Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

“PENCERNAAN LUDAH”

Disusun Oleh :
VERONICA (193020801065)- (KELOMPOK 1)
APRILIA DWI SANDRA (193020801038)- (KELOMPOK 2)
NATHASYA RIZKYANA RIYADI (193020801025)- (KELOMPOK 2)
JULIET VALERIA SIBARANI (193010801007)- (KELOMPOK 3)
THERESIA SETIYANI (193010801009)- (KELOMPOK 4)
JESSICA FLORENCIA (193020801044)- (KELOMPOK 5)
MUHAMMAD SYAHIBUDDIN RIFA’I (193020801019)- (KELOMPOK 6)
MUHAMMAD RIZA DARMAWAN (193020801053)- (KELOMPOK 7)
MUHAMMAD FAJAR ADITYA YUDHA (193030801073)- (KELOMPOK 8)
SULTHAN RAFI LUKMANUL HAKIM (193030801074)- (KELOMPOK 9)
ARDILES ROBINSON ROHI LAGA (193030801085)- (KELOMPOK 10)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Judul Praktikum

Judul pada praktikum kali ini yaitu “ Pencernaan Ludah “

1.2. Tanggal Praktikum

Praktikum ini dilakukan pada Selasa, 10 maret 2020.

1.3. Latar Belakang

Sistem digesti merupakan salah satu sistem dalam tubuh manusia yang berperan dalam
pembentukan dan pengelolaan energi bagi sel sel tubuh manusia. Sistem pencernaan berperan
terhadap homeostatis dengan menstransef nutrien, air, dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke
lingkungan internal. Sistem pencernaan tidak secara langsung mengatur konsentrasi setiap
kontituen ini di dalam lingkungan internal. Sistem ini tidak mengatur penyerapan nutrien, air,
dan elekrolit berdasarkan kebutuhan tubuh.

Pintu masuk ke saluran cerna adalah melalui mulut atau rongga oral. Lubang masuk
dibentuk oleh bibir yang mengandung otot dan membantu mengambil, menuntun, dan
menampung makanan di mulut. Didalam mulut proses pencernaan dimulai, dimana secara
mekanik makanan dikunyah dicampur dengan saliva hingga menjadi bolus. Didalam mulut juga
terjadi pencernaan secara kimiawi dimana melibatkan enzim amilase yang dikeluarkan dari
kelenjar saliva yang berguna untuk mengubah pati menjadi maltosa.

Liur (saliva), sekresi yang berkaitan dengan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang
kelenjar liur utama yang terletak di luar rongga mulut dan mengeluarkan liur melalui duktus
pendek ke dalam mulut Liur atau saliva mengandung 99.5% H20 dan 0.5% elektrolit dan protein.
Secara rerata, sekitar 1 hingga 2 liter liur dikeluarkan setiap hari, berkisar dari laju basal spontan

1
kontinu sebesar 0.5 mL/menit hingga laju aliran maksimal sekitar 5 mL/menit sebagai respons
tubuh terhadap rangsangan.

Liur atau saliva berfungsi untuk mempermudah proses menelan dengan membasahi
partikel makanan sehingga partikel-partikel tersebut menyatu, serta menghasilkan pelumasan
oleh adanya mukus yang kental dan licin.liur juga berfungsi sebagai bahan pelarut molekul yang
merangsang kuntum kecap.liur berperan penting dalam higene mulut dengan membantu mulut
dan gigi bersih karena aliran liur yang konstan membantu membilas residu makanan, partikel
asing, dan sel epitel tua yang terlepas dari mukosa mulut. Liur kaya akan dapar
bikarbonat yang menetralkan asam dalam makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di
mulut. Liur memiliki sifat antibakteri melalui efek lisozim, yaitu suatu enzim yang melisiskan
atau menghancurkan bakteri tertentu dengan merusak dinding sel, dengan glikoprotein pengikat
yang mengikat erat besi yang diperlukan untuk multiplikasi bakteri dan membilas bahan yang
mungkin berfungsi sebagai sumber makanan untuk bakteri. Liur memulai pencernaan
karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur. Produk-produk digesti mencakup maltose, yaitu
suatu disakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa dan α –limit dekstrin, yaitu polisakarida
rantai cabang sebagai hasil dari pencernaan amilopektin.

Bedasarkan hal ini, diperlukan suatu analisa pada saliva sendiri untuk mempermudah
pemahaman mengenai peranan saliva pada sistem pencernaan dan peranan dari enzim yang
terdapat pada saliva.

1.4. Tujuan Praktikum


Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan praktikum yang hendak dicapai yaitu :
1. Mengetahui pH dari saliva
2. Mengetahui Daya amiolitas saliva
3. Mengetahui adanya enzim amilase di saliva dan perananya

1.5 Manfaat Praktikum


Manfaat pada praktikum “ pencernaan ludah “ yang hendak di capai yaitu :

2
1. Mempermudah untuk memahami sistem digesti
2. Mempermudah memahami biokimia pada saliva

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori

saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis; selain itu,
juga ada beberapa kelenjar bukalis yang kecil. Sekresi saliva normal harian berkisar 800 sampai
1.500 ml seperti yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata 1.000 ml

Saliva menyekresi dua jenis protein yang utama: (1) sekresi serosa yang mengandung
ptialin (suatu a-amilase), yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat, dan (2) sekresi
mukus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan perlindungan permukaan.

Kelenjar parotis hampir seluruhnya menyekresi jenis serosa, sementara kelenjar


submandibularis dan sublingualis menyekresi mukus dan serosa. Kelenjar bukalis hanya
menyekresi mukus. Saliva mempunyai pH antara 6,0 dan 7,0; suatu kisaran yang menguntungkan
untuk kerja pencernaan ptialin.

Sekresi lon dalam Saliva. Saliva terutama mengandung sejumlah besar ion kalium dan
ion bikarbonat. Sebaliknya konsentrasi ion natrium dan klorida beberapa kali lebih rendah pada
saliva daripada di dalam plasma. Kita dapat memahami konsentrasi khusus ion-ion ini di dalam
saliva melalui deskripsi berikut ini mengenai mekanisme sekresi saliva.

Fungsi Saliva untuk Kebersihan Mulut. Pada kondisi basal saat seseorang terjaga, sekitar
0,5 mi saliva, hampir seluruhnya tipe mukus, disekresikan setiap menit; tetapi selama tidur,
hanya terjadi sedikit sekresi. Sekresi ini berperan sangat penting untuk mempertahankan
kesehatan jaringan rongga mulut. Rongga mulut berisi bakteri patogen yang dengan mudah
dapat merusak jaringan dan juga menimbulkan karies gigi. Saliva membantu mencegah proses
kerusakan melalui beberapa cara. Pertama, aliran saliva sendiri membantu membuang bakteri
patogen juga partikel- partikel makanan yang memberi dukungan metabolik bagi bakteri. Kedua,
saliva mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri. Salah satunya adalah ion
tiosianat dan yang lainnya adalah beberapa enzirn proteolitik terutama, lisozim yang (a)
menyerang bakteri, (b) membantu ion tiosianat memasuki bakteri, tempat ion ini kemudian

4
menjadi bakterisid, dan (c) mencerna partikel-partikel makanan, jadi membantu menghilangkan
pendukung metabolisme bakteri lebih

5
lanjut. Ketiga, saliva sering mengandung sejumlah besar antibody protein yang dapat
menghancurkan bakteri rongga mulut, termasuk heberapa yang menyebabkan karies gigi. Pada
keadaan tidak ada saliva, jaringan rongga mulut sering mengalami ulserasi dan atau menjadi
terinfeksi, dan karies gigi dapat meluas.

sekresi oleh kelenjar submandibularis, suatu kelenjar campuran khusus yang mengandung
duktus asinus maupun duktus salivarius. Sekresi saliva terjadi melalui dua tahap: Tahap pertama
melibatkan asinus, dan yang kedua, duktus salivarius. Sel asinus menyekresi sekresi primer yang
mengandung ptialin dan/atau musin dalam larutan ion dengan konsentrasi yang tidak jauh
berbeda dari yang disekresikan dalam cairan ekstrasel biasa. Pada saat sekresi primer mengalir
melalui duktus, terjadi dua proses transpor aktif utama yang memodifikasi komposisi ion pada
cairan saliva secara nyata.

Pertama, ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius, dan ion-
ion kalium disekresi secara aktif sebagai pengganti natrium. Oleh karena itu, konsentrasi ion
natrium saliva sangat berkurang, sedangkan konsentrasi ion kalium meningkat. Akan tetapi, ada
kelebihan reabsorpsi ion natrium yang melebihi sekresi ion kalium, dan ini membuat kenegatifan
listrik sekitar —70 milivolt di dalam duktus salivarius, dan keadaan ini kemudian menyebabkan
ion klorida direabsorpsi secara pasif. Oleh karena itu, konsentrasi ion klorida pada cairan saliva
turun sekali, serupa dengan penurunan konsentrasi ion natrium pada duktus.

Kedua, ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus. Hal ini
sedikitnya sebagian disebabkan oleh pertukaran pasif ion bikarbonat dengan ion klorida, tetapi
mungkin juga sebagian hasil dari proses sekresi aktif.

6
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Alat dan bahan

Alat dan bahan pada praktikum ini, meliputi sebagai berikut :

Alat:

1. Beaker glass
2. Pipet tetes
3. Plat tetes
4. Lampu spritus
5. Tabung reaksi
6. Penjepit tabung
7. Incubator (37°C)
8. Stopwatch

Bahan:

1. Air ludah atau saliva


2. Aquades
3. Indikator phenolphthalein 1%
4. Indikator merah congo 1%
5. Kertas indikator universal
6. Tisu
7. Larutan amilum 0.1%
8. Larutan HCl 5%
9. Larutan Iodium 1%
10. NaCl 0.9%

3.2. Prosedur kerja

7
Prosedur kerja pada praktikum pencernaan ludah” meliputi sebagai berikut :

3.2.1. Pengumpulan Saliva


1. Melakukan pengkumuran sebentar dengan air dan buang.
2. Melakukan pengumuran lagi dengan ±10 mL aquadest selama 1 menit dan menampung
kumuran tersebut di beaker glass.
3. Melakukan cara yang sama hingga didapatkan ±20 mL.

3.2.2. Memeriksa pH saliva


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 3 tabung reaksi
3. Memipet 1 mL saliva ke dalam tabung I dan II
4. Menambahkan 1 tetes indikator phenolphthalein 1% pada tabung I
5. Menambahkan 1 tetes indikator merah congo pada tabung II
6. Mengamati perubahan warna yang terbentuk pada tabung I dan II
7. Mengambil sepotong kertas indikator universal dan mencelupkan pada tabung III yang
berisi saliva
8. Melihat warna yang terbentuk pada pada kertas indikator dan membandingkan warna
yang timbul pada skala warna yang ada
9. Melakukan pengujian secara duplo pada sampel
10. Mencatat hasil pengamatan.

3.2.3. Memeriksa daya amilolitas saliva-hidrolisa amilum


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan 3 tabung rekasi
3. Memipet 2 mL saliva ke dalam masing-masing tabung
4. Memipet 2 mL amilum dan 5 tetes larutan NaCl ke dalam tabung I
5. Memipet 3 tetes HCl dan 2 mL amilum ke dalam tabung II

8
6. Pada tabung III, dipanaskan pada lampu spritus selama 1 menit dan didinginkan di
bawah air kran
7. Memipet 2 mL amilum ke dalam tabung III
8. Masukan ketiga tabung reaksi ke dalam incubator pada suhu 37°C selama 5 menit
9. Memipet dari masing-masing tabung reaksi 1 tetes larutan dan memipet juga 1 tetes
larutan iodium
10. Mengamati perubahan warna yang terbentuk
11. Melakukan pengujian secara duplo pada sampel
12. Mencatat hasil pengamatan

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil dan Pembahasan

4.1.1. Hasil Uji Pengumpulan Saliva


Pada praktikum ini sesuai kesepakatan kelompok praktikum , kami memutuskan
untuk dipilih 2 orang percobaan.
Orang percobaan 1 (R1) : MUHAMMAD RIZA DARMAWAN
Orang percobaan 2 (R2) : MUHAMMAD SYAHIBUDDIN RIFA’I

4.1.2. Hasil Uji Pemeriksaan pH saliva


Indikator pH pada sampel uji Perubahan warna

Phenolphthalein 1% R1 : < 8.7 Bening, tak-berwarna

R2 : < 8.7 Bening, tak-berwarna

Merah Congo 1% R1 : > 5.2 Merah bata

R2 : > 5.2 Merah bata pekat

Indikator Universal Ph R1 percobaan 1 : 6 -

Ph R1 percobaan 2 : 7 -

Ph R2 percobaan 1 :6 -

Ph R2 percobaan 2 : 7 -

Dari hasil pengamatan pada pemeriksaan pH saliva, diperoleh hasil pada


sampel R1 dan R2 menggunakan Indikator Phenolphthalein 1% dengan pH 8.7
dan tidak terbentuk warna apapun sesuai dengan standar pH Indikator
Phenolphthalein
1% yaitu 8.3-10. Pada sampel R1 dan R2 yang direaksikan dengan Indikator Merah
10
Congo 1% diperoleh pH 5.2 dengan terbentuknya perubahan warna pada tabung
sampel R1 yaitu merah pekat dan tabung sampel R2 yaitu merah hitam pekat. Hal
ini berbeda dengan standar warna untuk Indikator Merah Congo 1% yaitu biru
ungu sampai merah. Terbentuknya warna merah hitam pekat dan merah pekat
pada sampel uji dikarenakan karena beberapa factor seperti ketidakseimbangan
antara volume sampel dan reagen yang direaksikan, kontaminasi alat dan bahan
dan kesalahan dalam pengerjaan. Pada sampel R1 dan R2 dilakukan pengujian
menggunakan Kertas Indikator Universal, didapatkan hasil pH 6 untuk percobaan
pertama pada kedua sampel dan pH 7 untuk percobaan kedua pada kedua sampel.
Dari ketiga percobaan terhadap pH saliva, menggunakan Kertas Indikator
Universal jauh lebih baik dibandingkan metode pengujian Indikator
Phenolphthalein 1% dan Indikator Merah Congo 1%. Hal ini disebabkan karena
Indikator Kertas Universal dapat memberikan hasil pengukuran pH pada sampel
uji secara jelas, sehingga dapat diketahui pH pada sampel uji. Sedangkan, pada
pengujian dengan Indikator Phenolphthalein 1% dan Indikator Merah Congo 1%
hanya memberikan hasil kisaran pH dengan perubahan warna yang terbentuk
tanpa menunjukkan kadar pH yang tepat pada sampel pengujian.

4.1.3. Hasil Uji pemeriksaan daya amilolitas saliva-hidrolisa amilum


Sampel Tabung Hasil

R1 I Sangat Sedikit
mengendap, sedikit
terbentuk warna menjadi
hitam (kuning
kecolatan)

II Cukup mengendap
(+),perubahan warna
menjadi hitam

III Sangat Sedikit


mengendap, sedikit

11
terbentuk warna menjadi
hitam (cokelat bening)

R2 I sedikit mengendap,
terdapat perubahan
warna menjadi hitam
(kuning kecoklatan)

II Banyak
mengendap(++),
terdapat perubahan
warna menjadi hitam

III Sangat Sedikit


mengendap, terdapat
sedikit perubahan warna
menjadi hitam (cokelat
bening)

Dari hasil pengamatan pada pemeriksaan daya amilolitas saliva-hidrolisa


amilum, diperoleh hasil pada sampel R1 untuk tabung I dan III menunjukkan
adanya sedikit endapan dan sedikit terbentuk warna hitam, sedangkan untuk
tabung II menunjukkan adanya endapan yang cukup disertai terbentuknya warna
hitam. Sampel (R1) yang telah direaksikan dengan Iodium menunjukkan adanya
sedikit endapan dan warna hitam. Hal ini disebabkan karena adanya enzim
amilase dalam jumlah yang sedikit dalam sampel. Sedangkan pada sampel R2
untuk tabung I menunjukkan adanya endapan yang cukup disertai
terbentuknya warna hitam, untuk tabung II menunjukkan adanya endapan yang
banyak disertai terbentuknya warna hitam dan untuk tabung III menunjukkan
adanya sedikit endapan disertai terbentuknya warna hitam. Sampel (R2) yang
telah direaksikan dengan Iodium menunjukkan adanya endapan dalam jumlah
yang banyak disertai terbentuknya warna membuktikan bahwa dalam sampel R2
mengandung enzim amilase dalam jumlah yang banyak, sehingga Iodium bereaksi
baik dengan sampel pengujian.

12
4.4.1. Pembahasan

13
4.2.1. Pembahasan uji Ph saliva
Pada percobaan pH saliva pada percobaan digunakan indikator PP dengan
rentang pH 8,3 - 10, dengan perubahan warna dari tak berwarna-merah. Dari
percobaan didapatkan hasil dengan indikator PP, bening atau tidak berwarna
utnutk R1 maupun R2. ini menunjukkan pH saliva  8,3. Dengan indikator merah
congo dengan rentang pH 3,0 – 5,2 , dengan perubahan warna dari biru ungu-
merah. Dari percobaan didapatkan hasil dengan indikator merah congo, merah
bata untuk R1 dan Merah bata dengan warna lebih pekat untuk R2, ini
menunjukkan 5,2  pH
saliva
Berdasarkan Percobaan tersebut didapat ph untuk R1 atau R2 dengan
rentang 5,2-8,3

Pada percobaan indikator universal didapatkan pH dengan rentang 7-8


untuk R1 dan R2. Dalam pengujian ph menggunakan ph universal kelompok
kami sendiri mendapatkan hasil yang berbeda pada percobaan 1 maupun 2. Hal ini
dapat diakibatkan oleh banyak faktor, seperti kesalahan pembacaan, kesalahan
waktu saat membaca hasil, dan juga kondisi pencahayaan ruang lab yang
mempengaruhi sperpektif pengliatan warna pada hasil ph universal.

Pertanyaan :

Indikator mana yang paling baik diantara 3 macam di atas. Jelaskan !


Jawaban :
Indikator universal menjadi indikator paling baik dikarenakan, rentang ph yang
lebih kecil sehingga tingkat ketelitiannya juga lebih tinggi dibanding indicator
dengan PP atau merah congo. Dimana masih belum ada nilai yang jelas
didapatkan dari kedua indicator tersebut

4.2.2. Pembahasan pemeriksaan daya amilolitas saliva-hidrolisa amilum

14
Pelu diingat bahwa Iodium adalah reagen yang berfungsi untuk
mendeteksi ada tidaknya kandungan karbohidrat dalam suatu zat,. dalam uji
nutrisi adalah

15
untuk mengetahui apakah suatu bahan makanan mengandung amilum
(karbohidrat) atau zat pati. Bila ditetesi larutan iodium, bahan makanan yang
mengandung amilum akan berubah warna menjadi biru kehitaman.

Struktur enzim amilase yang bertugas untuk memecah molekul


polisakarida menjadi struktur yang lebih sederhana tidak mengalami kerusakan
setelah ditambah dengan NaCl. Hal ini menyebabkan molekul polisakarida dapat
terpecah oleh enzim amilase saliva menjadi monosakarida dan disakarida,yang
ditandai dengan perubahan warna reagen menjadi kuning kecoklatan.

Pada percobaan ditabung kedua. Hal ini menandakan tidak


terpecahnya polisakarida menjadi monosakarida dan disakarida. Hal ini terjadi
karena asam kuat berupa HCl yang ber pH rendah akan dapat merusak atau
mendenaturasi enzim amilase pada saliva,sehingga enzim ini rusak,dan tidak
dapat menjalankan tugasnya untuk menghidrolisis polisakarida menjadi molekul
yang lebih sederhana. Pada percobaan juga ditemukan endapan merah bata.
Hidrolisis pati sempurna jika, hasil hidrolisis bereaksi positif dengan pereaksi
benedict membentuk endapan merahbata. Hal ini meunjukkan bahwa pemanasan
dapat meningkatkan prosese reaksi yang terjadi dibuktikan dengan adanya endapan
merah bata yang terjadi pada tabung reaksi yang dipanaskan. Pada tabung terdapat
endapan merah bata banyak karena dengan adanya pendidihan menyebabkan
terjadinya hidrolisis sehingga menghasilkan gugus reduksi bebas yang lebih banyak

Pada percobaan tabung ketiga, amilase tidak rusak dikarenakan tidak


ditambahkan zat apapun dan pemanasan masih pada suhu normal. Karena tidak
mengalami kerusakan. yang ditandai dengan munculnya warna cokelat bening.
Terbentuknya larutan berwarna cokelat bening disebabkan karena amilum dapat
bereaksi dengan iodine dalam suasana larutan netral. Dan terbentuknya warna
cokelat bening disebabkan oleh terbentuknya kompleks berwarna cokelat bening
dengan iodine. Terbentuknya warna cokelat bening karena dalam suasana larutan

16
netral amilum dapat terhidrolisis sehingga memudahkan untuk bereaksi dengan
iodine membentuk kompleks berwarna cokelat bening.

17
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan :
 Saliva dangan Ph 7-8 mennguntungkan untuk kerja enzim amilase
 Enzim bekerja pada suhu dan ph tertentu
 Enzim akan terhidrolisis atau terdenaturasu pada ph dan suhu yang tidak
menguntungkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem.- Edisi 8.- Jakarta. EGC, 2014

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLISIS AMILUM, Hamri Permana, JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM,UNIVERSITAS NEGERI
PADANG ,2016

Guyton AC, Hall JE. Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 12. Diterjemahkan oleh:
Siagian M. Singapura: Elsevier; 2011

19
LAMPIRAN

Percobaan ph tabung 1 dan 2 R1

Percobaan ph tabung 1 dan 2 R2

Percobaan 1 ph universal

20
percobaan 2 ph universal

Percobaan hidrolisis amilum R1

21
Percobaan hidrolisis amilum R2

Sa S

Saliva R1 Saliva R2

22
Alat dan Bahan

20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai