Kelompok 3 :
Ketua : Wirackhul Ikhsan Satya Nurgraha (1811413009)
Sekretaris : Aqila Syifa Nada ( 1811411017)
Yuliza Putri (1811412013)
Anggota :
SKENARIO 1:
Bondan (24 th) sudah 2 hari sakit gigi dan terlihat membengkak , berwarna merah
di pipi kanan disertai rasa sakit . Makin lama bengkak semakn membesar dan sakit .
Pemeriksaan dokter gigi didapati bentuk muka bondan yang asimetris, dengan
pembengkakan besar pada regio mandibula sebelah kanan disertai warna kemerahan dan
sakit bila tersentuh. Pemeriksaan intra oral gigi ditemukan gigi 47 gangren. Dokter gigi
menjelaskan bahwa yang dialami bondan adalah infeksi yang sudah meluas dengan
tanda-tanda reaksi jaringan. Gigi 47 yang gangrene sebagai salah satu penyebabnya .
Tanda tannda infeksi lainnya dapat dilihat / didiagnosa melalui pemeriksaan darah.
1. Gangren
- Keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mulai mati sebagaisistem pertahanan
pulpa sudah tidak dapat lagi menahan rangsangan
1. – Genetic
– Merokok
– Perubahan pada struktur gigi
– Usia
– Cedera
– Stroke
2. – Karies, dari enamel dentin menjadi pembengkakan pada pulpa. Dari
bakteri yang menyebabkan karies.
– Arteri tersumbat
– Trauma
– Radang dingin
4. – Tes Darah
– Bedah
– Kultur cairan dan jaringan
5. SAMPEL
- darah
-urine
-tinja
-ludah
-dahak
-cairan tulang belakang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- gram bakteri positif / negative
- kultur mikroba
- tes antibody
- tes antigen
YANG LEBIH AKURAT
-foto rontgen
-MRI
-CT Scan
-Biopsi
Dari inflamasi :
Akut (Rubor, Kalor, Dolor, Tumor, Leukosit naik)
Supuratif (nanah dan nekrotik)
Kronik (Perubahan fungsi jaringan)
7. – Melalui Vaksinisasi
– Imunisasi
– Jaga kebersihan gaya hidup
IV. SKEMA
Pemeriksaan
Asimetris Mandibula
- Gigi 47 ganggren
Kanan
Infeksi
2. Jamur
Jamur merupakan organisme saprofit yang dapat menyebabkan infeksi
sistemik pada pasien imunokompromais.
Tiap jamur memiliki respon mekanisme yang berbeda untuk menghindari
system imun yang bekerja dan dapat menginvasi barrier pertahan tubuh
yang pertama yaitu perthanan fisik.
1. Candida albicans
2. Candida tropicalis
3. Candida krusei
4. Candida parapsilosis
5. Candida guilliermondi
Dari kelima tipe tersebut, Candida albicans adalah yang paling sering terdapat
pada kavitas oral. Candida albicans merupakan fungi yang menyebabkan infeksi
opurtunistik pada manusia. Salah satu kemampuan yang dari Candida albicans adalah
kemampuan untuk tumbuh dalam dua cara, reproduksi dengan tunas, membentuk tunas
elipsoid, dan bentuk hifa, yang dapat meningkatkan misela baru atau bentuk seperti
jamur.Secara umum presentasi klinis dari kandidiasis oral terbagi atas lima
bentuk: kandidiasis pseudomembranosa, kandidiasis atropik, kandidiasis
hiperplastik, kandidiasis eritematosa atau keilitis angular. Pasien dapat menunjukan
satu atau kombinasi dari beberapa presentasi ini.
1. Kandidiasis pseudomembranosa
Kandidiasis pseudomembranosa secara umum diketahui sebagai thrush, yang
merupakan bentuk yang sering terdapat pada neonatus. Ini juga dapat terlihat pada
pasien yang menggunakan terapi kortikosteroid atau pada pasien dengan
imunosupresi. Kandidiasis pseudomembran memiliki presentasi dengan plak putih
yang multipel yang dapat dibersihkan. Plak putih tersebut merupakan kumpulan dari
hifa. Mukosa dapat terlihat eritema. Ketika gejala-gejala ringan pada jenis
kandidiasis ini pasien akan mengeluhkan adanya sensasi seperti tersengat ringan
atau kegagalan dalam pengecapan.
2. Kandidiasis atropik
Kandidiasis atropik ditandai dengan adanya kemerahan difus, sering dengan
mukosa yang relatif kering. Area kemerahan biasanya terdapat pada mukosa yang
berada dibawah pemakaian seperti gigi palsu. Hampir 26% pasien dengan gigi palsu
terdapat kandidiasis atropik.
3. Kandidiasis hiperplastik
Kandidiasis hiperplastik dikenal juga dengan leukoplakia kandida. Kandidiasis
hiperplastik ditandai dengan adanya plak putih yang tidak dapat deibersihkan.
Lesi harus disembuhkan dengan terapi antifungal secara rutin.
4. Kandidiasis eritematosa
Banyak penyebab yang mendasari kandidiasis eritematosa. Lesi secara klinis
lesi timbul eritema. Lesi sering timbul pada lidah dah palatum. Berlainan dengan
bentuk kandidiasis pseudomembran, penderita kandidiasis eritematosa tidak ditemui
adanya plak-plak putih. Tampilan klinis yang terlihat pada kandidiasis ini yaitu
daerah yang eritema atau kemerahan dengan adanya sedikit perdarahan di daerah
sekitar dasar lesi. Hal ini sering dikaitkan terjadinya keluhan mulut kering pada
pasien. Lesi ini dapat terjadi dimana saja dalam rongga mulut, tetapi daerah
yang paling sering terkena adalah lidah, mukosa bukal, dan palatum.
5. Keilitis angular
Keilitis angular ditandai dengan pecah-pecah, mengelupas maupun ulserasi
yang mengenai bagian sudut mulut. Gejala ini biasanya disertai dengan
kombinasi dari bentuk infeksi kandidiasis lainnya, seperti tipe erimatosa.
Bakteri
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membrane inti sel,
temasuk dalam domain prokariota dan berukuran mikroskopis.
Bakteri sterptococus mutan merupakan salah satu flora normal yang hidup di
rongga mulut, tapi pada jumlah yang berlebih merupakan agen salah satu
penyebab karies pada gigi.
Bakteri ini dapat mengubah karbohidrat menjadi asam yang memicu petembuhan
bakteri nya lebih cepat apabila dalam kondisi asam.
Ratsusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan dapat
hidup di dalam tubuhnya.
Karakteristik bakteri :
- Uniseluler
- Prokariotik
- Hidup bebas
- Hidup di lingkungan ekstrim
Virus
Virus dari Bahasa latin artinya adalah racun. Merupakan agen infeksi yang
berbeda dari mikroorganisme lainnya karena berukuran sangat kecil dan bersifat
parasite obligat intraseluler, yaitu membutuhkan host untuk multipikasi.
Sifat umum :
- Mengandung salah satu jenis asam nukleat yaitu DNA atau RNA
- Mengandung pembungkus protein
- Mereplikasi diri pada sel hidup
- Resisten terhadap antibiotika tetapi sensitive terhadap interferon
Herpes simplex adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus yang menyerang bagian
kulit, mulut, dan alat kelamin. Virus herpes simplex dikategorikan dalam 2 tipe: tipe 1
(HSV-1 atau herpes oral) dan tipe 2 (HSV-2 atau herpes genital).
HSV-1 menyebabkan luka (kadang-kadang disebut demam lepuh atau luka dingin) di
sekitar mulut dan bibir. HSV-1 dapat menyebabkan herpes genital, namun sebagian besar
kasus herpes genital disebabkan oleh HSV-2.
Sementara itu, HSV-2 menyebabkan orang yang terinfeksi mungkin memiliki luka di
sekitar alat kelamin atau dubur. Meskipun luka HSV-2 dapat terjadi di lokasi lain, luka
yang ditimbulkan biasanya ditemukan di bawah pinggang.
HSV-1 yang ditularkan melalui sekresi mulut atau luka pada kulit, dapat menyebar
melalui ciuman atau barang yang digunakan bersama-sama, seperti sikat gigi atau
peralatan makan. Secara umum, seseorang hanya bisa mendapatkan infeksi HSV-2
selama kontak seksual dengan seseorang yang memiliki infeksi genital HSV-2. HSV-1
dan HSV-2 dapat menyebar bahkan jika tidak ada luka. Wanita hamil dengan herpes
genital harus berdiskusi dengan dokter karena herpes genital dapat ditularkan ke bayi saat
melahirkan.
Perlu diketahui, kambuhnya herpes dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:
Kedua jenis virus ini sangat mudah menular dan penularannya terjadi melalui kontak
langsung dari orang yang terinfeksi. Herpes terkadang tidak menimbulkan gejala tertentu,
tapi orang yang terinfeksi tetap bisa menularkan virus. Karena gejalanya yang cukup
ringan, sekitar 80 persen orang yang terinfeksi tidak menyadari bahwa mereka telah
menderita herpes.
Infeksi bakteri akut sering sukar dibedakan dari infeksi virus karena
kemiripan gejala klinis keduanya. Dalam praktik, penegakan diagnosis
infeksi bakteri dilakukan melalui pemeriksaan kultur, sedangkan infeksi
virus melalui pemeriksaan titer antibodi dan viral load. Namun,
pemeriksaan tersebut jarang dilakukan karena membutuhkan waktu lama.
Di sisi lain, pemberian terapi harus segera dilakukan. Saat ini, parameter
laboratorium yang dianggap sebagai penanda infeksi bakteri akut adalah
jumlah leukosit, hitung jenis, laju endap darah, dan berbagai jenis reaktan
fase akut. Reaktan fase akut, seperti C-reactive protein (CRP) dan
procalcitonin (PCT), memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Ada
yang mengajukan indeks gabungan nilai LED, hitung jenis, dan CRP
dengan nilai cut-o tertentu, sehingga sensitivitas dan spesifisitas
pemeriksaan diharapkan menjadi lebih tinggi.
- Procalcitonin
Procalcitonin (PCT) adalah prehormon dari calcitonin, yang normalnya
disekresikan oleh sel C kelenjar tiroid sebagai respons terhadap hiperkalsemia.
Mekanisme produksi PCT terhadap respons inflamasi dan fungsinya masih
belum diketahui, namun diduga procalcitonin dihasilkan oleh hati, sel
mononuklear periferal dan termasuk dalam sitokin yan berhubungan dengan
sepsis. Procalcitonin dinilai sangat baik untuk mendeteksi adanya infeksi
bakteri berat (serious bacterial infection/SBI) seperti bakteremia, meningitis,
infeksi saluran kemih,atau pneumonia. PCT lebih baik dibandingkan CRP.
Selain itu, PCT dinilai lebih unggul dalam kecepatan diagnosa dini, yaitu pada
8 jam pertama demam PCT sudah dapat digunakan untuk mengidentifikasi
adanya infeksi bakterial.
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular
lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.
Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang
menjadi penyebab terbentuknya karies . Ada tiga faktor utama yang memegang peranan
yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan
ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-
tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling
mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat
yang sesuai dan waktu yang lama.
Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor
host, agen, substrat dan waktu
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies
yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan
kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-
sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.
Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan
membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan
kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1%
dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna
dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal
enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung
mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi pada
anak-anak lebih mudah terserang karies dari pada gigi orang dewasa. Hal ini disebabkan
karena enamel gigi mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah
mineralnya lebih sedikit. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi pada anak-
anak tidak sepadat gigi orang dewasa. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab
tingginya prevalensi karies pada anak-anak.
Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak
adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang
biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang
tidak dibersihkan. Mikroorganisme yang menyebabkan karies gigi adalah kokus gram
positif, merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans,
Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa
strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada
plak gigi. Pada penderita karies, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 10.000-
100.000 sel/mg plak. Walaupun demikian, Streptokokus mutans yang diakui sebagai
penyebab utama karies oleh karena Streptokokus mutans mempunyai sifat asidogenik dan
asidurik (resisten terhadap asam).
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.
Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang
menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak
mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi,
sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya
sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan
bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies gigi .
d. Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang
dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk
berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
VII. Daftar Pustaka
https://www.researchgate.net/publication/312175687_Respons_Imun_Terhadap_I
nfeksi_Bakteri
http://www.kalbemed.com/Portals/6/21_241Analisis-
Pemeriksaan%20Laboratorium%20untuk%20Membedakan%20Infeksi%20Bakteri%2
0dan%20Infeksi%20Virus.pdf
https://www.researchgate.net/publication/310161677_Oral_Candidiasis_Kandidiasis_
Oral