Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Gigi dapat menahan berbagai macam proses fisik dan kimia dalam

lingkungan rongga mulut khususnya, serangan kimia dari makanan yang bersifat

asam atau produk metabolisme bakteri yang dapat menyebabkan demineralisasi

dari email gigi. Email gigi merupakan struktrur terkeras dari tubuh manusia yang

berbentuk aselular, yang memiliki lebih dari 96% mineral dan tidak dapat di susun

ulang ketika terjadi demineralisasi.1


Karies gigi merupakan sebuah infeksi, penyakit menular yang

menyebabkan demineralisasi dan hancurnya struktur gigi yang disebabkan oleh

asam yang diproduksi bakteri.1,2 Jumlah bakteri streptococcus mutans dalam

saliva dapat digunakan untuk mengevaluasi resiko karies. Kemampuan saliva

untuk buffer asam mempunyai peranan penting untuk mempertahankan kadar pH

dalam rongga mulut. Ion bicarbonate memainkan peranan utama dalam

menentukan pH dan kapasitas buffer dari saliva yang membantu gigi dari

serangan asam yang diproduksi bakteri.3 bakteri dapat memfermentasi gula dan

senyawa karbohidrat dari makanan yang kita makan untuk memproduksi asam

laktat dan senyawa asam rantai organik lainnya. Jika konsentrasi asam menurun

hingga pH 5,5 maka email gigi akan terlarut.1


Saliva mempunyai peranan penting lainnya yaitu mempertahankan

integritas dari jaringan gigi yang disebabkan oleh adanya ion kalsium, ion fosfor

serta ion inorganik lainnya yang juga diketahui dapat membantu proses

remineralisasi dari gigi yang mengalami proses demineralisasi pada emailnya.

1
Sehingga kalsium dan fosfor dalam saliva dapat membentuk mekanisme

pertahanan natural terhadap kelarutan gigi akibat asam.3

2
BAB II

PERAN SALIVA

Saliva mempunyai banyak fungsi antara lain untuk melembabkan dan

lubrikasi, perasa dan pembau, membantu pencernaan, proteksi mukosa oral dan

esofagus, serta proteksi gigi geligi.4,5 untuk proteksi gigi geligi, saliva mempunyai

peran untuk proteksi gigi terhadap abrasi,erosi,atrisi dan karies gigi.

II.1 Acquired enamel pellicle

Salah satu fungsi penting saliva adalah pembentukan formasi dari

acquired pellicle yang struktur utamanya terdiri dari protein dan sedikit lemak

yang melapisi seluruh email dan dentin atau sementum jika lapisan emailnya

sudah hilang akibat demineralisasi. Ketika pertama kali ditemukan, acquired

pellicle diduga hanya terbentuk dari protein saliva saja, tetapi dengan bantuan

teknik proteomic, pada penelitian in vivo 2 jam setelah email dipoles secara

cermat terbentuk lapisan pellicle yang terdiri dari 130 jenis protein yang berbeda,

89 diantaranya terdapat dalam 3 atau lebih penelitian mengenai hal ini. Tetapi

sebagian besar proteinnya merupakan derivat dari protein saliva.


Acquired pellicle kembali terbentuk setelah permukaan email yang bersih

terpapar oleh cairan saliva. Kemampuan yang luar biasa dari saliva ini mampu

membuat lapisan protein baru secara langsung pada lapisan email yang terekspos

menjadikan acquired pellicle merupakan pelumas terbaik yang terus menerus

diperbaharui, bahkan acquired pellicle telah terbukti dapat mengurangi friksi

3
antara gigi antagonis sebesar 20-fold sehingga mampu melindungi email dari

abrasi dan atrisi.4

II.2 Saliva clearence

Salah satu fungsi yang utama dari saliva adalah untuk memfasilitasi

pembersihan makanan, minuman, dan debris makanan dari mulut. Volume saliva

sebelum dan sesudah penelanan rata-rata 1,1 L dan 0,8 L. Orang-orang dengan

saliva yang sedikit akibat perawatan radiasi seperti pada pasien Sjogren syndrome

atau obat-obatan yang menginduksi disfungsi kelenjar saliva, mempunyai tingkat

saliva clearance yang sangat rendah. Mereka lebih rentan terkena karies akibat

retensi gula yang lebih lama pada rongga mulut dan gula merupakan stimulus

lemah untuk aliran saliva. Sebaliknya, asam merupakan stimulus yang sangat baik

untuk aliran saliva dalam rongga mulut dan biasanya respon terhadap asam tetap

bertahan pada pasien yang mengalami hiposalivasi.


Untuk komponen anti karies seperti fluoride dalam pasta gigi, retensi yang

lama pada rongga mulut sangat diharapkan untuk memaksimalkan efeknya, oleh

karena itu setelah menyikat gigi sebaiknya jangan langsung berkumur-kumur

dengan air.4

II.3 Komponen anorganik, inorganik saliva, erosi dan karies gigi

2.3.1 Komponen Organik

Komponen organik yang terkandung di dalam saliva terutama adalah protein.

Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-Amilase, polisakarida, protein

kaya prolin, dan musin (Saputri, 2010). Protein memiliki fungsi protektif terhadap

4
antimikroba, lubrikasi, dan pencernaan. Seluruh aktivitas tersebut berperan dalam

integritas fungsional rongga mulut dan mendukung proteksi melawan penyakit-

penyakit rongga mulut (Almeida, 2008). Selain itu ada komponen lain seperti

urea, uric acid, glukosa, asam amino, asam laktat dan asam lemak (Amerongen,

1991). Makromolekul yang juga ditemukan di dalam saliva seperti protein,

amilase, peroksidase, thiocynate, lisozym, lemak, IgA, IgM, dan IgG (Rensburg,

1995).

α-Amylase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan

karbohidrat yang lebih kecil, juga karena α-Amylase, polisakarida dapat mudah

dicerna (Panchbhai, 2010).

Lisozyme merupakan agen antimikroba (Bakteri Gram positif dan

Candida). Lisozim adalah suatu larutan enzim yang terdapat di dalam cairan

sekresi eksokrin, seperti ASI, air mata, keringat, lendir hidung, dan cairan mulut.

Lisozim ludah terutama berasal dari glandula submandibularis, sublingualis, dan

parotis serta disekresi pula dalam jumlah kecil oleh kelenjar-kelenjar bibir. Enzim

ini mampu membuat bakteri tidak berdaya dengan menyerang dinding selnya,

menghidrolisis komponen-komponen dinding sel mikrorganisme Gram-positif

tertentu, sehinga bakteri kehilangan cairan selnya dan akhirnya mati. Lisozim ini

bersifat bakterisid karena mematikan bakteri (Amerongen, 1991).

Kalikrein, dapat merusak sebagian protein tertentu, diantaranya faktor

pembekuan darah XII, dengan demikian berguna bagi proses pengentalan darah.

Laktoperoksidase merupakan enzim yang terdapat di dalam ludah, yang

bekerja sama dengan tiosianat (SCN-) dan hidrogen peroksida (H2O2) dalam

5
menghambat pertukaran zat dan pertumbuhan bakteri tertentu, seperti Lactobacili,

Staphylococus aureus, Streptococus mutans, dan Escherichia coli, sehinga enzim

ini bersifat bakteriostatik. Tiosianat dengan pengaruh laktoperoksidase dioksidasi

oleh hidrogen peroksida menjadi hipotiosianit.

(OSCN-) = SCN- + H2O2 OSCN- + H2O

OSCN- mengakibatkan hambatan yang hampir sempurna terhadap

produksi asam yang dirangsang oleh glukosa dalam plak yang berumur 1 hari. Hal

ini menunjukan bahwa OSCN- mempunyai pengaruh dalam menghambat

metabolisme bakteri(Amerongen, 1991).

Protein kaya-prolin membentuk suatu kelas protein, fungsinya: bahan

penghambat pertumbuhan kristal, dapat menggumpalkan bakteri-bakteri tertentu,

serta membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi (Amerongen, 1991).

Musin membuat saliva menjadi pekat sehinga tidak mengalir seperti air,

karena musin mempunyai selubung air dan terdapat pada semua permukaan

mulut, sehingga dapat melindungi jaringan mulut dari kekeringan. Musin juga

berperan dalam aktivitas membentuk makanan menjadi bolus (Sonneson, 2011).

Selain komponen-komponen yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat

pula Imunoglobulin yang terlibat dalam sistem antibodi, laktoferin yang mengikat

ion-ion Fe3+, serta gustin yang mempunyai fungsi dalam proses pengecapan

(Amerongen, 2011).

Meskipun protein di atas secara kuantitatif termasuk komponen penting

saliva, masih terdapat puluhan protein lain, misalnya terdapat banyak enzim yang

6
dapat merusak protein saliva. Hasil perusakan itu akan digunakan untuk mediasi

pertumbuhan bakteri (Amerongen, 1991).

Tabel 1
Komponen dari saliva

2.3.2 Komponen Inorganik


Komponen inorganik yang penting yang ditemukan di dalam saliva yaitu

ion-ion seperti Ca2+, Mg, F, HCO3, K+, Na+, Cl-, NH4 (Rensburg, 1995). Na+ dan

K+ mempunyai konsentrasi yang tertinggi dalam saliva. Cl- penting untuk aktivitas

enzimatik α-Amylase. Kebanyakan fosfat dijumpai sebagai fosfat anorganik

(90%). Ca2+ sebagai di dalam serum sebanyak 50% terikat pada protein. Kalsium

dan fosfat dalam saliva penting untuk remineralisasi email. Kadar Flour (F) dalam

saliva dipengaruhi oleh konsentrasi flour dalam air minum dan makanan.

Thiocynate (CNS-) penting sebagai antibakteri dalam kerjasama dengan sistem

7
laktoperoksidase. Bikarbonat adalah ion buffer terpenting dalam saliva, di dalam

saliva yang terstimulasi, ion ini menghasilkan 85% dari kapasitas buffer dan

sistem fosfat(Amerongen, 1991).

Komponen inorganik utama dari saliva adalah kalsium, posfat, dan

bikarbonat.6 ion kalsium dan posfat merupakan kompenen penting dalam

mencegah demineralisasi serta mendorong terjadinya remineralisasi. 5 Konsentrasi

kalsium dan posfat yang banyak dalam aliran saliva menyebabkan saliva menjadi

kental dan membentuk hydroxiapatite, mineral utama pada enamel dan dentin.

Ketiadaan makanan dan minuman dalam mulut juga menyebabkan tidak adanya

kecenderungan gigi yang larut dalam saliva. Kenyataannya malah sebaliknya,

pertumbuhan dari crystal hydroxiapatite terhambat oleh acquired pellicle enamel.

Gambar PERAN SALIVA-1 Rumus kimia HAP

jika pH saliva menurun pada lokasi tertentu dari gigi akibat adanya asam,

ion hidrogen akan melepas ion PO4 3- dan OH- seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar PERAN SALIVA-1 Proses lepasnya ion posfat dalam berbagai tingkat pH

Apabila konsentrasi ion PO43- dan ion OH- berkurang seperti produk ionic

yang berkurang dibawah produk kelarutan untuk mineral gigi maka akan terjadi

demineralisasi yang ditandai dengan erosi dari gigi.

8
Gambar PERAN SALIVA-2 Proses erosi gigi

Ion posfat berperan dalam saliva sebagai buffer melawan asam, tetapi

konsentrasi posfat akan berkurang akibat aliran saliva yang distimulasi oleh asam

dan akan sangat berkurang untuk memberikan efek buffer. Berbeda dengan posfat,

ion bikarbonat dalam saliva berperan sebagai buffer yang sangat baik karena

konsentrasinya akan bertambah seiring dengan bertambahnya aliran saliva yang

disekresikan oleh kelenjar saliva mayor tetapi tidak pada kelenjar saliva minor.7

Gambar PERAN SALIVA-3 sistem buffer ion posfat

Konsentrasi flouride di dalam saliva hanya sekitar 1µmol/L tetapi cukup

untuk membuat saliva tetap kental demi terbentuknya flouroapatite pada gigi

akibat adanya asupan makanan, minuman ataupun produk kesehatan mulut yang

mengandung flouride. Meskipun normalnya saliva menjadi jenuh sehubungan

dengan HAP dan flouroapatite, mineral ini tidak mengendap pada saliva karena

saliva mengandung protein khusus, seperti statherin yang mempunyai kemampuan

9
menempel pada partikel yang sangat kecil dari kristal HAP dan flouroapatite yang

memperlambat pertumbuhan HAP dan flouroapatite.4


Ketika tidur aliran saliva dalam mulut sangat kecil bahkan tidak ada sama

sekali (pukul 23.00 – 07.10)8 yang mempengaruhi konsentrasi bikarbonat dan pH

dalam mulut juga sangat berkurang yang mengakibatkan kekentalan saliva juga

menjadi berkurang sehingga berdampak pada mineral gigi pada waktu tidur.4
Karies gigi dimulai ketika asam mengikis mineral dari gigi yang dimulai

oleh mikroorganisme yang bersifat asidogenik dalam plak yang terpapar oleh

karbohidrat yang telah terfermentasi. Orang yang mengalami hyposalivasi sangat

rentan terhadap karies karena kehilangan bahan unsur pelindung yang terdapat

dalam saliva. Berkurangnya aliran saliva menghambat pembersihan glukosa oral

dan juga meniadakan kemampuan buffer saliva pada plak yang asam.4

10
BAB III

INTERAKSI KIMIA ANTARA GIGI DAN JARINGAN MULUT

Etiologi karies gigi telah diketahui secara detail dan luas, tetapi proses

fisiko-kimia yang berujung pada proses demineralisasi dari dentin dan enamel

biasanya kurang diperhatikan. Hampir semua flora normal pada manusia

mempunyai mikroorganisme yang dapat memfermentasi karbohidrat yang dapat

menghasilkan produk-produk berupa asam. Produksi asam oleh mikroorganisme

yang berada dalam plak gigi berlanjut hingga substrat karbohidrat di metabolisme.

Gambar INTERAKSI KIMIA ANTARA GIGI DAN JARINGAN MULUT-2 Derajat


Saturasi

11
Diketahui pula pH dari plak beranjak dari asam menuju normal (atau level

istirahat) selama beberapa menit dan tergantung oleh adanya saliva. Hal ini

disebabkan terutama oleh karbonat dan posfat yang merupakan pH buffering

agent pada saliva. Pada dasarnya, keseimbangan terjadi dalam plak gigi dimana

pH dari plak berkurang setiap waktu akibat manusia mengkonsumsi makanan

ringan atau makanan berat yang mengandung karbohidrat; dan setelah itu pH

kembali ke level istirahat akibat adanya saliva.9 Saliva merupakan pelindung

utama dari gigi yang kental dan kaya akan mineral dari gigi. Saliva mengandung

kadar kalsium yang tinggi dan kadar posfat yang tinggi yang membuat enamel

gigi menjadi tahan dari proses remineralisasi.9

Gambar INTERAKSI KIMIA ANTARA GIGI DAN JARINGAN MULUT-3 proses


remineralisasi-demineralisasi dalam plak gigi

Enamel gigi merupakan struktur terkeras dari tubuh manusia dengan

ketebalan 1-3 mm yang melindungi struktur dentin dan rongga pulpa. Enamel

terdiri dari 96% kristal HAP dan sisanya merupakan struktur organik (0,6%) dan

3,5% air untuk enamel yang telah matang. 10 Komponen mineral enamel berkurang

selama proses pematangan enamel dan bervariasi tergantung dari kondisi lokal

serta asupan makanan. Sodium, magnesium, karbonat, dan fluor terkandung lebih

banyak pada permukaan enamel daripada tonjol gigi.11

12
Terdapat 2 penyebab meningkatnya kelarutan enamel dalam asam. Yang

pertama, ion hidrogen menghilangkan ion hidroksil untuk membentuk air; H+ +

OH-  H2O. Akibat meningkatnya ion H+ pada keadaan asam, maka ion OH- akan

berkurang secara timbal balik. Yang kedua, ion posfat pada segala jenis cairan

seperti cairan saliva atau cairan plak hadir dalam 4 bentuk yaitu

PO43-,HPO42-,H2PO4-,H3PO4 dan proporsi keempat bentuk ini tergantung dari pH.

Semakin kecil pH maka konsentrasi ion PO43- semakin berkurang seperti pada

gambar dibawah ini.

Gambar INTERAKSI KIMIA ANTARA GIGI DAN JARINGAN MULUT-4 Konsentrasi


empat bentuk posfat pada pH yang berbeda-beda

Bila pH diatas “critical level” cairan plak akan menjadi jenuh sehubungan

dengan adanya HAP, dan sebaliknya jika berada dibawah “critical level” (yaitu

13
pada pH 4,5-5,5)12 cairannya akan menjadi tidak jenuh lalu biasanya akan

terbentuk karies pada keadaan ini seperti dijelaskan pada gambar dibawah ini.

Gambar INTERAKSI KIMIA ANTARA GIGI DAN JARINGAN MULUT-5 Efek pH plak
gigi

14
Gambar INTERAKSI KIMIA ANTARA GIGI DAN JARINGAN MULUT-6 Stephan Curve

BAB IV

PEMBAHASAN

Peran cairan saliva dalam rongga mulut sangat banyak antara lain sebagai

pelembab, lubrikasi, pengecap dan pembau, serta yang paling penting untuk

kesehatan gigi yaitu sebagai agen proteksi terhadap gigi tersebut. Saliva

mempunyai peran untuk membentuk pelikel sebagai proteksi gigi dari asam serta

abrasi akibat tekanan kunyah. Pelikel tersebut terbentuk setelah manusia

membersihkan gigi dan mulut. Fungsi saliva yang lain adalah sebagai pembersih

setelah manusia makan dan minum. Hal ini dapat mengurangi angka kejadian

karies jika manusia mempunyai volume saliva yang normal dan akan menjadi

rentan karies akibat volume saliva berkurang akibat obat-obatan atau penyakit.
Komponen inorganik saliva seperti kalsium, posfat, hidroksil, fluoride,

bikarbonat merupakan mineral penting yang terdapat dalam saliva. Contohnya ion

kalsium, posfat serta ion hidroksil mampu membentuk struktur HAP yang penting

bagi gigi untuk terjadinya remineralisasi akibat asam yang dihasilkan oleh

mikororganisme yang terdapat dalam rongga mulut yang mempunyai kemampuan

untuk memfermentasikan karbohidrat menjadi asam. Apabila kondisi mulut

menjadi asam makan ion posfat dan ion hidroksil menjadi berkurang sehingga

kemampuan buffer saliva juga menjadi berkurang, hal ini terjadi akibat manusia

mengkonsumsi diet yang mengandung kabohidrat (sukrosa).


Lain hal dengan ion posfat dan hidroksil yang berkurang akibat asam, ion

bikarbonat menjadi bertambah seiring dengan aliran saliva yang bertambah akibat

15
stimulasi dari asam. Ion bikarbonat merupakan buffer agent yang sangat baik yang

hanya disekresikan dari kelenjar air liur mayor. Sedangkan ion fluoride berfungsi

untuk menjaga kekentalan saliva serta membentuk komponen fluoroapatite akibat

konsumsi makanan, minuman serta produk kesehatan mulut yang mengandung

fluoride.
Karies pada gigi merupakan proses demineralisasi struktur enamel dan

dentin yang diakibatkan oleh proses fisiko-kimia. Terdapat 2 tahap dalam

kelarutan enamel oleh asam. Yang pertama, terikatnya komponen ion hidroksil

oleh ion hidrogen sehingga menghasilkan komponen air yang dapat mengurangi

kekentalan saliva. Yang kedua, berubahnya ion posfat akibat berikatan dengan ion

hidrogen dalam beberapa tahapan perubahan pH dalam plak gigi. Kedua hal

tersebut dapat menyebabkan awal proses terjadinya karies gigi karena pH plak

yang menempel pada gigi dibawah 5.

16
BAB V

KESIMPULAN

Saliva mempunyai peran dalam mencegah ataupun menyebabkan karies

gigi dalam rongga mulut. Hal ini tercermin dalam proses demineralisasi dana

remineralisasi gigi. Harus terdapat suatu keseimbangan dalam kedua hal tersebut

untuk mencegah terjadinya karies gigi. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk

menyikat gigi 30 menit setelah makan agar buffering effect saliva dapat bekerja

untuk proses remineralisasi serta sebelum tidur akibat tidak adanya atau sedikit

sekali sekresi saliva pada saat tidur (pukul 23.00 – 07.10).

17
DAFTAR PUSTAKA

PERAN SALIVA DAN INTERAKSI KIMIA ANTARA GIGI DAN


CAIRAN MULUT

OLEH:
Firdaus Taufik 160421180004
Amila Yashni 160421190008

PEMBIMBING:
Dr. Hj. Meirina Gartika, drg., Sp.KGA

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

18
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019

19

Anda mungkin juga menyukai