Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN INDIVIDU

BBDM MODUL 2.1


SKENARIO 1

“MULUTKU TERASA KERING”

Disusun oleh :

Ni Luh Gede Nirmala Komang


22010220140019

Dosen Pengampu
drg. Ira Anggar Kusuma, M.Si

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
Mulutku Terasa Kering

Seorang ibu usia 56 tahun menuturkan akhir-akhir ini mulutnya kering sehingga agak sulit
menelan makanan jika makanan tersebut tidak berkuah atau mengandung air. Dia bertanya-tanya
sendiri, apakah mulut keringnya tersebut ada hubungannya dengan obat alergi yang diberikan
dokter beberapa bulan terakhir akibat gatal-gatal kulit yang dideritanya.

Terminologi

1. Mulut kering : keadaan dimana kelenjar saliva tidak mampu menghasilkan saliva dalam
jumlah yang cukup
2. Istilah medis kondisi mulut kering : Xerosthomia
3. Istilah medis sulit menelan : Disfagia
4. Gatal-gatal : Suatu rasa tidak nyaman yang membuat seseorang merespon untuk
menggaruknya, sensasi kulit yang memicu refleks untuk menggaruk area tertentu pada
tubuh
5. Alergi : Respon abnormal dalam sistem kekebalan tubuh manusia terhadap alergen
tertentu, akan bereaksi secara berlebihan dan mengeluarkan histamin
6. Obat : Suatu zat yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi pada makhluk hidup setelah
dikonsumsi
7. Obat alergi : obat yang berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan reaksi-reaksi yang
dikeluarkan dari alergi
8. Istilah medis gatal-gatal : Pruritus

Rumusan Masalah

1. Apa saja hal yang bisa menyebabkan terjadinya mulut kering?


2. Apa saja komplikasi kesehatan pada rongga mulut yang dapat terjadi ketika mulut kering?
3. Apakah kondisi mulut kering tersebut merupakan kondisi yang berbahaya?
4. Bagaimana mengetahui mulut kering tersebut?
5. Apa saja gejala yang muncul pada pengidap xerosthomia?
6. Bagaimana cara mengatasi keluhan ibu tersebut?
7. Apakah gangguan mulut kering dapat memicu timbulnya penyakit lain?
8. Apa saja faktor yang menyebabkan produksi saliva menurun?
9. Apa saja fungsi dan faktor sekresi saliva dalam mulut?
10. Apakah gangguan mulut kering ddapat berpengaruh pada kerongkongan hingga terjadi
kesulitan menelan?

Hipotesis

1. Penyebab mulut kering bisa dehidrasi atau kekurangan cairan, stress atau cemas, kebiasaan
bernapas melalui mulut dan mendengkur, efek samping mengonsumsi obat-obatan atau
kemoterapi dan radioterapi. Faktor proses penuaan yang memengaruhi kemampuan tubuh
dalam proses penyerapan obat, kurangnya nutrisi dan penyakit kronis.
2. Beberapa komplikasi seperti sariwan, bibir pecah, bau mulut, kesulitan mengunyah, hingga
meningkatkan resiko karang gigi atau gigi berlubang. Bisa karena gangguan nutrisi karena
masalah menelan dan mengunyah, bisa menyabkan infeksi jamur di mulut dan radang gusi.
3. Kondisi mulut kering tidak berbahaya tetapi tetap harus diketahui penyebabnya. Jika
didiamkan akan menyebabkan kesulitan menelan dan mengunyah, Mulut yang dibiarkan
mengering juga dapat meningkatkan risiko pembusukan gigi atau infeksi jamur. Bisa jadi
berbahaya karena bisa menimbulkan penyakit lain.
4. Dengan merasakan haus terus-menerus, bau mulut terasa tidak sedap, kesulitan menelan.
5. Gejala umum yaitu gangguan pada bau mulut, bibir dan tenggorokan kering, sensasi panas
di dalam mulut khususnya lidah dan nyeri didalam mulut. Munculnya sariawan di mulut,
bibir pecah-pecah, air liur yang kenatl dan lengket, kesulitan mengecap, menelan,
mengunyah, atau berbicara. Suara serak dan lidah kering kemerahan dan tampak kasar.
6. Cara mengatasinya bisa dengan mengonsumsi air putih, menggunakan obat kumur yang
mengandung chlorine dioxide, menggunakan dry mouth gel, dan mengunyah permen karet
yang mengandung xilitol. Pemberian obat sesuai dengan penyebab mulut kering,
pengurangan dosis atau penggantian obat jika mulut kering disebabkan oleh penggunaan
obat-obatan tertentu.
7. Gangguan mulut kering dapat memicu timbulnya sariawan, bibir pecah-pecah, dan memicu
timbulnya infeksi di mulut. Menimbulkan gigi berlubang, infeksi jamur di mulut, dan
gangguan nutrisi karena kesulitan mengunyah dan menelan. Mulut kering bisa
menandakan penyakit tertentu seperti gangguan ginjal, diabetes, infeksi kelenjar ludah, dan
Sindrom Sjogren.
8. Dari konsumsi obat-obatan atau faktor hormon, karena adanya suatu masalah di kelenjar
saliva, faktor psikis, faktor usia.
9. Produksi saliva ada 2 yaitu pada saat terstimulasi dan tidak terstimulasi. Pada saat
terstimulasi yaitu pada saat sebelum dan sesudah makan, memikirkan makanan. Sedangkan
pada saat tidak terstimulasi yaitu pada jam-jam biologis, minimalnya pada malam saat tidur
dan maksimalnya pada saat jam 12 siang. Fungsi produksi saliva yaitu sebagai proteksi
rongga mulut, berperan dalam pencernaan makanan, membantu dalam pengecapan rasa,
mempertahankan integritas gigi, berperan dalam berbicara dan membantu melindungi gigi
dan mulut dari bakteri, virus dan jamur karena memiliki anti bacterial, anti fungal, dan anti
viral.
10. Bisa berpengaruh dengan kesulitan menelan karena saliva berfungsi untuk mempermudah
jalannya masuk, ketika mulut kering dan produksi saliva menurun akan menyulitkan
makanan untuk masuk ke dalam kerongkongan.

Peta Konsep

Kelenjar Saliva

Anatomi Histologi Fisiologi Patologi

Kelenjar saliva Tipe-tipe Sel Fungsi Normal Proses terjadinya


Mayor gangguan

Kelenjar saliva Mekanisme sekresi


minor saliva Akibat

Komposisi Saliva

Pemeriksaan kualitas dan


kuantitas saliva
Sasaran Belajar

1. Mampu menjelaskan dan memahami tipe-tipe kelenjar saliva pada tubuh manusia dan
letaknya secara anatomis.
2. Menjelaskan dan memahami histologi dari sel-sel yang menyusun kelenjar saliva.
3. Menjelaskan fisiologis kelenjar saliva meliputi fungsi normal, mekanisme sekresi,
komposisi saliva serta pemeriksaan kualitas dan kuantitas saliva.
4. Mampu menjelaskan dan memahami patologis kelenjar saliva meliputi bagaimana
terjadinya gangguan pada kelenjar saliva atau produksi saliva serta fungsi-fungsi yang
terganggu dan akibat dari terganggunya fungsi tersebut.

Belajar Mandiri

1. Anatomi Kelenjar Saliva


a. Kelenjar Saliva Mayor

Kelenjar saliva utma menghasilkan sekitar 90% saliva.


1) Kelenjar Parotid
Terletak di pipi dekat telinga, kelenjar asinar bercabang dengan bagian sekresi yang
hanya terdiri dari sel serosa di sekeliling lumen yang sangat kecil. Merupakan
kelenjar saliva terbesar yang memilikii dua lobus yaitu lobus superficial dan lobus
profundal dengan N. Facialis yang berada diantara dua lobus tersebut. Kelenjar
parotis memiliki 3-24 nodus limfa yang terletak di lateral N. Facialis di lobus
superfisial. Termasuk kelenjar serous yang menghasilkan saliva yang cair.
Saliva kelenjar parotid berhubungan dengan rongga mulut melalui ductus ekskretori
yang disebut Stensen’s ductus yang bermuara di daerah molar kedua rahang atas.
Pada kondisi terstimulasi, kelenjar parotis memiliki peran dominan dalam
merespon stimulus kuat seperti asam sitrat.
2) Kelenjar Submandibular
Merupakan kelenjar tubuloasinar bercabang dengan bagian sekresi yang
mengandung sel mukosa dan serosa. Sel serosa merupakan komponen utama
kelenjar ini. Terletak di segitiga submandibular yang terduri dari bagian anterior
dan posterior M. Digastricus dan tepi inferior mandibular. Duktus nya bermuara di
ductus Warthon yang terletak di dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingalis dan
melintasi bagian superior N. Hipoglosus dan inferornya menuju N. Lingualis.
Refleks saraf seperti stimulus mekanik akibat pergerakan lidah dan bibir berperan
dalan sel sekretori utama pada kelenjar submandibular. Termasuk kelenjar
seromucous yang terdiri dari 10% sel mucous dan 90% sel serous.
3) Kelenjar Sublingual
Merupakan kelenjar saliva yang paling kecil, terletak pada dasar mulut antara
mandibular dan M. Genioglossus. Tidak memiliki kapsula fascial yang jelas dan
ductus yang dominan, namun memiliki ductus of Rivinus yang terdapat 10 drainase
ductus kecil di dalamnya.
Pada anterior, ductus menyatu membentuk satu ductus yang lebih besar yaitu ductus
Bartholin yang menyekresikan saliva melalui ductus Warthon di sublingual
carancula di kedua sisi frenulum lingualis. Kerupakan kelenjar mucoserous.
b. Kelenjar Saliva Minor
Kelenjar saliva minor mensekresi 100% dari volume liur total saliva.Terletak di
submucosal bagian bawah lamina propria dan paling banyak ditemukan di bibir, lidah,
mukosa pipi dan palatum, tonsil, supraglotis, serta sinus pranasal. Penamaan kelenjar
saliva minor sesuai dengan letaknya. Setiap kelenjar memiliki satu ductus yang tersebar
di epitelium dan mensekresikan saliva secara langsung kerongga mulut secara spontan.
Saliva diekskresikan lambat pada siang hari dan saat istirahat.

2. Histologi Kelenjar Saliva


a. Acinus Cell
Sel-sel sekresi di dekatnya diikat oleh kompleks tautan dan biasanya membentuk massa
sferis dengan lumen yang sangat kecil di pusat. Asinus dan sistem salurannya
menyerupai anggur yang melekat pada tangkainya. Sel asinar serosa terutama
menghasilkan enzim digestif dan protein lainnya.
1) Mucous
Berbentuk kuboid atau kolumner sampai silindris dengan inti terdesak ke basal sel.
Sel-sel ini menunjukkan sifat-sifat sel penghasil mucus yang mengadung musin
glikoprotein hidrofilik yang penting untuk fungsi liur yaitu membasahi dan
melumasi. Sel-sel mukosa paling sering tersusun sebagai tubulus daripada asinus
dan memproduksi sebagian besar musin.
2) Serous
Sel serosa mengandung granula sekretori dengan jumlah besar α-amilase dan
protein yang kaya akan prolin. Merupakan sel penghasil protein terpolarisasi,
biasanya berbentuk pyramid dengan dasar lebar yang berada di lamina basal dan
permukaan apical yang sempit menghadap lumen.
b. Sel mioepitel
Terdapat di dalam lamina basal unit sekretorik dan bagian awal sistem duktus. Sel-sel
mioepitel yang mengelilingi bagian sekresi berkembang biak dan bercabang.
Sedangkan yang berhubungan dengan duktus awal berbentuk gelondong dan terletak
paralel dengan sumbu panjang duktus. Sel-sel mioepitel mencegah pelebaran bagian
ujung ketika lumen terisi saliva dan kontraksinya mempercepat sekresi produk kelenjar.
c. Duktus
1) Duktus Interkalaris
Disebut juga istmus. Memiliki lumen yang berbentuk seperti celah dan tersusun
atas sel kuboid rendah.

2) Duktus Striata
- Ductus interlobularis
Disebut juga duktus sekretorius. Termasuk duktus striata karena terdapat garis-
garis di basis yang menyerupai stria. Dibentuk oleh sel kuboid atau kolumner
rendah.
- Ductus ekskretorius
Disebut juga duktus ekskretorius atau interlobularis. Memiliki lumen yang
lebar dan berada di sekat jaringan ikat. Berwarna bening atau jernih.

3. Fisiologi Kelenjar Saliva


a. Fungsi Normal
Saliva memiliki fungsi proteksi yang bertugas menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Sealiva berperan sebagai cairan lubrikasi, cadangan ion, fungsi dapar, pembersih,
antimikroba, aglutinasi, pementuk pelikel, pencernaan, perasa, ekskresi dan menjaga
keseimbangan air. Lubrikasi merupakan fungsi untuk melindungi atau melapisi mukosa
dari iritasi mekanik, termal dan kimia. Aglutinasi adalah peran saliva dalam
mengumpulkan dan mempercepat pembersihan bakteri, pembentukan pelikel oleh
kandungan glikoprotein dan membantu pencernaan.
b. Mekanisme Sekresi
Sekresi saliva dilakukan oleh komponen-komponen kelenjar saliva yaitu acinus, ductus
interkalatus, dan ductus striatus. Produksi saliva terjadi melalui dua stase.
1) Stase 1 : Fluid Secretion
 Pada stase pertama terjadi sekresi saliva primer. Proses ini terjadi di asinus.
Saliva primer yang terultrafiltrasi pada plasma mengandung α –Amilase,
PRP, dengan ion Na+, K+, Cl- serta HPO42-. Saliva primer memiliki sifat
isotonic dengan plasma.
2) Stase 2 : Ion exchange
Stase kedua terjadi pada ductus. Saliva primer yang keluar dari asinus masuk ke
ductus kemudian mengalami perpindahan ion, sodium dan Cl- ter-reabsorbsi
kemudian menghasilkan saliva sekunder yang bersifat hypotonic dengan plasma.
c. Komposisi Saliva
1) Air
Saliva mengandung 99% air dan 1% compleks dari molekul organic dan non
organic yang termasuk element pada rongga mulut, serta gas (O2, CO2, dan N2).
2) Kompleks Inorganik
a) Protons (H+)
Kandungan proton pada saliva menentukan keasaman rongga mulut. Pada orang
dewasa, keasaman saliva berkisar 6-7,4. Keasaman saliva bergantung dari flow
rate yang terjadi. Semakin tinggi flow rate, maka akan meningkatkan aktivitas
buffer yang terjadi.
b) Hydrogen Carbonat, Bicarbonat, HCO3
Merupakan system buffer pada salifa yang mendorong keasaman dari saliva
yang terstimulasi hingga angka 8. pH 5,6 merupakan kondisi kritis dimana dapat
terjadinya disolusi enamel. Komposisi ini melawan keasaman yang diproduksi
oleh bakteri kariogenik. Berasal dari CO2 yang diaktifkan oleh carbonic
anhydrase.

pH berubah dari keadaan asam pada saat posisi istirahat menjadi basa ketika
terstimulasi oleh jumlah HCO3- yang meningkat pada saliva. Pada kondisi
istirahat, bicarbonate teresorbsi oleh ductus striati yang akan menyebabkan pH
turun. Pada konsisi terstimulasi, bikarbonat tidak teresorbsi sehingga
menyebabkan peningkatan pH pada saliva.
c) Calcium
Berperan dalam remineralisasi enamel gigi. Hanya sejumlah 50% dari ionic
form. Paling banyak ditemukan pada saliva yang dihasilkan oleh kelenjar
sublingual, disusul submandibular dan yang paling sedikit pada kelenjar parotis.
Pada kondisi terstimulasi kandungan kalsium lebih banyak.
d) Phosphate
Berperan dalam remineralisasi enamel gigi dan menyusun 90% dari komposisi
ionic saliva. Kandungan phosphate pada saliva dengan kondisi terstimulasi
lebih sedikit.
e) Fluoride
Konsentrasinya sedikit dan memiliki sifat yang mirip dengan plasma.
f) Thiocyanate
Memiliki sifat antibacterial. Apabila konsentrasi thiocyanate tinggi akan
menurunkan kejadian karies suatu individu. Pada perokok kandungan
thiocyanate akan meningkat.
g) Sodium & Potassium
Berperan dalam menjaga kenetralan elektrolit pada saliva.
3) Kompleks Organik
a) Protein
 Mucins group
Kandungan utama protein pada saliva yang terdiri dari dua mucins mayor
(MG1 dan MG2). Merupakan glikoprotein yang protein intinya berupa 40%
oligosakarida. Memiliki fungsi lubrikasi yaitu melindungi epitel dari
kerusakan mekanik dan mencegah masuknya agen berbahaya.
 PRPs
Protein pada saliva terdiri dari 40% prolin. Merupakan inhibitor dari
pengkristalan calcium phosphate. Merupakan bagian dari pellicula dentis
dan terbagi menjadi tiga kelompok dengan perannya masing-masing, yaitu:
 Acidic (45%) : lubrikasi, mineralisasi, melapisi/pelindung
jaringan
 Basic (30%) : pengikat tannin, pelindung jaringan
 Glycosylated (25%) : anti viral, lubrikasi

 Statherin
Statherins diproduksi oleh acinar cells di kelenjar saliva. Berfungsi untuk
mencegah persipitasi atau pengkristalan dari calcium phosphate yang
tersaturasi berlebihan pada ductus saliva dan oral saliva. Supersaturasi dari
calcium phosphate dibutuhkan untuk menjaga integritas dari enamel.
Statherins juga berperan dalam lubrikasi.
 α -Amilase
Merupakan enzim utama yang ada pada saliva (50%). Bertanggung jawab
atas hidrolisis karbohidrat yang dimakan. Factor terbanyak yang terdapat di
saliva dan memiliki sifat antimikroba serta peningkatan Ca2+ yang
membantu mempertahankan permukaan email. 80% diproduksi pada
kelenjar parotid. Amilase memiliki sedikit sifat antibacterial dan buffer.
 Lingual lipase
Berperan pada triglycerides dalam pemecahan lemak susu pada bayi.
 Carbonic Anhydrase
Bertanggung jawab pada system buffer saliva
 Peroxidase
Membantu fungsi bakterisidal
 Lysozyme
Memiliki system antimicrobial. Efek bactrisidal pada lysozyme memecah
asam muramic pada dinding sel.
 Immunoglobulin A (IgA)
Antibody pada tubuh sekretori yang efektif melawan bakteri kariogenik.
Kandungan IgA rendah pada individu yang memiliki karies gigi.
 Lactoferrin
Mengikat Fe. Bersifat bakteriostatik, berteriosidal, anti fungal, anti viral dan
anti inflamasi.
 Hystatin
Merupakan protein yang kaya akan histidine. Berpotensi untuk menginhibisi
pertumbuhan Candida albicans. Memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan luka.
a) Non-protein
 Uric acid
 Glukosa
 Asam Amino
 Laktat
 Asam Lemak

d. Pemeriksaan Saliva
1) Kualitatif
a) Tes Dapar Saliva
Dapar saliva merupakan factor reaksi penting dan sebuah indicator untuk
memeriksa kerentanan terhadap kares. Seseorang dengan dapar saliva yang
tingu umumnya akan tahan terhadap karies. Tes dapar saliva dilakukan dengan
Dentobuff .
b) Tes Lactobacillus
Pengukuran dilakukan pada saliva yag distimulasi dengan parafin, kemudian
diukur menggunakan Dentocult LB produksi Orion Diagnostica Finlandia.
Hasil pemeriksaan berupa terlihatnya kolini yang tumbuh pada media.
c) Tes Streptococcus Mutans
Tes ini dilakukan menggunakan system dip slide dengan metode test strip
mutans, caries screen dan MSBB.

2) Kuantitatif
a) Pengukuran volume saliva
Pengukuran volume saliva dilakukan dengan labu ukur.
b) Pengukuran laju saliva
Kecepatan atau laju saliva dihitung dengan cara mengukur volume saliva yang
tertampung per menitnya.
c) Pengukuran pH saliva
Pemeriksaan pH saliva dan kemampuan buffer dilakukan menggunakan saliva
check buffer kit. Pengukuran pH saliva menggunakan pH meter. Sebelum
pengukuran pH meter dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 7.

4. Patologi Kelenjar Saliva

No. Penyebab Penyakit Akibat


1. Paramiksovirus Parotitis a. demam
epidemika b. pembengkakan dan rasa nyeri
(Mumps) pada kelenjar saliva (parotis)
saat menguyah atau menelan
terutama saat mengonsumsi
cairan yang asam

2. Cytomegalovirus Cytomegalic a. demam akut,


(CMV) Inclusion Disease b. pembesaran kelenjar saliva
(CID) disertai nyeri,
c. hepatosplenomegali,
d. limfositosis,
e. pneumonia akut,
f. pertumbuhan lambat,
prematur, dan daya tahan
tubuh lemah (bayi)

3. Coxsackie A virus Parotitis akut a. Demam tinggi (38,3-40 C),


nonsuprativa b. sakit tenggorokan,
c. sakit kepala,
d. nausea,
e. ditemukan vesikel mulai
daerah posterior molar tiga
sampai oropharing,
f. parotitis bilateral bersamaan
terjadi limfadenopati, lidah
berselaput, dan gingivitis (2-3
hari setelahnya), serta
g. miningitis atau sepsis pada
bayi
4. HIV (human immunity HIV - Salivary a. pembengkakan lunak yang
virus) Glands Disease menyebar secara unilateral
(HIV-SGD) atau bilateral yang
menyebabkan kerusakan
wajah, dan mungkin
berhubungan dengan nyeri.
b. mempengaruhi kelenjar ludah
minor, dengan kelenjar ludah
labial yang menunjukkan
gambaran sialadenitis
(penyumbatan atau
peradangan pada saluran
saliva).
5. Staphylococcus aureus, Sialadenitis a. Nyeri dan pembengkakan pada
Streptococcus kelenjar yang terkena (biasanya
pyogenes, di bawah dagu),
Streptococcus viridans, b. demam, dan
Escherichia coli, dan c. keluar nanah di dalam mulut,
Haemophilis influenzae. yang berbau tajam
6. Virus Hepatitis C Pembesaran a. Benjolan yang menyakitkan
kelenjar saliva di bawah lidah;
secara kronik b. Rasa sakit yang meningkat
saat makan;
c. Benjolan di pipi atau di
bawah dagu; dan
d. Demam.

7. Gangguan stimulasi Hiposalivasi/Dry a. Nyeri pada permukaan mulut,


simpatis dari saraf Mouth b. tenggorokan kering,
otonom (obat-obatan, (xerostomia) c. kesulitan menguyah,
stres, usia, penyakit menelan, serta berbicara
tertentu, dll).
Perubahan komposisi
saliva.
Penyakit pada kelenjar
saliva (syndrome
sjorgen, salivary
aplasia, dll) .
8. a. peningkatan cairan Hipersalivasi a. Refleks muntah dan
lambung (reflux), (ptialism) batuk yang jika berulang
b. peningkatan akan timbul infeksi serta
stimulasi kelenjar timbul penyakit pada
saliva, pulmo,
c. kehamilan b. mual dan muntah (pada
(hormon), ibu hamil),
d. paparan racun,
e. gangguan menelan c. bibir kering, iritasi hingga
infeksi bakteri dan infeksi kulit di sekitar
inflamasi pada rongga mulut,
rongga mulut, d. bau mulut,
f. maloklusi dan e. dehidrasi,
caries, f. sulit berbicara, serta
g. kondisi tertentu g. sulit merasakan makanan
(stroke, parkinson,
lumpuh otak,
Amythropic lateral
schleoris (ALS)),
serta
h. penyakit yang
menyertai (asam
lambung, ulseratif
stomatitis, dll
karena
pengonsumsian
obat tertentu)

9. Inflamasi pada kelenjar Sjogren’s a. gejala kekeringan di


eksokrin karena Syndrome sekitar mata dan mulut
autoimun (autoantibody (xerostomia),
b. limfoma non-hodgkin
serum dan pada biopsi
(kanker getah bening),
kelenjar saliva ditandai c. penyakit ginjal,
dengan mononuclear d. hipotiroidisme, dan
cell yang menginfiltrasi e. Raynaud Syndrome
kelenjar saliva labial) (penyempitan arteri dan
hipersensitivitas tangan
serta kaki pada suhu
dingin).
f.
10. a. Penyumbatan Sialothiasis a. rasa sakit dan adanya
kelenjar saliva atau pembengkakan secara
saluran intermiten di daerah
ekskretorisnya kelenjar saliva mayor,
karena b. atropi pada kelenjar
pembentukan saliva, dan
konkret atau c. fibrosis
sialolith berkapur
(batu
saliva/kalkulus),
b. manifestasi
penyakit sistemik
(asam urat/arthritis)
Daftar Pustaka

1. Junquiera, JC., Carneiro, J., Kelley, RO., Basic Histology Text and Atlas, 11th ed. London :
Prentice Hall International Limited, 2007
2. Eroschenko V. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. 12th ed. PENERBIT
BUKU KEDOKTERAN EGC; 2015. xxiv + 606.
3. Gartner LP, Hiatt JL. Atlas Berwarna HISTOLOGI. Pamulang - Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher; 2012.
4. Sundoro, E. Pemanfaatan Saliva dalam Mendeteksi Faktor-Faktor Resiko Terhadap Karies.
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2000. 430-434 hlm.
5. Wirawan E, Puspita S. Hubungan pH Saliva dan Kemampuan Buffer dengan DMF-T dan def-
t pada Periode Gigi Bercampur Anak usia 6-12 Tahun. Yogyakarta : Insisiva Dental Journal.
2017. Vol.6 No.1
6. Moghe S, Pillay A, Thomas S, P. Neir P. Parotid sialolithiasis. BMJ Case Rep. 2012;
7. Kasuma N. Fisiologi dan Patologi Saliva. Padang: Andalas University Press; 2015. 31–38
hlm.
8. Corvianindya Rahayu Y, Kurniawati A. Cairan Rongga Mulut. 2 ed. Yogyakarta: Pustaka
Panasea; 2018. 73–79 hlm.
9. Alhawaris. Hepatitis C: Epidemiologi, Etiologi, dan Patogenitas. Jurnal Sains dan Kesehatan
(JSK). 2019;2:139–52.

Anda mungkin juga menyukai