“PENCERNAAN LUDAH”
Disusun Oleh :
VERONICA (193020801065)- (KELOMPOK 1)
APRILIA DWI SANDRA (193020801038)- (KELOMPOK 2)
NATHASYA RIZKYANA RIYADI (193020801025)- (KELOMPOK 2)
JULIET VALERIA SIBARANI (193010801007)- (KELOMPOK 3)
THERESIA SETIYANI (193010801009)- (KELOMPOK 4)
JESSICA FLORENCIA (193020801044)- (KELOMPOK 5)
MUHAMMAD SYAHIBUDDIN RIFA’I (193020801019)- (KELOMPOK 6)
MUHAMMAD RIZA DARMAWAN (193020801053)- (KELOMPOK 7)
MUHAMMAD FAJAR ADITYA YUDHA (193030801073)- (KELOMPOK 8)
SULTHAN RAFI LUKMANUL HAKIM (193030801074)- (KELOMPOK 9)
ARDILES ROBINSON ROHI LAGA (193030801085)- (KELOMPOK 10)
PENDAHULUAN
Sistem digesti merupakan salah satu sistem dalam tubuh manusia yang berperan dalam
pembentukan dan pengelolaan energi bagi sel sel tubuh manusia. Sistem pencernaan berperan
terhadap homeostatis dengan menstransef nutrien, air, dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke
lingkungan internal. Sistem pencernaan tidak secara langsung mengatur konsentrasi setiap
kontituen ini di dalam lingkungan internal. Sistem ini tidak mengatur penyerapan nutrien, air,
dan elekrolit berdasarkan kebutuhan tubuh.
Pintu masuk ke saluran cerna adalah melalui mulut atau rongga oral. Lubang masuk
dibentuk oleh bibir yang mengandung otot dan membantu mengambil, menuntun, dan
menampung makanan di mulut. Didalam mulut proses pencernaan dimulai, dimana secara
mekanik makanan dikunyah dicampur dengan saliva hingga menjadi bolus. Didalam mulut juga
terjadi pencernaan secara kimiawi dimana melibatkan enzim amilase yang dikeluarkan dari
kelenjar saliva yang berguna untuk mengubah pati menjadi maltosa.
Liur (saliva), sekresi yang berkaitan dengan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang
kelenjar liur utama yang terletak di luar rongga mulut dan mengeluarkan liur melalui duktus
pendek ke dalam mulut Liur atau saliva mengandung 99.5% H20 dan 0.5% elektrolit dan protein.
Secara rerata, sekitar 1 hingga 2 liter liur dikeluarkan setiap hari, berkisar dari laju basal spontan
1
kontinu sebesar 0.5 mL/menit hingga laju aliran maksimal sekitar 5 mL/menit sebagai respons
tubuh terhadap rangsangan.
Liur atau saliva berfungsi untuk mempermudah proses menelan dengan membasahi
partikel makanan sehingga partikel-partikel tersebut menyatu, serta menghasilkan pelumasan
oleh adanya mukus yang kental dan licin.liur juga berfungsi sebagai bahan pelarut molekul yang
merangsang kuntum kecap.liur berperan penting dalam higene mulut dengan membantu mulut
dan gigi bersih karena aliran liur yang konstan membantu membilas residu makanan, partikel
asing, dan sel epitel tua yang terlepas dari mukosa mulut. Liur kaya akan dapar
bikarbonat yang menetralkan asam dalam makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di
mulut. Liur memiliki sifat antibakteri melalui efek lisozim, yaitu suatu enzim yang melisiskan
atau menghancurkan bakteri tertentu dengan merusak dinding sel, dengan glikoprotein pengikat
yang mengikat erat besi yang diperlukan untuk multiplikasi bakteri dan membilas bahan yang
mungkin berfungsi sebagai sumber makanan untuk bakteri. Liur memulai pencernaan
karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur. Produk-produk digesti mencakup maltose, yaitu
suatu disakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa dan α –limit dekstrin, yaitu polisakarida
rantai cabang sebagai hasil dari pencernaan amilopektin.
Bedasarkan hal ini, diperlukan suatu analisa pada saliva sendiri untuk mempermudah
pemahaman mengenai peranan saliva pada sistem pencernaan dan peranan dari enzim yang
terdapat pada saliva.
2
1. Mempermudah untuk memahami sistem digesti
2. Mempermudah memahami biokimia pada saliva
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis; selain itu,
juga ada beberapa kelenjar bukalis yang kecil. Sekresi saliva normal harian berkisar 800 sampai
1.500 ml seperti yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata 1.000 ml
Saliva menyekresi dua jenis protein yang utama: (1) sekresi serosa yang mengandung
ptialin (suatu a-amilase), yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat, dan (2) sekresi
mukus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan perlindungan permukaan.
Sekresi lon dalam Saliva. Saliva terutama mengandung sejumlah besar ion kalium dan
ion bikarbonat. Sebaliknya konsentrasi ion natrium dan klorida beberapa kali lebih rendah pada
saliva daripada di dalam plasma. Kita dapat memahami konsentrasi khusus ion-ion ini di dalam
saliva melalui deskripsi berikut ini mengenai mekanisme sekresi saliva.
Fungsi Saliva untuk Kebersihan Mulut. Pada kondisi basal saat seseorang terjaga, sekitar
0,5 mi saliva, hampir seluruhnya tipe mukus, disekresikan setiap menit; tetapi selama tidur,
hanya terjadi sedikit sekresi. Sekresi ini berperan sangat penting untuk mempertahankan
kesehatan jaringan rongga mulut. Rongga mulut berisi bakteri patogen yang dengan mudah
dapat merusak jaringan dan juga menimbulkan karies gigi. Saliva membantu mencegah proses
kerusakan melalui beberapa cara. Pertama, aliran saliva sendiri membantu membuang bakteri
patogen juga partikel- partikel makanan yang memberi dukungan metabolik bagi bakteri. Kedua,
saliva mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri. Salah satunya adalah ion
tiosianat dan yang lainnya adalah beberapa enzirn proteolitik terutama, lisozim yang (a)
menyerang bakteri, (b) membantu ion tiosianat memasuki bakteri, tempat ion ini kemudian
4
menjadi bakterisid, dan (c) mencerna partikel-partikel makanan, jadi membantu menghilangkan
pendukung metabolisme bakteri lebih
5
lanjut. Ketiga, saliva sering mengandung sejumlah besar antibody protein yang dapat
menghancurkan bakteri rongga mulut, termasuk heberapa yang menyebabkan karies gigi. Pada
keadaan tidak ada saliva, jaringan rongga mulut sering mengalami ulserasi dan atau menjadi
terinfeksi, dan karies gigi dapat meluas.
sekresi oleh kelenjar submandibularis, suatu kelenjar campuran khusus yang mengandung
duktus asinus maupun duktus salivarius. Sekresi saliva terjadi melalui dua tahap: Tahap pertama
melibatkan asinus, dan yang kedua, duktus salivarius. Sel asinus menyekresi sekresi primer yang
mengandung ptialin dan/atau musin dalam larutan ion dengan konsentrasi yang tidak jauh
berbeda dari yang disekresikan dalam cairan ekstrasel biasa. Pada saat sekresi primer mengalir
melalui duktus, terjadi dua proses transpor aktif utama yang memodifikasi komposisi ion pada
cairan saliva secara nyata.
Pertama, ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius, dan ion-
ion kalium disekresi secara aktif sebagai pengganti natrium. Oleh karena itu, konsentrasi ion
natrium saliva sangat berkurang, sedangkan konsentrasi ion kalium meningkat. Akan tetapi, ada
kelebihan reabsorpsi ion natrium yang melebihi sekresi ion kalium, dan ini membuat kenegatifan
listrik sekitar —70 milivolt di dalam duktus salivarius, dan keadaan ini kemudian menyebabkan
ion klorida direabsorpsi secara pasif. Oleh karena itu, konsentrasi ion klorida pada cairan saliva
turun sekali, serupa dengan penurunan konsentrasi ion natrium pada duktus.
Kedua, ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus. Hal ini
sedikitnya sebagian disebabkan oleh pertukaran pasif ion bikarbonat dengan ion klorida, tetapi
mungkin juga sebagian hasil dari proses sekresi aktif.
6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat:
1. Beaker glass
2. Pipet tetes
3. Plat tetes
4. Lampu spritus
5. Tabung reaksi
6. Penjepit tabung
7. Incubator (37°C)
8. Stopwatch
Bahan:
7
Prosedur kerja pada praktikum pencernaan ludah” meliputi sebagai berikut :
8
6. Pada tabung III, dipanaskan pada lampu spritus selama 1 menit dan didinginkan di
bawah air kran
7. Memipet 2 mL amilum ke dalam tabung III
8. Masukan ketiga tabung reaksi ke dalam incubator pada suhu 37°C selama 5 menit
9. Memipet dari masing-masing tabung reaksi 1 tetes larutan dan memipet juga 1 tetes
larutan iodium
10. Mengamati perubahan warna yang terbentuk
11. Melakukan pengujian secara duplo pada sampel
12. Mencatat hasil pengamatan
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ph R1 percobaan 2 : 7 -
Ph R2 percobaan 1 :6 -
Ph R2 percobaan 2 : 7 -
R1 I Sangat Sedikit
mengendap, sedikit
terbentuk warna menjadi
hitam (kuning
kecolatan)
II Cukup mengendap
(+),perubahan warna
menjadi hitam
11
terbentuk warna menjadi
hitam (cokelat bening)
R2 I sedikit mengendap,
terdapat perubahan
warna menjadi hitam
(kuning kecoklatan)
II Banyak
mengendap(++),
terdapat perubahan
warna menjadi hitam
12
4.4.1. Pembahasan
13
4.2.1. Pembahasan uji Ph saliva
Pada percobaan pH saliva pada percobaan digunakan indikator PP dengan
rentang pH 8,3 - 10, dengan perubahan warna dari tak berwarna-merah. Dari
percobaan didapatkan hasil dengan indikator PP, bening atau tidak berwarna
utnutk R1 maupun R2. ini menunjukkan pH saliva 8,3. Dengan indikator merah
congo dengan rentang pH 3,0 – 5,2 , dengan perubahan warna dari biru ungu-
merah. Dari percobaan didapatkan hasil dengan indikator merah congo, merah
bata untuk R1 dan Merah bata dengan warna lebih pekat untuk R2, ini
menunjukkan 5,2 pH
saliva
Berdasarkan Percobaan tersebut didapat ph untuk R1 atau R2 dengan
rentang 5,2-8,3
Pertanyaan :
14
Pelu diingat bahwa Iodium adalah reagen yang berfungsi untuk
mendeteksi ada tidaknya kandungan karbohidrat dalam suatu zat,. dalam uji
nutrisi adalah
15
untuk mengetahui apakah suatu bahan makanan mengandung amilum
(karbohidrat) atau zat pati. Bila ditetesi larutan iodium, bahan makanan yang
mengandung amilum akan berubah warna menjadi biru kehitaman.
16
netral amilum dapat terhidrolisis sehingga memudahkan untuk bereaksi dengan
iodine membentuk kompleks berwarna cokelat bening.
17
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan :
Saliva dangan Ph 7-8 mennguntungkan untuk kerja enzim amilase
Enzim bekerja pada suhu dan ph tertentu
Enzim akan terhidrolisis atau terdenaturasu pada ph dan suhu yang tidak
menguntungkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem.- Edisi 8.- Jakarta. EGC, 2014
Guyton AC, Hall JE. Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 12. Diterjemahkan oleh:
Siagian M. Singapura: Elsevier; 2011
19
LAMPIRAN
Percobaan 1 ph universal
20
percobaan 2 ph universal
21
Percobaan hidrolisis amilum R2
Sa S
Saliva R1 Saliva R2
22
Alat dan Bahan
20
21
22
23