Anda di halaman 1dari 27

ABSES RONGGA MULUT

Oleh:
Dendian Berlia Jelita 15710223
Aulia Dwi Permatasari
Pembimbing :
Drg. Wahyuni Dian Parmasari Sp.Ort

DEFINISI
Abses merupakan infeksi yang
utamanya berupa pembentukan pus.

gambaran

Pus merupakan pertahanan efektif terhadap


penjalaran infeksi dan cenderung berpindah
akibat pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal
atau lapisan otot dekat permukaan .

Abses dalam rongga mulut dapat terjadi akibat


infeksi dentoalveolar (gigi dan jaringan sekitarnya)

ETIOLOGI
Infeksi rongga mulut disebabkan oleh gabungan antara
bakteri gram positif yang aerob dan anaerob.
Abses didalam rongga mulut disebabkan oleh bakteri
anaerob.
Penyebabnya yang sering ditemukan adalah
a.
Alpha-hemolytic
b. Streptococcus (Penyebab paling banyak ditemukan)
c.
Peptostrepcoccus
d. Peptococcus
e.
Eubacterium
f.
Bacteroides melaninogenicus
g.
Staphylococcus
h. Fusobacterium.

GAMBAR 1. ILUSTRASI KEADAAN GIGI YANG


MENGALAMI INFEKSI DAPAT MENYEBABKAN ABSES
ODONTOGEN. (A) GIGI NORMAL, (B) GIGI MENGALAMI
KARIES, (C) GIGI NEKROSIS YANG MENGALAMI
INFEKSI MENYEBABKAN ABSES. SUMBER : DOUGLAS
& DOUGLAS, 2003

PATOFISIOLOGI
Bakteri Streptococcus mutans
enzim yang
sifatnya destruktif (hyaluronidase)
menyerang pulpa yang memiliki saluran sempit
drainase tidak sempurna , terjadi Proses
kematian pulpa
sehingga menjadi media
perkembangbiakan bakteri
menuju bagian
dalam hingga jaringan periapikal
pembentukan rongga abses dan pembentukkan
pus
imun host menurun , jumlah dan
virulensi bakteri tinggi
merespon terjadinya
keradangan
abses kronis

MANIFESTASI KLINIS

Gigi terasa sensitif kepada air dingin atau panas.


Rasa pahit di dalam mulut.
Nafas berbau busuk.
Kelenjar leher bengkak.
Bahagian rahang bengkak (sangat serius).
Suhu badan meningkat tinggi dan kadang-kadang
menggigil
Denyut nadi cepat/takikardi
Nafsu makan menurun sehingga tubuh menjadi lemas
(malaise)
Bila otot-otot perkunyahan terkena maka akan terjadi
trismus
Sukar tidur dan tidak mampu membersihkan mulut
Pemeriksaan laboratorium terlihat adanya leukositosis

ABSES PERIAPIKAL / DENTO ALVEOLAR


ABSES

ABSES SUBPERIOSTEAL

Abses subperiosteal dengan


lokalisasi di daearah lingual

ABSES FOSA KANINA

ABSES SPASIUM BUKAL

penyebaran abses lateral


ke muskulus buccinator

ABSES SPASIUM
INFRATEMPORAL

penyebaran abses ke
rongga
infratemporal

ABSES SPASIUM SUBMASSETER

penyebaran abses ke
daerah submasseter

ABSES SPASIUM SUBMANDIBULA

gambar penyebaran dari abses


ke daerah submandibular di
bawah muskulus mylohyoid

ABSES SUBLINGUA

Perkembangan abses di daerah


sublingual

Pembengkakan mukosa pada


dasar mulut dan elevasi lidah
ke arah berlawanan

ABSES SPASIUM SUBMENTAL

penyebaran abses ke
daerah submental

ABSES SPASIUM PARAFARINGEAL

Bagian luar dibatasi oleh


m. pterigoid interna dan
sebelah dalam oleh m.
kostriktor.
sebelah
belakang oleh glandula
parotis, m. Prevertebalis
dan prosesus stiloideus

ABSES SUBKUTAN

PENATALAKSANAAN
Meningkatkan pertahanan tubuh penderita
Beri antibiotik yang sesuai dengan dosis yang
tepat
Tindakan drainase secara bedah dari infeksi
yang ada
Menghilangkan sumber infeksi
Evaluasi efek perawatan

Prinsip penatalaksanaan abses yaitu insisi dan


drainase, insisi dilakukan jika tidak terjadi
drainase spontan dari abses

KESIMPULAN
Abses merupakan infeksi yang gambaran
utamanya berupa pembentukan pus. Etiologinya
yaitu
bakteri
Staphylococcusaureus
dan
Streptococcus mutans. Diagnosis dapat ditegakkan
bila didapatkan nyeri pada saat mengunyah,
kontak dengan panas/dingin , pada inspeksi dan
palpasi didapatkan gusi merah, bengkak, nyeri
saat perkusi. Prinsip penatalaksanaan abses
adalah insisi dan drainase . Tujuan dari terapi
untuk menghilangkan infeksi, perbaikan gigi dan
mencegah komplikasinya.

POTENSI ABSES CEREBRAL YANG


BERASAL DARI ODONTOGEN

Pria 46 tahun, tiba tiba mengeluh adanya gangguan keseimbangan


dan pusing selama 10 hari. Gejala sakit kepala hebat dan muntah
terus-menerus. Pasien menyatakan pernah melakukan pencabutan
gigi satu bulan sebelumnya dan disertai demam tinggi. Ia
berkonsultasi dengan ahli saraf dan didiagnosa hipertensi
intraserebral dan dianjurkan ct-scan otak dan ditemukan
peningkatan 3 cerebellar ring dengan massa lesi berukuran 28 x
20mm dan 15 x 20 mm.
Dari pemeriksaan fisik, ditemukan ataxic yang berjalan (aktif)
tanpa hilangnya indera perasa pada kulit dan otot yang melemah.
Dengan semua temuan ini, dia dirawat dibawah penanganan
layanan bedah saraf karena adanya potensi intraserebral abscess.

pemberian metronidazole 500mg setiap 8 jam


melalui intra vena, vancomycin 500mg IV setiap
6 jam, dan cefotaxime 2g IV setiap 4 jam.
Pasien kemudian dibawa ke ruang operasi untuk
dilakukan Mini kraniotomi retrosigmoid yang
sesuai untuk drainase abses. kultur bakteri
positif untuk berbagai coccus gram +
(Staphylococcus aureus). sampel darah dan urin
ditemukan negatif. Dengan mempertimbangkan
fakta bahwa pasien menjalani pencabutan gigi
satu bulan lalu,mengidentifikasi kemungkinan
adanya fokus odontogenik.

DISKUSI
Abses otak masih merupakan penyebab kematian
utama. Hal ini dapat terjadi akibat adanya infeksi
gigi atau rahang atas . Tetapi biasanya
berkembang dari infeksi yang berdekatan, paling
sering adalah infeksi di telinga tengah, sel-sel
mastoid, atau sinus paranasal .
Faktanya, Abses otak
otogenic kemungkinan
merupakan 70% dari abses otak
. Penyakit
supuratif telinga tengah dapat berlanjut pada
lobus temporal atau cerebellum melalui berbagai
jalur. Hal ini lebih berbahaya daripada abses
sinogenic (frontal dan parietal) dan seringkali
lebih resisten terhadap antibiotik.

KESIMPULAN KASUS

Abses serebral yang terkait dengan sumber gigi


adalah merupakan kejadian yang jarang terjadi dan
gejala klinis sering tidak spesifik, Kebanyakan gejala
yang dialami oleh pasien adalah sakit kepala, mual,
dan muntah.
Demam dan tanda-tanda neurologis jarang terlihat
pada tahap awal. Setelah diagnosis telah dibuat,
pengobatan terdiri dari 3 komponen: pemberian
antibiotik spektrum besar yang harus disesuaikan
mikroorganisme dan pola resistensi yang diketahui,
drainase nanah, dan pemberantasan dari fokus
utama infeksi.

KEPARAHAN PERIODONTITIS DAN ABSES


PERIODONTAL PADA DIABETES TIPE 2

Wanita 50 tahun itu dirujuk dokter gigi ke rumah sakit mengeluh


sakit di rahang kiri dan sekitar mandibula kanan. Pasien
menyatakan gigi 36 diekstraksi oleh dokter gigi 2 bulan lalu karena
pembengkakan dan nyeri hebat. Ia memiliki riwayat stroke 1 tahun
yang lalu dan infark miokard 3 tahun yang lalu. Dia adalah perokok
(10 rokok/hari selama 30 tahun,30 pack setiap tahun) dan
menderita fibromyalgia, polineuropati, aritmia jantung, hipertensi,
obesitas (IMB 39) dan diabetes mellitus tipe 2 (HbA1c 7,7%).
Didiagnosis diabetus 4 tahun yang lalu dan dikontrol dengan
insulin (Insuman Sisir 25 24-0-24; Humalog ) dan obat antidiabetes oral (Metformin 1000mg 1-0-1). Selain itu, pasien
mengkonsumsi banyak obat untuk penyakit yang lain (Aggrenox,
Ramipril,
Torasemid,
Bisoprolol,
pantoprazol,
Amineurin,
Simvastatin, Novalgin, Gabapentin, Amlodipin) dan diketahui
alergi terhadap penisilin .

Pemeriksaan intraoral plak gigi pada semua gigi , gingiva


menunjukkan tanda peradangan dan regio 24 ke 27 ada
pembengkakan, nanah dengan fistula regio bukal 24.
enlargement ginggiva di bagian depan rahang bawah dan
rahang atas.Pasien telah kehilangan beberapa gigi dan tidak
memiliki riwayat perawatan prostodontik. Gigi 24 ke 27 yang
pecah karena missing antagonis. karies gigi berikut: 45, 46,
36. Periodontal probing depth (PPD) Gigi 16 ke 23 dan 24 ke
27 6 mm. agnosis furkasi pada gigi 16, 26, 27 dan 46. gigi
46 memiliki tingkat mobilitas III. Perdarahan saat probing
(BOP) 24% dari semua bagian yang diperiksa . pemeriksaan
radiografi didapatkan tulang keropos secara horisontal
sampai ke tengah akar gigi, kalkulus dan kehilangan tulang
vertikal. Gigi 46 menunjukkan radiolusen periapikal dan
intra-radikuler dan di regio 36 X-ray menunjukkan adanya
ekstraksi soket yang masih baru.

DIKUSI DAN KESIMPULAN


menunjukkan perawatan periodontal sukses dari
pasien wanita dengan diabetes disertai abses
periodontal, Bahkan, kontrol glikemik pasien dapat
ditingkatkan dari HbA1c 7,7% menjadi 7,3% setelah
perawatan periodontal dan obat diabetes tambahan.
Selain periodontitis, pasien juga menderita sedikit
pembesaran gingiva disebabkan oleh amlodipine.
Bukti bahwa sekitar 30% dari pasien dengan
mengkonsumsi
amlodipine
meningkatkan
perkembangan ginggiva . masih belum jelas
Kasus
ini
menunjukkan
bahwa
pengobatan
sistematik periodontal dan diabetes terkontrol dapat
hasil perbaikan yang luar biasa dari periodontal dan
kondisi sistemik.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai