Disusun oleh:
DIII GIZI TK 2A
Dosen Pengampu:
Lidya Novita,S.Si,M.Si
JURUSAN GIZI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Saliva merupakan hasil sekret kelenjar yang penting bagi tubuh. Saliva terdiri dari
99,5 % H2O serta 0,5 % protein, glikoprotein dan elektrolit. Protein yang terpenting dari
saliva yaitu amilase, mukus, dan lisozim yang berperan penting dalam fungsi saliva. Air liur
(saliva) mempermudah proses penelanan dengan membasahi partikel-partikel makanan,
sehingga mereka saling menyatu serta dapat menghasilkan pelumasan karena adanya mukus
yang kental dan licin. Selain itu, saliva juga berfungsi untuk menjaga higiene mulut karena
mampu membersihkan residu-residu makanan dalam mulut karena berfungsi sebagai
penyangga bikarbonat yang berfungsi untuk menetralkan asam dalam makanan serta asam
yang dihasilkan oleh bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies (Sherwood,
2001).
Makanan yang masuk ke dalam mulut biasanya masih berbentuk potongan atau
keratan yang mempunyai ukuran relatif besar dan tidak dapat diserap langsung oleh dinding
usus. Oleh karena itu sebelum siap diserap oleh dinding usus makanan tersebut harus
melewati sistem pencernaan makanan yang terdiri atas beberapa organ tubuh, yaitu mulut,
lambung, dan usus dengan bantuan pankreas dan empedu. Dalam mulut makanan
dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah. Selama penghancuran secara
mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar mulut mengeluarkan cairan yang
disebut saliva atau ludah. Tiga kelenjar saliva yaitu kelenjar sublingual, kelenjar submaksilar,
dan kelenjar parotid. Kelenjar sublingual adalah kelenjar saliva yang paling kecil, terletak di
bawah lidah bagian depan. Kelenjar submaksilar terletak di belakang kelenjar sublingual dan
lebih dalam. Kelenjar parotid ialah kelenjar saliva paling besar dan terletak di bagian atau
mulut di depan telinga.
Saliva terdiri dari tiga kelenjar utama (mayor) yang terdiri dari kelenjar parotis,
kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual serta kelenjar-kelenjar tambahan (minor)
yang terdiri dari kelanjar palatinal, kelenjar bukal, kelenjar labialis, kelenjar lingualis, dan
kelenjar glossopalatinal. Setiap kelenjar memiliki hasil sekret yang berbeda-beda. Kelenjar
parotis dan submandibula menghasilkan sekresi yang bersifat serous (encer), kelenjar
lingualis menghasilkan sekret yang mukus, serta kelenjar-kelenjar minor sebagian besar
menghasilkan sekret yang mukus. Hal ini berkaitan dengan viskositas atau kekentalan dari
saliva. Viskositas ini sangat dipengaruhi oleh faktor pengunyahan dan jenis makanan. Selain
viskositas, pH juga sangat dipengaruhi oleh pengunyahan dan jenis makanan (Sherwood,
2001).
1.2. TUJUAN
1. Untuk mengidentifikasi sifat dan susunan air liur melalui uji-uji kualitatif seperti uji pH,
uji klorida, uji sulfat, uji fosfat.
2. Untuk mengidentifikasi sifat dan susunan air liur melalui uji-uji kualitatif seperti uji
biuret, millon, mollisch dan uji musin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air Liur
Enzim memegang peranan penting dalam berbagai reaksi dalam sel. Sebagai protein,
enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi seperti konversi
energi dan metabolisme pertahanan sel. Enzim amilase memiliki kemampuan untuk memecah
molekul-molekul pati dan glikogen. Molekul pati yang merupakan polimer dari alfa-D-
glikopiranosa akan dipecah oleh enzim pada ikatan alfa-1,4- dan alfa-1,6-glikosida (Hart
2003).
Enzim amilase dapat diperoleh dari sekresi air liur atau saliva. Saliva adalah suatu
cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari
kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar
ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu
mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “saliva” (ludah atau air
liur). Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 - 12 minggu) sebagai
invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar. Enzim
amilase di dalam tubuh manusia sangat penting. Enzim amilase ikut bertanggung jawab
menjaga kesehatan dan proses metabolisme di dalam tubuh. Kekurangan enzim amilase dapat
menyebabkan tubuh mengalami gangguan pencernaan (maladigesti), yang selanjutnya
menyebabkan gangguan penyerapan (malabsorpsi).
Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran sekresi kelenjar
saliva mayor dan minor yang ada dalam rongga mulut. Saliva sebagian besar yaitu sekitar 90
persennya dihasilkan saat makan yang merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa
pengecapan dan pengunyahan makanan (Kidd 1992).
Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan
rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit
sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya
pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya
resiko terjadinya karies yang tinggi. Meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan
pembentukan karang gigi. Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu melicinkan dan membasahi
rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan, membasahi dan
melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan
dirasakan, membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman, mempunyai
aktivitas antibacterial dan sistem buffer, membantu proses pencernaan makanan melalui
aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah, perpartisipasi dalam proses
pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal
growth factor pada saliva, jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang
keseimbangan air dalam tubuh dan membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan
lidah) (Suharsono 1986).
Setiap hari sekitar 1-1.5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri atas
99.24% air dan 0.58% terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-,
SO42-, dan zat-zat organik seperti musin dan enzim amilase (ptialin). Saliva bersifat agak
sedikit asam. Saliva mempunyai pH antara 5.75 sampai 7.05. Pada umumnya pH saliva
adalah sedikit dibawah 7 (Aisjah 1986)
Sebagian orang tidak menyadari betapa pentingnya fungsi air liur, yaitu:
1. Memecah makanan dalam mulut, sehingga dapat dirasakan oleh lidah dan lebih mudah
dicerna oleh perut.
8. Membantu menumbuhkan enamel gigi yang rusak, karena kalsium dan kadar fosfor
1. Gen
4. Sedang mengunyah permen karet atau menghisap permen keras (keduanya meningkatkan
produksi air liur)
5. Mencium sesuatu yang menarik (juga meningkatkan produksi air liur, itu sebabnya ada
istilah ‘lezat’)
Selain dalam pencernaan air liur juga berperan dalam kebersihan mulut. Sekresi saliva
terutama tipe mucus penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut.
Rongga mulut berisi bakteri atau kuman patogen (merugikan) yang dengan mudah merusak
jaringan dan menimbulkan karies gigi (gigi berlubang). Air liur juga mencegah kerusakan
dengan beberapa cara. Pertama, aliran air liur itu sendiri membantu membuang bakteri atau
kuman patogen juga pertikel makanan yang memberi dukungan nutrisi metabolik bagi bakteri
itu sendiri. Kedua, air liur mengandung beberapa faktor yang menghancurkan bakteri salah
satunya adalah ion tiosianat dan beberapa cairan proteolitik terutama lisosim yang
menghancurkan bakteri,membantu ion tiosianat membunuh bakteri,mencerna partikel
makanan dan air liur mengandung antibody protein yang menghancurkan bakteri.
BAB III
METODOLOGI
Alat:
l. Indikator unirversal
2. Tabung reaksi
4. Lampu spritus
5. Gelas Arloji
Bahan :
1. Belimbing wuluh
2. Air liur
3. NaOH 10%
4. CuSO4 0,1%
5. Pereaksi Millon
6. Pereaksi Molisch
7. HNO3 10%
8. AgNO32%
Uji pH
Uji klorida:
Uji Biuret:
Uji Molisch:
HASIL
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Uji lakmus
Uji lakmus tidak dilakukan pada praktikum kali ini. Namun, menurut Amerongen
(1991), rata-rata pH air liur normal yaitu 6,8, yaitu bersifat asam. Sehingga jika diuji dengan
lakmus merah, warna lakmus akan tetap berwarna merah. Lakmus adalah asam lemah.
Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang akan kita sederhanakan menjadi HLit.
"H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit" adalah molekul asam lemah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan dalam
air. Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru (Keusch
2003).
Hasil uji Biuret terhadap enzim amilase menunjukkan hasil yang positif dengan
berubahnya warna larutan menjadi violet (tabel 1). Uji Biuret dilakukan untuk mengetahui
keberadaan gugus amida pada larutan yang diuji. Menurut Raras et al (2010), reaksi Biuret
menggunakan beberapa macam reagen, yaitu CuSO4 dan NaOH. CuSO4 berfungsi sebagai
penyedia ion Cu2+ yang nantinya akan membentuk kompleks dengan protein. Sementara
penambahan NaOH berfungsi untuk menyediakan basa. Suasana basa akan membantu
membentuk Cu(OH)2 yang nantinya akan menjadi Cu2+ dan 2OH-. Reaksi yang terjadi pada
pengujian Biuret adalah :
Hasil yang positif menunjukkan bahwa enzim amilase yang terkandung dalam air liur
mengandung gugus amilase.
Uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin
merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan
membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Pereaksi millon berisi merkuri dan ion
merkuro dalam asam nitrat dan asam nitrit. Warna yang mengalami perubahan kekuningan
merupakan garam merkuri dan tirosin yang ternitrasi. Sehingga pada air liur terdapat
kandungan garam tirosin.
Uji klorida adalah uji untuk mendeteksi adanya kandungan ion klorida pada suatu
larutan. Hasil uji klorida menunjukkan terdapat endapan putih yang menunjukkan reaksi
positif pada uji ini. Uji klorida menunjukkan bahwa air liur mengandung ion klorida.
Uji fosfat merupakan uji untuk mengetahui adanya ion fosfat pada suatu larutan. Pada
tabung reaksi setelah penambahan HNO3 pekat terdapat endapan kuning. Sebelumnya pada
preparasi untuk uji fosfat dan kalsium asam asetat yang ditambahkan berfungsi untuk
melarutkan endapan Ca-Mg-fosfat. Asam nitrat pekat yang ditambahkan berfungsi untuk
melepaskan asam fosfat menjadi asam fosfat. Setelah penambahan ammonium molibdat,
fosfat yang terlepas berikatan menjadi ammonium fosfomolibdat . Hasil uji fosfat bereaksi
negatif dengan terbentuknya warna hijau kekuningan. Sehingga dalam saliva tidak
mengandung ion fosfat (Gilvery 1996).
Uji sulfat pada air liur menunjukkan reaksi positif dengan terbentuknya endapan putih
pada larutan yang diuji . Pengujian sulfat ini menggunakan BaCl 2 yang akan membentuk
BaSO4 yang memiliki kelarutan rendah sehingga akan mengakibatkan terbentuknya endapan
dalam larutan yang diasamkan. Dalam hasil pengamatan terlihat endapan putih (lebih keruh).
Hal ini membuktikan adanya ion sulfat di dalam air liur (saliva). Menurut Maryati (2000),
ion-ion utama yang ditemukan dalam saliva adalah kalsium dan fosfat yang berperan penting
dalam pembentukan kalkulus. Ion-ion lain yang memiliki jumlah yang lebih kecil terdiri dari
sodium, potasium, klorida, sulfat dan ion-ion lainnya. Saliva terdiri atas 99.24% air dan
0.58% terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan zat-zat
organik seperti musin dan enzim amilase (ptialin). Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh
kelenjar sublingual dan kelenjar submaksilar, sedangkan ptialin dikeluarkan oleh kelenjar
parotid. Cairan air liur mengandung α-amilase yang menghidrolisa ikatan α(1→4) pada
cabang sebelah luar glikogen dan amilopektin menjadi glukosa, sejumlah kecil maltosa, dan
suatu inti tahan hidrolisa yang disebut dekstrin. Hanya sebagian kecil amilum yang dapat
dicema di dalam mulut, oleh karena itu sebaiknya makanan dikunyah lebih lama untuk
memberi kesempatan lebih banyak pemecahan amilum di rongga mulut.
Uji Musin yang dilakukan pada air liur dihasilkan reaksi positif dengan terbentuknya
endapan berwarna putih pada dasar tabung reaksi (gambar 3). Uji Musin menunjukkan bahwa
air liur mengandung musin.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, Dedi, 2002, Panduan Pengolahan Pangan yang Baik bagi Industri Rumah
Tangga,Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Hart, H., craine, L.E. and Hart. D.J. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Erlangga. Jakarta
Prescott, L. M., Harley, J. P., Klein, D. A., 2003, Microbiology, Edisi 5, 683, USA,
Mc Graw-Hill Book Company, Inc.
Amerongen AVN. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah : Arti Bagi Kesehatan Gigi. Surabaya :
Gadjah Mada University Press.
Gaman & Sherrington. 1992. Ilmu Pangan. Surabaya: Gadjah Mada University press.
LINK YOUTUBE
https://www.youtube.com/watch?v=Jiu6M5sdrLM
https://www.youtube.com/watch?v=MBnrCYoKeE4&t=84s
https://www.youtube.com/watch?v=uAMnO5sIMFM