Anda di halaman 1dari 3

Host (Gigi dan Saliva)

a. Gigi
Permukaan gigi yang ditutupi dengan pelikel dari endapan berbagai faktor pendukung,
seperti glikoprotein saliva, enzim, dan imunoglobulin adalah permukaan ideal untuk perlekatan
Streptococcus di rongga mulut. Jika dibiarkan, plak akan cepat terbentuk hingga kedalaman yang
cukup untuk menghasilkan lingkungan anaerob yang berbatasan dengan permukaan gigi. Plak
yang mengandung mikroorganisme ini merupakan awal bagi terbentuknya karies. Daerah
permukaan gigi yang mudah diserang karies adalah (Fajerkov 1997;Moreno et al 1999):
- Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar.
- Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak.
- Email pada tepian di daerah servikal gigi sedikit di atas tepi gingival.
- Permukaan servikal gigi.
- Tepi restorasi yang terbuka atau terdapat microleakage.
Email pada daerah proksimal adalah daerah yang juga rentan terhadap karies. Secara fisik
area tersebut terlindungi dan relatif bebas dari pengaruh pengunyahan, gerakan lidah, dan aliran
saliva. Jumlah dan jenis mikroorganisme yang membentuk komunitas plak pada daerah
proksimal bervariasi. Faktor penentu ekologi yang penting bagi komunitas plak pada daerah
proksimal adalah topografi permukaan gigi, ukuran dan bentuk papila gingiva, dan kebersihan
mulut pasien. Permukaan gigi yang kasar (yang disebabkan oleh karies, restorasi berkualitas
buruk [baru atau lama], atau terjadi kerusakan struktural) membatasi pembersihan plak secara
adekuat Hal ini menyebabkan retensi plak sampai pada tahap selanjutnya yang mendukung
terjadinya karies atau penyakit periodontal pada jaringan. Lesi yang tampak pada permukaan ini
ditemukan pada tahap yang relatif sudah terlambat yaitu pada saat lesi telah mencapai dentin dan
terlihat sebagai daerah yang berwarna abu-abu kemerah-merahan di daerah ridge (Fajerkov
1997).
.
Gambar 4 a.Gigi yang mengalami karies, b. Area gigi yang mengalami karies (Sumber:
Sturdevant's art & science of operative dentistry-4th ed.)

Permukaan akar, khususnya di dekat garis servikal sering terpengaruh oleh tindakan
prosedur kebersihan seperti flossing karena kemungkinan memiliki kontur permukaan anatomi
yang konkaf (beralur). Kondisi ini, ketika terpapar oleh lingkungan mulut (sebagai akibat dari
resesi gingiva), dapat mendukung pembentukan plak. Daerah ini sulit untuk dibersihkan
sehingga permukaan ini sering menjadi tempat bagi plak yang menyebabkan terbentuknya karies
akar (Fajerkov 1997).
Karies akar merupakan hal yang mengkhawatirkan karena: (1) memiliki progres relatif
cepat, (2) sering asimtomatik, (3) lebih dekat ke pulpa, dan (4) lebih sulit untuk direstorasi
(Fajerkov 1997).

b. Saliva
Pengertian saliva pada umumya adalah suatu cairan rongga mulut yang kompleks yang
terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral.
Saliva sangat berperan dalam membersihkan rongga mulut. Saliva yang terbentuk di rongga
mulut sekitar 90% dihasilkan oleh kelenjar submaksiler dan kelenjar parotis, 5% oleh kelenjar
sublingual, dan 5% lagi oleh kelenjar-kelenjar saliva yang kecil. Pada individu yang sehat, gigi
geligi secara terus-menerus terendam dalam saliva (resting saliva) sampai sebanyak 0,5 ml yang
akan membantu melindungi gigi, lidah, membrana mukosa mulut, dan orofaring (Moreno et al.
1999;Grange & Davey 1990).
Kecepatan sekresi stimulasi saliva normal pada orang dewasa adalah 1 - 2 ml tiap menit.
Pada orang yang menderita gangguan fungsi kelenjar saliva yang berat misalnya xerostomia,
kecepatan sekresi ini bisa turun sampai kurang dari 0,1 ml per menit. Pada keadaan berkurangya
produksi saliva yang tidak begitu parah kecepatan sekresinya bisa berkisar antara 0,7 - 0,1 ml per
menit (Moreno et al. 1999).
Meskipun 99% dari saliva adalah air, sisanya merupakan komponen yang terdiri dari
bahan anorganik, bahan organik, dan molekul-molekul makro termasuk bahan-bahan anti
mikroba, sangat penting fungsinya untuk menjaga integritas jaringan mulut. Sangat penting
untuk diketahui dalam hubungan dengan terjadinya karies adalah kecepatan sekresi yang juga
akan mempengaruhi pH dan jumlah konstituen yang ada di dalamnya, dan selanjutnya juga akan
mempengaruhi kapasitas buffer-nya. Sedang adanya rangsangan sangat mempengaruhi kecepatan
sekresi dan komposisinya (Hill 1990; Chen 1993).
Secara teori saliva dapat mempengaruhi proses karies dalam berbagai cara, yaitu (Hill 1990;
Chen 1993):
 Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga
menaikkan tingkat pembersihan dalam rongga mulut.
 Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan F ke dalam plak dapat
menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi karies.
 Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan amonia dan urea dalam
saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH yang terjadi saat
mikroorganisme plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas volume dan buffer
saliva yang tersedia untuk permukaan gigi memiliki peran besar dalam perlindungan
karies.
 Kapasitas buffer saliva terutama ditentukan oleh konsentrasi ion bikarbonat. Manfaat
dari buffer adalah untuk mengurangi potensi pembentukan asam.
 Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti
lysozyme, laciopet-oxydase, dan lactoferrin mempunyai daya anti mikroorganisme
yang langsung terhadap mikroflora tersebut sehingga derajat asidogeniknya
berkurang.
 Molekul IgA disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat di dalam kelenjar liur,
sedangkan komponen protein lainnya diproduksi di lapisan epitel luar yang menutup
kelenjar. Kadar keseluruhan IgA di saliva berbanding terbalik dengan timbulnya
karies.
 Protein saliva dapat meningkatkan ketebalan acquired pellicle sehingga dapat
membantu menghambat pengeluaran ion fosfat dan kalsium dari email.

Anda mungkin juga menyukai