Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

DASAR ILMU NUTRISI DAN PAKAN HEWAN

“FUNGSI KERJA ENZIM SALIVA”

Oleh :

Laura Katharina Lengga Laga

1909010055

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
Penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Fungsi Kerja Enzim Saliva” ini. Syukur dan
pujian semoga senantiasa tercurahkan kepada Tuhan Yesus yang telah menunjukkan kepada
Penulis sehingga semua jalan yang lurus berupa ajaran agama Katholik yang sempurna dan
menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta. Penulis sangat bersyukur karena dapat
menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Dasar Ilmu Nutrisi dan Pakan Hewan dengan judul
“Fungsi Kerja Enzim Saliva ”. Disamping itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu Penulis selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga
dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat Penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
Penulis perbaiki. Karena Penulis sadar, makalah yang Penulis buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua aktivitas hewan selama hidup, yang meliputi pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan
produksi (kerja, anak, susu, daging atau telur dan lain-lainnya) memerlukan energi dan gizi lain
yang diperoleh dari bahan pakan. Bahan pakan biasanya merupakan campuran dari protein,
karbohidrat, lemak, air, mineral dan vitamin. Bahan pakan demikian hanya terdapat dalam bahan
berasal dari mahluk hidup. Oleh karena itu hewan tingkat tinggi (termasuk mamalia dan unggas)
sangat tergantung pada mahluk hidup lainnya (hewan dan tumbuh-tumbuhan), dalam hal pakan
yang diperlukannya. Bahan pakan itu biasanya merupakan campuran zat-zat protein, lemak,
karbohidrat, air, mineral dan vitamin. Oleh karena tidak semua zat dapat diserap secara langsung
dari dinding usus, maka harus dipersiapkan dengan melalui pemecahan mekanis dan enzimatis
secara extraseluler dalam lumen saluran pencernaan (tractus digestivus). Hal itu dilaksanakan
dalam proses pencernaan, yang meliputi semua aktivitas saluran pencernaan dan kelenjar
pembantunya (glandula accessoria). Perombakan bahan pakan ke dalam zat-zat yang dapat
berdifusi dan berasimilasi, terutama dilakukan oleh enzimenzim yang diekskresikan ke dalam
lumen saluran pencernaan oleh berbagai kelenjar yang bermuara atau berlokasi di dindingnya.
Hewan dan alat tubuhnya (termasuk alat pencernaannya) berkembang dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya serta bahan pakannya. Dengan demikian, kita kenal beberapa golongan
hewan yang berbeda berdasarkan sumber bahan pakannya. Pada mamalia kita kenal : Karnivora
(anjing, kucing) merupakan hewan pemakan daging, sehingga sumber bahan pakannya adalah
hewan lain. Herbivora (sapi, kuda) merupakan hewan pemakan tumbuh-tumbuhan. Dalam
golongan herbivora ini dibedakan golongan herbivora berlambung tunggal (kuda, keledai) dan
herbivora berlambung komplex atau ruminansia (sapi, kerbau). Omnivora (babi) merupakan
hewan pemakan segala bahan pakan yang berasal dari hewan atau tumbuh-tumbuhan. -
Ruminansia (sapi, domba) dengan lambung komplex dan fermentasi mikrobial yang extensif
terhadap bahan nabati dalam rumen sebelum pencernaan enzimatis.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa Fungsi Saliva ?
2) Apa Saja Komponen Saliva ?
3) Bagaimana Mekanisme Sekresi Saliva ?
4) Bagaimana Sistem Pencernaan dan Fungsi Kerja Saliva pada Hewan Monogastrik ?
5) Bagaimana Sistem Pencernaan dan Fungsi Kerja Saliva pada Ruminansia ?
1.3 Tujuan
1) Untuk Mengetahui Fungsi Saliva.
2) Untuk Mengetahui Komponen Saliva.
3) Untuk Mengetahui Mekanisme Sekresi Saliva.
4) Untuk Mengetahui Sistem Pencernaan dan Fungsi Kerja Saliva pada Hewan
Monogastrik.
5) Untuk Mengetahui Sistem Pencernaan dan Fungsi Kerja Saliva pada Ruminansia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saliva
2.1.1 Defenisi dan Fungsi Saliva
Saliva merupakan gabungan dari berbagai cairan dan komponen yang diekskresikan ke dalam
rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor (parotid, submandibular,
dan sublingual) serta sejumlah kelenjar saliva minor, dan cairan dari eksudat ginggiva. Fungsi
saliva antara lain, saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase saliva
yang merupakan suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida; saliva
mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan sehingga saling
menyatu serta dengan menghasilkan mukus yang kental dan licin sebagai pelumas; memiliki efek
antibakteri, pertama oleh lisozim yaitu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri
tertentu dan kedua dengan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber
makanan; berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil pengecap;
memb bantu mastikasi dan berbicara karena adanya lubrikasi oral. Saliva berperan penting dalam
membantu menjaga kesehatan mukosa mulut dengan adanya growth factor untuk membantu
dalam proses penyembuhan luka. Aliran saliva yang terus menerus membantu membilas residu
makanan, melepaskan sel epitel, dan benda asing. Penyangga bikarbonat di saliva menetralkan
asam di makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut, sehingga membantu
mencegah karies gigi.
2.1.2 Komposisi Saliva
Saliva terdiri dari 94%-99,5% air, bahan organik, dan anorganik. Komponen anorganik
dari saliva antara lain Na+ , K+ , Ca2+, Mg2+, Cl- , SO4 2- , H + , PO4, dan HPO4 2- .
Komponen anorganik yang memiliki konsentrasi tertinggi adalah Na+ dan K+ . Sedangkan
komponen organik utamanya adalah protein dan musin. Selain itu ditemukan juga lipida,
glukosa, asam amino, ureum amoniak, dan vitamin. Komponen organik ini dapat ditemukan dari
pertukaran zat bakteri dan makanan. Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-amilase,
protein kaya prolin, musin, dan imunoglobulin.
2.1.3 Mekanisme Sekresi Saliva
Saliva disekresi sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tingkat perangsangan saliva
tergantung pada kecepatan aliran saliva yang bervariasi antara 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada
kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan
kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin), sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual
dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut. Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu,
tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah
ujungujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva berfungsi untuk menjaga mulut
dan tenggorokan tetap basah setiap waktu. Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui reflek saliva
terstimulasi dan refleks saliva tidak terstimulasi.
Refleks saliva terstimulasi terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam
rongga mulut berespon terhadap adanya makanan. Reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di
serat saraf aferen 9 yang membawa informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva
kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk
meningkatkan sekresi saliva. Gerakan mengunyah merangsang sekresi saliva walaupun tidak
terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut.
Pada refleks saliva tidak terstimulasi, pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya
berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu
pengeluaran saliva melalui refleks ini.
Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom yang mensarafi
kelenjar saliva. Stimulasi simpatis dan parasimpatis meningkatkan sekresi saliva tetapi jumlah,
karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Rangsangan parasimpatis berperan
dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan
kaya enzim. Stimulasi simpatis Korteks serebrum Reseptor tekanan dan kemoreseptor di mulut
Kelenjar liur Saraf otonom Pusat saliva di medula Masukan lain ↑ Sekresi air liur Refleks tidak
terstimulasi Refleks terstimulasi 10 menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan
konsistensi kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva
dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya saat sistem simpatis dominan,
misalnya pada keadaan stres.
2.2 Sistem Pencernaan dan Fungsi Kerja Saliva pada Hewan Monogastrik.

Yang akan dibahas disini adalah sistim pencernaan pada monogastrikyang mewakili perut
sederhana yaitu Babi. Yang mewakili burung yaitu Ayam, dan mewakili Ruminansia yaitu Sapi.
A. Sistem Pencernaan Babi
Sistem Pencernaan pada babi terdiri dari :
 Mulut
 Kerongkongan (Esophagus)
 Lambung ( Stomach )
 Usus Halus ( Small Intestine )
 Usus Buntu
 Usus Besar ( Large Intestine )
 Anus
1) Mulut
Tempat dimana pakan dimana pertama kali memasuki sistim pencernaan. Disini terjadi
pemecahan terjadi secara mekanis dimana pakan akan dikunyah dan dipecah menjadi berukuran
lebih kecil menggunakan gigi. Air ludah atau saliva yang di produksi dalam mulut berfungsi
melembabkan dan melunakan pakan. Saliva juga menggandung Enzim Amylaze yang mulai
memecah pati ( Karrbohidrat ) dalam pakan. Lidah dalam mulut membantu mendorong makanan
ke kerongkongan ( Esophagus )
2) Kerongkongan ( Esophagus )
Esophagus adalah saluran yang membawa makanan dari mulut ke lambung. Kontraksi otot
mendorong makanan dari mulut ke lambung. Di akhir kerongkongan terdapat katup di disebut
“Cardiac Valve” yang memecah kembalinya makanan yang telah sampai di lambung dan
kerongkongan.
3) Lambung ( Stomach )
Lambung adalah tempat dimana asam klorida (Hcl) yang di keluarkan oleh sel-sel di dinding
lambung. Penambahan asam klorida padaa makanan menyebabkan terjadinya pemecahan ikatan
kimia di dalam makanan dan terbentuknya partikel-partikel kecil karbohidrat, lemak, dan
protein.Ada sedikit dari partikel yang di absorbsi di lambung dan di angkut oleh darah. Partikel
makanan kemudian menuju usus halus melalui katup yan disebut “Pyloric Valve”
4) Usus Halus
Usus halus merupakan saluran berbentuk spiral sehingga dapat menempati ruang yang kecil.
Dinding usus halus memiliki tonjolan-tonjolan yang mirip jari yang disebut villi yang
meningkatkan luas permukaan usus halus dalam penyerapan nutrien. Sel-sel di dinding usus
halus mengekuarkan berbagai enzim yang membantu pencernaan dan menyerap hasil akhir
pencernaan makanan. Usus Halus dibagi menjadi 3 segmen yaitu Duodenum, Jejunum dan Ilium.
Di duodenum terjadi penambahan sekresi dari hati dan pankreas. Sekresi dari hati disimpan di
Empedu, dan diteruskan ke doudenum melalui saluran empedu sekresi ini adalah garam empedu
yang membantu pencernaan lemakmyang terdapat dalam pakan. Sekresi dari pankreas disalurkan
ke duodenum melalui saluran pankreas. Sekresi di pankreas terdiri dari berbagai enzim yang
membantu pencernaan karbohidra, lemak dan protein. Sebagian besar penyerapan nutrien terjadi
di Jejunum dan Ilium. Nutrien yang tidak di cerna masuk ke usus besar melalui katup yang
disebut “Ileocecal Valve”
5) Sekum ( Usus Buntu )
Sekum atau usus buntu terletak di bagian usus besar dan umumnya kurang memiliki fungsi.
Disini terjadi pencernaan serat dalam jumlah kecil atau terbatas dimana mikroba menghasilkan
Enzim selulase untuk memecahkan enzim selulosa (serat kasar). Sistem pencernaan serat sangat
tidak efisien pada babi dan ayam. Namun pada hewan kuda dan kelinci sekum berperan sangat
penting dalam pencernaan pakan berserat.
6) Usus Besar
Usus besar ukurannya lebih pendek dari usus halus namun memiliki diameter lebih besar.
Fungsi utamanya adalah penyerapan air. Usus besar merupakan tempat penampungan sisa
pencernaan yang merupakan komponen tinja. Terjadi sedikit sekali pemecahan sisa pakan dalam
Usus besar. Disini mukus ditambahkan sehingga berfungsi sebagai pelicin agar sisa pencernaan
mudah di keluarkan. Bagian terujung dari usus besar adalah rektum.
7) Anus
Anus merupakan lubang dimana sisa pencernaan di keluarkan dari tubuh. Pakan yang tidak
dicerna dan di absorbsi akan di keluarkan melalui anus sebagai tinja .
Nutrien yang di cerna dan diabsorbsi akan diedarkan keseluruh tubuh melalui darah.
Absorbsi Nutrien yang baik tergantung pada setiap segmen istem pencernaan baik dalam hal
fungsi maupun kapasitas optimalnya.
B. Sistem Pencernaan Pada Ayam
Sistem pencernaan pada Ayam terdiri dari :
1. Paruh
2. Kerongkongan ( Esophagus )
3. Tembolok (Crop )
4. Proventrikulus
5. Empedal (Gizzard)
6. Usus Halus ( Small Intestine )
7. Usus Buntu ( Sekum )
8. Rektum
9. Kloaka
1) Mulut/Paruh
Pada ayam, Paruh adalah tempat dimana pakan pertama kali memasuki sistem pencernaan.
Ayam tidak memiliki gigi sehingga pakan pertama kali masuk dalam sistem pencernaan dengan
di patuk dan di telan tanpa di kunyah. Lidah pada ayam berbentuk runcing di bagian ujung sesui
dengan bentuk paruh dan berfungsi membantu mendorong pakan ke kerongkongan. Terdapat
kelenjar saliva dengan produksi saliva sekitar 7-30 ml perhari yang cukup untuk memudahkan
dan melicinkan pakan menuju kerongkongan.
Indra pengecap pada bangsa burung tidak begitu berkembang seperti mamalia karena
pakan tidak terlalu lama berada di paruh dan tidaj terjadi pengunyahan dan sedikit saliva yang di
tambahkan pada pakan. Rendahnya kemampun indra pengecap digambarkan oleh jumlah
reseptor pengecap sebanyak 62 di burung puyuh dibandingkan jenis mamalia seperti kelinci yang
memiliki reseptor pengecap sebanyak 17.000. Indra pengecap di ayam terletak dibagian belakang
lidah. Lidah, Paruh dan ruang dalam paruh kaya akan reseptor peraba ( touch receptor ) sehingga
dapat melengkapi kekurangan dalam reseptor pengecap.
2) Kerongkongan ( Esophagus )
Esophagus ada merupakan saluran yang membawa makanan dari mulut ke tembolok. Diameter
keongkongan lebih besar dari pada mamalia agar dapat menampung pakan yang masih berukuran
besar karena tidak di kunyah. Untuk membantu menelan pakan yang ukurannya cukup besar
maka kerongkongan bersifat lentur dan dapat membesar karena adanya lipatan-lipatan sepanjang
kerongkongan yang kaya akan kelenjar mukus dan lubrikasi. Lapisan epitel tebal sepanjang di
kerongkongan berfungsi untuk melindungi dari kerusakan akibat pakan yang masih kasar. Fungsi
utama kerongkongan pada bangsa burung adalah untuk tempat penyimpanan sehingga sifat
kerongkongan bangsa burung sangat elastis.
3) Tembolok ( Crop )
Tembolok merupakan peleparan esophagus dari tempat penyimpanan sementara untuk pakan
yang masuk . Di tembolok pakan akan dilunakan dengan adanya penambahan air.
4) Proventrikulus
Lambung pada ayam dibagi menjadi 2 yaitu Proventrikulus ( lambung glandular ) dan
empedal ( lambung muskular ). Mukosa proventrikulus memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar
tubular yang mengeluarkan mukus dan kelanjar gastrik yang mengeksresikan asam klorida (Hcl)
dan pepsin disekresikan ketika mulai makan sedangkan asam klorida (Hcl) dan pepsin di
sekresika ketika pakan sampai pada saluran proventrikulus. Asam klorida (Hcl) memecah ikatan
di dalam molekul ikatan nutrien, sedangkan pepsin memecah protein menjadi polipeptida.
5) Empedal ( Gizzard )
Empedal berbentuk bulat telur dan tersusun dari serabut otot yang padat dan kuat. Di ujung
depan empedal berhubungan dengan proventrikulus dan agak masuk berhubungan dengan usus
halus. Fungsiutama empedal adalah menggiling dan meremas pakan yang masih keras sehinga
ukuran ukurannya semakin kecil dan meningkatkan peermukaan partikel pakan. Penggiling dan
peremasan pakan oleh empedal terjadi oleh adanya kontraksi otot empedal yang kuat. Disini
proses pemecahan oleh Hcl dan pepsin yang dikeluarkan oleh sel-sel di proventrikulus diteruskan
setelah melewati proventrikulus dan empedal pakan berbentuk bubur atau “chyme” dan siap
memasuki usus halus.
6) Usus Halus (Small Intestine)
Disini tterjadi pemecahan nutrien dalam pakan secara Enzimatis dan terjadi penerapan hasil
pemecahan Enzimatis. Penjelasan mengenai proses usus halus sama dengan yang dijelaskan pada
usus halus Babi.
7) Sekum
Sekum atau usus buntu terletak di bagian usus besar dan umumnya kurang memiliki fungsi.
Disini terjadi pencernaan serat dalam jumlah kecil atau terbatas dimana mikroba menghasilkan
Enzim selulase untuk memecahkan enzim selulosa (serat kasar). Sistem pencernaan serat sangat
tidak efisien pada babi dan ayam. Namun pada hewan kuda dan kelinci sekum berperan sangat
penting dalam pencernaan pakan berserat.
8) Rektum
Rektum merupakan Bagian usus antara segmen ileum usus halus dengan kloaka adalah
rektum. Bagian ini sangat pendek dan diameternya lebih kecil dari usus besar mamalia sehingga
tidak disebut Usus besar. Secara morfologi rektum lebih mirip dengan Usus halus kecuali
villinya yang terlihat lebih pendek.
9) Kloaka
Kloaka merupakan saluran yang membuka yang berhubungan dengan anus di bagian
terujung. Kloaka memiliki diameter lebih besar dibandingkan rektum. Bagian terdepan kloaka
berhubungan langsung dengan rektum dan bagian tengah berhubungan dengan saluran kelyar
dari ginjal (urine) dan organ reproduksi. Organ ini bertaut dengan Bursa Fabricus yaitu jaringan
limfoid sekunder dimasa sel limfoid B mengalami pematangan pada anak ayam dan kemudian
menjadi jaringan limfoid sekunder pada ayam dewasa.Air kencing pada ayam dikeluarkan
melalui kloaka bersamaan dengan tinja.
Hati, empedu dan pankreas merupakan organ pelengkap dalam sistem pencernaan. Hati
mensintesis garam empedu yang disimpan di dalam empedu, sedangkan pankreas mengeluarkan
berbagai macam enzim pencernaan.
2.3 Sistem Pencernaan dan Fungsi Kerja Saliva pada Ruminansia
Ternak ruminansia terdiri dari ruminansia besar diantaranya sapi dan kerbau dan
ruminansia kecil diantaranya kambing dan domba. Ruminansia memiliki sistim pencernaan yang
berbeda dengan ternak yang lain.  Sistim pencernaan ruminansia memiliki beberapa tahapan
dalam mencerna makanan.  Mengetahui sistim pencernaan ternak yang dipelihara oleh peternak
sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana cara kerja saluran pencernaan sehingga
memudahkan dalam penanganan jika terjadi kasus-kasus pada pencernaan.
Pencernaan adalah tempat dimana makanan diperoses di dalam tubuh. Pencernaan ternak
ruminansia berbeda dengan ternak yang lain, ternak ruminansia memiliki lambung ganda.  Proses
pencernaan  ternak ruminansia terjadi secara mekanis (didalam mulut), secara fermentatif (oleh
enzim-enzim pencernaan) (Sutardi, 1979).  Organ pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari
mulut, rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, sekum, kolon dan rektum.  Rumen
memiliki ukuran yang paling besar yaitu 80 %, retikulum 5 %, omasum 7 % dan abomasum 8 %.
Setelah masuk kedalam mulut sapi, pakan akan diolah secara mekanis (dihancurkan) oleh
gigi. Kemudian pakan akan bercampur dengan saliva (air liur), yang disekresikan oleh 3 pasang
glandula saliva, yaitu glandula parotid yang terletak di depan telinga, glandula submandibularis
(sumbaxillaris) yang terletak pada rahang bawah, dan glandula sublingualis yang terletak
dibawah lidah.
Kandungan Saliva terdiri dari air sebanyak 99% airdan 1% sisanya terdiri atas mucin,
garam-garam anorganik, dan lisozim kompleks. Saliva pada sapi juga mengandung urea, fosfor
(P), dan natrium (Na) yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba rumen. Tetapi Saliva pada sapi
tidak mengandung enzim ?-amilase yang dapat membantu proses pencernaan.
Fungsi saliva adalah untuk :
1. Membasahi pakan agar mudah ditelan
2. Menjaga pH rumen agar tidak naik atau turun terlalu tajam, hal ini terjadi karena saliva
memiliki sifat buffer (penyangga) dari bikarbinat yang terkandung didalamnya.
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke
dalam cavitas oral.Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar
ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret
yang disebut “salivia” (ludah atau air liur). Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal
kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke
dalam duktus dan jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang
melapisi seluruh jaringan rongga mulut. 
a. Pencernaan Secara Mekanis

            Pencernaan secara mekanis dilakukan di dalam mulut, HPT yang telah direnggut
dikunyah didalam mulut kemudian di telan, setelah istirahat dikeluarin kembali dan dikunyah
lebih halus, hal ini disebut memamah biak. Pengunyahan di dalam mulut bercampur dengan
saliva (air liur) untuk membantu proses pengunyahan dan menelan makanan.   Saliva memiliki
pH sekitar 8,2 dan dengan kandungan sodium bikarbonat yang tinggi.  Saliva berfunsi sebagai
buffer yang membantu menetralkan pengaruh asam dari pakan yang dikonsumsi ternak  setelah
masuk ke dalam rumen.
b. Pencernaan pada Rumen

            Rumen disebut juga perut besar karena merupakan bagian lambung terbesar di dalam
sistem pencernaan ternak ruminansia.  Permukaan rumen dilapisi oleh papilia. Rumen berfungsi
sebagai tempat fermentasi oleh mikroba, tempat absorbsi VFA dan tempat pencampuran pakan.
Rumen sapi memiliki berbagai jenis bakteri yang berbeda dengan jumlah yang sangat banyak
dan beberapa tipe protozoa yang membantu memanfaatkan serat dari bahan pakan dan sumber
Nitrogen non protein. Rumen pada ternak ruminansia memiliki ukuran yang paling besar
dibandingkan dengan lambung yang lainnya.  pH ideal dalam rumen adalah 6-7, pada pH
tersebut mikroorganisme akan tumbuh dengan baik.  Jika pH rumen sering terjadi perubahan
diluar pH 6-7 maka sebagian dari jenis mikroorganisme akan mati sehingga mengurangi
pemanfaatan pakan yang di proses di dalam rumen.  Pemberian konsentrat dengan persentase
yang tinggi dapat meningkatkan performa ternak dalam jangka waktu yang pendek namun
pemberian konsentrat dengan persentase yang tinggi dapat menyebabkan asidosis.  Jika produksi
VFA dan asam laktat tinggi dan melebihi kapasitas absorbsinya dan kemampuan menuju gastro
intestinal maka akan terjadi asidosis.

Bakteri menghasilkan enzim untuk menguraikan makanan sehingga membantu ternak


memanfaatkan nutrisi yang ada di dalam pakan.  Lingkungan bakteri harus memiliki kondisi pH
maupun suhu yang sesuai dengan pertumbuhannya. Fermentasi dalam rumen terjadi konversi
karbohidrat menjadi volatile fatty acids (VFA) dan gas serta menkonversi selulosa menjadi
energi.  Produksi gas di dalam rumen terdiri dari methan dan karbondioksida yang berjumlah 20-
40% (DeLaval, 2002). Jika gas menumpuk dalam rumen akan dikeluarkan melalui sendawa. 

c. Pencernaan pada Retikulum

Retikulum disebut juga perut jala karena permukaan bagian dalamnya mirip dengan jala atau
sarang lebah.   Rumen dengan retikulum hampir tidak berjarak. Retikulum juga membantu
regurgitasi (ruminasi).  Retikulum berfungsi sebagai tempat fermentasi pakan oleh
mikroorganisme.  Hasil fermentasi retikulum diantaranya adalah VFA, amonia dan air. Bahan
pakan yang difermentasi terutama VFA, amonia dan air pada retikulum mulai diabsorbsi.

d. Pencernaan pada Omasum

Omasum adalah lambung ketiga dari ternak ruminansia.  Omasum disebut perut buku
karena memiliki lipatan-lipatan seperti buku berupa lipatan-lipatan logitudinal.  Pencernaan pada
omasum masih terjadi fermentasi mikroorganisme.  Omasum berfungsi sebagai pengatur arus
ingesta ke abomasum dan menyaring partikel yang besar.  Terjadi penyerapan air yang
terkandung di dalam hijauan pakan ternak oleh dinding omasum, di dalam omasum enzim
bekerja menghaluskan hijauan.

e. Pencernaan pada Abomasum

Abomasum terbagi atas tiga bagian yaitu : florika yang merupakan sekresi mukus, fundika
(sekresi pepsinogen, renin dan mukus) dan Kardia yang merupakan sekresi mukus.  Abomasum
tempat permulaan pencernaan protein dan mengatur arus digesta dari abomasum ke duodenum. 
Pakan di abomasum akan dicerna kembali dengan bantuan asam klorida dan berbagai enzim. 
Asam klorida membantu mengaktifkan enzim pepsinogen melakukan pencernaan.

f. Pencernaan pada Usus Halus

Setelah selesai pencernakan pakan di abomasum maka akan dilanjutkan ke usus halus. 
Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan ileum. Dodenum kondisinya asam sehingga
bakteri dari lambung tidak bisa hidup di duodenum.  Kondisi asam akibat dari percampuran asam
dari abomasum, getah pankereas, hati, kantung empedu dan kelenjar dari usus halus.  kemudian
makanan akan mengalami pencernaan dengan bantuan enzim yang dihasilkan dari dinding usus.
Makanan pada tahap ini partikelnya lebih halus.  Setelah itu makanan berlanjut pada ileum,
ileum memiliki banyak vili yang berfungsi memperluas bagian penyerapan sehingga penyerapan
akan lebih optimal.

g. Pencernaan pada Usus Besar

            Usus besar kususnya caecum dan kolon, Sisa-sisa dari pencernaan sebelumnya didorong
dengan peristaltik usus ke usus besar.  Sisa-sisa dari pencernaan sebelumnya masih mengandung
mineral dan air. Penyerapan mineral dan air paling banyak di usus besar, penyerapan terjadi
melalui dinding usus.  Zat-zat yang diserap akan didistribusikan ke seluruh tubuh yang
membutuhkan, sedangkan sisa atau ampas dari penyerapan  akan dikeluarkan melalui rektum

.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Saliva merupakan gabungan dari berbagai cairan dan komponen yang diekskresikan ke
dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor (parotid,
submandibular, dan sublingual) serta sejumlah kelenjar saliva minor, dan cairan dari
eksudat ginggiva.
Saliva terdiri dari 94%-99,5% air, bahan organik, dan anorganik
Saliva disekresi sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tingkat perangsangan saliva
tergantung pada kecepatan aliran saliva yang bervariasi antara 0,1 sampai 4 ml/menit.
Pada hewan monogastrik ( Babi ) Air ludah atau saliva yang di produksi dalam mulut
berfungsi melembabkan dan melunakan pakan. Saliva juga menggandung Enzim
Amylaze yang mulai memecah pati ( Karbohidrat ) dalam pakan.
Pada hewan monogastrik ( Ayam ) kelenjar saliva dengan produksi saliva sekitar 7-30 ml
perhari yang cukup untuk memudahkan dan melicinkan pakan menuju kerongkongan.
Hati, empedu dan pankreas merupakan organ pelengkap dalam sistem pencernaan. Hati
mensintesis garam empedu yang disimpan di dalam empedu, sedangkan pankreas
mengeluarkan berbagai macam enzim pencernaan.
Pada ruminansia Setelah masuk kedalam mulut sapi, pakan akan diolah secara mekanis
(dihancurkan) oleh gigi. Kemudian pakan akan bercampur dengan saliva (air liur), yang
disekresikan oleh 3 pasang glandula saliva, yaitu glandula parotid yang terletak di depan
telinga, glandula submandibularis (sumbaxillaris) yang terletak pada rahang bawah, dan
glandula sublingualis yang terletak dibawah lidah.
Kandungan Saliva terdiri dari air sebanyak 99% airdan 1% sisanya terdiri atas mucin,
garam-garam anorganik, dan lisozim kompleks. Saliva pada sapi juga mengandung urea,
fosfor (P), dan natrium (Na) yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba rumen. Tetapi Saliva
pada sapi tidak mengandung enzim ?-amilase yang dapat membantu proses pencernaan.
Fungsi saliva adalah untuk :
i. Membasahi pakan agar mudah ditelan
ii. Menjaga pH rumen agar tidak naik atau turun terlalu tajam, hal ini terjadi karena
saliva memiliki sifat buffer (penyangga) dari bikarbinat yang terkandung didalamnya.
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke
dalam cavitas oral.Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua
kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan
mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur).
Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai
invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar.
Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan
rongga mulut. 
DAFTAR PUSTAKA :

Church, D. C. , (1988) The Ruminan Animal.  Digestive Physiology and nutrition.  Prentice

Hall, Englewood Cliffs, New Jersey

DeLaval (2002) Digestive Physiology of the cow

Hutjens, M. (201) The Digestive Physiology Ruminant. University of Illionois

Sutradi, T. (1979) Ketahanan Protein Bahan Makanan Terhadap Degradasi oleh Mikroba

Rumen dan Manfaatnya bagi Produksi Ternak . Proseding seminar penelitian

dan Penunjang Peternakan. LPP. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai