Dosen pengampu:
drg. Isniya Nosartika, Sp.Perio, MDSc
Disusun oleh :
Muhammad Azriel Daffa A. 22010220140010
Hatta Rizky Zainal 22010220140015
Jenita Az'zahra Hermawan 22010220140016
Ni Luh Gede Nirmala K. 22010220140019
Sari Sekar Pandita 22010220140020
Abiyudha Panjalu 22010220130022
Tiara Candra Dewi 22010220140024
Salsabila Aliyah Husna 22010220140025
Giacinta Ilona Fergaus T 22010220140026
Azzahra Calista Grania 22010217140048
Juliesticha Ayu Rahmatantri 22010217130069
Pasien pria datang ke poli gigi RSND dengan keluhan terdapat sariawan pada bukal kanan. Hasil
pemeriksaan IO terdapat gigi geraham atas kiri tumbuh ke arah bukal. Pasien menceritakan bahwa
sariawan timbul setelah pipinya tergigit saat makan. Awalnya hanya perih dan berdarah, tetapi
setelah dilihat oleh pasien menjadi lebih besar lukanya. Pasien menjadi sulit untuk makan dan
merasa sakit. Pasien tersebut tertarik akan kasusnya dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang
proses terjadinya luka dan mediatornya. Kebetulan pasien adalah mahasiswa Kedokteran Gigi.
Terminologi
1. Sariawan : peradangan yang terjadi pada lapisan mukosa mulut. Biasanya menimbulkan rasa
sakit dan tidak nyaman pada penderita. Hilangnya lapisan epitel sampai melebihi membrane
basal dan mengenai lamina propia.
2. Istilah medis sariawan : Traumatic ulcer.
3. Poli Gigi : layanan kesehatan gigi dan mulut berupa pemeriksaan dan tindakan medis dasar.
4. Pemeriksaan Intra Oral : pemeriksaan yang dilakukan dalam mulut pasien untuk mengetahui
kondisi rongga mulut baik jaringan keras maupun jaringan lunak. Biasanya dapat dilakukan
perkusi, sondasi, probing dan mobilitas.
5. Mediator : terjadi pada tahap awal terjadinya radang. Jaringan mengeluarkan stimulus yang
dapat memicu pelepasan sel-sel radang dan jaringan ikat, kemudian mediator akan
berpengaruh terhadap respon vascular.
Rumusan Masalah
1. Apa diagnosis dari kasus diatas?
2. Apa yang menyebabkan luka sariawan pada pasien, hingga pasien kesulitan untuk makan?
3. Patofisiologi sariawan
4. Pada pemeriksaan intra oral, kenapa gigi geraham kiri tumbuh kearah bukal?
5. Bagaimana perawatan stomatitis atau traumatic ulcer pada kasus tersebut?
6. Apakah diagnosis banding dari kasus tersebut?
7. Etiologi traumatic ulcer atau sariawan
8. Mengapa sariawan pada pasien melebar?
Hipotesis
1. Menanyakan durasi, frekuensi dan besar lesi serta penyebab. Pada kasus : traumatic ulcer
disebabkan trauma mekanik.
Gambaran klinis: ulcer dilapisi eksudet fibrin berwarna putih kekuningan dengan tepi
kemerahan.
Traumatic ulcer dapat sembuh sendiri pada waktu sekitar 10 hari
2. Disebabkan trauma mekanik : tergigit saat makan (mengunyah). Kesulitan makan karena
rasa nyeri yang timbul akibat inflamasi.
3. 4 tahap :
a. Hemostasis
b. Inflamasi: respon tubuh bertujuan untuk melindungi dan membuang jaringan
nekrotik pada luka. Makrofag memegang peranan penting pada penyembuhan luka,
muncul pada 48-96 jam setelah terjadinya perlukaan dan akan mempercepat fase
inflamasi ke ploriferasi.
c. Proliferasi
d. Remodeling
4. Impaksi, kekurangan ruang pada rahang. Benih gigi tidak tumbuh sesuai pada tempatnya.
5. Menghilangkan penyebab trauma, menghilangkan gejala (pemberian antiinflamasi) dan
didukung dengan memakan makanan bernutrisi untuk membantu penyembuhan.
6. Stomatitis Aftos Rekuen
Perbedaan : merupakan sistematik, disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri, stress,
kekurangan nutrisi dan kondisi imun. Gambaran klinis : oval, tiap kasus hampir sama.
Gambaran klinis traumatic ulcer bervariasi.
7. Penyebab utama belum di ketahui. Penyebab timbul :
a. General : hormonal, stress
b. Lokal : overhang tambalan, protesa, gigi tiruan. Tergigit. Defisiensi vit B12. Trauma
thermal (makanan panas), trauma mekanik, dan trauma chemical (penggunaan
chlorhexidine)
Pada scenario : akibat trauma mekanik pada proses mastikasi (mukosa mulut tergigit)
sehingga terjadi kerusakan fisik.
8. Karena terpapar bakteri dan kuman pada saat kondisi tubuh tidak baik sehingga terjadi
peradangan berkelanjutan.
Peta Konsep
Traumatic
ulcer
Proses
Penegakan Mekanisme Proses pembekuan
Pemeriksaan penyembuhan
diagnosis peradangan darah
luka
diagnosis
objektif Mediator Mediator
banding
gambaran
subjektif
klinis
Sasaran Belajar
1. Mengetahui dan menjelaskan pemeriksaan subjektif dan objektif dari kasus ulkus
traumatikus.
2. Menjelaskan cara penegakan diagnosis dan gambaran klinis dari kasus.
3. Mengetahui dan menjelaskan mekanisme peradangan pada rongga mulut(mediator).
4. Menjelaskan proses penyembuhan luka.
5. Menjelaskan proses pembekuan darah (mediator)
Hasil Diskusi.
1. Mengetahui dan menjelaskan pemeriksaan subjektif dan objektif dari kasus ulkus
traumatikus.
Ulkus merupakan kelainan pada mukosa mulut yang umumnya terasa nyeri serta
mengganggu dalam proses mastikasi dan fonasi. Ulser traumatik menjadi tantangan dan
membutuhkan ketelitian pada pemeriksaan subjektif (anamnesis) dan pemeriksaan objektif
(klinis), sebagai kunci untuk menegakkan diagnosis secara tepat untuk memberikan
perawatan yang tepat.
Penentuan diagnosis ulser traumatik perlu dilakukan anamnesis lengkap dan
mengidentifikasi faktor penyebab trauma berdasarkan atas keluhan penderita. Operator
harus menanyakan mengenai riwayat terjadinya ulser yaitu keluhan, waktu lesi muncul,
durasi, rekurensi, jumlah lesi, dan riwayat trauma. Selain itu operator harus menanyakan
mengenai riwayat medis termasuk obat-obatan yang dikonsumsi, dan riwayat keluarga. Cara
pengambilan anamnesis antara lain :
a) Chief complaint : keluhan utama berhubungan dengan rasa sakit, pembengkakan, tidak
berfungsi. Chief Complaint ini biasanya ditanyakan tentang penyakit yang diderita dan
lokasinya.
b) Present Illness : keluhan utama yang berhubungan dengan gejala-gejala, mulai sejak
timbulnya sampai pada waktu Riwayat.
c) Past History : Past Dental History (PDH) sebagai riwayat pemeriksaan gigi dan
komplikasi pencabutan. Sedangkan Past Medical History PMH ditanyakan mengenai
riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita, misal penyakit jantung, diabetes mellitus,
hepatitis, alergi.
d) Family History : riwayat penyakit mental, sebab-sebab kematian dari orang tua, riwayat
penyakit sistemik keluarga, riwayat masalah-masalah gigi keluarga
e) Personal & Social History : Ditanyakan mengenai status perkawinan, kesehatan dari
pasangannya, mengandung/ tidak serta kebiasaan-kebiasaan buruk penderita terutama
yang berhubungan dengan kondisi giginya.
Anamnesis disertai pemeriksaan klinis yang lengkap, pemeriksaan yang dilakukan
operator pada objek dengan keadaan-keadaan sebagaimana adanya tidak ada pengaruh
perasaan. Tujuan pemeriksaan objektif adalah untuk mengidentifikasi kelainan yang ada
pada gigi dan mulut. Pemeriksaan objektif terdiri atas :
a) Pemeriksaan Ekstra Oral
Pemeriksaan bagian tubuh penderita di luar mulut yaitu pada daerah muka, kepala, leher.
Cara pemeriksaan ekstra oral dengan membandingkan sisi muka penderita sebelah kiri
dengan sebelah kanan, simetris atau tidak. Memeriksa pembengkakan dengan palpasi
atau meraba, yaitu meraba kelenjar, misalnya kelenjar submandibular serta Meraba pada
daerah pembengkakan dengan menggunakan punggung tangan, untuk mengetahui suhu
di daerah pembengkakan tersebut.
b) Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan dari bagian rongga mulut yang meliputi mukosa dan gigi. Dilakukan
dengan cara memeriksa keadaan mulut secara menyeluruh untuk melihat kelainan
mukosa dari pipi, bibir, lidah, palatum, gusi dan gigi. Cara pemeriksaan gigi geligi
dimulai dari kwadran kanan atas kemudian kiri atas, kiri bawah dan terakhir kwadran
kanan bawah. Pemeriksaan intra oral lainnya seperti inspeksi, probing, perkusi dan
sondasi.
Peradangan dapat bersifat akut atau kronik. Manifestasi peradangan akut dibagi menjadi dua
kategori yaitu perubahan vaskuler yaitu vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskuler
dan respon seluler yang ditandai dengan emigrasi leukosit dari mikrosirkulasi dan
penumpukan agen inflamasi. Peradangan kronik terjadi karena proses inflamasi akut yang
rekuren atau progresif. Karakter inflamasi kronik adalah adanya infiltrasi sel-sel nuclear
yang lebih banyak daripada neutrofil pada peradangan akut.
Tanda-tanda lokal respon peradangan yaitu rubor, tumor, kalor, dolor, dan functio laesa.
Kalor disebabkan karena pembuluh darah mengalami vasodilatasi dan diikuti peningkatan
pergerakan darah ke daerah yang lebih dingin. Peningkatan sel darah ini menimbulkan
rubor. Tumor merupakan akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah yang berdilatasi dan
menjadi lebih permeable ke jaringan sekitarnya. Dolor diakibatkan efek langsung dari
mediator yang dihasilkan dari proses peradangan maupun akibat tarikan serabut saraf bebas
akibat edema. Aktivitas ini menyebabkan kerusakan jaringan yang ditandai dengan
keterbatasan gerak atau pergantian fungsi sel menjadi jaringan parut.
Mediator inflamasi :
a. Vasodilatasi : prostaglandin dan nitrit oksida
b. Peningkatan permeabilitas vascular : histamin, serotonin, bradikininm leukotriene
C4, leukotriene D4, dan leukotriene E4
c. Kemotaksis, aktivitas leukosit : leukotriene B4, kemokin
d. Demam : IL-1, IL-6, prostaglandin, factor nekrosis tumor
e. Nyeri : prostaglandin dan bradykinin
f. Kerusakan jaringan : nitrit oksida, enzim lisosom neutrophil dan makrofag
Proses respon peradangan :
1. Pembuluh darah di sekitar daerah yang mengalami jejas memberi respon kepada
system imun.
2. System imun dalam pembuluh darah bermigrasi ke dalam jaringan yang mengalami
jejas dan mekanisme dari system imun bawaan dan apdaptif untuk menetralisir dan
menghilangkan stimulus yang menimbulkan jejas.
3. Proses perbaikan dan penyembuhan dari jaringan yang mengalami jejas.
4. Apabila jaringan yang mengalami jejas mengalami penyembuhan maka disebut
inflamasi akut dan jika tidak mengalami proses penyembuhan maka disebut
inflamasi kronik.