PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengidentifikasi perbedaan pH rongga mulut pada penderita karies, gingivitis &
periodontitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Saliva
Saliva adalah sekresi yang kompleks. 93% disekresi oleh glandula salivarius
mayor dan sisanya yaitu 7% disekresikan oleh glandula salivarius minor.
Glandula-glandula ini terletak hampir diseluruh regio dalam mulut kecuali pada
daerah regio gingiva dan bagian anterior dari palatum durum. Saliva dalam
keadaan steril pada saat disekresikan namun akan segera terkontaminasi segera
setelah saliva tercampur dengan GCR (Gingival Crevicular Fluid), sisa-sisa
makanan, mikroorganisme, sel-sel mukosa oral yang mati.
Glandula saliva terdiri dari sel-sel acinar dan ductal. Sel acinar dari glandula
parotid memproduksi tipe saliva yang bersifat serous. Walaupun glandula ini
memproduksi alfa-amilase paling banyak, namun glandula ini memproduksi lebih
sedikit kalsium daripada glandula submandibular. Saliva yang bersifat mukus
lebih banyak disekresikan dari glandula submandibular dan sublingual; dan saliva
yang kaya akan kandungan prolin dan histatin lebih banyak disekresikan oleh
glandula parotid dan submandibular. Untuk glandula salivarius minor umumnya
mensekresikan saliva yang bersifat mukus. 99% dari komponen saliva adalah air,
sisanya adalah molekul organik dan inorganik. Saliva adalah indikator kadar
plasma yang baik dari berbagai macam substansi seperti hormon dan obat-obatan,
dan juga dapat digunakan sebagai metode non-invasif untuk memonitor
konsentrasi plasma dalam medikasi atau substansi lainnya.
Kuantitas dari saliva itu penting, begitu juga kualitasnya. Variasi dari aliran
saliva mungkin saja dipengaruhi, secara reversibel ataupun ireversibel, oleh
bermacam-macam faktor patologi dan psikologi. Saliva berperan dalam
mempertahankan integritas struktur rongga mulut, sistem pencernaan, dan
mengontrol infeksi dalam rongga mulut. Fungsi saliva sebagai proteksi dari karies
ada empat aspek yaitu: melapisi dan mengeliminasi gula dan substansi lainnya,
kapasitas buffernya, menyeimbangkan proses demineralisasi dan remineralisasi,
serta bersifat antimikroba.
Saliva juga berfungsi sebagai (pembantu) indra perasa dan berbicara. Saliva
mempengaruhi rasa dengan memecah partikel makanan dan terus-menerus
membersihkan substansi partikel makanan pada taste buds (papila lidah). Fungsi
saliva dalam berbicara yaitu melumasi lidah dan pipi serta menjaga kelembapan
bibir. Sekresi normal saliva dalam satu hari bervariasi antara 1000-1500 ml.
Jumlah yang tersekresi dalam keadaan tidak terstimulasi berkisar 0,32ml/menit.
Dalam keadaan terstimulasi berkisar antara 3-4ml/menit. Secara umum pada
orang dewasa aliran sekresi saliva adalah 1 ml sampai 2 ml per menit. Bila
sekeresi saliva kurang dari 0,06 ml/menit maka daerah rongga mulut akan kering.
pH saliva normal berkisar antara 6,7-7,3.
Jumlah sekresi saliva harian dimulut umumnya sekitar 1,1l. Produksi saliva
dikontrol oleh sistem saraf autonom. Dalam keadaan istirahat, kisaran sekresi
yaitu dari 0,25-0,35 ml/menit dan kebanyakan diproduksi oleh glandula
submandibular dan sublingual. stimulus sensorik, elektrik, ataupun mekanis dapat
menaikkan sekresi berkisar 1,5 ml/ menit. Volume saliva terbanyak diproduksi
yaitu pada saat sebelum, sedang, dan setelah makan, dan mencapai puncaknya
sekitar jam 12 siang, dan akan menurun pada saat malam hari ketika tidur.
2.2. Karies
Karies gigi merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras gigi yaitu
email, dentin dan sementum yang mengalami proses kronis regresif. Karies gigi
terjadi karena adanya interaksi antara bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm
dan diet, terutama komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri
plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat. Yang ditandai dengan adanya
demineralisasi jaringan keras gigi dan rusaknya bahan organik akibat
terganggunya keseimbangan email dan sekelilingnya, menyebabkan terjadinya
invasi bakteri serta kematian pulpa bakteri dapat berkembang ke jaringan
periapeks sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi.
Struktur lapisan enamel pada gigi berperan dalam proses terjadinya karies.
Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya suatu karies.
Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak sangat mungkin
diserang karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah :
a) Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar ; pit bukal molar
dan pit palatal insisif.
b) Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit dibawah titik kontak
c) Email pada tepian didaerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva
d) Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya
plak pada pasien dengan resesi ginginva karena penyakit periodontium.
e) Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper.
f) Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.
Selain keadaan gigi, saliva juga berperan penting dalam terbentuknya karies.
Saliva tersusun atas komponen organik dan anorganik. Komponen utama
anorganik saliva adalah elektrolit dalam bentuk ion seperti natrium, kalium,
kalsium, magnesium, klorida, dan fosfat. Sedangkan komponen organik seperti
musin, lipid, asam lemak dan ureum yang dapat pula berasal dari sisa makanan
dan pertukaran zat bakterial. Komponen Ion kalsium fosfat dan fluor yang
terkandung dalam saliva mampu memineralisasi karies yang masih dini. Selain
mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak saliva juga
mempengaruhi pH. Karena itu, aliran saliva yang berkurang dapat menyebabkan
karies gigi yang tidak terkendali. Komponen-komponen tersebut dipengaruhi oleh
derajat hidrasi, posisi tubuh, paparan cahaya, irama siang-malam, obat, usia, efek
psikis, hormonal dan jenis kelamin.
2.3. Penyakit Periodontal
Gejala penyakit ini biasanya tidak dirasakan sampai penyakit sudah lanjut,
gejala tersebut berupa bau mulut yang tidak hilang, gusi merah dan membengkak,
gusi yang sakit dan berdarah, rasa sakit pada saat mengunyah, gigi goyang dan
gigi sensitif. Terdapat beberapa sub-tingkatan dari penyakit periodontal, tetapi
tingkat utamanya hanya ada tiga. Tingkat pertama adalah periodontitis I, juga
dikenal sebagai gingivitis. Gingivitis dikenal melalui gingiva yang gembung dan
berdarah saat dilakukan pengukuran dalam dari poket gingiva (dalam dari daerah
antara gingiva dan gigi).
Carilah 5 orang pasien karies, 5 orang pasien gingivitis dan 5 orang pasien
periodontitis.
Catat informasi dan keluhan dari pasien tersebut.
Check rongga mulut pasien dengan menggunakan sonde dan kaca mulut,
lalu catat keadaan rongga mulut pasien tersebut.
Letakkan kertas lakmus di daerah karies/gingivitis/periodontitis hingga
kertas lakmus berubah warna.
Check perubahan warna pada indikator warna, dan catat berapa pH pasien
tersebut sesuai warna dari kertas lakmus tersebut.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
b.
Umur : 8 tahun
Sex : perempuan
Alamat:kurao, kapalo banda. Kec kuranji
Ph :6,8
Riwayat penyakit: -
Daerah karies: M1 M2 kiri bawah, M1 M2 kanan bawah
Foto :
c.
Umur : 5 tahun
Sex : laki-laki
Alamat :kurao, kapalo banda. Kec kuranji
Ph :6,8
Riwayat penyakit: geographic tongou, demam
Daerah yang karies: gigi 51, 52, 61, & 84
Foto :
d.
Umur : 6 tahun
Sex : laki-laki
Alamat:kurao, kapalo banda. Kec kuranji
Ph :6,8
Riwayat penyakit: I1 I2 kanan atas, I1 I2 kiri atas( 51,52& 61,62)
Daerah karies:
Foto :
e.
Umur : 7 tahun
Sex : laki-laki
Alamat:kurao, kapalo banda. Kec kuranji
Ph : 7,2
Riwayat penyakit:
Daerah yang karies: 68bagian oklusal, (53 bagian proksimal , 64
bagian servikal
Foto :
2. Gingivitis
a.
Umur : 18 tahun
Sex : perempuan
Alamat: Siteba
Ph : 7,0
Riwayat penyakit:-
Derah gingivitis: pada daerah gigi 25 terlihat sedikit udem terjadi
perubahan warna
Foto :
b.
Umur : 18 tahun
Sex : perempuan
Alamat: Siteba
Ph : 7,4
Riwayat penyakit: -
Daerah gingivitis: di daerah gigi 23 sedikit mengeluarkan darah
pada ginggiva
Foto :
c.
Umur : 31 tahun
Sex : perempuan
Alamat: Siteba
Ph : 7,0
Riwayat penyakit: -
Daerah gingivitis: pada daerah anterior pada gigi 13 dan 14
Foto :
d.
Umur : 13 tahun
Sex : perempuan
Alamat: dadok tunggul hitam
Ph : 6,9
Riwayat penyakit:
Daerah gingivitis: pada daerah gigi 24 dan 25
Foto :
e.
Umur : 21 tahun
Sex : Laki-laki
Alamat: Maransi
Ph : 7,0
Riwayat penyakit:
Daerah gingivitis: antara gigi premolar 2 dan molar 1
Foto :
3. PERIODONTITIS
a.
Umur : 38 tahun
Sex : perempuan
Alamat: dadok tunggul hitam
Ph : 6,2
Riwayat penyakit:
Daerah periodontitis: gigi 24 25
Foto :
b.
Umur : 54 tahun
Sex : laki-laki
Alamat: dadok tunggul hitam
Ph : 7,4
Riwayat penyakit:
Daerah periodontitis: gigi 41 , 31 &32
Foto :
c.
Umur : 29 tahun
Sex : perempuan
Alamat: dadok tunggul hitam
Ph : 7,4
Riwayat penyakit:
Daerah periodontitis: gigi 43
Foto :
d.
Umur : 36 tahun
Sex : perempuan
Alamat: dadok tunggul hitam
Ph : 7,4
Riwayat penyakit:
Daerah periodontitis:31& 41
Foto :
e.
Umur : 60 tahun
Sex : perempuan
Alamat : dadok tanggul hitam
Ph : 6,4
Riwayat penyakit: paru-paru
Daerah periodontitis: 41 42 & 43
Foto :
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan diatas bahwa pH dari setiap orang ada yang
sama dan ada juga yang berbeda walaupun seseorang tersebut menderita penyakit
yang sama. Hasil kali ( produk ) ion air merupakan dasar bagi skala pH,
yaitu cara yang mudah untuk menunjukan konsentrasi nyata H+ ( dan juga OH- )
didalam tiap larutan dengan keasaman berkisar antara 1,0M H + dan 1,0 M OH- .
Nilai pH 7 bagi larutan yang benar-benar netral bukan merupakan angka
yang
dibuat, tetapi diturunkan dari harga absolut produk ion air pada 250 C. Larutan
yang mempunyai pH lebih dari 7 bersifat basa karena konsentrasi OH-
lebih besar dari konsentrasi H+ . Sebaliknya larutan yang mempunyai pH lebih
kecil 7 adalah asam.
5.1. Kesimpulan
Gingivitis
No Umur Jenis Kelamin PH
1 18 Tahun Perempuan 7,0
2 18 Tahun Perempuan 7,4
3 31 Tahun Perempuan 7,0
4 13 Tahun Perempuan 6,9
5 21 Tahun Laki-laki 7,0
Periodontitis
No Umur Jenis Kelamin PH
1 38 Tahun Perempuan 6,2
2 54 Tahun Laki-laki 7,4
3 29 Tahun Perempuan 7,4
4 36 Tahun Perempuan 7,4
5 60 Tahun Perempuan 6,4
5.2. Saran
Semoga laporan percobaan ini bermanfaat dan dapat di jadikan sebagi bahan
evaluasi dalam pratikum khusunya di mata kuliah biologi rongga mulut IV.
DAFTAR PUSTAKA
Pramesta, Bimo. 2014. “Deteksi derajat kesamaan pH saliva pada pria perokok
dan non perokok”. Laporan Penelitian. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Yazid dkk. 2016. “Jurnal Kedokteran Gigi: Hubungan Kadar pH dan Volume
Saliva Terhadap Indeks Karies Masyarakat Menginang Kecamatan
Lokpaikat Kabupaten Tapih”. Banjarmansin: FK UNILAM