SALIVA
Oleh :
Dosen Pengampu :
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lainnya karena kondisi tersebut saling berkaitan dan juga akan
mempengaruhi kesehatan tubuh secara umum. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan
gigi dan mulut yaitu melakukan pemeliharaan rongga mulut secara maksimal, dimana seperti kita
tahu bahwa rongga mulut merupakan salah satu bagian tubuh yang perlu diperhatikan
kebersihannya agar setiap individu terpelihara kesehatan gigi dan mulutnya.
Rongga mulut tidak hanya meliputi gigi, palatum dan lidah saja melainkan juga terdapat
saliva. Saliva merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang disekresikan oleh tiga
pasang kelenjar mayor yang mengandung 99,5% H2O, 0,5% elektrolit dan protein.
Saliva merupakan cairan tubuh yang paling mudah tersedia, dapat diakses, dan marker
yang diekspresikannya dapat digunakan untuk diagnosis dan follow-up pasien dari berbagai
penyakit, termasuk kanker, diabetes, gangguan keturunan, dan infeksi. Maka dari itu, saliva
memainkan peranan penting dalam pemeliharaan kesehatan rongga mulut karena telah terbukti
menjadi alat bantu diagnostik yang mampu dalam mendeteksi bimarker yang berbeda. Makalah
ini membahas lebih lanjut mengenai seluk beluk saliva khususnya di bidang kedokteran gigi.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1. Kelenjar Saliva. (Sumber : The McGraw Hill’s Company. Digestive System: Anatomy &
Histology Of The Alimentary Canal. 2006. Available from http://legacy.owensboro.kctcs.edu).
II.3. Komposisi Saliva
Saliva memiliki 3 komponen besar yaitu(2).(3),(4) :
▪ Air
Air merupakan bahan pelarut pada proses kimia yang berhubungan dengan rasa,
untuk proses mekanis pada pembersihan dalam mulut dan sebagai protein saliva yang
dikenal dengan mucin untuk lubrikasi pada semua jaringan keras dan lunak dalam
rongga mulut. Air dapat melunakkan bolus makanan, sehingga memudahkan dalam
mengunyah dan menelan juga membantu dalam berbicara.
▪ Komponen Organik
Komponen organik dari saliva terdiri dari beberapa enzim dan protein, yang
mempunyai efek antimikroba. Protein dan glikoprotein saliva mengendap pada
permukaan gigi yang baru saja dibersihkan. Ini merupakan lapisan awal, yang disebut
pelikel, kemungkinan bukan komponen signifikan dari biofilm, kecuali pada permukaan
gigi yang tidak digunakan setiap hari. Pelikel ini akan segera terbentuk kembali yang
dipercepat dengan saliva. Pelikel memerlukan waktu beberapa hari atau minggu untuk
membentuk ekologi bakteri yang dewasa dan menetap.
Komponen organik lainnya dari saliva adalah amilase yang membantu proses
perubahan zat tepung; protein seperti statharin dan proline banyak mengandung protein
yang berikatan dengan ion Ca++ dan mukopolisakarida glikoprotein yang penting untuk
lubrikasi.
▪ Elektrolit dan Pelarut
Elektrolit pada saliva termasuk juga ion, ditemukan pada cairan tubuh lainnya. Ca
diantaranya adalah sebagai larutan asam. Beberapa protein saliva juga berfungsi sebagai
pelarut yang rendah. Pada prinsipnya, awal pelarutan adalah sistem fosfat yang
berhubungan dengan kondisi saliva istirahat dimana merupakan kondisi yang paling
efektif menunjukkan pH = 7(±0,5). Jika pH turun, reaksi menghasilkan lebih banyak ion
H2PO4. Pada pH yang lebih rendah lagi, semua H2PO4 dapat dihabiskan. Pada pH <6,
konsentrasi larutan HCO3 lebih tinggi sehingga ion lebih banyak merangsang saliva
dari kelenjar parotid. Karena O2 terus-menerus hilang, reaksi tetap bergerak ke kanan,
sehingga membuat sistem buffer menjadi lebih efektif.
II.4. Fungsi Saliva
Fungsi saliva diantaranya yaitu(3),(4),(5),(6) :
▪ Buffering asam dari bakteri dalam biofilm
▪ Buffering asam dari makanan dan minuman
▪ Buffering paparan jangka pendek dari asam lambung dalam refluks dan muntah
▪ Berperan sebagai reservoir ion yang menyebabkan remineralisasi
▪ Lubrikasi jaringan rongga mulut untuk menelan dan berbicara
▪ Membantu memberikan efek rasa dengan bertindak sebagai pelarut
▪ Mengatur kesehatan mukosa oral
Lisozim dan ion tiosianat dalam saliva bersifat bakterisidal, membuat saliva menjadi
bagian penting dari sistem kekebalan
▪ Membantu pencernaan melalui aksi amilase dan lipase
Amilase mengkatalisis hidrolisis pati menjadi maltosa dan kadang-kadang glukosa
dalam rongga mulut
▪ Pengenceran dan pembersihan bahan yang melekat di dalam rongga mulut
Membantu membersihkan mulut dengan membersihkan bakteri atau sisa makanan
yang ada dan menyegarkan nafas.
Gambar 2.2. Fungsi Saliva Dan Komponen Utama Yang Terlibat Dalam Fungsi Saliva (Sumber : Maria
Haydar A Review On Saliva Implication In Caries Development And Consequence On Primary Canines And
Molars.2016).
II.5. Aliran Saliva
Rata-rata produksi saliva atau aliran saliva sangat bervariasi, diantara individu dengan rata-
rata 0,5-1,5 liter/hari. Aliran yang tidak distimulasi sekitar 0,3-0,5 l/menit, sedangkan yang
distimulasi kelenjar parotid, aliran salivanya sekitar 1-2 ml/menit. Bermacam faktor yang
mengontrol aliran saliva pada individu yang sehat, meliputi tingkat hidrasi tubuh dan faktor yang
berhubungan dengan irama secara biologi. Saliva lebih banyak dihasilkan saat berdiri, kurang
pada saat duduk, dan berkurang pada waktu terjun. Saliva lebih banyak dihasilkan ketika di
dalam ruang yang terang dan kurang dalam ruang yang gelap.
Perbedaan yang khas pada gigi yang sehat dan tidak adalah ditandai meningkatnya rata-
rata aliran saliva disekitarnya pada waktu mengunyah. Dicatat bahwa aliran yang distimulasi
menjadi 4 atau 5 kali dari aliran saliva pada saat istirahat. Juga dicatat, bahwa relatif pada gigi
yang sehat terjadi peningkatan fosfat, pH dan kapasitas penetralan bertambah tinggi pada rata-
rata aliran saliva. Meningkatnya aliran saliva selama mengunyah tidak hanya bermanfaat pada
proses mencerna makanan tetapi juga sangat berguna untuk memelihara kekuatan dan
keefektifan gigi, seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Pada individu yang sehat dan sakit, ada pengaruh efek dan reaksi beberapa obat penenang
dalam proses berkurangnya aliran saliva atau mulut menjadi kering karena obat ini juga
mengubah transmisi saraf autonomik yang mengontrol aliran saliva. Ada kondisi sistemik
autoimun seperti Syndrom Sjogren’s dan patologis lainnya yang juga dapat mengurangi aliran
saliva secara signifikan. Pada individu yang lebih tua mengalami berkurangnya aliran saliva.
Berkurangnya fungsi dan aliran saliva dapat disebabkan oleh radioterapi dan kemoterapi.
Namun, apapun penyebabnya, berkurangnya aliran saliva meningkatkan resiko kehilangan
substansi gigi.
Gambar 2.3. Kelenjar Saliva Dan Kontrol Sekresi Saliva (Sumber : Lauralee Sherwood. Fisisologi Manusia
Dari Sel Ke Sistem. 2013).
Refleks saliva sederhana terjadi ketika kemoreseptor dan reseptor tekan dalam mulut
berespon terhadap keberadaan makanan. Reseptor ini menghasilkan impuls serat saraf aferen
yang membawa informasi ke pusat saliva yang terletak di batang otak. Kemudian dikirim impuls
melalui saraf autonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan
gigi tanpa makanan akan mendorong sekresi saliva dan mengaktifkan reseptor tekan dalam
mulut. Refleks saliva terkoordinasi atau didapat, terjadi tanpa adanya stimulasi oral. Hanya
berpikir, melihat, mencium atau mendengar pembuatan makanan akan memicu salivasi. Sinyal
yang berasal dari luar mulut, melalui pikiran dikaitkan dengan kenikmatan makanan akan
bekerja melalui koreks serebrum untuk merangsang pusat saliva di medula.
b. Indikator Universal
Indikator universal akan memberikan warna tertentu jika diteteskan atau dicelupkan ke
dalam larutan asam atau basa. Warna yang terbentuk kemudian dicocokkan dengan warna
standar yang sudah diketahui nilai pH nya (indikator universal), yang memperlihatkan
warna macam-macam untuk setiap nilai pH, sehingga kita bisa menentukan nilai pH suatu
cairan berdasarkan warna-warna tersebut(7).
c. pH Meter
pH meter merupakan salah satu peralatan untuk menentukan pH suatu larutan. pH meter
mempunyai elektoda yang dapat dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur pH nya.
Nilai pH dapat dengan mudah dilihat secara langsung melalui angka yang tertera pada
layar digital dari pH meter.
Gambar 2.6. pH meter (Surahman, 2018).
Saliva memberikan pertanda status perkembangan penyakit dan dapat sebagi test
diagnostik. Pengambilan saliva secara teknis mudah dan tidak membutuhkan keahlian khusus.
Ada beberapa macam pemeriksaan saliva yang menjadi alat investigasi pemeriksaan oral secara
keseluruhan dan sebagian pada status aktivitas karies yaitu :
a. Saliva yang Tidak Terstimulasi
Saliva yang tidak terstimulasi sebaiknya harus diusahakan sebelum dilakukan uji stimulasi
saliva), didalamnya meliputi pH saliva yang tidak terstimulus, efisiensi fungsi kelenjar saliva
minor dan konsistensi saliva yang tidak terstimulus.
Saliva yang tidak terstimulus sangat penting untuk kenyamanan mulut, seperti saliva
terstimulasi hanya diproduksi selama periode pengunyahan yang pendek. Kelenjar saliva
minor terhitung 7% dari produksi saliva setiap hari dan kelenjar submandibular adalah
kontributor utama(4).
▪ Laju aliran saliva yang tidak terstimulasi
Ada banyak variasi dalam tingkatan aliran dari kelenjar ludah minor yang terletak di
berbagai area mulut. Mungkin ada pengurangan laju aliran yang tidak terstimulasi.
Gambar 2.7. Tabel kontribusi kelenjar saliva yang berbeda pada keseluruhan produksi harian produksi
saliva yang tidak terstimulus dari kelenjar yang terletak di palatal sesuai usia pasien tetapi tidak ada
perubahan terkait usia dari kelenjar yang terletak di bukal dan area labial. Inilah sebabnya mengapa
kelenjar ludah kecil berada di bagian dalam bibir bawah umumnya dipilih untuk pemeriksaan pertama.
(Sumber : G.J. Mount & W.R Hume. Preservation And Restoration Of Tooth Structur E: Failure Of
Individual Restorations, And Their Management. Spain. 2004).
Prosedur pemeriksaan saliva yang tidak terstimulasi ini dapat dilakukan sebagai
berikut :
- Pasien diharuskan duduk dengan tegak
- Ulurkan bibir bawah ke arah luar dan keringkan menggunakan kasa persegi
Gambar 2.8. Droplet saliva yang muncul di muara saluran kelenjar saliva minor. (Sumber : G.J.
Mount & W.R Hume. Preservation And Restoration Of Tooth Structur E: Failure Of Individual
Restorations, And Their Management. Spain. 2004).
- Menghitung waktu yang dibutuhkan droplet saliva untuk muncul di muara saluran
kelenjar saliva minor. Oleskan satu lapis kertas tissue untuk memudahkan melihat
droplet saliva.
Gambar 2.9. Kertas tissue dapat digunakan untuk menggambarkan droplet saliva. (Sumber : G.J.
Mount & W.R Hume. Preservation And Restoration Of Tooth Structur E: Failure Of Individual
Restorations, And Their Management. Spain. 2004).
Waktu yang dibutuhkan bagi droplet setelah lebih dari 60 detik pada tetesan saliva
menandakan berwarna merah, jika diantara 40-60 detik akan berwarna kuning dan apabila
kurang dari 30 detik berwarna hijau. Hasil skor yang menandakan perbedaan warna dapat
disebabkan oleh karena :
- Skor berwarna merah, menunjukkan bahwa tidak ada fungsi kelenjar saliva minor yang
jelas dan dapat disebabkan karena dehidrasi berat, efek samping penggunaan obat-
obatan, ketidakseimbangan hormon, dan kerusakan pada kelenjar saliva yang
diakibatkan dari efek radioterapi atau patologi.
- Skor berwarna kuning, menandakan terjadinya penundaan dalam produksi saliva dan
bisa disebabkan karena dehidrasi dan efek samping pemakaian obat namun pada tingkat
yang lebih ringan.
- Skor berwarna hijau, menunjukkan kondisi yang normal. Akan tetapi pada kasus
disfungsi saliva yang parah seperti pada kelainan penyakit Sjorgen’s Syndrome, mukosa
di bagian dalam bibir terlihat kering tetapi bisa juga menunjukkan tanda-tanda karena
trauma.
Saliva yang kental dan berbuih memiliki kandungan air yang rendah maka dari itu
jaringan keras dan jaringan lunak menjadi kurang terlindungi dikarenakan tingkat
salivary clearance yang rendah dan tidak dapat membentuk lapisan yang efektif pada
permukaan gigi.
Gambar 2.11. (A). Saliva kental, beruntai terstimulasi. (B). gelembung atau buih saliva tidak terstimulasi.
(Sumber : G.J. Mount & W.R Hume. Preservation And Restoration Of Tooth Structur E : Failure Of
Individual Restorations, And Their Management. Spain. 2004).
Gambar 2.12. Hanya mengukur porsi cairan saliva terstimulasi. (Sumber : G.J. Mount & W.R Hume.
Preservation And Restoration Of Tooth Structur E: Failure Of Individual Restorations, And Their
Management. Spain. 2004)
Gambar 2.13. Peningkatan konsentrasi bikarbonat dengan laju aliran saliva yang tinggi. (Sumber : G.J.
Mount & W.R Hume. Preservation And Restoration Of Tooth Structur E: Failure Of Individual
Restorations, And Their Management. Spain. 2004).
Terdapat 4 (empat sistem) yang tersedia untuk mengukur kapasitas buffer pada saliva
terstimulasi yaitu CRT Buffer (Vivadent), Saliva Check Buffer (GC Corporation),
Dentobuff Strip (Orion Diagnostica) dan CAT21 Buffer (Morita). Namun, hanya dua
sistem yang mudah digunakan yaitu Vivadent dengan kapasitas buffer dikategorikan
tinggi, moderat atau rendah dengan 1 test pad dan GC Corporation yang memiliki 3 pad
terpisah dengan level kandungan asam yang berbeda dan sebuah sistem penilaian
dengan angka. Tes ini memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi. Hasil dari kedua tes ini
dapat diterjemahkan kedalam skala TL-M. Adapun tahapan klinis pemeriksaan kapasitas
buffer saliva yang terstimulasi adalah sebagai berikut:(3)
- Ambil sampel saliva yang dikumpulkan untuk uji laju aliran saliva yang terstimulasi,
- Basahi pad pada strip uji dengan saliva,
- Lepaskan saliva yang berlebih pada pad dengan menempatkan strip pada 90o ke
jaringan untuk memastikan volume yang konstan,
- Biarkan strip berdiri selama 5 menit. Karena efek buffer bergantung pada waktu,
maka penting untuk membaca tes pada tanda 5 menit,
- Bandingkan warna yang diperoleh dengan standar yang telah tersedia dan berikan
skor yang sesuai dengan instruksi pabrik.
Gambar 2.14. Saturasi pad yang sudah diasamkan dengan saliva yang terstimulasi, kemudian gunakan
tisu untuk menghilangkan kelebihan saliva.
Hasil interpretasi dari pemeriksaan saliva yang terstimulasi berdasarkan sistem yang
mudah diakses yaitu sebagai berikut :
- Vivadent
Kapasitas buffer dapat dinilai sebagai tinggi, sedang atau rendah dengan hanya
satu pad uji.
- GC Corporation
Ada tiga pad yang terpisah dengan berbagai tingkat asam yang terpasang dan
sistem penilaian numerik. Tes ini memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi. Hasil dari
kedua tes ini dapat diterjemahkan ke dalam skala TL-M.
BAB III.
KESIMPULAN
Saliva berperan penting dalam kebersihan mulut. Aliran saliva yang konstan membantu
membilas residu makanan, partikel asing, dan sel epitel tua yang terlepas dari mukosa mulut.
Saliva kaya bikarbonat, yang menetralkan asam dalam makanan dan asam yang dihasilkan oleh
bakteri yang ada dalam rongga mulut. Saliva merupakan cairan tubuh yang paling mudah
tersedia, dapat diakses, dan marker yang diekspresikannya dapat digunakan untuk diagnosis dan
follow-up pasien dari berbagai penyakit, termasuk kanker, diabetes, gangguan keturunan, dan
infeksi.
Komponen saliva memiliki efek perlindungan melawan karies gigi. Protein ini bertindak
secara langsung dan tidak langsung melalui berbagai metode pada plak dan bakteri yang
mengatur kerentanan gigi terhadap karies. Oleh karena itu dilakukan evaluasi perubahan kadar
total protein saliva dengan peningkatan karies gigi, untuk menyoroti peran komponen protein
saliva dalam etiologi multifaktorial terjadinya karies gigi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dewi, Kesuma Nila. Fisioogi dan Patologi Saliva. Andalas University Press. 2015 : p. 1-12.
2. Mccance, K.L. Huether, S.E. Pathophysiology The Biologic Basic For Disease In Adults
3. Zhang, Chen-Zi. et al. Saliva In The Diagnosis Of Diseases. International Journal Of Oral
4. Mount, G.J. Hume, W.R. Preservation And Restoration Of Tooth Structur e: Failure Of
On Primary Canines And Molars. International Dental & Medical Journal of Advanced
6. Pradnya V. et al. Salivary Biomarkers of Dental Caries –A Review Article. IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences. 2018. Volume 17 (3) : p. 12-18. Available From
http://www.iosrjournals.org.