DISUSUN OLEH :
KELOMPOK B1
MARGARETA GALUH INTAN PERMATASARI 10613083
MARGARTHA AYU WERDATI
10613037
106130112
10613054
MEITA SYAHRINA
10613084
BAB I
PENDAHULUAN
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Saliva
Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu
sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari
protein yang berperan sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein
mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan
rongga mulut (Amerongen, 1992).
2.1.1 Komposisi Saliva
Menurut Edgar (1992), Saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5% subtansi yang larut.
Beberapa komposisi saliva adalah :
1. Protein
Beberapa jenis protein yang terdapat didalam saliva adalah :
a) Mucoid
Merupakan sekelompok protein yang sering disebut dengan mucin dan
memberikan konsistensi mukus pada saliva. Mucin juga berperan sebagai
glikoprotein karena terdiri dari rangkaian protein yang panjang dengan
ikatan rantai karbohidrat yang lebih pendek.
b) Enzim
Enzim yang ada pada saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva dan beberapa
diantaranya merupakan produk dari bakteri dan leukosit yang ada pada
rongga mulut. Beberapa enzim yang terdapat dalam saliva adalah
amylase dan lysozyme yang berperan dalam mengontrol pertumbuhan
bakteri di rongga mulut.
c) Protein Serum
Saliva dibentuk dari serum maka sejumlah serum protein yang kecil
ditemukan didalam saliva. Albumin dan globulin termasuk kedalam
serum saliva
3
4 5
d) Waste Products
Pada saliva juga ditemukan sebagian kecil dari waste product pada
serum, urea dan uric acid.
2. Ion-ion Inorganik
Ion-ion utama yang ditemukan dalam saliva adalah kalsium dan fosfat yang
berperan penting dalam pembentukan kalkulus. Ion-ion lain yang memiliki
jumlah yang lebih kecil terdiri dari sodium, potasium, klorida, sulfat dan ionion lainnya.
3. Gas
Pada saat pertama sekali saliva dibentuk, saliva mengandung gas oksigen yang
larut, nitrogen dan karbon dioksida dengan jumlah yang sama dengan serum.
Ini memperlihatkan bahwa konsentrasi karbon dioksida cukup tinggi dan hanya
dapat dipertahankan pada larutan yang memiliki tekanan didalam kelenjar
duktus, tetapi pada saat saliva mencapai rongga mulut banyak karbon dioksida
yang lepas
4. Zat-zat Aditif di Rongga Mulut
Merupakan berbagai substansi yang tidak ada didalam saliva pada saat saliva
mengalir dari dalam duktus, akan tetapi menjadi bercampur dengan saliva
didalam rongga mulut. Yang termasuk kedalam zat-zat aditif yaitu
mikroorganisme, leukosit dan dietary substance
5
6
terhadap
dehidrasi,
dan
dalam
proses
pemeliharaan
viskoelastisitas saliva.
c) Kapasitas Buffering
Buffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk mempertahankan
agar pH tetap netral. Buffer dapat menetralisasikan asam dan basa. Saliva
memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbangan buffer pada rongga
mulut.
d) Integritas Enamel Gigi
Saliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan integritas kimia
fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur proses remineralisasi dan
demineralisasi. Faktor utama untuk mengontrol stabilitas enamel adalah
hidroksiapatit sebagai konsentrasi aktif yang dapat membebaskan kalsium,
fosfat, dan fluor didalam larutan dan didalam pH saliva.
e) Menjaga Oral Hygiene
Saliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur dimana
produksi saliva berkurang. Saliva mengandung enzim lysozyme yang berperan
penting dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut.
f) Membantu Proses Pencernaan
Saliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan awal dalam
proses pembentukan bolus-bolus makanan. Enzim -amylase atau enzim
ptyalin merupakan salah satu komposisi dari saliva yang berfungsi untuk
memecah karbohidrat menjadi maltose, maltotriose dan dekstrin.
g) Perbaikan Jaringan
Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan darah pada
jaringan rongga mulut, dimana dapat dilihat secara klinis waktu pendarahan
menjadi lebih singkat dengan adanya bantuan saliva.
h) Membantu Proses Bicara
Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama bicara, tanpa adanya saliva
maka proses bicara akan menjadi lebih sulit.
i) Menjaga Keseimbangan Cairan
67
Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang
dapat meningkatkan intake cairan tubuh (Edgar, 1992).
2.1.3 Mekanisme Sekresi Saliva
Saliva disekresi sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tingkat perangsangan
saliva tergantung pada kecepatan aliran saliva yang bervariasi antara 0,1 sampai 4
ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar
parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin),
sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa
mulut. Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, tanpa adanya rangsangan
yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf
parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva berfungsi untuk menjaga mulut dan
tenggorokan tetap basah setiap waktu (Indirana, 2011).
Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui reflek saliva terstimulasi dan refleks
saliva tidak terstimulasi. Refleks saliva terstimulasi terjadi sewaktu kemoreseptor
atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespon terhadap adanya makanan.
Reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa
informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim
impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan
sekresi saliva (Indirana, 2011).
Gerakan mengunyah merangsang sekresi saliva walaupun tidak terdapat
makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di
mulut. Pada refleks saliva tidak terstimulasi, pengeluaran saliva terjadi tanpa
rangsangan oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu
makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini. Pusat
saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom yang mensarafi
kelenjar saliva (Indirana, 2011).
Stimulasi simpatis dan parasimpatis meningkatkan sekresi saliva tetapi jumlah,
karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis
berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer
dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis menghasilkan volume
saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukus. Karena
78
89
9
10
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
ukur.
8. Setelah mengunyah permen kaet, terhadap hasil pengupulan saliva dari subjek
pertama dan kedua dilakukan pemeriksaan pH.
9. Catat hasil dari pengukuran pH pada
kedua subjek tersebut.
10
12
13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Subyek
Istirahat 15
Mengunyah
Mengunyah
10 mnt
1. Subyek Vol = 38 ml
pH = 9 */5,9 **
1
mnt
Istirahat
Xylitol 10 mnt
-
Sorbitol 10 mnt
Vol = 30 ml
pH = 9*/5,6**
2. Subyek Vol = 21 ml
pH = 9 */5,9 **
2
Istirahat
Vol = 20 ml
pH = 10*/4,5**
subyek 1 (laki-laki) mempunyai volume saliva lebih besar yakni 38 ml dari subyek 2
(perempuan) yang hanya 21 ml. Pada stimulus kimiawi, subyek 1 (laki-laki)
menggunakan xylitol volume saliva lebih besar yakni 30 ml sedangkan subyek 2
(perempuan) yang menggunakan sorbitol volume saliva 20 ml.
Stimulus mekanis dapat merangsang peningkatan sekresi saliva, sedangkan
sensasi pengecapan rasa manis dan menthol dari xylitol dan sorbitol merupakan
stimulus kimiawi yang dapat meningkatkan aliran saliva. Saliva yang dihasilkan dari
proses mastikasi pada percobaan dengan mengunyah kain kasa merupakan suatu
kegiatan refleks yang tidak bersyarat di rongga mulut. Menurut penelitian Yeh Ck
(2000), semakin besar kekuatan mastikasi diberikan maka semakin cepat aliran saliva
13
14
yang diproduksi. Selama proses mastikasi kecepatan sekresi bertambah besar 0,6
ml/menit dan 70% hasil sekresi tersebut diproduksi oleh kelenjar parotis.
Kelenjar parotis lebih mudah dirangsang dibandingkan dengan kelenjar mayor
lainnya, hal ini dipengaruhi oleh karena letak kelenjar parotis terletak dekat otot
masseter bukan didasar mulut, dan juga letak duktus kelenjar parotis bersilangan dengan
otot masseter dan businator. Hasil viskositas dari saliva terhadap stimulus mastikasi
12
(pengunyahan) adalah serous hal tersebut dikarenakan sekresi dari kelenjar parotis
bersifat serous . Pada ramgsangan kimiawi , stimulus yang terjadi dibantu indera perasa,
dimana sensasi rasa akan ditangkap oleh reseptor yang ada yaitu reseptor manis, asin,
pahit, dan asam. Pada proses ini kelenjar submandibula dan sublingual lebih mudah
dirangsang dan mengeluarkan saliva yang bersifat mucous (kental).
Maguire,A (2003) menyatakan bahwa mengunyah permen karet telah dibuktikan
oleh banyak penelitian dapat menstimulasi pengeluaran saliva. Jumlah saliva meningkat
menguntungkan karena membantu memelihara kesehatan mulut melalui berbagai
proses. Peningkatan berbagai produksi saliva terjadi setelah 5 sampai 7 menit
mengunyah permen karet karena sebagian besar pemanis dan rasa dari permen telah
terurai dalam mulut. Seluruh permen karet dapat digunakan untuk meningkatkan
produksi saliva, namun permen karet yang mengandung jenis xylitol dan sorbitol lebih
sesuai karena mengandung kadar gula lebih rendah, bahkan menurut penelitian Milgrom
et.al (2006), permen karet mengandung xylitol mampu meningkatkan kuantitas saliva
lebih tinggi dibandingkan permen karet non xylitol.
Hasil praktikum tentang pengaruh pengunyahan pada saliva terhadap volume,
kecepatan aliran, viskositas, pH saliva terdapat perbedaan yang signifikan pada volume
saliva subyek 1 dan subyek 2, tetapi pada pH saliva tidak terdapat perbedaan yang
signifikan. Respon praktikum terhadap volume saliva tertinggi pada mengunyah kain
kasa (subyek 1), kemudian mengunyah sorbitol (subyek 1), dan tersedikit mengunyah
xylitol (subyek 2). Perbedaan volume ini karena kecepatan aliran saliva dipengaruhi
oleh rangsang mekanis seperti kekerasan makanan dalam hal ini mengunyah kain kasa,
sehingga mempengaruhi kecepatan aliran saliva lebih cepat sehingga volume saliva
lebih banyak. Pada sorbitol dan xylitol rasanya manis, sehingga rasa manis ini dapat
menstimulasi sekresi kelenjar saliva (Amarongen, 1992).
Respon praktikum terhadap viskositas saliva terkental yang mengandung xylitol
(subyek 2) . Hal ini karena permen karet pengandung xylitol mempunyai kandungan
mentol yang banyak, sehingga mentol merangsang sekeresi mukus (kelenjar lingualis
14
15
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Sekresi saliva di peroleh dengan merangsang kelenjar saliva melalui rangsangan
mekanik (pengunyahan) dan rangsangan kimiawi (pengecapan). Stimulus mekanis
dapat merangsang peningkatan sekresi saliva, sedangkan sensasi pengecapan rasa
manis dan menthol merupakan stimulus kimiawi yang dapat meningkatkan aliran
saliva. Dimana semakin besar kekuatan mastikasi diberikan maka semakin cepat
sekresi saliva yang diproduksi, dan semakin banyak rangsangan kimia yang
diperoleh (rasa manis dan menthol) semakin cepat aliran salivanya sehingga
semakin besar volume saliva yang dihasilkan.
15
17
DAFTAR PUSTAKA
Amerongan A.V, (1992), Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi, Edisi
kelima, Gajah Mada University, Yogyakarta.
Berger, S, (2010), The Many Sides Of Xylitol, Dental Tribune Internasional.
Devine, D.A; Philip Matsh, (2009), Prospects For Thes Development Of Probiotics and
Prebiotics For Oral Applications, Journal Of Oral Microbiology, Vol.1.
Edgar, W.M, (1992), Saliva Its Secretion, Composition, and Function, British Dentist
Journal ; 172. hal.305-12.
Harris On ; Christen A.G, (1995), Primary Preventive Dentistry, Norwalk Connecticut,
Appleton and Lange.hal.232-56.
Magure, A; A.J Kugg Gunn, (2003), Xylitol and Caries Prevention Is It a Magic Bullet,
British Dental Journal.Vol 194.
Milgrom, P; K.A.,Ly; M.C, Roberts; M, Rothan; G, Mueller; and D.K, Yamaguchi,
(2006), Mutans Streptococci Respone To Xylitol Chewing Gum, Journal Dent
Research.Vol.85(2) : 177-181
Tecky Indriana, (2011), Perbedaan Laju Aliran Saliva dan pH Karena Pengaruh
Stimulus Kimiawi dan Mekanis, Journal Kedokteran Meditek. Vol.17.No.44
Mei-Agustus.
Yeh, C.K, (2000), Assosiation Of Saliva Flowrate With Maximal Bite, Force, Dent
Research.
16