Anda di halaman 1dari 5

SALIVA

Definisi
Saliva merupakan cairan yang disekreksikan ke dalam
rongga mulut oleh tiga pasang kelenjar liur mayor
(parotis, submandibula, dan sublingual), kelenjar liur
minor, serta cairan dari sulkus gingiva. Saliva memiliki
aksi proteksi terhadap karies gigi dan karakteristik ini
bergantung terutama pada aksi pembersihan mekanis dan
netralisasi asam plak melalui sistem dapar.
Kondisi saliva di dalam rongga mulut bisa berada dalam
keadaan tidak terstimulasi atau dalam keadaan
terstimulasi. Saliva tidak terstimulasi adalah saliva yang
disekresikan ke dalam rongga mulut tanpa adanya
rangsang dari luar seperti rasa atau aktivitas mengunyah.
Sedangkan saliva terstimulasi adalah saliva yang
disekresikan sebagai respon terhadap rangsang dari luar.
Jumlah total saliva yang disekskresikan mencapai 5001200 ml/hari. Setengah dari jumlah tersebut dihasilkan
pada keadaan istirahat dan sisanya dihasilkan di bawah
pengaruh rangsang.
Komposisi
Kandungan air di dalam saliva mencapai 99%, sementara
sisanya berupa komponen yang tersusun atas bahan
organik, bahan anorganik, dan molekulmolekul makro,
termasuk
bahan-bahan
antimikroba.
Komponenkomponen tersebut berfungsi untuk menjaga integritas
jaringan di dalam rongga mulut. Komposisi dari masingmasing komponen penyusun saliva berbeda-beda pada
setiap individu, bergantung kepada jenis kelenjar yang
menghasilkannya; macam, lama, dan jenis rangsang;
kecepatan aliran saliva, makanan, ritme biologi,
obatobatan, dan beberapa penyakit tertentu yang dapat
mempengaruhi saliva. Bahan organik yang menyusun
saliva terdiri dari urea, glukosa bebas,
asam amino bebas, asam lemak, dan laktat. Sementara itu
bahan anorganik saliva terdiri dari sejumlah besar
kalsium (Ca2+), klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3 -),
natrium (Na+), kalium (K+), amonium (NH4 +), dan
asam fosfat (H2PO4 dan HPO4 2-); serta sedikit
magnesium (Mg2+), sulfat, iodida, dan fluoride (F-).

Sedangkan makromolekul penyusun saliva terdiri dari


protein, gula glikoprotein, lemak (kolesterol, trigliserida,
lesitin, dan fosfolipid), amilase, lisozim, peroksidase, dan
imunoglobulin (IgA, IgG, dan IgM).
Fungsi
Saliva di dalam rongga mulut berfungsi tidak hanya
membantu dalam pengunyahan, tetapi juga memiliki aksi
pelindung, yaitu menjaga kesehatan gigi dan mulut.8
Saliva melindungi jaringan di dalam rongga mulut
melalui pembersihan mekanis, melapisi setiap jaringan di
dalam rongga mulut, pengaruh dapar, dan aktivitas
antibakteri
Viskositas
Saliva
Viskositas saliva dipengaruhi oleh musin karena adanya
glikoprotein bermolekul tinggi di dalamnya. Musin ini
berasal dari sel-sel asinar kelenjar saliva dan tidak
dijumpai di dalam sel-sel asinar serus dan sel-sel asinar
duktus. Selain mempengaruhi viskositas saliva, musin
juga berfungsi dalam mempermudah penelanan dan
angkutan makanan, membasahi permukaan gigi dan
mukosa
sehingga
terhindar
dari
kekeringan,
mempermudah artikulasi, serta melindungi mukosa
terhadap infeksi bakteri dengan pembentukan lapisan
lendir yang sukar ditembus dan dirusak oleh bakteribakteri.
Dalam keadaan istirahat, viskositas saliva sebaiknya
dalam keadaan kental dan dapat mengalir agar dapat
bertahan cukup lama di dalam rongga mulut.
Sedangkan dalam keadaan berfungsi, viskositas saliva
sebaiknya dalam keadaan encer dan dapat mengalir agar
dapat memberikan lubrikasi yang baik di dalam rongga
mulut.
Kecepatan
Aliran
Saliva
Kecepatan aliran saliva menunjukkan variasi diurnal
dengan kecepatan tertinggi terjadi pada saat siang hari
dan kecepatan terendah pada saat tidur. Pada saat tidur,
kelenjar saliva mayor sebenarnya tidak mengeluarkan
saliva. Untuk menjaga lubrikasi mukosa di dalam rongga
mulut pada malam hari, tubuh hanya memanfaatkan
saliva yang dikeluarkan oleh kelenjar saliva minor.

Dalam keadaan normal, kecepatan aliran saliva berada


dalam rentang 0,3- 0,4 ml/menit ketika saliva tidak
terstimulasi. Beberapa faktor yang berperan dalam
mempengaruhi kecepatan aliran saliva saat tidak
terstimulasi adalah derajat hidrasi, posisi tubuh,
pemaparan terhadap cahaya, stimulasi sebelumnya, ritme
biologis, dan obat-obatan.Sementara itu, kecepatan aliran
saliva ketika terstimulasi akan meningkat, yaitu berada
dalam rentang 1,5-2 ml/menit. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kecepatan aliran saliva saat terstimulasi
adalah asal stimulus, pengunyahan, muntah, merokok,
ukuran kelenjar saliva, indera penciuman dan
pengecapan, asupan makanan, faktor emosi-psikis, dan
usia.
Kecepatan aliran saliva dapat mempengaruhi aksi
proteksi saliva. Stimulasi kelenjar saliva melalui
pengunyahan dapat meningkatkan kecepatan aliran saliva
sehingga mendukung pembersihan makanan dari mulut.
Semakin cepat aliran saliva, semakin cepat karbohidrat
dapat dibersihkan dari dalam rongga mulut serta semakin
efektif saliva dalam mengurangi demineralisasi dan
meningkatkan remineralisasi gigi. Selain itu, konsentrasi
berbagai komponen dalam saliva juga dapat dipengaruhi
oleh kecepatan aliran saliva. Konsentrasi amilase,
natrium, klorida, dan bikarbonat berbanding lurus dengan
kecepatan aliran saliva, sedangkan konsentrasi kalium,
fosfor, dan sekret IgA berbanding terbalik dengan
kecepatan
aliran
saliva.
Dengan demikian, jika kecepatan aliran saliva rendah,
kemampuan saliva dalam membersihkan rongga mulut
terhadap susbtrat makanan kariogenik akan menurun.
Selain itu, jumlah dapar di dalam saliva juga akan
menurun sehingga kemampuan saliva dalam menetralisasi
asam organik yang terbentuk dari fermentasi gula juga
akan berkurang.
Kapasitas
Dapar
dan
pH
Saliva
Kapasitas dapar dan pH saliva dapat dipengaruhi oleh
susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit dalam saliva
itu sendiri. Perbandingan antara asam dan konjugasi
basanya, terutama konsentrasi bikarbonat saliva, akan
menentukan nilai pH dan kapasitas dapar saliva.22
Dalam kondisi normal, pH saliva tidak terstimulasi
memiliki nilai rata-rata 6,7 dalam rentang berada di antara

6,4 sampai dengan 6,9. Konsentrasi bikarbonat pada


saliva yang tidak terstimulasi tidak begitu besar, paling
tinggi hanya mencapai 50% dari kapasitas dapar total;
sedangkan konsentrasi bikarbonat pada saliva terstimulasi
cukup besar, mencapai 85% dari keseluruhan kapasitas
dapar saliva.

Bikarbonat merupakan ion dapar terpenting di dalam


saliva dan ion ini akan menentukan sebagian besar
kapasitas dapar dan derajat asam saliva. Pada saliva
terstimulasi, ion ini menghasilkan 85% dari keseluruhan
kapasitas dapar saliva.
2. Kalsium dan fosfat

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai pH


saliva antara lain:
a. Diet (makanan)
Adanya material eksogen berupa karbohidrat yang dapat
difermentasi dengan cepat seperti gula dapat menurunkan
kapasitas dapar saliva sehingga metabolisme bakteri
dalam menghasilkan asam akan meningkat. Sedangkan
makanan yang kaya akan protein memiliki efek yang
dapat meningkatkan kapasitas dapar saliva melalui
pengeluaran zat-zat basa seperti amonia.

Ion kalsium dan fosfat menjaga saturasi saliva terhadap


mineral gigi. Oleh karena itu, ion-ion ini penting dalam
melindungi gigi terhadap perkembangan karies. Sistem
fosfat menghasilkan 15% dari keseluruhan kapasitas
dapar saliva. Namun sistem fosfat ini tidak berperan besar
terhadap kapasitas dapar pada keadaan saliva terstimulasi
karena konsentrasi fosfat menurun pada kecepatan aliran
saliva yang tinggi. Sistem fosfat memberikan kapasitas
dapar paling signifikan pada saat saliva tidak terstimulasi
dan di awal pemaparan asam.
3. Protein

b. Penurunan kapasitas dapar saliva


Penurunan kapasitas dapar dapat terjadi pada orang tua,
penderita penyakit sistemik, dan pengguna obat-obatan
tertentu. Selain itu, kapasitas dapar dan sekresi saliva
pada wanita biasanya lebih rendah dibandingkan pada
pria.
c. Ritme biologis (irama siang-malam)
Kapasitas dapar dan pH saliva yang tidak terstimulasi
memiliki nilai terendah pada saat tidur dan nilai tertinggi
saat segera setelah bangun, kemudian nilai ini bervariasi
setelahnya. Sedangkan pada kapasitas dapar dan pH
saliva yang terstimulasi, jam setelah stimulasi
keduanya memiliki nilai paling tinggi, dan dalam kurun
waktu 30-60 menit kemudian akan kembali turun.
Kapasitas dapar saliva berperan dalam menetralisasi asam
plak. Besarnya kapasitas dapar dalam saliva tergantung
oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Bikarbonat

Konsentrasi protein di dalam saliva hanya 1/30 dari


plasma sehingga terlalu sedikit asam amino yang dapat
memberi efek dapar yang signifikan pada pH normal di
rongga mulut. Kandungan protein di dalam saliva hanya
merupakan tambahan sekunder pada kapasitas dapar
saliva melalui efek alkali dan penghancuran enzimatik
terhadap bakteri di dalam rongga mulut.
4. Urea
Kandungan urea di dalam saliva dapat digunakan oleh
mikroorganisme di dalam rongga mulut untuk
menghasilkan amonia. Produksi amonia ini dapat
menetralkan hasil akhir metabolisme bakteri sehingga pH
dapat meningkat.

Sekresi Saliva
Mekanik

Sekresi kelenjar ludah, menurut Amerongen


(1991), dapat dirangsang dengan cara-cara mekanis.
Contohnya adalah dengan mengunyah. Sekresi saliva
tanpa disertai rangsang mengunyah adalah 0,03-0,05
ml/menit/glandula, sedangkan sekresi saliva yang disertai
dengan rangsang mengunyah dapat bervariasi atau lebih
banyak. Pada sebuah jurnal penelitian di sebutkan
mengenai aliran saliva yang dirangsang dengan, stimulasi
mekanik dari bahan makanan buatan (chewing inert
materials), atau mengunyah makanan alami (natural
foods), ditemukan bahwa konsistensi dan volume
makanan juga berpengaruh terhadap aliran saliva.
Makanan yang membutuhkan daya kunyah besar atau
makanan yang rasanya cukup mencolok dapat
meningkatkan aliran saliva dan juga mengubah
komposisinya.
Rangsangan mekanik seperti mengunyah dapat
menimbulkan refleks saliva sederhana (tidak terkondisi).
Reflex saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu
kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga
mulut berespons terhadap adanya makanan. Sewaktu
diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di
serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat
saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian
mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke
kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva.
Tindakan-tindakan gigi mendorong sekresi saliva
walaupun tidak terdapat makanan karena adanya
manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di
mulut.
Rangsang mekanik pada sekresi saliva juga
berhubungan dengan fungsi saliva yaitu, membantu
proses pencernaan makanan. Pada saat mengunyah
sekresi saliva lebih banyak karena saliva mengandung
enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah yang
dikeluarkan untuk mengubah tepung dan glikogen
menjadi kesatuan karbohidrat yang lebih kecil. Selain itu
juga berhubungan dengan fungsi saliva sebagai selfcleansing. Pada orang yang memiliki kebiasaan
mengunyah pada satu sisi, sisi yang tidak digunakan
cenderung akan lebih kotor daripada sisi yang digunakan
untuk mengunyah, ditandai dengan banyaknya akumulasi
plak dan biasanya banyak terbentuk karang gigi. Kondisi

ini disebabkan karena gerakan pengunyahan dan


keberadaan makanan akan menstimulasi kelenjar saliva.
Hal ini juga menjelaskan mengapa pada saat orang
sedang berpuasa mulut terasa kering, karena hampir sama
sekali tidak ada gerakan mengunyah dan tidak adanya
makanan yang merangsang keluarnya saliva.
Kimiawi
Selain mekanik, sekresi saliva juga dipengaruhi
oleh factor kimiawi, seperti rangsangan asam, manis,
pedas atau pahit. Yang sering meningkatkan sekresi saliva
adalah rangsangan dalam bentuk asam. Makanan yang
mengandung karbohidrat atau asam yang sering
dikonsumsi akan menyebabkan keasaman dalam mulut
meningkat, sedangkan jaringan gigi dapat larut dalam
keadaan asam. Dalam hal ini saliva sangat berperan
dalam mengatur keasaman pH rongga mulut, di mana
saliva bertindak sebagai buffer.
Kapasitas buffer saliva merupakan faktor
penting, yang memainkan peran dalam pemeliharaan pH
saliva, dan remineralisasi gigi. Kapasitas buffer saliva
pada dasarnya tergantung pada konsentrasi bikarbonat.
Hal tersebut berkorelasi dengan laju aliran saliva, pada
saat laju aliran saliva menurun cenderung untuk
menurunkan kapasitas buffer dan meningkatkan resiko
perkembangan karies.
Hasil percobaan pada suatu jurnal penelitian
disebutkan bahwa rata-rata volume saliva tertinggi di
dapatkan setelah mendapat stimulasi dengan asam sitrun
(1,4 ml/menit) sedangkan rata-rata volume saliva
terendah terjadi pada saat tanpa stimulasi/ kontrol (0,72
ml/menit) . Hasil yang di dapatkan pada percobaan ini
menguatkan teori bahwa stimuli asam dapat
meningkatkan sekresi saliva secara signifikan. Selain itu,
komposisi dan jumlah saliva yang dihasilkan memang
cukup bergantung pada tipe dan intensitas stimulus, pada
stimulus asam sitrun volume/ kapasitas sekresi saliva
memiliki volume tertinggi dibandingkan yang lain. (tanpa
stimulasi: 0,4 ml/menit12; daya pengunyahan: 0,85
ml/menit7; asam sitrun: 1,7 ml/menit7,12).

Produksi saliva

diperkirakan mendekati 1 liter


setiap hari dalam keadaan tidak distimulasi dan kecepatan
aliran saliva berfluktuasi sebanyak 50% sesuai dengan
ritme harian. Jumlah sekresi dipengaruhi oleh saraf
simpatis dan parasimpatis dan hal-hal yang merangsang
kerja kedua saraf tersebut.
Menurut Snow dan Wackym (2008) bahwa kelenjar
submandibular dan sublingual serta sebagian kelenjar
parotis memproduksi saliva sebanyak 500- 1500 ML
dalam sehari. Bila dalam keadaan tidak distimulasi secara
keseluruhan saliva yang dikeluarkan sebanyak 0,33
sampai 0,65 mL/menit. Produksi saliva ini dapat
ditingkatkan mencapai 1,7 mL/menit dengan cara
stimulasi. Sensasi mulut kering akan dirasakan bila
pengurangan produksi saliva mencapai 40%-50% dari
total jumlah saliva yang dikeluarkan. Stimulasi saliva
tergantung dari banyak faktor salah satunya adalah
mengunyah. Dengan mengunyah akan membantu dalam
meningkatkan produksi saliva
Dan rata rata volume air liur ketika istirahat adalah 1mL.
saliva istirahat ini berasal dari 60% kelenjar
submandibular, 5% kelenjar sublingual, 20% kelenjar
parotis dan 15% kelenjar kecil lainnya.

Definisi dan fungsi saliva


Saliva merupakan gabungan dari berbagai cairan dan
komponen yang diekskresikan ke dalam rongga mulut.
Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor
(parotid, submandibular, dan sublingual) serta sejumlah
kelenjar saliva minor, dan cairan dari eksudat ginggiva.11
Fungsi saliva antara lain, saliva memulai
pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja
amilase saliva yang merupakan suatu enzim
yang
memecah
polisakarida
menjadi
disakarida; saliva mempermudah proses
menelan dengan membasahi partikel-partikel
makanan sehingga saling menyatu serta
dengan menghasilkan mukus yang kental dan
licin
sebagai
pelumas;
memiliki
efek
antibakteri, pertama oleh lisozim yaitu enzim
yang melisiskan atau menghancurkan bakteri
tertentu dan kedua dengan membilas bahan
yang mungkin digunakan bakteri sebagai

sumber makanan; berfungsi sebagai pelarut


untuk molekul-molekul yang merangsang
papil pengecap; membantu mastikasi dan
berbicara karena adanya lubrikasi oral. Saliva
berperan penting dalam membantu menjaga
kesehatan mukosa mulut dengan adanya
growth factor untuk membantu dalam proses
penyembuhan luka. Aliran saliva yang terus
menerus
membantu
membilas
residu
makanan, melepaskan sel epitel, dan benda
asing. Penyangga bikarbonat di saliva
menetralkan asam di makanan serta asam
yang dihasilkan oleh bakteri di mulut,
sehingga membantu mencegah karies gigi.
Komposisi saliva
Saliva terdiri dari 94%-99,5% air, bahan organik, dan
anorganik. Komponen anorganik dari saliva antara lain
Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, SO42-, H+, PO4, dan
HPO42-. Komponen anorganik yang memiliki
konsentrasi tertinggi adalah Na+ dan K+. Sedangkan
komponen organik utamanya adalah protein dan musin.
Selain itu ditemukan juga lipida, glukosa, asam amino,
ureum amoniak, dan vitamin. Komponen organik ini
dapat ditemukan dari pertukaran zat bakteri dan makanan.
Protein yang secara kuantitatif penting adalah -amilase,
protein kaya prolin, musin, dan imunoglobulin.18
2.1.3 Mekanisme sekresi saliva
Saliva disekresi sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari.
Tingkat perangsangan saliva tergantung pada kecepatan
aliran saliva yang bervariasi antara 0,1 sampai 4
ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva
disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar
submandibularis (saliva kaya akan musin), sisanya
disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di
lapisan mukosa mulut.19 Sekresi saliva yang bersifat
spontan dan kontinu, tanpa adanya rangsangan yang jelas,
disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujungujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva
berfungsi untuk menjaga mulut dan tenggorokan tetap
basah setiap waktu.20
Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui reflek saliva
terstimulasi dan refleks saliva tidak terstimulasi. Refleks
saliva terstimulasi terjadi sewaktu kemoreseptor atau
reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespon

terhadap adanya makanan. Reseptor-reseptor tersebut


memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa
informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat
saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom
ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi
saliva. Gerakan mengunyah merangsang sekresi saliva
walaupun tidak terdapat makanan karena adanya
manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di
mulut. Pada refleks saliva tidak terstimulasi, pengeluaran
saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir,
melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang
lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks
ini.20

Stimulasi simpatis menghasilkan volume saliva yang jauh


lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukus.
Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva
dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada
biasanya saat sistem simpatis dominan, misalnya pada
keadaan stres.20
Jalur saraf parasimpatis untuk mengatur
pengeluaran saliva terutama dikontrol oleh
sinyal saraf parasimpatis sepanjang jalan dari
nukleus salivatorius
superior dan inferior batang otak (Guyton dan
Hall, 2008). Obyek-obyek lain
dalam mulut dapat menggerakkan refleks
saliva dengan menstimulasi reseptor
yang dipantau oleh nervus trigeminal (V) atau
inervasi pada lidah dipantau oleh
nervus kranial VII, IX, atau X. Stimulasi
parasimpatis akan mempercepat sekresi
pada semua kelenjar saliva, sehingga
menghasilkan produksi saliva dalam jumlah
banyak.

Laju aliran saliva sangat mempengaruhi kuantitas saliva


yang dihasilkan. Laju aliran saliva tidak terstimulasi dan
kualitas saliva sangat dipengaruhi oleh waktu dan
berubah sepanjang hari. Terdapat peningkatan laju aliran
saliva saat bangun tidur hingga mencapai tingkat
maksimal pada siang hari, serta menurun drastis ketika
tidur. Refleks saliva terstimulasi melalui pengunyahan
atau adanya makanan, asam dapat meningkatkan laju
aliran saliva hingga 10 kali lipat atau lebih.17, 21
Pada orang normal, laju aliran saliva dalam keadaan tidak
terstimulasi sekitar 0,3-0,4 ml/menit. Jumlah sekresi
saliva per hari tanpa distimulasi adalah 300 ml.
Sedangkan ketika tidur selama 8 jam, laju aliran saliva
hanya sekitar 15 ml. Dalam kurun waktu 24 jam, saliva
rata-rata akan terstimulasi pada saat makan selama 2 jam.
Lalu saliva berada dalam kondisi istirahat selama 14 jam,
dengan total produksi saliva 700-1500 ml. Sisanya
merupakan saliva dalam kondisi istirahat.17 Ketika saliva
distimulasi, laju aliran saliva meningkat hingga mencapai
1,5-2,5 ml/menit. Pasien disebut xerostomia jika saat
terstimulasi laju aliran saliva kurang dari 0,7 ml/menit.21
Aliran saliva distimulasi oleh rasa dan
pengunyahan, termasuk rasa permen karet
yang
mengandung
xylitol
dan
pengunyahannya. Peningkatan laju aliran
saliva akan meningkatkan pH karena adanya
ion
bikarbonat
sehingga
kemampuan
mempertahankan pH saliva (kapasitas dapar)
juga akan meningkat. Ion kalsium dan fosfat
juga meningkat sehingga akan terjadi
keseimbangan antara demineralisasi dan
remineralisasi.

Mekanisme Kerja Musik


Meningkatkan Sekresi Saliva
Gambar 1. Kontrol Sekresi Saliva20
Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva
melalui saraf otonom yang mensarafi kelenjar saliva.
Stimulasi simpatis dan parasimpatis meningkatkan sekresi
saliva tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang
berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis berperan
dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran
saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim.

Gambar 2.2 Pengaturan sekresi saliva melalui


saraf
2.1.4 Laju aliran saliva

dalam

Mekanisme kerja musik dalam meningkatkan sekresi


saliva berkaitan dengan
fungsi-fungsi fisiologis tubuh terutama berkaitan dengan
sistem pendengaran,
sistem saraf pusat, dan sistem saraf tepi.
Musik sebagai gelombang suara diterima dan
dikumpulkan oleh daun telinga
masuk ke dalam meatus akustikus eksternus hingga
membrana timpani. Telinga

mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakangerakan berosilasi


membrana basilaris yang membengkokkan pergerakan
maju mundur rambutrambut
di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut
tersebut
menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara
bergantian) saluran di sel
reseptor, yang menimbulkan perubahan potensial
berjenjang di reseptor, sehingga
mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan
potensial aksi yang merambat
ke otak. Dengan cara ini, gelombang suara diterjemahkan
menjadi sinyal saraf
yang dapat dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi suara
(Sherwood, 2001).
Setelah melalui sistem pendengaran, impuls-impuls saraf
dihantarkan melalui
nervus VIII (vestibulocochlearis) menuju otak Impuls ini
masuk melalui serabut
saraf dari ganglion spiralis Corti menuju ke nukleus
koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada bagian
atas medula. Pada titik ini semua serabut
sinaps, dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi
yang berlawanan dari
batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior.
Setelah melalui nukleus
olivarius superior, penjalaran impuls pendengaran
berlanjut ke atas melalui
lemnikus lateralis, kemudian berlanjut ke kolikulus
inferior, tempat semua atau
hampir semua serabut ini berakhir. Dari sini, jaras
berjalan ke nukleus
genikulatum medial, tempat semua serabut bersinaps.
Akhirnya, jaras berlanjut
melalui radiasio auditorius ke korteks auditorik, yang
terutama terletak pada girus
superior lobus temporalis.

lembut akan memberikan suasana tenang dan santai


(Hasegawa dkk, 2004). Saraf
yang mendominasi pada keadaan tenang dan santai adalah
sistem saraf
parasimpatis yang mempersarafi kelenjar saliva.
Rangsangan parasimpatis, yang
berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan
pengeluaran saliva encer
dalam jumlah besar dan kaya enzim. Sekresi ini disertai
oleh vasodilatasi hebat
pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan lokal VIP
(Vasoactive Intestinal
Polypeptide). Polipeptida ini adalah kotransmiter
asetilkolin pada sebagian neuron
postganglionik parasimpatis.

Manfaat mendengarkan musik klasik


bagi tubuh

Gambar 2.3 Jaras saraf pendengaran


Dari korteks auditoris yang terdapat pada korteks serebri,
jaras berlanjut ke
hipotalamus. Hipotalamus merupakan daerah otak yang
berfungsi sebagai pusat
koordinasi sistem saraf otonom utama, yang kemudian
mempengaruhi kelenjar
eksokrin, salah satunya adalah kelenjar saliva (Sherwood,
2001).
Musik yang dibentuk melalui tempo yang lambat, irama
berulang, dan kontur

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hasegawa, dkk


(2004), musik klasik
dapat meningkatkan sekresi saliva pada partisipan dengan
usia rata-rata 25
tahun, yang sebelumnya diberikan stressor. Jumlah
sekresi saliva
cenderung meningkat melalui sistem saraf parasimpatis..
Dinyatakan
bahwa corticotrophin releasing hormone (CRH)
mengaktifkan sistem
sympathetic-adrenal medullary. Dengan memberikan
musik maka akan
menghambat pelepasan CRH, sehingga sistem saraf
simpatis menjadi inaktif. Oleh karena itu, maka
disimpulkan bahwa peningkatan jumlah
sekresi saliva karena sistem saraf simpatis inaktif.

Anda mungkin juga menyukai