Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PENATALAKSANAAN KURATIF TERBATAS II

Dosen Pengampu : Dr.Endah Aryati, M,Dsc

Di susun Oleh :
NAMA:
NIM:

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


TAHUN AJARAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rongga mulut merupakan salah satu pintu awal masuknya bahan-bahan makanan ke
dalam tubuh yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Nantinya makanan yang masuk kedalam tubuh
akan diproses lebih lanjut oleh organ-organ pencernaan. Rongga mulut sebagai organ
pencernaan pertama berperan baik dalam pencernaan secara mekanik maupun secara
kimiawi. Jaringan keras dan lunak seperti gigi dan lidah berperan dalam pencernaan
mekanik, sedangkan cairan oral seperti saliva berperan dalam pencernaan kimiawi.
Saliva merupakan suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna, tersusun atas
campuran sekresi glandula salivarius mayor dan glandula salivarius minor yang ada pada
mukosa oral. Viskositas dari cairan saliva terdiri atas dua jenis yaitu serosa dan mukus.
Sekresi saliva normal perharinya berkisar 800 sampai 1500 ml, dan pH normal dari saliva
antara 6,0 dan 0,7. Nilai pH saliva dapat berubah setelah mengkonsumsi makanan-
makanan tertentu. Salah satunya adalah makanan yang mengandung gula, gula dapat
menurunkan pHyang selanjutnya akan terus menetap selama gula belum dibersihkan.
Besarnya penurunan pH ini tergantung pada jumlah asam yang dihasilkan bakteri dan
kapasitas buffer saliva. Keadaan asam akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
kecepatan aliran sekresi saliva.
Kecepatan aliran sekresi saliva dipengaruhi oleh ada atau tidaknya stimulasi yang
diberikan. Kecepatan aliran sekresi saliva tanpa stimulasi memiliki nilai normal 0,25-0,35
ml/menit, apabila dibawah nilai normal dicurigai mengalami hiposalivasi. Sedangkan,
keadaan sekresi saliva dengan stimulasi memiliki nilai normal 1-2 ml/menit, apabila diatas
normal maka dicurigai menderita hipersalivasi.
Sekresi dari saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah stimulus.
Terdapat empat macam stimulus yang mempengaruhi sekresi saliva yaitu stimulus mekanis
berupa pengunyahan, stimulus kimiawi berupa rasa pahit, manis, asam, dan asin, stimulus
neural berupa kerja saraf autonomsimpatis dan parasimpatis, dan stimulus psikis berupa
kondisi emosi atau rileks. Rangsangan mekanis dan jenis makanan dapat mempengaruhi
kecepatan sekresi saliva. Hal tersebut ternyata ada kaitannya dengan pH yang dihasilkan
Praktikum kali ini mencoba membuktikan pengaruh rangsangan mekanik (pengunyahan
makanan) terhadap pH dan sekresi saliva.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengukuran ph saliva menggunakan ph meter
2. Untuk mengetahui pengukuran ph saliva menggunakan ph strip
3. Untuk faktor yang dapat mempengaruhi pH dan saliva
4. Untuk mengetahui Komponen dari ph saliva
5. Untuk mengetahui perbedaan pH dan volume saliva pada setiap komponen stimulus
pengunyahan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Saliva
Saliva adalah cairan oral kompleks yang terdiri atas campuran sekresi glandula
salivarius mayor maupun minor. Saliva terutama dihasilkan oleh tiga pasang glandula
saliva utama yang terletak diluar rongga mulut dan mengeluarkan saliva melalui duktus
pendek ke dalam rongga mulut Glandula salivarius utama atau glandula salivarius mayor
terdiri dari glandula parotis, glandula submandibula, dan glandula sublingual. Sedangkan
glandula salivarius minor adalah glandula asesorius yang terdapat pada mukosa dan
submukosa rongga mulut dalam jumlah yang banyak. Sekresi glandula parotis
didistribusikan melalui duktus stenson, sekresi glandula submandibula didistribusikan
melalui duktus wharton, sedangkan sekresi glandula sublingual didistribusikan melalui
duktus bartholini
Normalnya glandula salivarius mensekresi 500-1500 ml saliva per hari. Whole saliva
terdiri atas campuran cairan dari glandula saliva, gingival fold, oral mucosa transudate,
mucosa rongga hidung dan faring, flora normal bakteri, sisa makanan, epitel yang
terdeskuamasi dan sel-sel darah Saliva mengandung 99% air dan 1% solid yang dibagi
menjadi dua organik dan anorganik
B. Komposisi Saliva
komponen – komponen saliva, dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva,
dapat dibagi atas 2 komponen yaitu komponen organik dan anorganik. Meskipun begitu,
kadar saliva masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan serum karena pada saliva
99.5% bahan utamanya merupakan air. Komponen organik yang berada pada saliva yaitu
diantaranya :
1. Enzim Amilase
2. Maltase
3. Serum Albumin
4. Asam Urat
5. Kretinin
6. Musin
7. Vitamin C
8. Asam Amino
9. Lisosim
10. Laktat
11. Testosteron
12. Kortisol
Sedangkan komponen anorganik dari saliva diantaranya yaitu :
1. Sodium
2. Kalsium
3. Kalium
4. Magnesium
5. Bikarbonat
6. Chlorida
7. Rodanida
8. Thiocyanate
9. Fosfat
10. Potassium
Berdasarkan keseluruhan komponen penyusun saliva yang telah dijabarkan sebelumnya,
tentunya terdapat beberapa komponen yang memiliki peranan lebih bagi saliva itu sendiri.
Komponen-komponen tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Komponen Organik
Komponen organik dalam saliva yang paling utama adalah protein. Protein yang
secara kuantitatif penting adalah α-Amilase, protein kaya prolin, musin dan
imunoglobulin.
Beberapa jenis protein yang terdapat didalam saliva adalah :
a. Enzim
Enzim yang ada pada saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva dan beberapa
diantaranya merupakan produk dari bakteri dan leukosit yang ada pada rongga
mulut. Beberapa enzim yang terdapat dalam saliva adalah amylase dan lysozyme
yang berperan dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut. Lisozim
mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam sistem penolakan
bakterial, sedangkan α-Amilase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi
kesatuan karbohidrat yang kecil. Juga karena pengaruh α-Amilase, polisakarida
mudah dicernakan.
b. Protein Serum
Saliva terbentuk dari serum maka sejumlah serum protein yang kecil ditemukan
didalam saliva. Albumin dan globulin termasuk kedalam serum saliva. Protein kaya
prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi penting membentuk
bagian utama pelikel muda pada email gigi.
c. Mucin
Merupakan sekelompok protein yang sering disebut dengan mucin dan
memberikan konsistensi mukus pada saliva. Mucin juga berperan sebagai
glikoprotein karena terdiri dari rangkaian protein yang panjang dengan ikatan rantai
karbohidrat yang lebih pendek. Musin membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak
mengalir seperti air disebabkan musin mempunyai selubung air dan terdapat pada
semua permukaan mulut maka dapat melindungi jaringan mulut terhadap
kekeringan. Musin juga untuk membentuk makanan menjadi bolus.
d. Immunoglobulin
Berguna dalam sistem imunitas fisik terhadap bakteri dan virus atau bekerja
sebagai agen antibakterial dan antivirus. Immunoglobulin utama pada saliva adalah
IgA dan ada juga sebagian kecil dari IgM dan IgG. Aktifitas IgA pada mukosa
mulut bersifat mukus, dimana melekat sangat kuat sehingga antigen dalam bentuk
bakteri atau virus akan melekat erat dalam mukosa mulut kemudian dilumpuhkan
oleh IgA tersebut. Nantinya bakteri yang telah diselubungi oleh IgA akan lebih
mudah di fagositosis oleh leukosit.
2. Komponen Anorganik
Diantara seluruh kation yang ada dalam saliva, Sodium (Na+ ) dan Kalium (K+)
mempunyai konsentrasi tertinggi dalam saliva. Disebabkan perubahan di dalam muara
pembuangan, Na+ menjadi jauh lebih rendah di dalam cairan mulut daripada di dalam
serum dan K+ jauh lebih tinggi.
Ion Chlorida merupakan unsur penting untuk aktifitas enzimatik α-amilase. Kadar
Kalsium dan Fosfat dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email dan
berperan penting pada pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Kadar Fluorida di
dalam saliva sedikit dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida dalam air minum dan
makanan. Rodanida dan Thiosianat adalah penting sebagai agen antibakterial yang
bekerja dengan sistem laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalam
saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas buffer.
C. Kecepatan Alir Saliva
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan alir saliva diantaranya
yaitu :
1. Faktor Mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau permen karet
(Hofman, 2001).
2. Faktor Kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit dan pedas
(Hofman, 2001).
3. Faktor Neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis maupun
parasimpatis (Hofman, 2001).
4. Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva
5. Faktor Patologis yaitu rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan
pemakaian protesa yang dapat menstimulasi sekresi saliva
6. Tingkat hidrasi individu
Tingkat hidrasi individu dapat mempengaruhi aliran saliva yang apabila terjadi
dehidrasi, maka kelenjar saliva berhenti sekresi untuk menghemat cairan tubuh
(Almeida, 2008).
7. Siklus Sirkadian
Volume sekresi saliva mencapai puncaknya pada akhir siang hari dan menurun
selama tidur (Almeida, 2008).
8. Obat
Obat-obatan dapat mempengaruhi aliran saliva secara langsung dengan
memblokade sistem saraf dan menghambat sekresi saliva. Pemakaian obat khususnya
jenis antidepresan, anxiolytics, antipsychotics, antihistamin, dan antihipersensitif dapat
mengakibatkan penurunan sekresi saliva dan berpengaruh terhadap komposisinya
(Almeida, 2008).
9. Jenis kelamin
Wanita memiliki kelenjar saliva yang lebih kecil dibandingkan pria, selain itu
siklus hormonal wanita dapat mengurangi sekresi saliva (Almeida, 2008).
10. Ukuran dan bentuk kelenjar
Aliran dari stimulated saliva berhubungan dengan ukuran kelenjar saliva, dan
berat kelenjar saliva berpengaruh terhadap jumlah unstimulated saliva (Almeida, 2008).
11. Usia
Ahli analisis menemukan bahwa usia lanjut sel parenkim kelenjar saliva secara
bertahap hilang dan akan digantikan oleh lemak serta jaringan fibro vaskular
(Almeida,2008).
LAPORAN PRAKTIKUM
PENATA LAKSANAAN KURATIF TERBATAS II
PENGUKURA PH SALIVA DENGAN PH METER

A. Alat Dan Bahan


1. Aqua untuk berkumur
2. Kapas
3. Beker glass
4. Gelas ukur
5. PH meter
6. Permen karet yang mengandung gula sukrosa dan gula xylitol
B. Prosedur Kerja
1. Mahasiswa membentuk kelompok kecil yang beranggotakan dua orang.
2. Setiap pasangan menentukan salah satunya untuk menjadi probandus
3. Meminta probandus untuk berkumur dengan aqua 1x
4. Probandus menampung saliva dalam beker glass selama lima menit (percobaan 1).
5. Mengukur pH saliva yang telah ditampung dengan menggunakan kertas indikator asam
basa.
6. Memindahkan saliva ke dalam gelas ukur untuk diukur volumenya.
7. Meminta probandus untuk beristirahat 15 menit sebelum melakukan percobaan
berikutnya.
8. Mencatat hasil dalam tabel pasangan sebagai laporan sementara.
9. Selanjutnya melakukan :
A. Percobaan 2 :
Probandus mengunyah kapas lima menit sambil menampung saliva dalam
beker glass, kemudian melakukan prosedur 5, 6, 7, dan 8.
B. Percobaaan 3 :
Probandus mengunyah permen karet yang mengandung xylitol selama lima
menit sambil menampung saliva dalam beker glass, kemudian melakukan prosedur
5, 6, 7, dan 8.
C. Percobaaan 4 :
Probandus mengunyah permen karet yang mengandung gula sukrosa selama
lima menit sambil menampung saliva dalam beker glass, kemudian melakukan
prosedur 5, 6, 7, dan 8.
D. Percobaaan 5:
Probandus dihadapkan kepada buah-buahan segar dan asam selama lima
menit sambil menampung saliva dalam beker glass, kemudian melakukan prosedur
5, 6, 7, dan 8.
10. Setelah percobaan selesai, bandingkan hasil percobaan tiap pasangan lalu buatlah
laporan disatukan dengan hasil praktikum saliva-2
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil

Percobaan (pH)
Probandus Tanpa Stimulasi Stimulasi Stimulasi Stimulasi
Stimulasi Kapas Xylitol Sukrosa Buah Segar
A 8 7 7 8 7
B 8 8 8 8 7
C 8 8 8 8 8
Tabel 2. Laju Aliran Saliva Per 5 Menit
Laju
Laju
Laju Aliran Laju Aliran Aliran
Aliran Laju Aliran
Saliva Saliva Saliva
Saliva Saliva
Simulasi Permen Stimulasi
Probandus Tanpa Stimulasi
Permen Karet Aroma
Stimulasi Kapas
Xylitol Sukrosa Jeruk
(V/5 (V/5 Menit)
(V/5 Menit) (V/5 Menit) (V/5
Menit)
Menit)
A 1.4 Ml 6 Ml 12 Ml 14.4 Ml 2 Ml
B 4.8 Ml 15.2 Ml 9.2 Ml 16.2 Ml 3.8 Ml
C 5 Ml 9.4 Ml 16.8 Ml 17.8 Ml 6.2 Ml
Rata-Rata 3.7 Ml 10.2 Ml 12.6 Ml 16.1 Ml 4 Ml
Tabel 3. Laju Aliran Saliva Per Menit
Laju
Laju Laju Aliran Laju Aliran
Laju Aliran Aliran
Aliran Saliva Saliva
Saliva Saliva
Saliva Simulasi Permen
Probandus Stimulasi Stimulasi
Tanpa permen karet
Kapas Aroma
Stimulasi Xylitol sukrosa
(V/Menit) Jeruk
(V/Menit) (V/Menit) (V/Menit)
(V/Menit)

A 0.28 Ml 1.2 Ml 2.4 Ml 14.4 Ml 0.4 Ml

B 0.96 Ml 3.04 Ml 1.8 Ml 3.24 Ml 0.76 Ml

C 1 Ml 1.88 Ml 3.36 Ml 3.56 Ml 1.24 Ml

Rata-Rata 0.74 Ml 2.04 Ml 2.52 Ml 7.06 Ml 0.8 Ml


B. Pembahasan
Dari hasil percobaan dengan dan tanpa menggunakan stimulasi, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Pada saat pengukuran pH saliva tanpa menggunakan stimulasi didapatkan hasil
seluruhnya mendapatkan pH 8. Keadaan saliva pada saat istirahat dan tanpa di stimulasi,
70% dihasilkan oleh glandula submandibularis yang mengandung bikarbonat, fosfat dan
protein (Ekstrom, dkk., 2012). Kandungan dari glandula saliva ini memiliki fungsi
sebagai penyangga atau buffer untuk menetralisir pH yang menurun akibat fermentasi
sisa karbohidrat oleh bakteri dari plak, dan untuk mempertahankan pH pada rongga mulut
dalam keaadan istirahat (Little, 2008).
2. Pada pengukuran pH saliva dengan menggunakan stimulasi mekanis dengan
menggunakan kapas di dapatkan hasil pH rata-rata sebesar 8. Pada kondisi ini, kelenjar
saliva mendapat stimulus mekanik sehingga mensekresikan saliva dalam jumlah yang
lebih banyak dari biasanya. Sekresi saliva yang meningkat berpengaruh terhadap buffer
saliva, dalam hal diperankan oleh ion bikarbonat. Ion bikarbonat juga akan mengalami
peningkatan sehingga mempengaruhi pH saliva yang mengalami peningkatan pula
(Almeida,dkk.,2008). Akan tetapi terjadi penurunan pH pada probandus pertama yang
dapat disebabkan oleh kondisi probandus pada saat itu sedang dehidrasi dan dalam
keadaan depresi sehingga mengakibatkan pengeluaran saliva yang sedikit dan
berhubungan langsung dengan tingkat pH yang menurun (Almeida, dkk., 2008).
3. Pada pengukuran pH saliva dengan menggunakan stimulasi mekanis dengan
menggunakan pengunyahan permen yang mengandung xylitol mendapatkan hasil yang
sama seperti pengunyahan kapas sebelumnya. Xylitol bahan yang tidak dapat
difermentasi oleh bakteri dan tidak diubah menjadi asam, sehingga dapat mendorong
keseimbangan asam basa didalam mulut, juga mempunyai efek merangsang kecepatan
sekresi saliva dan menekan pertumbuhan Streptococcusmutans (Rodian, dkk., 2013).
Tidak terjadinya perubahan disebabkan karena pada saat proses pengunyahannya belum
sempurna atau masih terdapat kandungan dari stimulasi sebelumnya.
4. Pada pengukuran pH saliva dengan menggunakan stimulasi mekanis dengan cara
mengunyah dengan permen yang mengandung sukrosa didapatkan hasil peningkatan pada
pH salah satu probandus. Pada dasarnya proses sintesis sukrosa lebih cepat dari
karbohidrat lainnya seperti glukosa, fruktosa, dan laktosa yang menghasilkan glukan dan
fruktan. Proses glikolisis bakteri membutuhkan glukan untuk menghasilkan energi dan
asam laktat. Hal ini menyebabkan pH turun dalam waktu 1-3 menit sampai 4.5-5, lalu pH
kembali normal pada pH sekitar 7 dalamwaktu 30-60 menit (Rodian, dkk., 2013). Secara
teori, pH yang dihasilkan setelah diberi stimulus permen karet sukrosa selama 1-3 menit
ialah 4.5-5.0. Tetapi pada percobaan ini didapatkan hasil pH sebesar 8, hal ini disebabkan
probandus telah diberi stimulus berupa permen karet xylitol sebelumnya, dan interval
waktu antara percobaan 3 dan 4 hanya beberapa menit sehingga mempengaruhi kondisi
keasaman rongga mulut probandus.
5. Pada pengukuran pH saliva dengan stimulasi neurologis, yaitu melihat buah jeruk dan
mencium kulitnya didapatkan hasil penurunan terhadap pH pada probandus. Hal tersebut
dikarenakan adanya stimulus kimiawi yang bersifat asam merupakan stimulus yang
paling kuat dalam meningkatkan sekresi saliva, substansi kimiawi yang menimbulkan
persepsi pengecapan seperti rasa asam. Reseptor olfaktori yang terletak pada piringan
cribriform, menyebabkan pada saat membau terjadi peningkatan aliran udara dan dengan
demikian memudahkan akses ke bagian reseptor. Reseptor akan terstimulasi dan
meregulasi kelenjar submandibular untuk mensekresi saliva. Stimulus dari penciuman
kulit jeruk dan penglihatan pada buahjeruk merupakan stimulus aferen yang menstimulasi
kedua system saraf yang simpatik dan parasimpatik (Ekstrom, dkk., 2012)

Selain itu pada tabel 2 dan 3, praktikum ini juga membahas tentang laju aliran
sekresi saliva, ditinjau dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, diantaranya dengan
menggunakan stimulus dan tanpa stimulus. Stimulus yang digunakan diantaranya
mekanik, yang terdiri dari kapas, permen xylitol, dan permen sukrosa, selain itu stimulus
olfaktori juga digunakan pada praktikum kali ini. Percobaan awal merupakan variabel
control dimana saliva tidak distimulus dengan apapun, atau sekresi saliva dibiarkan apa
adanya. Percobaan kedua merupakan percobaan dengan probandus mengunyah kapas.
Percobaan ketiga probandus mengunyah permen karet xylitol. Percobaan keempat
menggunakan permen karet sukrosa. Percobaan terakhir adalah probandus diinstruksikan
untuk mencium aroma buah segar, dimana buah yang digunakan adalah jeruk.
1. Percobaan pertama juga mengukur curah saliva, curah saliva yang normal tanpa
stimulasi sebesar 0,3 ml/menit sampai 0,4 ml/menit, dari praktikum yang telah
dilakukan didapatkan hasil rata-rata 3.7 ml/5 menit sehingga curah saliva dalam satu
menit sebesar 0.74 ml. Hasil curah saliva permenit tanpa stimulasi didapatkan 0,74
ml/menit, hal ini melebihi nilai normal curah saliva tanpa stimulasi.
2. Percobaan kedua, probandus mensekresikan saliva yang diberikan rangsangan berupa
pengunyahan kapas, hal ini berkaitan dengan stimulus secara mekanis. Didapatkan
hasil rata-rata 10.2 ml/5 menit dan rata rata permenitnya adalah 2.04 ml. Menurut
Haroen (2002), laju aliran saliva terstimulus yang normal berkisar antara 1-3
ml/menit, sehingga hasil yang didapatkan adalah normal.
3. Percobaan ketiga dan percobaan keempat, probandus mensekresikan saliva yang
diberikan rangsangan berupa pengunyahan permen xylitol dan permen bersukrosa,
didapatkan hasil rata-rata 12.6 ml/5 menit dan 16.1 ml/5 menit serta rata-rata
permenit 2.52 ml dan 7.06 ml. Perbandingan lajua liran saliva antara xylitol dan
sukrosa cukup berbeda jauh, hal ini dikarenakan konsistensi permen karet sukrosa
yang lebih keras, sehingga menyebabkan flow rate saliva. Makanan yang keras
mampu merangsang sekresi lebih banyak dibandingkan makanan yang lebih lembut.
Selain konsistensi makanan, rasa manis dari permen karet sukrosa juga dapat
menyebabkan laju eksresi saliva lebih banyak.
4. Percobaan terakhir dilakukan dengan menginstruksikan probandus untuk mencium
aroma buah segar, dimana dalam praktikum ini digunakan buah jeruk, hal ini
digunakan untuk melihat adanya rangsangan olfaktori terhadap laju aliran saliva.
Curah saliva rata-rata yang dihasilkan pada percobaan ini adalah 4 ml/5 menit atau
0.8 ml/menit. Pada percobaan percobaan ini terjadi hiposaliva dikarenakan salah satu
probandus tidak menyukai buah jeruk, sehingga laju aliran saliva tidak terstimulasi
oleh adanya buah tersebut.
LAPORAN PRAKTIKUM
PENATA LAKSANAAN KURATIF TERBATAS III
PENGUKURAN PH SALIVA MENGGUNAKAN PH STRIP

A. Data Pasien
Nama : Muhammad Rafi
Temp/tgl lahir : Semarang, 4 juli 2008
Umur : 8,5 tahun
Alamat : Kenangan Raya RT 03/03,Banyumanik,Semarang
Nama Sekolah : SDN Padangsari 02
Kelas :3

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengukur beberapa komponen saliva : hidrasi saliva, viskositas saliva,
dan kualitas saliva

C. Alat dan Bahan


1. Handscone dan masker
2. OD set
3. Tisu
4. Wax gum
5. Kertas lakmus
6. Test strip
7. Stopwatch/timer
8. Saliva
9. Gelas saliva
10. Pipet
C. Cara Pemeriksaan
1. Hidrasi saliva
a. Non stimulus
- Sediakan tisu yang dilapis 2
- Tarik bibir bawah pasien dan letakkan tisu pada setengah permukaan bibir pasien.
- Lihat dropler (pembasahan, biasanya berbentuk bulat) yang terbentuk pada tisu.
Hasil pemeriksaan :
- Dropler terbentuk <30 detik, hasilnya tinggi
- Dropler terbentuk 30-60 detik, hasilnya sedang
- Dropler terbentuk > 60 detik, hasilnya rendah
b. Stimulus
Menggunakan metode spitting. Pemeriksaan dlakukan dengan menyuruh pasien
untuk mengunyah wax gum selama 3 menit, kemudian salivanya diludahkan ke
tabung gelas. Selanjutnya kunyah lagi dan saliva diludahkan setiap 1 menit. Lakukan
sebanyak 5 kali. Jadi lama periksaan saliva adalah 8 menit.
Hasil pemeriksaan :
- Jumlah saliva <3,5 ml, hasil sangat rendah
- Jumlah saliva 3,5-5 ml, hasil rendah
- Jumlah saliva >5 ml, hasil normal

2. Viskositas atau kekentalan saliva


Syarat viskositas saliva yaitu saliva normal tidak kental sehingga mirip seperti air.
Apabila saliva kental dan banyak buih mengindikasikan bahwa ada kelainan pada
kekentalan saliva.
Hasil pemeriksaan :
- Baik : Bening, cair, tidak berbusa (berbusa tapi masil bisa mengalir cepat)
- Sedang : Putih, berbusa, bila gelas dimiringkan saliva mengalir pelan
- Buruk : Lengket, putih, berbusa, bila gelas dimiringkan hamper tidak mengalir
3. PH/Derajat kesamaan saliva
Cara mengukur saliva dengan PH lakmus
- Rendam lakmus selama 10 detik
- Cocokan warna dengan PH indicator
- Hasil : 5 -> merah (asam), 7,8 -> hijau (basa)

D. Hasil Praktikum
Setelah dilakukan pengukuran saliva didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Hidrasi saliva
- Non stimulasi : dopler muncul 30-60 detik, maka hidrasi (laju saliva) sedang.
- Stimulasi : Jumlah saliva 3,5-5 maka lajunya rendah.
2. Viskositas (kekentalan) saliva
Saliva berwarna bening, berbusa, mengalir cepat (cair), maka saliva berkriteria baik.
3. Pengukuran PH atau derajat keasaman saliva
Menggunakan PH lakmus yaitu berwarna hijau dengan PH 7,4 dan kriteria baik.
BAB lll
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Saliva merupakan suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna, tersusun atas campuran
sekresi glandula salivarius mayor dan glandula salivarius minor yang ada pada mukosa oral.
Viskositas dari cairan saliva terdiri atas dua jenis yaitu serosa dan mukus. Sekresi saliva normal
perharinya berkisar 800 sampai 1500 ml, dan pH normal dari saliva antara 6,0 dan 0,7. Nilai pH
saliva dapat berubah setelah mengkonsumsi makanan-makanan tertentu. Salah satunya adalah
makanan yang mengandung gula, gula dapat menurunkan pHyang selanjutnya akan terus
menetap selama gula belum dibersihkan. Besarnya penurunan pH ini tergantung pada jumlah
asam yang dihasilkan bakteri dan kapasitas buffer saliva. Keadaan asam akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya kecepatan aliran sekresi saliva.

Anda mungkin juga menyukai