. Salivasi juga dapat dirangsang atau dihambat
oleh sinyal-sinyal saraf yang tiba pada nukleus salivatorius dari pusat-pusat system saraf pusat
yang lebih tinggi. Sebagai contoh, bila seseorang mencitun atau makan makanan yang
disukainya, pengeluaran saliva lebih banyak daripada bila ia mencium atau memakan makanan
yang tidak disukain,ya. Daerah nafsu makan pada otak, yang mengatur sebagian efek ini, terletak
di dekat pusat parasimpatis hipotalamus anterior, dan berfungsi terutama sebagai respons
terhadap sinyal dari daerah pengecapan dan penciuman dari korteks serebral atau amigdala.
Salivasi juga dapat terjadi sebagai respons terhadap refleks yang berasal dari lambung dan usus
halus bagian atas khususnya saat menelan makanan yang sangat mengiritasi atau bila seseorang
mual karena adanya beberapa kelainan gastrointestinaL Saliva, ketika ditelan, akan membantu
menghilangkan faktor iritan pada traktus gastrointestinal dengan cara mengencerkan atau
menetralkan zat iritan. Perangsangan simpatis juga dapat meningkatkan salivasi dalam jumlah
sedikit, lebih sedikit dari perangsangan parasimpatis. Saraf-saraf simpatis berasal dari ganglia
servikalis superior dan berjalan sepanjang permukaan dinding pembuluh darah ke kelenjar-
kelenjar saliva. Faktor sekunder yang juga memengaruhi sekresi saliva adalah suplai darah ke
kelenjar karena sekresi selalu membutuhkan nutrisi yang adekuat dari darah. Sinyal-sinyal saraf
parasimpatis yang sangat merangsang salivasi, dalam derajat sedang juga melebarkan pembuluh-
pembuluh darah. Selain itu, salivasi sendiri secara langsung melebarkan pembuluh-pembuluh
darah, sehingga menyediakan peningkatan nutrisi kelenjar saliva seperti yang juga dibutuhkan
sel penyekresi. Sebagian dari tambahan efek vasodilator ini disebabkan oleh kalikrein yang
disekresi oleh selsel saliva yang aktif, yang kemudian bekerja sebagai suatu enzim untuk
memisahkan satu protein darah, yaitu alfa2-globulin, untuk membentuk bradikinin, suatu
vasodilator yang kuat.
Sekresi Esofagus
Sekresi esofagus seluruhnya mukus dan terutaina berfungsi sebagai pelumas pada saat menelan.
Bagian utama esofagus dikelilingi oleh beberapa kelenjar mukus sederhana. Pada bagian ujung
lambung, dan dalam jumlah lebih kecil pada bagian awal esofagus, terdapat juga beberapa
kelenjar mukus campuran. Mukus yang disekresi oleh kelenjar campuran pada esofagus bagian
atas akan mencegah ekskoriasi mukosa akibat makanan yang baru saja masuk, sedangkan
kelenjar campuran yang berada di dekat sambungan esofagogastrik akan melindungi dinding
esofagus dari pencernaan oleh asam getah lambung yang sering mengalami refluks dari lambung
kembali lagi ke bagian bawah esofagus. Walaupun ada fungsi pelindung, tukak lambung kadang
masih dapat terjadi pada ujung gastrik esofagus.
Karakteristik Sekresi Lambung
Selain sel-sel penyekresi mukus yang mengelilingi seluruh permukaan lambung, mukosa
lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular yang penting: kelenjar oksintik (disebut juga
kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorus. Kelenjar oksintik (pembentuk asam) menyekresi asam
hidroklorida, pepsinogen, faktor intrinsik, dan mukus. Kelenjar pilorus terutama menyekresi
mukus untuk melindungi mukosa pilorus dari asam lambung. Kelenjar tersebut juga menyekresi
hormon gastrin. Kelenjar oksintik terletak pada bagian dalam korpus dan fundus lambung,
meliputi 80 persen bagian proksimal lambung.Kelenjar pilorus terletak pada bagian antrum
lambung, 20 persen bagian distal lambung.
Sekresi Kelenjar Oksintik (Gastrik)
Kelenjar oksintik lambung yang khas. Kelenjar terdiri atas tiga tipe sel: (1) sel leher mukus, yang
terutama menyekresi mukus; (2) sel peptik (atau utama), yang menyekresi sejumlah besar
pepsinogen; dan (3) sel parietal (atau sel oksintik), yang menyekresi asam hidroklorida dan
faktor
intrinsik. Sekresi asam hidroklorida oleh sel parietal meliputi mekanisme khusus sebagai berikut.
Mekanisme Dasar Sekresi Asam Hidroklorida. Bila dirangsang, sel parietal akan menyekresi
larutan asam yang mengandung sekitar 160 mmol/L asam hidroklorida, yang mendekati
isotoniknya cairan tubuh. pH larutan asam ini kira-kira 0,8; menunjukkan keasaman yang
ekstrem. Pada pH ini, konsentrasi ion hidrogen sekitar 3 juta kali konsentrasi ion hidrogen dalam
darah arteri. Untuk memekatkan ion hidrogen, jumlah yang besar ini memerlukan lebih dari
1.500 kalori energi/L getah lambung. Pada waktu yang sama ion hydrogen disekresi, ion
bikarbonat berdifusi ke dalam darah sehingga darah vena lambung memiliki pH yang lebih tinggi
dibandingkan darah arteri pada saat lambung menyekresi asam. Secara skematis struktur
fungsional suatu sel parietal (juga disebut sebagai sel oksintik), menunjukkan bahwa sel dapat
mengandung banyak percabangan besar kanalikulus intrasel. Asam hidroklorida dibentuk pada
penonjolan mirip vilus dari kanalikulus ini dan kemudian disalurkan melalui kanalikulus ke
ujung sekretori sel. Kekuatan pendorong utama sekresi asam hidroklorida oleh sel-sel parietal
adalah pompa hidrogen-kalium (H+-K+ ATPase). Mekanisme kimia pembentukan asam
hidroklorida.
Faktor-Faktor Dasar yang Merangsang Sekresi Lambung Adalah Asetilkolin, Gastrin, dan
Histamin. Asetilkolin dilepaskan oleh adanya rangsangan parasimpatis merangsang sekresi
pepsinogen oleh sel-sel peptik, asam hidroklorida oleh sel-sel parietal, dan mukus oleh sel-sel
mukus. Sebagai pembanding keduanya gastrin dan histamin secara kuat merangsang sekresi
asam oleh sel-sel parietal tetapi mempunyai sedikit efek terhadap sel-sel lain. Sekresi dan
Aktivasi Pepsinogen. Beberapa tipe pepsinogen yang sedikit berbeda disekresi oleh sel peptik
dan sel mucus kelenjar gastrik. Walaupun demikian, semua pepsinogen melakukan fungsi yang
sama. Ketika pepsinogen pertama kali disekresikan, pepsinogen ini tidak mempunyai aktivitas
pencernaan. Akan tetapi, segera setelah berkontak dengan asam hidroklorida, pepsinogen akan
segera diaktifkan untuk membentuk pepsin yang aktif. Pada proses ini, molekul pepsinogen,
yang mempunyai berat molekul 42.500 akan terpecah menjadi molekul pepsin, yang mempunyai
berat molekul 35.000. Pepsin berfungsi sebagai enzim proteolitik aktif dalam medium yang
sangat asam (pH optimal 1,8 sampai 3,5), tetapi di atas pH 5, pepsin hampir tidak mempunyai
aktivitas proteolitik dan menjadi tidak aktif dalam waktu yang singkat. Asam hidroklorida sama
pentingnya dengan pepsin yang dibutuhkan untuk mencerna protein dalam lambung. Sekresi
Faktor Intrinsik oleh Sel-Sel Parietal. Substansi factor intrinsik, yang sangat penting untuk
absorbsi vitamin B12 di dalam ileum, disekresi oleh sel parietal bersama dengan sekresi asam
hidroklorida. Oleh karena itu, jika sel parietal lambung pembentuk asam rusak, yang sering
terjadi pada gastritis kronis, orang tersebut tidak hanya mengalami aklorhidria (kekurangan
sekresi asam lambung) tetapi juga sering mengalami anemia pernisiosa akibat kegagalan
maturasi sel-sel darah merah pada keadaan tidak adanya rangsangan vitamin BI2 pada sumsum
tulang. Kelenjar Pilorus—Sekresi Mukus dan Gastrin Kelenjar-kelenjar pilorus strukturnya
memiliki kemiripan dengan kelenjar oksintik, tetapi mengandung beberapa sel peptik dan
hamper tidak ada sel parietal. Sebaliknya, kelenjar pilorus terutama mengandung sel-sel mukus
yang identik dengan sel-sel leher mucus pada kelenjar oksintik. Sel-sel ini menyekresikan
sejumlah kecil pepsinogen, seperti yang telah didiskusikan dahulu, dan terutama sejumlah besar
mukus encer yang membantu melumasi pergerakan makanan, dan untuk melindungi dinding
lambung dari pencernaan enzim-enzim lambung. Kelenjar pilorus juga menyekresi hormone
gastrin, yang mempunyai peran kunci dalam mengatur sekresi gastrik, seperti yang baru saja
dibicarakan. Sel-Sel Mukus Permukaan Seluruh permukaan mukosa lambung di antara kelenjar-
kelenjar memiliki lapisan berkesinambungan sel mukus jenis khusus, yang disebut "sel-sel
mukus permukaan" Sel-sel tersebut menyekresi sejumlah besar mukus kental yang melapisi
mukosa lambung dengan suatu lapisan gel mukus sering kali dengan ketebalan lebih dari 1 mm,
sehingga menyediakan suatu cangkang proteksi utama bagi dinding lambung yang juga berperan
untuk melumasi transpor makanan. Ciri lain mukus adalah ia bersifat alkalis. Oleh karena itu,
dinding lambung normal tidak secara langsung terpapar pada sekresi lambung yang sangat asam
dan proteolitik. Bahkan kontak yang ringan sekali pun dengan makanan atau iritasi mukosa apa
pun secara langsung akan merangsang sel-sel mukus permukaan untuk menyekresikan mukus
tambahan yang lengket, alkalis dan kental ini. Perangsangan Sekresi Asam Lambung Sel Parietal
pada Kelenjar Oksintik adalah Satu-Satunya Sel yang Menyekresi Asam Hidroklorida. Sel-sel
parietal, yang terletak dalam pada kelenjar oksintik korpus utama lambung, adalah satu-satunya
sel yang menyekresi asam hidroklorida. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam bab ini,
keasaman-cairan yang disekresi oleh sel-sel ini dapat sangat asam, dengan pH serendah 0,8.
Namun, sekresi asam ini berada dalam pengaturan terus-menerus oleh sinyal endokrin dan saraf.
Lebih lanjut lagi, sel parietal berhubungan erat dengan sel jenis lain yang disebut sel mirip-
enterokromafin (sel ECL) yang fungsi utamanya menyekresi histamin. Sel ECL terletak dalam di
resesus kelenjar oksintik sehingga histamin yang dilepaskan secara langsung berhubungan
dengan sel parietal kelenjar. Kecepatan pembentukan dan sekresi asam hidroklorida oleh sel
parietal berhubungan langsung dengan jumlah histamin yang dilepaskan oleh sel ECL.
Selanjutnya, sel-sel ECL dapat dirangsang untuk menyekresi histamin oleh zat hormon gastrin,
yang dibentuk hampir seluruhnya di bagian antrum mukosa lambung sebagai respons terhadap
protein dalam makanan yang sedang dicerna. Sel-sel ECL mungkin dapatdirangsang juga oleh
zat hormon yang disekresi oleh sistem saraf enterik dinding lambung. Pertama-tama, mari kita
bahasmekanisme gastrin dalam mengatur sel ECL dan selanjutnyapengaturan sel itu terhadap
penyekresian asam hidroklorida olehsel parietal.Perangsangan Sekresi Asam oleh Gastrin.
Gastrin sendiri merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel gastrin, juga disebut sel-
sel G. Sel-sel ini berada di dalam kelenjar pylorus di ujung distal lambung. Gastrin adalah suatu
polipeptida besaryang disekresikan dalam dua bentuk; satu bentuk besar disebut G-34, yang
mengandung 34 asam amino, dan satu bentuk yang lebih kecil, G-17, yang mengandung 17 asam
amino. Walaupun keduanya penting, bentuk yang lebih kecil jumlahnya lebih banyak. Ketika
daging atau makanan lain yang mengandung protein mencapai ujung antrum lambung, beberapa
protein dari makanan tersebut mempunyai efek merangsang khusus pada sel gastrin di dalam
kelenjar pilorus untuk melepaskan gastrin ke dalam darah untuk ditranspor ke sel-sel ECL.
Proses pencampuran getah lambung yang hebat membawa gastrin dengan cepat ke sel ECL yang
berada di dalam korpus lambung, menyebabkan pelepasan histamin langsung ke kelenjar
oksintik yang dalam. Histamin lalu bekerja cepat merangsang sekresi asam hidroklorida
lambung. Pengaturan Sekresi Pepsinogen Pengaturan sekresi pepsinogen oleh sel peptik di dalam
kelenjar oksintik terjadi sebagai respons terhadap dua jenis sinyal utama: (1) perangsangan sel-
sel peptik oleh asetilkolin yang dilepaskan oleh nervus vagus atau oleh pleksus saraf enteric
gastrik, dan (2) perangsangan sekresi sel peptik sebagai respons terhadap adanya asam di dalam
lambung. Asam kemungkinan tidak merangsang sel-sel peptik secara langsung tetapi justru
menimbulkan refleks-refleks saraf enterik tambahan yang mendukung sinyal saraf asli ke sel-sel
peptik. Oleh karena itu, kecepatan sekresi pepsinogen, prekursor enzim pepsin yang
menyebabkan pencernaan protein, dipengaruhi kuat oleh jumlah asam di dalam lambung. Pada
orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menyekresikan jumlah asam yang normal, sekresi
pepsinogen juga berkurang, walaupun sel-sel peptik sebaliknya mungkin tampak normal.
Fase Sekresi Lambung Sekresi lambung dikatakan terjadi dalam tiga "fase”
fase sefalik fase gastrik, dan fase intestinal.
Fase Sefalik.
Fase sefalik sekresi lambung berlangsung bahkan sebelum makanan masuk ke dalam lambung,
terutama sewaktu makanan sedang dikonsumsi. Fase ini timbul akibat melihat, membaui,
membayangkan, atau mencicipi makanan; dan semakin besar nafsu makan, semakin kuat
rangsangan itu timbul. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik sekresi lambung
berasal dari korteks serebri dan pada pusat nafsu makan di amigdala dan hipotalamus. Sinyal
ditransmisikan melalui nucleus motorik dorsalis nervus vagus dan kemudian melalui saraf vagus
ke lambung. Fase sekresi ini normalnya menghasilkan sekitar 30 persen sekresi lambung yang
berkaitan dengan konsumsi makanan.
Fase Gastrik.
Sekali makanan masuk ke lambung, makanan akan membangkitkan (1) refleks vagovagal yang
panjang dari lambung ke otak dan kembali ke lambung, (2) refleks enteric setempat, dan (3)
mekanisme gastrin, yang semuanya kemudian menyebabkan terjadinya sekresi getah lambung
selama beberapa jam ketika makanan berada di dalam lambung. Fase gastrik sekresi membentuk
sekitar 60 persen dari total sekresi lambung yang berkaitan dengan konsumsi makanan dan
karena itu merupakan sebagian besar dari total sekresi lambung sehari-hari, yaitu sebanyak 1.500
ml. Fase Intestinal. Keberadaan makanan di bagian atas usus halus, khususnya pada duodenum,
akan terus mengakibatkan lambung menyekresi sejumlah kecil getah pencernaan, mungkin
sebagian akibat sejumlah kecil gastrin yang dilepaskan oleh mukosa duodenum. Ini meliputi
kurang lebih 10 persen respons asam terhadap makanan. Hambatan Sekresi Lambung oleh
Faktor Intestinal Pasca- Lambung Lainnya Walaupun kimus intestinal sedikit merangsang
sekresi lambung selama fase intestinal awal sekresi lambung, kimus sebaliknya menghambat
sekresi lambung pada waktu yang lain. Hambatan ini sekurang-kurangnya disebabkan oleh dua
pengaruh.
1. Keberadaan makanan di dalam usus halus merangsang reflex enterogastrik terbalik, yang
ditransmisikan melalui sistem saraf mienterik dan nervus simpatis ekstrinsik dan nervus vagus,
yang menghambat sekresi lambung. Refleks ini dapat dimunculkan dengan meregangkan usus
halus, oleh keberadaan asam pada usus bagian atas, oleh keberadaan produk pemecahan protein,
atau oleh iritasi mukosa. Refleks ini adalah bagian dari mekanisme kompleks.
2. Keberadaan asam, lemak, produk pemecahan protein, cairan hiperosmotik atau hipo-osmotik,
atau setiap faktor iritan pada usus halus bagian atas menyebabkan pelepasan beberapa hormon
usus. Satu di antaranya adalah sekretin, yang terutama penting dalam mengontrol sekresi
pankreas. Namun, sekretin melawan sekresi lambung. Tiga hormone lain, yaitu peptida
penghambatgastrik (glucose-dependent insulinotropic peptide), polipeptida intestinal vasoaktif,
dan somatostatin, semuanya juga mempunyai efek ringan sampai sedang dalam menghambat
sekresi lambung. Tujuan fungsional faktor-faktor intestinal yang menghambat sekres lambung
kemungkinan akan memperlambat perjalanan kimus dari lambung ketika usus halus sudah terisi
atau aktif secara berlebihan. Kenyataannya, refleks penghambat enterogastrik dan hormon-
hormon penghambat biasanya juga mengurangi motilitas lambung pada saat yang bersamaan
ketika refleks itu mengurangi sekresi lambung. Sekresi Gastrik Selama Periode Antar-
Pencernaan. Lambung hanya menyekresi beberapa mililiter getah lambung per jamnya selama
"periode antar pencernaan" ketika tidak ada atau hanya sedikit kegiatan pencernaan berlangsung
di usus. Sekresi yang terbentuk biasanya hampir seluruhnya berasal dari jenis nonoksintik,
terutama terdiri atas mukus, tapi hanya sedikit pepsin dan hampir tidak mengandung asam.
Namun, rangsangan emosional sering meningkatkan sekresi lambung antar pencernaan (sangat
peptik dan asam) sampai 50 ml/jam atau lebih, dengan cara yang sama seperti fase sefalik sekresi
lambung merangsang sekresi pada awal masuknya makanan. Peningkatan sekresi dalam
responsnya terhadap rangsang emosional yang kuat ini dianggap sebagai salah satu faktor
penyebab perkembangan tukak lambung.
Komposisi Kimiawi Gastrin dan Hormon Gastrointestinal Lainnya
Gastrin, kolesistokinin (cholecystokinine—CCK), dan sekretin, semuanya merupakan polipeptida
besar dengan berat molekul berturut-turut sekitar 2.000, 4.200, dan 3.400. Kelima asam amino
terminal dalam rantai molekuler gastrin dan CCK adalah sama. Aktivitas fungsional gastrin
terletak pada keempat asam amino terminal, dan aktivitas CCK berada pada kedelapan asam
amino terminal. Semua asam amino dalam molekul sekretin merupakan asam amino esensial.
Suatu gastrin sintetis, terdiri atas empat asam amino terminal gastrin alami ditambah asam amino
alanin, memiliki semua factor fisiologis seperti yang dimiliki oleh gastrin alami. Bentuk sintetik
ini disebut pentagastrin.
Sekresi Usus Halus
Sekresi Mukus oleh Kelenjar Brunner dalam Duodenum Suatu susunan yang sangat rapat dari
kelenjar mucus campuran, yang disebut kelenjar Brunner, terletak pada dinding beberapa
sentimeter pertama dari duodenum, terutama antara pilorus lambung dan papila Vateri, tempat
sekresi pankreas dan empedu dikeluarkan ke dalam duodenum. Kelenjarkelenjar ini menyekresi
mukus alkalis dalam jumlah besar sebagai respons terhadap (1) rangsang taktil atau rangsang
iritasi mukosa duodenum, (2) rangsang vagus, yang menyebabkan sekresi kelenjar Brunner
meningkat bersaing dengan meningkatnya sekresi lambung, dan (3) hormon gastrointestinal,
khususnya sekretin. Fungsi mukus yang disekresi oleh kelenjar Brunner adalah untuk melindungi
dinding duodenum dari pencernaan oleh getah lambung yang sangat asam, yang keluar dari
lambung. Sebagai tambahan, mukus tersebut mengandung sejumlah besar ion-ion bikarbonat,
yang membantu ion-ion bikarbonat dari sekresi pankreas dan empedu hati dalam menetralkan
asam hidroklorida lambung yang masuk ke duodenum. Kelenjar Brunner dihambat oleh rangsang
simpatis; karena itu, rangsang seperti ini pada orang yang mudah terangsang cenderung
meninggalkan bulbus duodenum dalam keadaan tidak terlindungi dan mungkin merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan daerah traktus gastrointestinal ini menjadi tempat tukak lambung
pada sekitar 50 persen pasien ulkus. Sekresi Getah Pencernaan Usus oleh Kripta Lieberkuhn
Pada seluruh permukaan usus halus, di atasnya terdapat cerukceruk kecil yang disebut kripta
Lieberkuhn. Kripta-kripta ini terletak di antara vili usus. Permukaan keduanya baik kripta
maupun vili ditutupi oleh suatu epitel yang terdiri dari dua jenis sel: (1) sel-sel goblet dalam
jumlah sedang yang menyekresi mukus untuk melumasi dan melindungi permukaan usus, dan
(2) sejumlah besar enterosit, di dalam kripta, yang menyekresi sejumlah besar air dan elektrolit
dan, di atas permukaan vili yang berdekatan, mereabsorbsi air dan elektrolit bersama dengan
produk akhir pencernaan. Sekresi usus dibentuk oleh enterosit kripta pada kecepatan sekitar
1.800 ml/hari. Sekresi ini hampir murni cairan ekstrasel dan memiliki pH sedikit alkali berkisar
dari 7,5 sampai 8,0. Sekresi tersebutjuga cepat direabsorbsi oleh vili. Aliran cairan dari kripta ke
dalam vili menyuplai suatu media yang encer untuk absorpsi zat-zat dari kimus ketika zat
berkontak dengan vili. Dengan demikian, fungsi utama usus halus adalah untuk absorpsi zat
makanan dan hasil pencernaannya ke dalam darah. Mekanisme Sekresi Cairan Encer.
Mekanisme tepat yang mengatur sekresi cairan encer oleh kripta Lieberkuhn masih belum jelas,
tetapi diyakini melibatkan sekurang-kurangnya dua proses sekresi aktif: (1) sekresi aktif ion
klorida ke dalam kripta, dan (2) sekresi aktif ion bikarbonat. Sekresi kedua ion menyebabkan
tarikan listrik ion-ion natrium bermuatan positif inelalui membran dan juga ke dalam cairan yang
disekresi. Akhirnya, semua ion ini bersama-sama menyebabkan terjadinya gerakan osmotik air.
Enzim-Enzim Pencernaan pada Sekresi Usus Halus. Bila sekresi usus halus dikumpulkan tanpa
serpihan sel, sekresi ini hampir tidak mengandung enzim. Enterosit mukosa, terutamayang
menutupi vili, mengandung enzim pencernaan yang mencerna zat-zat makanan khusus ketika
makanan diabsorbsi melalui epitel. Enzim-enzim ini adalah sebagai berikut: (1) beberapa
peptidase untuk memecah peptida kecil menjadi asam amino, (2) empat enzim sukrase, maltase,
isomaltase, dan laktase untuk memecah disakarida menjadi monosakarida, dan (3) sejumlah
kecil lipase intestinal untuk memecah lemak netral menjadi gliserol dan asam lemak. Sel-sel
epitel yang terletak dalam di kripta Lieberkuhn terusmenerus mengalami mitosis, dan sel-sel
baru bermigrasi sepanjang membran basal ke atas ke luar dari kripta menuju ujung vili, sehingga
secara terus-menerus menggantikan epitel vilus dan juga membentuk enzim-enzim pencernaan
yang baru. Ketika sel-sel vilus menjadi tua, sel-sel tersebut akhirnya dilepaskan ke dalam sekresi
usus. Siklus hidup dari sebuah sel epitel usus sekitar lima hari. Pertumbuhan cepat sel-sel baru
juga membuat perbaikan ekskoriasi di dalam mukosa berlangsung cepat. Pengaturan Sekresi
Usus Halus—Rangsang Setempat Sejauh ini cara terpenting untuk mengatur sekresi usus halus
adalah dengan refleks saraf enterik setempat, terutama reflex yang dicetuskan oleh rangsang
taktil atau iritatif dari kimus di dalam usus.

Sekresi Mukus oleh Usus Besar


Sekresi Mukus. Mukosa usus besar, seperti pada usus halus, mempunyai banyak kripta
Lieberkuhn; tetapi, berbeda dengan usus halus, mukosa usus besar tidak memiliki vili. Sekresi
sel-sel epitelnya hampir tidak mengandung enzim pencernaan. Sebaliknya, sel ini mengandung
sel-sel mukus yang hanya menyekresi mukus. Mukus ini mengandung ion bikarbonat dalam
jumlah sedang yang disekresi oleh beberapa sel epitel yang tidak menyekresi mukus. Kecepatan
sekresi mucus terutama diatur oleh rangsang taktil langsung sel-sel epitel yang melapisi usus
besar, dan oleh refleks saraf setempat terhadap sel-sel mukus pada kripta Lieberkizhn. Rangsang
nervus pelvikus dari medula spinalis, yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai
dua pertiga bagian distal usus besar, juga dapat mengakibatkan kenaikan jumlah sekresi mukus
yang nyata. Hal ini terjadi bersamaan dengan peningkatan motilitas peristaltik kolon. Selama
perangsangan parasimpatis yang ekstrem, sering kali disebabkan oleh gangguan emosional,
kadang begitu banyak mukus disekresi ke dalam usus besar sehingga orang tersebut mengalami
gerakan mukus kental sesering setiap 30 menit; mukus ini sering mengandung sedikit atau tidak
mengandung feses. Mukus dalam usus besar melindungi dinding usus terhadap ekskoriasi, tetapi
selain itu, juga menyediakan suatu media yang lengket untuk melekatkan bahan feses menjadi
satu. Lebih lanjut, mukus melindungi dinding usus dari sejumlah besar aktivitas bakteri yang
berlangsung di dalam feses, dan, akhirnya, mukus ditambah sifat basa dari sekresi (pH 8,0 yang
disebabkan oleh sejumlah besar natrium bikarbonat) menyediakan suatu sawar untuk menjaga
agar asam yang terbentuk di dalam tinja tidak menyerang dinding usus. Diare yang Disebabkan
Sekresi Berlebihan Air dan Elektrolit sebagai Respons terhadap Iritasi Apabila suatu segmen
usus besar menjadi sangat teriritasi, seperti yang terjadi bila infeksi bakteri merajalela selama
enteritis, mukosa menyekresi sejumlah besar air dan elektrolit sebagai tambahan selain sekresi
mukus alkali kental yang normal. Sekresi ini berfungsi untuk mengencerkan factor pengiritasi
dan menyebabkan gerakan tinja yang cepat menuju anus. Hal ini mengakibatkan terjadinya diare,
disertai kehilangan sejumlah besar air dan elektrolit. Tetapi diare juga menyapu bersih faktor
iritan, yang menimbulkan pemulihan penyakit lebih cepat daripada bila terjadi hal yang
sebaliknya.
2. Sekresi Pankreas
Pankreas, yang terletak sejajar dan di bawah lambung, merupakan kelenjar campuran yang besar
yang kebanyakan struktur bagian dalamnya hampirsama seperti kelenjar saliva. Enzim-enzim
pencernaan pankreas disekresi oleh asini pankreas, dan sejumlah besar larutan natrium
bikarbonat disekresi oleh duktulus kecil dan duktus lebih besar yang berasal dari asini. Produk
kombinasi berupa enzim dan natrium bikarbonat ini kemudian mengalir melalui duktus
pankreatikus yang panjang, yang normalnya bergabung dengan duktus hepatikus tepat sebelum
mengosongkan isinya ke duodenum terhadap keberadaan kimus di bagian atas usus halus, dan
karakteristik getah pankreas ditentukan sampai batas tertentu oleh jenis makanan dalam kimus.
(Pankreas juga menyekresi insulin, namun insulin ini tidak disekresikan oleh jaringan pankreas
yang menyekresi getah pankreas usus. Sebaliknya, insulin disekresi langsung ke darah tidak ke
usus oleh pulau-pulau Langerhans yang terjadi di bagian-bagian pulau pada pankreas. Enzim-
Enzim Pencernaan Pankreas Sekresi pankreas mengandung banyak enzim untuk mencerna tiga
jenis makanan utama: protein, karbohidrat, dan lemak. Sekresi ini juga mengandung sejumlah
besar ion bikarbonat, yang memegang peranan penting dalam menetralkan keasaman kimus yang
dikeluarkan dari lambung ke dalam duodenum. Enzim-enzim pankreas yang paling penting
untuk mencerna protein adalah tripsin, kimotripsin, dan karboksipolipeptidase. Sejauh ini, yang
paling banyak adalah tripsin. Tripsin dan kimotripsin memecah seluruh dan sebagian protein
yang dicerna menjadi peptida berbagai ukuran tetapi tidak menyebabkan pelepasan asam-asam
amino. Namun, karboksipolipeptidase ternyata memecahkan beberapa peptide menjadi asam-
asam amino, sehingga menyelesaikan pencernaan beberapa protein menjadi bentuk asam amino.
Enzim pankreas untuk mencerna karbohidrat adalah amilase pankreas, yang akan menghidrolisis
pati, glikogen, dan sebagian besar karbohidrat lain (kecuali selulosa) untuk membentuk sebagian
besar disakarida dan beberapa trisakarida. Enzim utama untuk mencerna lemak adalah (1) lipase
pankreas, yang mampu menghidrolisis lemak netral menjadi asam lemak dan monogliserida; (2)
kolesterol esterase, yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol; dan (3) fosfolipase, yang
memecah asam lemak dari fosfolipid. Saat pertama kali disintesis dalam sel-sel pankreas,
enzimenzim pencernaan proteolitik ini terdapat dalam bentuk tidak aktif berupa tripsinogen,
kimotripsinogen, dan prokarboksipolipeptidase, yang semuanya secara enzimatik tidak aktif.
Semua enzim ini akan menjadi aktif hanya sesudah disekresi ke dalam saluran pencernaan.
Tripsinogen diaktifkan oleh enzim yang disebut enterokinase, yang disekresi oleh mukosa usus
ketika kimus berkontak dengan mukosa. Juga, tripsinogen dapat diaktifkan secara otokatalisasi
oleh tripsin yang sudah terbentuk dari tripsinogen yang sebelumnya disekresi. Kimotripsinogen
diaktifkan oleh tripsin untuk membentuk kimotripsin, dan prokarboksipolipeptidase diaktifkan
dengan cara yang serupa. Sekresi Penghambat Tripsin Mencegah Pencernaan Pankreas itu
Sendiri. Adalah penting bahwa enzim-enzim proteolitik getah pankreas tidak menjadi aktif
enzim-enzim sampai enzim disekresikan ke dalam usus, karena tripsin dan lainnya akan
mencerna pankreas itu sendiri. Untungnya, selsel yang menyekresi enzim proteolitik ke dalam
asini pankreas, sekaligus juga menyekresi zat lain yang disebut penghambat tripsin. Zat ini
dibentuk di dalam sitoplasma sel kelenjar, dan zat ini mencegah pengaktifan tripsin, baik di
dalam sel sekretoris maupun di dalam asini dan duktus pankreatikus. Tripsin inilah yang akan
mengaktifkan enzim-enzim proteolitik pankreas yang lain, maka penghambat tripsin juga akan
mencegah pengaktifan enzim yang lain. Jika pankreas menjadi sangat rusak atau jika ductus
tersumbat, sejumlah besar sekresi pankreas kadang akan bertumpuk pada daerah pankreas yang
rusak. Pada kondisi ini efek penghambat tripsin sering sangat kuat, dan pada kasus tersebut,
sekresi pankreas secara cepat menjadi aktif dan dapat benar-benar mencerna semua pankreas
dalam waktu beberapa jam, mengakibatkan kondisi yang disebut pankreatitis akut. Keadaan ini
kadang mematikan karena disertai syok sirkulasi, dan bahkan bila tidak mematikan, dapat
mengakibatkan insufisiensi pankreas yang menetap seumur hidup.
Sekresi lon-lon Bikarbonat
Walaupun enzim getah pankreas seluruhnya disekresikan oleh asini dan kelenjar pankreas, dua
komponen penting lain dari getah pankreas yaitu ion bikarbonat dan air, disekresikan terutama
oleh sel-sel epitel dan duktulus dan duktus yang keluar dari asini. Jika pankreas dirangsang untuk
menyekresikan sangat banyak getah pankreas, konsentrasi ion bikarbonat akan meningkat
sampai setinggi 145 mEq/L, suatu angka sekitar lima kali lebih besar dari ion bikarbonat dalam
plasma. Keadaan ini menghasilkan sejumlah besar ion alkali pada getah pankreas yang berfungsi
untuk menetralkan asam hidroklorida yang dikeluarkan dari lambung ke dalam duodenum.
Langkah-langkah dasar mekanisme sel untuk sekresi larutan natrium bikarbonat ke dalam
duktulus dan ductus pankreatikus. Langkahlangkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Karbon dioksida berdifusi dari darah ke bagian dalam sel dan di bawah pengaruh karbonik
anhidrase, bergabung dengan air untuk membentuk asam karbonat (H2CO). Asam karbonat
kemudian berdisosiasi menjadi ion bikarbonat dan ion hidrogen (HCO-3 dan H+). Kemudian
ion bikarbonat secara aktif ditranspor bersama dengan ion natrium (Na+) melalui tepi luminal sel
ke dalam lumen duktus.
2. Ion hidrogen yang terbentuk melalui disosiasi asam karbonat di dalam sel ditukar dengan ion
natrium melalui bagian sel yang berbatasan dengan darah, melalui proses transpor aktif
sekunder. Proses ini menyebabkan tersedianya ion natrium (Na+) yang kemudian ditranspor
melalui tepi luminal ke dalam lumen duktus pankreatikus untuk menetralkan kelistrikan ion
bikarbonat yang disekresi.
3. Keseluruhan gerakan ion natrium dan bikarbonat dari darah ke lumen duktus membentuk
gradien tekanan osmotik yang menyebabkan osmosis air juga ke dalam duktus pankreatikus,
sehingga membentuk larutan bikarbonat yang hamper seluruhnya isosmotik. Pengaturan Sekresi
Pankreas Rangsangan Dasar yang Menyebabkan Sekresi Pankreas Tiga rangsangan dasar yang
penting dalam menyebabkan sekresi pankreas:
1. Asetilkolin, yang dilepaskan dari ujung-ujung nervus vagus parasimpatis dan dari saraf-saraf
kolinergik lain di dalam sistem-saraf enterik.
2. Kolesistokinin, yang disekresi oleh mukosa duodenum dan yeyenum bagian atas ketika
makanan masuk ke dalam usus halus.
3. Sekretin, yang juga disekresi oleh mukosa duodenum dan yeyunum ketika makanan yang
sangat asam masuk ke usus halus. Kedua stimulus pertama tersebut, asetilkolin dan
kolesistokinin, merangsang sel-sel asinar pankreas, menyebabkan dihasilkannya enzim-enzim
pencernaan pankreas dalam jumlah besar tetapi dengan jumlah air dan elektrolit yang relative
kecil yang mengalir bersama dengan enzim. Tanpa air, sebagian besar enzim sementara tetap
disimpan di dalam asini dan duktus sampai lebih banyak sekresi cairan yang datang untuk
menyapu enzim-enzim tersebut ke dalam duodenum. Berbeda dengan dua rangsang dasar
pertama, sekretin merangsang sekresi larutan air dari natrium bikarbonat dalam jumlah besar
oleh epitel duktus pankreas. Efek Multiplikasi Berbagai Rangsang. Bila berbagai rangsang
sekresi pankreas terjadi bersamaan, sekresi total jumlahnya jauh lebih besar daripada jumlah
sekresi yang disebabkan oleh masing-masing rangsang secara terpisah. Oleh karena itu, berbagai
rangsang tersebut dikatakan "melipatgandakan; atau "memperkuat":satu sama lain. Jadi, sekresi
pankreas normalnya dihasilkan dari efek gabungan berbagai rangsang dasar, tidak hanya dari
satu rangsang.
Fase-Fase Sekresi Pankreas
Sekresi pankreas terjadi dalam tiga fase, sama dengan sekresi gastrik: fase sefalik, fase gastrik,
dan fase intestinal. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut. Fase Sefalik dan Gastrik. Selama fase
sefalik sekresi pankreas, sinyal-sinyal saraf yang sama dari otak yang menyebabkan sekresi
dalam lambung juga menyebabkan asetilkolin dilepaskan oleh ujung-ujung nervus vagus dalam
pankreas. Hal ini menyebabkan enzim dalam jumlah sedang disekresi ke dalam asini pankreas,
menghasilkan kurang lebih 20 persen dari total sekresi enzim pankreas sesudah makan. Namun
sejumlah kecil sekresi segera mengalir keluar melalui ductus pankreatikus ke dalam usus karena
hanya sedikit air dan elektrolit yang disekresi bersamaan dengan enzim. Selama fase gastrik,
rangsang saraf terhadap sekresi enzim berlanjut terus, menghasilkan lagi sebanyak 5 sampai 10
persen enzim pankreas yang disekresi sesudah makan. Walaupun demikian, hanya sejumlah kecil
yang mencapai duodenum karena tidak adanya sekresi cairan secara terus-menerus. Fase
Intestinal. Sesudah kimus meninggalkan lambung masuk ke dalam usus halus, sekresi pankreas
menjadi sangat banyak, terutatna sebagai respons terhadap hormon sekretin. Sekretin
Merangsang Sekresi lon Bikarbonat dalam Jumlah Sangat Banyak yang menetralisasi Kimus
Lambung yang Asam. Sekretin adalah polipeptida yang mengandung 27 asam amino (berat
molekul sekitar 3.400), dalam bentuk yang tidak aktif, yaitu prosekretin, juga disebut sel S di
dalam mukosa duodenum dan yeyunum. Bila kimus yang asam dengan pH kurang dari 4,5
sampai 5,0 masuk dari lambung ke dalam duodenum, kimus tersebut menyebabkan mukosa
duodenum melepaskan dan mengaktifkan sekretin, yang setelah itu diabsorbsi ke dalam darah.
Salah satu unsur pokok kimus yang benar-benar menyebabkan pelepasan sekretin ini adalah
asam hidroklorida lambung. Sekretin kemudian menyebabkan pankreas menyekresi sejumlah
besar cairan yang mengandung ion bikarbonat konsentrasi tinggi (sampai 145 mEq/L), tetapi
mengandung ion klorida konsentrasi rendah. Mekanisme sekretin sangat penting karena dua
alasan: Pertama, sekretin mulai dilepaskan dari mukosa usus halus ketika pH isi duodenum turun
di bawah 4,5 sampai 5,0; dan pelepasannya sangat meningkat saat pH turun sampai 3,0. Keadaan
ini dengan segera menyebabkan banyak sekali sekresi getah pankreas yang mengandung banyak
natrium bikarbonat. Hasil akhirnya akan menimbulkan reaksi sebagai berikut dalam duodenum:
Lalu asam karbonat dengan segera berdisosiasi menjadi karbon dioksida dan air. Karbon
dioksida akan diabsorbsi ke dalam darah serta dikeluarkan melalui paru-paru, sehingga
meninggalkan larutan natrium klorida yang netral di dalam duodenum. Dengan cara ini,
kandungan asam yang dikeluarkan ke duodenum dari lambung menjadi netral, sehingga aktivitas
pencernaan peptik oleh getah lambung di dalam duodenum segera dihambat. Oleh karena
mukosa usus halus tidak tahan terhadap pencernaan getah lambung yang asam, keadaan ini
merupakan mekanisme perlindungan yang esensial untuk mencegah terjadinya tukak usus.
Sekresi ion bikarbonat oleh pankreas menghasilkan pH yang sesuai bagi kerja enzim-enzim
pencernaan pankreas yang berfungsi secara optimal pada medium yang sedikit basa atau netral,
pada pH 7,0 sampai 8,0. Untungnya, pH rata-rata sekresi natrium bikarbonat adalah 8,0.
Kolesistokinin—Perannya dalam Pengontrolan Sekresi Enzim Pencernaan oleh Pankreas.
Keberadaan makanan di dalam usus halus bagian atas juga akan menyebabkan hormon kedua,
yaitu CCK, suatu polipeptida yang mengandung 33 asam amino, dilepaskan dari suatu kelompok
sel lain, sel1, di mukosa duodenum dan yeyunum bagian atas. Pelepasan CCK ini terutama
merupakan hasil dan keberadaan proteosa dan pepton, (produk pemecahan sebagian protein) dan
asam lemak rantaipanjang di dalam kimus yang datang dari lambung. CCK, seperti sekretin,
dibawa oleh darah menuju pankreas, tetapi bukannya menyebabkan sekresi natrium bikarbonat;
kolesistokinin terutama menyebabkan sekresi sebagian besar enzim pencernaan pankreas oleh
sel-sel asinar. Efek ini mirip dengan efek yang disebabkan oleh perangsangan vagus tetapi jauh
lebih kuat, menghasilkan 70-80 persen total sekresi enzim pencernaan pankreas setelah makan.
Perbedaan antara efek perangsangan pankreas oleh sekretin dan CCK , yang menunjukkan (1)
sekresi natrium bikaronat yang banyak sebagai respons terhadap adanya asam dalam duodenum,
yang dirangsang oleh sekretin, (2) efek ganda sebagai respons terhadap sabun (lemak), dan (3)
sekresi enzim pencernaan yang banyak (ketika pepton memasuki duodenum) yang dirangsang
oleh kolesistokinin.
Sekresi Empedu oleh Hati; Fungsi Pohon Empedu Salah satu dari berbagai fungsi hati adalah
menyekresi empedu, normalnya antara 600 dan 1.000 ml/hari. Empedu melakukan dua fungsi
penting. Pertama, empedu memainkan peran penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak,
bukan karena enzim dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak, tetapi karena asam
empedu dalam empedu melakukan dua hal: (1) Mereka membantu mengemulsi partikel-partikel
lemak yang besar dalam makanan menjadi banyak partikel kecil, permukaan partikel tersebut
dapat diserang oleh enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas, dan (2) mereka
membantu absorpsi produk akhir lemak yang telah dicerna melalui membran mukosa intestinal.
Kedua, empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengekskresi beberapa produk buangan yang
penting dari darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin, suatu produk akhir penghancuran
hemoglobin, dan kelebihan kolesterol. Anatomi Fisiologi Sekresi Empedu Empedu disekresi
dalam dua tahap oleh hati: (1) Bagian awalnya disekresi oleh sel-sel fungsional utama hati, yaitu
sel hepatosit; sekresi awal ini mengandung sejumlah besar asam empedu, kolesterol, dan zat-zat
organik lainnya. Empedu ini disekresi ke dalam kanalikulus biliaris kecil yang terletak di
antara sel-sel hati (2) Kemudian, empedu mengalir di dalam kanalikulus menuju septa
interlobularis, tempat kanalikulus mengosongkan empedu ke dalam duktus biliaris terminal dan
kemudian secara progresif ke dalam duktus yang lebih besar, akhirnya mencapai ductus
hepatikus dan duktus biliaris komunis. Dari sini empedu langsung dikeluarkan ke dalam
duodenum atau dialihkan dalam hitungan menit sampai beberapa jam melalui duktus sistikus ke
dalam kandung empedu. Dalam perjalanannya melalui duktus-duktus biliaris, bagian kedua
sekresi hati ditambahkan ke dalam sekresi empedu yang pertama. Sekresi tambahan ini
berupalarutan encer ion-ion natrium dan bikarbonat yang disekresi oleh sel-sel epitel sekretoris
yang mengelilingi duktulus dan duktus. Sekresi kedua ini kadang-kadang meningkatkan jumlah
empedu total sampai 100 persen. Sekresi kedua ini dirangsang terutama oleh sekretin, yang
menyebabkan pelepasan sejumlah ion bikarbonat tambahan untuk melengkapi ion-ion bikarbonat
dalam sekresi pankreas (untuk menetralkan asam yang dikeluarkan dari lambung ke duodenum).
Penyimpanan dan Pemekatan Empedu di dalam Kandung Empedu. Empedu disekresikan secara
terusmenerus oleh sel-sel hati, namun sebagian besar normalnya disimpan dalam kandung
empedu sampai diperlukan di dalam duodenum. Volume maksimal yang dapat ditampung
kandung empedu hanya 30 sampai 60 ml. Meskipun demikian, sekresi empedu selaina 12 jam
(biasanya sekitar 450 ml) dapat disimpan dalam kandung empedu karena air, natrium, klorida,
dan kebanyakan elektrolit kecil lainnya secara terus-menerus diabsorbsi melalui mukosa
kandung empedu, memekatkan sisa zat-zat empedu yang mengandung garam empedu,
kolesterol, lesitin, dan bilirubin. Kebanyakan absorpsi kandung empedu ini disebabkan oleh
transpor aktif natrium melalui epitel kandung empedu, dan keadaan ini diikuti oleh absorpsi
sekunder ion klorida, air, dan kebanyakan zat-zat terdifusi lainnya.Empedu secara normal
dipekatkan sebanyak 5 kali lipat dengan cara ini, tetapi dapat dipekatkan sampai maksimal 20
kali lipat. Komposisi Empedu. Zat yang paling banyak disekresikan dalam empedu adalah garam
empedu, yang banyaknya kira-kira setengah dari total zat-zat yang juga terlarut dalam empedu.
Bilirubin, kolesterol, lesitdn, dan elektrolit yang biasa terdapat dalam plasma, juga disekresikan
atau diekskresikan dalam konsentrasi besar. Dalam proses pemekatan di kandung empedu, air
dan elektrolit dalam jumlah besar (kecuali ion kalsium) direabsorbsi oleh mukosa kandung
empedu; pada dasarnya semua zat lain, terutama garam empedu dan zat-zat lemak kolesterol dan
lesitin, tidak direabsorbsi dan, karena itu, menjadi sangat pekat dalam empedu di kandung
empedu. Pengosongan Kandung Empedu—Peran Perangsangan Kolesistokinin. Ketika makanan
mulai dicerna di traktus gastrointestinal bagian atas, kandung empedu mulai mengosongkan
isinya, terutama sewaktu makanan berlemak mencapai duodenum sekitar 30 menit setelah
makan. Mekanisme pengosongan kandung empedu adalah kontraksi ritmis dinding kandung
empedu, tetapi pengosongan yang efektif juga membutuhkan relaksasi sfingter Oddi secara
bersamaan, yang menjaga pintu keluar duktus biliaris komunis ke dalam duodenum. Sejauh ini
rangsang yang paling poten menyebabkan kontraksi kandung empedu adalah hormon CCK.
Hormon ini adalah hormon CCK yang telah dibicarakan sebelumnya yang menyebabkan
peningkatan sekresi enzim pencernaan oleh sel-sel asinar pankreas. Rangsang untuk
memasukkan CCK ke dalam darah dari mukosa duodenum terutama adalah kehadiran
makanan berlemak dalam duodenum. Kandung empedu juga dirangsang secara kurang kuat oleh
serat-serat saraf yang menyekresi asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik usus. Keduanya
adalah saraf yang sama yang meningkatkan motilitas dan sekresi dalam bagian lain traktus
gastrointestinal bagian atas Sebagai ringkasan, kandung empedu mengosongkan simpanan
empedu pekatnya ke dalam duodenum terutama sebagai respons terhadap perangsangan CCK
yang terutama dicetuskan oleh makanan berlemak. Saat lemak tidak terdapat dalam makanan,
pengosongan kandung empedu berlangsung buruk, tetapi bila terdapat lemak dalam jumlah yang
berarti dalam makanan, normalnya kandung empedu kosong secara menyeluruh dalam waktu
sekitar satu jam.Penyimpanannya dalam kandung empedu, dan pelepasan akhirnya dari kandung
empedu ke dalam duodenum.
Fungsi Garam-Garam Empedu pada Pencernaan dan
Absorpsi Lemak
Sel hati menyintesis sekitar 6 gram garam empedu setiap harinya. Prekursor garam empedu
adalah kolesterol, baik yang ada dalam diet atau yang disintesis dalam sel-sel hati selama
berlangsungnya metabolisme lemak. Kolesterol pertama diubah menjadi asam kolat atau asam
kenodeoksikolat dalam jumlah yang kurang lebih sama. Asam-asam ini selanjutnya akan
bergabung terutama dengan glisin dan, dalam jumlah yang lebih sedikit, dengan taurine untuk
membentuk asam empedu terkonjugasi-gliko dan tauro. Garam-garam dari asam ini, terutama
garam natrium, kemudian akan disekresi dalam empedu. Garam-garam empedu mempunyai dua
fungsi penting pada traktus intestinal. Pertama, garam-garam ini bekerja sebagai deterjen pada
partikel lemak dalam makanan. Hal ini mengurangi tegangan permukaan partikel dan
memungkinkan agitasi dalam traktus intestinal untuk memecahkan gefembung-gelembung lemak
menjadi gelembung-gelembung yang sangat kecil. Proses ini disebut emulsifikasi atau fungsi
deterjen garam-garam empedu. Kedua, dan yang jauh lebih penting daripada fungsi emulsifikasi,
garam empedu membantu absorpsi (1) asam lemak, (2) monogliserida, (3) kolesterol, dan (4)
lemak lain dalam traktus intestinal. Garam empedu melakukan fungsi ini dengan cara
membentuk kompleks-kompleks fisik yang kecil dengan lemak ini; kompleks ini disebut misel,
dan bersifat semi larut dalam kimus akibat muatan listrik dari garam-garam empedu. Lemak usus
"diangkut" dalam bentuk ini ke mukosa usus, tempat lemak kemudian diabsorbsi ke dalam darah.
Tanpa adanya garam-garam empedu dalam traktus intestinal, 40 persen lemak yang dicerna akan
dikeluarkan bersama tinja, dan orang sering kali mengalami defisit metabolisme akibat
hilangnya nutrien ini. Sirkulasi Enterohepatik Garam-Garam Empedu. Sekitar 94 persen garam
empedu direabsorbsi ke dalam darah dari usus halus, kurang lebih setengahnya dengan cara
difusi melalui mukosa pada bagian awal usus halus dan sisanya melalui proses transpor aktif
inelewati mukosa usus pada bagian distal ileum. Garam empedu lalu memasuki darah portal dan
diteruskan kembali ke hati. Pada saat mencapai hati, ketika pertama lewat melalui sinusoid vena,
garam-garam empedu diabsorbsi kembali hampir seluruhnya kembali ke dalam sel-sel hati dan
kemudian disekresikan kembali ke dalam empedu. Dengan cara ini, sekitar 94 persen dari semua
garam empedu disirkulasikan kembali ke dalam empedu, sehingga rata-rata garam ini akan
mengalami sirkulasi sebanyak 17 kali sebelum dikeluarkan bersama tinja. Sejumlah kecil garam
empedu yang dikeluarkan ke dalam tinja akan diganti dengan sejumlah garam baru yang
dibentuk secara terus-menerus oleh sel-sel hati. Sirkulasi ulang garam empedu ini disebut
sirkulasi enterohepatikgaram-garam empedu. Jumlah empedu yang disekresi oleh hati setiap
harinya sangat bergantung pada tersedianya garam-garam empedu makin banyak jumlah garam
empedu pada sirkulasi enterohepatik (biasanya sekitar 2,5 gram), makin besar kecepatan sekresi
empedu. Tentu saja, pencernaan garam empedu tambahan dapat meningkatkan sekresi empedu
beberapa ratus mililiter per hari. Bila fistula empedu mengosongkan garam-garam empedu keluar
selama beberapa hari sampai beberapa minggu sehingga garam empedu tidak dapat direabsorbsi
dari ileum, hati akan meningkatkan produksi garam-garam empedu 6 sampai 10 kali lipat, yang
akan meningkatkan kecepatan sekresi empedu kembali normal. Keadaan ini meinperlihatkan
bahwa kecepatan sekresi garam empedu hati sehari-hari dikontrol secara aktif oleh tersedianya
(atau kurang tersedianya) garam empedu di dalam sirkulasi enterohepatik. Peran Sekretin dalam
Pengaturan Sekresi Empedu. Selain efek perangsangan yang kuat dari asam empedu sehingga
terjadi sekresi empedu, hormon sekretin yang juga merangsang sekresi pankreas meningkatkan
sekresi empedu, kadang-kadang lebih dari dua kali lipat selama beberapa jam sesudah makan.
Peningkatan sekresi ini hampir semuanya adalah sekresi larutan encer yang kaya natrium
bikarbonat oleh sel epitel duktulus dan duktus empedu, dan bukan peningkatan sekresi oleh sel-
sel parenkim hati itu sendiri. Bikarbonat kemudian akan diteruskan ke dalam usus halus
dan bergabung dengan bikarbonat dari pankreas untuk menetralkan asam hidroklorida dari
lambung. Jadi, mekanisme umpan-balik sekretin untuk menetralkan asam duodenum bekerja
tidak hanya melalui efeknya terhadap sekresi pankreas tetapi juga, dalam jumlah yang lebih
sedikit, melalui efeknya terhadap sekresi oleh duktulus dan duktus hati. Sekresi Kolesterol oleh
Hati dan Pembentukan Batu Empedu Garam empedu dibentuk di dalam sel-sel hepatik
menggunakan kolesterol yang ada di plasma darah. Pada proses sekresi garam empedu, sekitar 1
sampai 2 gram kolesterol dipindahkan dari plasma darah dan disekresikan ke dalam empedu
setiap hari. Kolesterol hampir seluruhnya tidak larut di dalam air murni, tetapi garam empedu
dan lesitin dalam empedu bergabung secara fisik dengan kolesterol, untuk membentuk misel
ultramikroskopis dalam bentuk suatu larutan koloid. Jika empedu sudah menjadi pekat di dalam
kandung empedu, garam-garam empedu dan lesitin akan menjadi pekat bersama dengan
kolesterol, yang membuat kolesterol tetap dalam bentuk larutan. Pada kondisi yang abnormal,
kolesterol dapat mengendap di dalam kandung empedu, menyebabkan pembentukan batu
empedu kolesterol. Jumlah kolesterol dalam empedu sebagian ditentukan oleh jumlah lemak
yang di konsumsi, karena sel-sel hepatik menyintesis kolesterol sebagai salah satu produk
metabolisme lemak dalam tubuh. Untuk alasan inilah, orang yang melakukan diet tinggi lemak
dalam waktu bertahun-tahun akan mudah mengalami pembentukan batu empedu. Peradangan
epitel kandung empedu, yang sering kali berasal dari infeksi kronis derajat rendah, juga dapat
mengubah karakteristik absorpsi mukosa kandung empedu, kadang-kadang memungkinkan
absorpsi berlebihan air dan garam-garam empedu tapi meninggalkan kolesterol di dalam
kandung empedu dalam konsentrasi yang meningkat secara progresif. Lalu, kolesterol akan
mulai mengendap, pertama akan membentuk banyak kristal kolesterol kecil pada permukaan
mukosa yang mengalami peradangan, tapi berlanjut menjadi batu empedu yang besar.

Anda mungkin juga menyukai