Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 17 MODUL 1 “REKAM MEDIK”

Insisivus 3
Tutor : drg. Hidayati , M.KM
Ketua : M. Reygan Caristo
Sekretaris Meja : Kuntum Khaira Ummah
Sekretaris Papan : M. Iqbal

Anggota :
Inne Pratiwi Debita
Iswara Sardi
Izzah Dhiyaul Auni
Kinantya Putri
M. Iqbal
Marsha Nada M P
Naufal Delihefian

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2019
MODUL 1
REKAM MEDIK
SKENARIO 1

GIGIKU TONGGOS
Fadil (11 tahun) bersama ibunya dating ke klinik dokter gigi untuk konsultasi
mengenai keadaan gigi depan atas yang terlihat maju.

Dokter gigi melakukan anamnesa, menanyakan riwayat gigi keluarganya dan


diketahui susunan gigi ayah dan ibunya normal. Hasil pemeriksaan intra oral gigi permanen
telah erupsi kecuali molar dua dan molar tiga. Terdapat diastema diantara gigi 11 dan 21,
overjet 6,2 mm dan overbite 4mm, relasi gigi molar atas dan molar bawah normal. Dokter
gigi mencetak maksila dan mandibular Fadil.

Dokter gigi juga melakukan foto intra oral dan ekstra oral lalu merujuk Fadil ke
bagian radiologi untuk rontgen foto panoramic dan sefalometri.

Ibu Fadil bingung dengan anjuran dokter gigi karena menyangka kasus anaknya
sangat parah. Bagaimana saudara mengatasi kebingungan ibu Fadil ?
LANGKAH 7 JUMPS
Langkah 1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-
hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.

 Diastema : adanya jarak antara gigi geligi yang seharusnya berkontak


 Overjet : jarak horizontal antara insisal gigi insisivus sentral rahang atas terhadap
bidang labial gigi insisiv sentral rahang bawah
 Overbite : jarak vertikal antara insisal edge gigi insisiv sentral rahang bawah sampai
insisal edge gigi insisiv sentral rahang atas.
 Sefalometri : foto rontgen yang diambil dari antero-posterior yang memperlihatkan
keseluruhan hubungan struktur maksila dan mandibula.
 Panoramic : foto rontgen yang memperlihatkan seluruh gambaran lengkung gigi
maksila dan mandibula termasuk struktur gigi dan jaringan pendukungnya.
 Rekam medik : berkas yang berisi catatan pasien berupa anamnesa,hasil pemeriksaan
klinis dan tindakan yang dilakukan.

Langkah 2. Menentukan masalah

1. Apa faktor yang memungkinkan gigi fadil terlihat maju ?


2. Apa saja anamnesa untuk mendapatkan diagnosa ?
3. Kenapa drg menanyakan riwayat gigi keluarga ?
4. Apa saja yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan intra oral dan ekstra oral ?
5. Mengapa drg melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ?
6. Apa fungsi foto intra oral dan ekstra oral yang diambil oleh drg ?
7. Mengapa drg melakukan rontgen foto panoramik dan sefalometri ?
8. Apa pemeriksaan selain foto intra oral dan ekstra oral yang diambil oleh drg ?
9. Apa diagnosa dari kasus fadil ?
10. Apa rencana perawatan untuk kasus fadil ?
11. Apa saja yang dijadikan pertimbangan untuk perawatan kasus fadil ?

Langkah 3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior


knowledge

1. Apa faktor yang memungkinkan gigi fadil terlihat maju ?


 Bad habit : menghisap ibu jari, sering mendorong lidah ke depan, bernafas
lewat mulut.
 Herediter
 Terjadinya malposisi gigi
 Adanya persistema
2. Apa saja anamnesa untuk mendapatkan diagnosa ?
 Identitas pasien (nama,umur,suku,alamat)
 CC
 PMH (penyakit sistemik)
 FH
 PDH
 Kebiasaan buruk
3. Kenapa drg menanyakan riwayat gigi keluarga ?
Karena, maloklusi bisa disebabkan oleh faktor keturunan atau herediter
4. Apa saja yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan intra oral dan ekstra oral ?
Intra oral :
 OH pasien
 Lidah
 Gingiva
 Palatum
 Bentuk lengkung rahang
 Pemeriksaan gigi secara keseluruhan
 Frenulum

Ekstra oral :

 Bentuk kepala
 Profil wajah
 Bentuk wajah
 Hubungan bibir
 Kesimetrisan wajah
 TMJ
 Free way space
5. Mengapa drg melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ?
 Buat model studi untuk menjelaskan kondisi pasien
 Menentukan diagnosa dan pemeriksaan klinis
 Acuan perawatan
 Evaluasi setelah dilakukan perawatan
 Pedoman dokter gigi untuk mengetahui lengkung gigi
 Rekam medic dari pasien
 Untuk melihat kurva spee, diastema gigi, midline
 Untuk melihat relasi gigi posterior
6. Apa fungsi foto intra oral dan ekstra oral yang diambil oleh drg ?
 Panduan perawatan
 Sebagai rekam medic
 Bahan pembelajaran untuk kedepannya
 IO : kebersihan mulut, keadaan mulut dan gigi
 EO : analisis tipe bibir, simetris wajah
7. Mengapa drg melakukan rontgen foto panoramik dan sefalometri ?
Panoramic :
 Untuk melihat gigi yang belum erupsi
Sefalometri :
 Untuk perawatan ortodonti
 Untuk melihat tipe muka pasien
 Untuk menentukan diagnosis dan rencana perawatan
 Untuk melihat hubungan RA dan RB dengan basis cranium
 Untuk melihat keadaan skeletal
8. Apa pemeriksaan selain foto intra oral dan ekstra oral yang diambil oleh drg ?
 Analisa fungsional :
 Path of occlusion
 Deviasi mandibular
 Sendi temporomandibula
 Pemeriksaan subjektif :
 Anamnesa
 Tinggi badan
 Berat badan
 Vital sign
9. Apa diagnosa dari kasus fadil ?
Klas I Angle tipe II dsertai diastema
10. Apa rencana perawatan untuk kasus fadil ?
Ortho cekat : untuk menormalkan verjet sehingga diastem tertutup
11. Apa saja yang dijadikan pertimbangan untuk perawatan kasus fadil ?
 Umur
 Keadaan rongga mulut
 Pertumbuhan dan perkembangan gigi
 Perkembangan rahang
Langkah 4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan
dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat
solusi secara terintegrasi

Fadil (11 tahun)

Konsultasi ke drg

Pemeriksaan

Subjektif Objektif Penunjang

-Keadaan gigi depan Intra oral : Ekstra oral -Pencetakan untuk


terlihat maju model studi
-Gigi permanen
-Gigi ayah dan ibu telah erupsi,kecuali -Foto IO dan EO
normal :M2 dan M3
-Rontgen sefalometri
-Diastem 11 dan 21 dan panoramic

-Overjet 6,2 mm

-Overbite 4 mm

-Relasi M normal

analisa

Fungsional Intra oral Ekstra oral Model studi Rontgen foto


Langkah 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran.

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan analisa fungsional


2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan analisa intra oral
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan analisa ekstra oral
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan analisa model studi
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan foto rontgen

Langkah 6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.

Langkah 7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

A. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan analisa fungsional


a. Freeway space
Freeway spee adalah jarak inter-oklusal pada saat mandibula dalam
keadaan posisiistirahat. Adapun cara pengukurannya adalah penderita
didudukkan dalam posisi istirahat.Kemudian ditarik garis yang
menghubungkan antaa titik diujung hidung dan ujung dagudan dihitung berapa
jaraknya, kemudian penderita dalam keadaan oklusi sentris, kemudianditarik
garis yang menghubungkan antara titik di ujung hidung dan di ujung dagu
dandihitung berapa jaraknya.
Nilai FWS = jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak padasaat
oklusi sentris. Nilai normal menurut Houston (1989) = 2 – 3 mm. Nilai FWS
perludiketahui dan dapat digunakan sebagai panduan untuk melakukan atau
pemberian gigitdiposterior sehubungan dengan adanya gigitan terbalik
anterior. Apabila FWS lebih besardari pada tumpang gigit maka tidak perlu
diberi peninggian gigit posterior. Sedangkan bila FWS lebih kecil dari pada
tumpang gigit maka perlu diberi peninggian gigit posterior.
b. Path of Closure
Path of closure adalah arah gerakan mandibula dari posisi istirahat ke
oklusi sentrik. Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusi
maksimum berupa gerakan engsel sederhana melewati freeway space yang
besarnya 2-3 mm, arahnya ke atas dan ke depan. Freeway space =
interocclusal clearance adalah jarak antarklusal pada saat mandibula dalam
posisi istirahat (Rahardjo, 2011).
Menurut Rahardjo (2011), ada 2 macam perkecualian path of closure
yang bisa dilihat yaitu deviasi mandibula dan displacement mandibula.
Path of closure yang berawal dari posisi kebiasaan mandibula akan
tetapi ketika gigi mencapai oklusi maksimum mandibula dalam posisi relasi
sentrik. Ini disebut deviasi mandibula. Path of closure yang berawal dari posisi
istirahat, akan tetapi oleh karena adanya halangan oklusal maka didapatkan
displacement mandibula.
c. Deviasi Mandibula
Keadaan ini berhubungan dengn posisi kebiasaan mandibula. Bila
mandibula dalam posisi kebiasaan, maka jarak antaroklusal akan bertambah
sedangkan kondili letaknya maju di dalam fosa glenoidales. Arahp ath of
closure adalah ke atas dan ke belakang akan tetapi bila gigi telah mencapai
oklusi mandibula terletak dalam relasi sentrik (kondili dalam keadaan posisi
normal pada fosa glenoidalis) (Rahardjo, 2011)
d. DisplacementMandibula
Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal.
Kontak prematur dapat menyebabkan displacement mandibula untuk
mendapatkan hubungan antartonjol gigi yang maksimum. Dalam jangka
panjang displacement dapat terjadi selama pertumbuhan geligi. Pada beberapa
keadaan displacement terjadi pada fase geligi sulung, kemudian pada saat gigi
permanen erupsi gigi tersebut akan diarahkan oleh kekuatan otot ke letak yang
memperparah terjadinya displacement .
Displacement dapat juga terjadi pada usia lanjut karena gigi yang maju
dan tidak terkontrol yang disebabkan hilangnya gigi posterior akibat
pencabutan (Rahardjo, 2011). Displacement dalam jurusan transversal sering
berhubungan dnegan adanya gigitan silang posterior. Bila lengkung geligi atas
dan bawah sama lebarnya, suatu displacement mandibula ke transversal
diperlukan untuk mencapai posisi oklusi maksimum. Bila hal tersebut terjadi
maka akan didapatkan relasi gigitan silang gigi posterior pada satu sisi.
Displacement ke transversal tidak berhubungan dnegan bertambahnya
jarak antaroklusal atau adanya over closure.Pada beberapa kasus akan terjadi
rasa sakit pada otot dan akan hilang bilamana displacement dikoreksi
(Rahardjo, 2011). Adanya gigitan silang unilateral gigi posterior yang disertai
adanya garis median atas dan bawah yang tidak segaris akan menimbulkan
dugaan adanya displacement ke transversal. Keadaan ini perlu diperiksa
secara seksama dengan memperhatikan pasien pada saat menutupkan
mandibulanya dari posisi istirahat ke oklusi. Keadaan yang perlu diperhatikan
adalah letak garis median baik pada saat posisi istirahat maupun pada saat
oklusi (Rahardjo, 2011)
Displacement ke arah sagital dapat terjadi karena adanya kontak
prematur pada daerah insisiv.Pada keadaan ini biasanya didapatkan over
closure mandibula. Pada kasusu kelas III ringan terdapat gigitan edge to edge
pada insisivi, mandibula bergeser ke anterior untuk mendapatkan oklusi di
daerah bukal (Rahardjo, 2011).
e. Sendi Temporomandibula
Sebagai panduan umum bila pergerakan mandibula normal berarti
fungsinya tidak terganggu, sebaliknya bila pergerakan mandibula terbatas
biasanya menunjukkan adanya masalah fungsi. Oleh karena itu, satu indikator
penting tentang fungsi sendi temporomandibula adalah lebar pembukaan
maksimal, yang pada keadaan normal berkisar 35-40 mm, 7 mm gerakan ke
lateral dan 6 mm ke depan. Palpasi pada otot pengunyahnya dan sendi
temporomandibula merupakan bagian pemeriksaan rutin dan perlu dicatat
tanda-tanda adanya maslah pada sendi temporomandibula, misalnya adanya
rasa sakit pada sendi, suara dan keterbatasan pembukaan (Rahardjo, 2011).
Pada pemeriksaan pasien yang membutuhkan perawatan ortodontik,
adanya pergeseran mandibula baik ke lateral maupun sagital pada saat
menutup mandibula perlu mendapat perhatian yang saksama. Oleh karena
articular eminence kurang berkembang pada anak-anak maka sukar untuk
mendapatkan relasi sentrik sedangkan pada orang dewasa lebih mudah. Anak
dengan pergeseran mandibula ke lateral yang jelas biasanya mempunyai lebar
lengkung geligi atas yang sempit dalam jurusan transversal pada kedua
sisinya. Banyak anak dan orang dewasa dengan pola skelet kelas II
memajukan mandibula ke depan untuk mendapatkan profil yang lebih baik
daripada keadaan sebenarnya. hal ini disebut Sunday bite. Kadang-kadang
suatu keadaan yang nampak seperti kelas III berawal dari kebiasaan
memajukan mandibula untuk menghindari halangan oklusal di anterior
agarterhindar dari keadaan edge to edge. (Rahardjo, 2011)
Rasa sakit dan disfungsi sendi temporomandibula jarang didapatkan
pada anak-anak tetapi kadang-kadang, pada pasien dewasa, merupakan
motivator untuk mendapatkan perawatan ortodontik. Hubungan oklusi geligi
dengan simtom sendi temporomandibula merupakan kontroversi yang besar
sehingga perlu ditelaah secara objektif. Perawatan ortodontik kadang-kadang
dapat menghilangkan problema pada pasien dengan gangguan pada sendi
temporomandibula. Pasien perlu diberi pengertian tentang apa yang mungkin
terjadi pada simtomnya semasa dan sesudah perawatan ortodonti.
A. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan analisa intra oral
Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :
 Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek
Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan
mulutnya jelek kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek lagi
selama perawatan dilakukan , oleh karena itu motivasi kebersihan mulut perlu
diberikan sebelum perawatan ortodontik dilakukan.
 Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia
Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :
 Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya
 Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi
permukaan oklusal gigi-gigi bawah.
 Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan
lingual mahkota gigi (tongue of identation)
 Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)
 Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit
Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang
(kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan
berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah lebar. Jika ada
kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor, torus, palatoschisis, dll
dicatat.
 Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy
Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival
indeks (GI)
 Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya
Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva
dan mucosa yang inflamasi dan hypertropy.
 Frenulum
 Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
 Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
 Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi


perlekatannya (insersio) pada marginal gingiva serta ketebalannya, apakah
akan mengganggu pengucapan kata-kata tertentu dan apakah akan
mengganggu pemakaian plat ortodontik yang akan dipasang

 Tonsil
 Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy
 Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy
 Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy
Dilakukan pemeriksaan dengan menekan lidah pasien dengan kaca
mulut, jika dicurigai adanya kelaianan yang serius pasien dikonsulkan ke
dokter ahli THT sebelum dipasangi alat ortodontik.
 Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah
Parabola / Setengah elips / Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran
Ciri-ciri :
 Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri)
beberbentuk garis lurus devergen ke posterior dengan posisi gigi M2
merupakan terusan kaki lengkung, sedangkan puncak lengkung (C – C)
berbentuk garis lengkung (curved).
 Setengah elips : Kaki lengkung berbentuk garis lengkung konvergen ke
posterior ditandai oleh posisi gigi M2 mulai berbelok kearah median
line, sedangkan puncak lengkung juga merupakan garis lengkung
(curved)
 Trapezoid : Kaki lengkung merupakan garis lurus devergen ke
posterior dan puncak lengkung merupakan garis datar di anterior dari
gigi C – C.
 U-form : Kaki lengkung merupakan garis lurus sejajar ke posterior,
sedangkan puncak lengkung merupakan garis lengkung.
 V-form : Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke
posterior, tetapi puncak lengkung merupakan garis menyudut ke
anterior ditandai dengan posisi gigi I2 masih merupakan terusan kaki
lengkung lurus konvergen ke anterior.
 Setengah lingkaran : Kaki lengkung dan puncak lengkung merupakan
garis lengkung merupakan bagian dari setengah lingkaran. Ini
biasanya dijumpai pada akhir periode gigi desidui sampai awal
periode gigi campuran (mixed dentision)
B. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan analisa ekstra oral
 Analisis tipe kepala
Indeks kepala = Lebar kepala (B) (jarak bizigomatik supra mastoideus) x 100
Panjang kepala (A) (Jarak Gl –Oc)
Klasifikasi indeks kepala :
- Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9
- Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 – 79,9
- Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9
Jika indeks : < 70,0 : Hipo Dolikosepali
> 84,9 : Hiper Brahisepali
 Analisis tipe wajah
Ricketts mengatakan bahwa tipe wajah lebih tepat menggunakan istilah fasial
seperti brachifasial,mesofasial,dan dolikofasial. Umunya tipe wajah berkaitan
erat dengan bentuk lengkung gigi pasien. Menurut Martin (Graber 1972)
dikenal 3 tipe wajah yaitu :
- Brachisephalic : lebar, persegi
- Mesosephalic : lonjong / oval
- Doligisephalic : panjang / sempit

Gambar 5 : Hubungan atara bentuk muka dengan bentuk lengkung gigi


Menurut Ricket (Graber 1972) lebih tepat untuk bentuk kepala yaitu proyeksi
kepala terhadap bidang sagital sedangkan untuk tipe muka lebih tepat menggunakan
istilah fasial :
- Brahifasial
- Mesofasial
- Dolikofasial.
Umumnya tipe muka berkaitan erat dengan bentuk lengkung gigi pasien.
Klasifikasi bentuk wajah dan kepala menurut Sukadana (1976) berdasarkan:
Indeks wajah = Tinggi muka ( A) (Jarak N – Gn) x 100
Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik)
Klasifikasi indeks wajah :
- Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9
- Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 – 89,9
- Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 – 94,9
Jika indeks : < 80,0 : Hipo Euriprosop
> 94,9 : Hiper Leptoprosop

a. Tipe Wajah Leptoprosop


Tipe wajah leptoprosop memiliki ciri-ciri bentuk kepala panjang dan sempit,
bentuk dan sudut bidang mandibula yang sempit, bentuk wajah seperti segitiga
(tapered), tulang pipi tegak, rongga orbita berbentuk rektangular dan
aperturanasal yang lebar.

Kebanyakan bentuk kepala ini dimiliki oleh ras Negroid dan Aborigin
Australia.Tipe wajah leptoprosopic berada pada rentang indeks 88 - 92.9. Tipe
wajah leptoprosopic memiliki tulang hidung cenderung tinggi dan hidung
terlihat lebih protrusif. Karena sangat protrusif, kadang-kadang hidung menjadi
bengkok bahkan turun. Oleh karena bagian hidung dari tipe wajah
leptoprosopic lebih protrusif, glabela dan lingkaran tulang orbital bagian atas
menjadi sangat menonjol sedangkan tulang pipi menjadi terlihat kurang
menonjol.
Tipe wajah juga mempengaruhi bentuk lengkung gigi. Bentuk wajah yang
sempit dan panjang akan menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang
panjang, sempit, dan dalam. Selain itu, mandibula dan bibir bawah cenderung
menjadi retrusif sehingga profil wajah menjadi cembung.

b. Tipe Wajah Euriprosop


Tipe wajah euriprosop memiliki tulang pipi yang lebih lebar, datar, dan kurang
protrusif sehingga membuat konfigurasi tulang pipi terlihat jelas berbentuk
persegi. Bola mata juga lebih besar dan menonjol karena kavitas orbital yang
dangkal. Karakter wajah seperti ini membuat tipe wajah euryprosopic terlihat
lebih menonjo l daripada leptoprosopic. Tipe wajah euryprosopic memiliki
lengkung maksila dan palatum yang lebar dan dangkal. Mandibula dan dagu
cenderung lebih protrusif sehingga profil wajah menjadi lurus atau bahkan
cekung.
Tipe wajah euryprosopic berada pada rentang indeks 79,0 - 83.9.

c. Tipe Wajah Mesoprosopic


Tipe wajah mesoprosomemiliki karakteristik fisik antara lain,kepala lonjong dan
bentuk muka terlihat oval dengan zigomatik yang sedikit mengecil, profil wajah
ortognasi, apertura nasal yang sempit, spina nasalis menonjoldan meatus auditory
external membulat.
Tipe wajah seperti ini kebanyakan dimiliki oleh orang Kaukasoid.Tipe wajah
mesoprosopic berada pada rentang indeks 84,0-87,9. Tipe wajah mesoprosopic
memiliki bentuk hidung, dahi, tulang pipi, bola mata, dan lengkung rahang yang
tidak selebar tipe wajah euryprosopic dan tidak sesempit tipe wajah leptoprosopic .

 Analisis profil wajah


Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :
 Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis Gl-Pog
 Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-Pog
 Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis Gl-
Pog
Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis Gabella (Gl), Lip
Contour atas (Lca), Lip Contour bawah (Lcb) dan Pogonion (pog) serta garis
referensi Gl-Pog sebagaia acuan :
 Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah diantara
alis mata kanan dan kiri.
 Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.
 Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah
 Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis mandibula.
Menurut Schwarz (Boersma,1987) Tipe profil bervariasi masing-masing menjadi :

 Cembung (Anteface ) bila titik Sub nasale (Sn) berada di depan titi Nasion
(Na)
 Lurus (Average face) bila titik Sub nasale (Sn) berada tepat segaris dengan
Nasion (Na)
 Cekung (Retroface) bila titik Sub nasale (Sn) berada di belakang titik Nasion
(Na)

Masing-masing tipe ini masih bisa bervariasi dengan kombinasi :

 Retrognatik (Dorsaly rotated dintition ) : Bila gigi-geligi rahang bawah berotasi ke


arah belakang sehingga posisi titik Pog tampak lebih ke belakang dari posisi Nasion
 Ortogantik (Unrotated dentition): Bila gigi-geligi rahang bawah tidak berotasi /
posisinya normal titik Pog tampak lurus terhadap Nasion
 Prognatik (Ventraly rotated dentition) : Bila gigi-geligi rahang bawah berotasi
kedepan, dagu (titik Pog) tampak maju terhadap Nasion
 Nasion (Na) adalah titik terdepan dari sutura Fronto nasalis
 Subnasale (Sn) adalah titik titik terdepan tepat dibawah hidung

Dengan demikian akan didapatkan 9 tipe muka :

 Cembung : Anteface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik


 Lurus : Average face dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik
 Cekung : Retroface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik
 Otot-otot mastikasi dan otot-otot bibir

Serabut otot bersifat elastis , mempunyai dua macam ketegangan (tonus), aktif
dan pasif. Pada waktu kontraksi terdapat ketegangan yang aktif dan apabila dalam
keadaan dilatasi terdapat ketegangan pasif. Dengan demikian pada waktu istirahat
otot-otot mastikasi dan bibir mempunyai tonus yang dalam keadaan normal terdapat
keseimbangan yang harmonis, bila tidak normal tonus otot sangat kuat (hypertonus)
atau sangat lemah (hipotonus) dapat menimbulkan anomali pada lengkung gigi akibat
adanya ketidakseimbangan atara tekanan otot di luar dan di dalam mulut.

 Keadaan bibir pada waktu istirahat (rest position) : terbuka / menutup


Bibir terbuka pada waktu rest posisi bisa disebabkan karena bibir terlalu
pendek (incompetent) atau hypotonus otot bibir sering dijumpai pada pada pasien
yang gigi depannya protrusif.

C. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan analisa model studi


Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada
rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya.
Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang lawan
dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.

Macam-macam Analisis Model Studi


Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam
arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital antara lain
meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I,
kelas II, atau kelas IIIAngle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun
mandibula, dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal antara lain
meliputi: pergeseran garis median, asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan
crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran
overbite, deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum.

a) Analisis Geligi Tetap


Keparahan suatu maloklusi sangat penting untuk dinilai dan ditentukan dari
berbagai sudut pandang. Untuk itu, telah diperkenalkanbermacam-macam teknik
analisis. Berikut ini adalah beberapa di antaranya yang umum digunakan.

 Kesimetrisan Lengkung Gigi dalam Arah Sagital dan Transversal


Lengkung gigi yang kedudukannya tidak simetris, biasanya bisa terlihatsejak
pemeriksaan estetika wajah, namun bentuk lengkung yang tidak simetris bisa
juga dijumpai pada wajah yang simetris. Padabeberapa kasus, bisa juga
dijumpai keadaan asimetri hanya pada lengkung giginya saja, sementara
lengkung rahangnya normal.
Cara untuk mengetahui kesimetrisan lengkung gigi pada rahang adalah
menggunakan symmetograph. Symmetograph diletakkan di atas permukaan
oklusal gigi dengan bidang orientasi mid palatal raphe lalu kedudukan
gigi di kwadran kiri dengan kanan dibandingkan dalam arah sagital dan
transveral. Berdasarkan hasil analisis ini dapat diketahui gigi geligi di
kwadran mana yang memerlukan ekspansi atau pencabutan untuk
mengembalikan kesimetrisan lengkung.

 Perbedaan Ukuran Lengkung (Arch Length Discrepancy)


Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial distal
terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing atau jangka sorong.
Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di mesial
gigi molar pertama permanen. Jumlah lebar total menunjukkan ruangan
yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal. Selanjutnya panjang
lengkung rahang diukur menggunakan kawat lunak seperti brass wireatau
kawat kuningan.
Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada geligi posterior melalui
permukaan oklusalnyasedangkan pada geligi anteriormelalui tepi insisalnya.
Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri hingga kanan.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang lengkung
gigi ideal denganpanjanglengkung rahang. Jika hasilnya negatif berarti
kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti terdapat kelebihan ruangan.

 Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal
cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth
Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri
sampai dengan molar pertama kanan. Lebar lengkung basal premolar atau
fosa kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter
basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama,yang
diukur menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing.
Rasio diperoleh dari membagi PMBAW dengan TM dikalikan 100.
Howes percaya bahwa dalam keadaan normal perbandingan PMBAW
dengan TM kira kira sama dengan 44%, perbandingan ini
menunjukkan bahwa basis apikal cukup lebar untuk menampung
semua gigi. Bila perbandingan antara PMBAW dan TM kurang dari
37%berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan
gigi premolar. Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung
puncak premolar, maka dapat dilakukan ekspansi molar. AnalisisHowes
berguna pada saat menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah
kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan: (1)
pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi atau (3) ekspansi palatal.

 Index Pont
Pont memikirkan sebuah metoda untuk menentukan lebar lengkung ideal
yang didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif rahang
atas. Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar
lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal
gigi,idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada
fosa sentral molar pertama. Pont juga Menyarankan bahwa lengkung
rahang atas dapat diekspansi sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya relaps.
 Analisis Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah
terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang
diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan
overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh
pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak
tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio keseluruhan diperoleh
dengan cara menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi dengan
jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio keseluruhan sebesar 91,3
berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang akan menghasilkan hubungan
overbite dan overjet yang ideal. Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka
kesalahan terdapat pada gigi rahang bawah. Jika rasio kurang dari 91,3 berarti
kesalahan ada pada gigi rahang atas.
Pada tabel Bolton diperlihatkan gambaran hubungan ukuran gigi rahang atas
dan rahang bawah yang ideal. Pengurangan antara ukuran gigi yang sebenarnya dan
yang diharapkan menunjukkan kelebihan ukuran gigi. Rasio anterior diperoleh dengan
cara menghitung jumlah lebar 6 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 6 gigi rahang
atas dan dikalikan 100. Rasio anterior 77,2 akan menghasilkan hubungan overbite dan
overjet yang ideal jika kecondongan gigi insisif baik dan bila ketebalan labiolingual
tepi insisal tidak berlebih. Jika rasio anterior lebih dari 77,2 berarti terdapat kelebihan
ukuran gigi-gigi pada mandibula. Jika kurang dari 77,2 maka terdapat kelebihan jumlah
ukuran gigi rahang atas.
D. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan foto rontgen
Sefalometrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat
kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkan informasi
tentang pola kraniofasial. Alat ini digunakan untuk mempelajari pertumbuhan
maksilofasial serta perubahan bentuk wajah. Alat ini selain membantu dalam bidang
orthodontik juga membantu dalam bidang bedah mulut.

Manfaat sefalometri radiografik adalah:


a. Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Dengan
membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu yang
berbeda, untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.
b. Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab maloklusi (seperti ketidakseimbangan struktur tulang muka).
c. Mempelajari tipe fasial. Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat
dengan tipe fasial. Ada 2 hal penting yaitu : (1) posisi maksila dalam arah antero-
posterior terhadap kranium dan (2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga
akan mempengaruhi bentuk profil : cembung, lurus atau cekung.
d. Merencanakan perawatan ortodontik. Analisis dan diagnosis yang didasarkan pada
perhitungan-perhitungan sefalometrik dapat diprakirakan hasil perawatan
ortodontik yang dilakukan.
e. Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Dengan membandingkan sefalogram
yang diambil sebelum, sewaktu dan sesudah perawatan ortodontik.
f. Analisis fungsional. Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan
membandingkan posisi kondilus pada sefalogram yang dibuat pada waktu mulut
terbuka dan posisi istirahat.

ANALISIS SEFALOMETRI
Analisis sefalometri diperlukan oleh klinisi untuk memperhitungkan hubungan fasial
dan dental dari pasien dan membandingkannya dengan morfologi fasial dan dental
yang normal. Analisis ini akan membantu klinisi dalam perawatan ortodontik ketika
membuat diagnosis dan rencana perawatan, serta melihat perubahan-perubahan
selama perawatan dan setelah perawatan ortodontik selesai. Pada saat ini, analisis
sefalometri dari pasien yang dirawat ortodontik merupakan suatu kebutuhan. Metode
analisis sefalometri radiografik antara lain dikemukakan oleh : Downs, Steiner
Rickett, Tweed, Schwarz, McNamara dan lain-lain. Berdasarkan metode-metode
tersebut dapat diperoleh informasi mengenai morfologi dentoalveolar, skeletal dan
jaringan lunak pada tiga bidang yaitu sagital, transversal dan vertikal. Analisis
sefalometri sekarang semakin dibutuhkan untuk dapat mendiagnosis maloklusi dan
keadaan dentofasial secara lebih detil dan lebih teliti tentang:
 Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial
 Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak
 Posisi gigi-gigi terhadap rahang
 Hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranium

Diagnosis yang ditetapkan pada setiap tahap pemeriksaan disebut diagnosis sementara
(Tentative diagnosis), setelah semua data pemeriksaan lengkap dikumpulkan
kemudian dapat ditetapkan diagnosis finalnya (Final diagnosis) yang biasa disebut
sebagai diagnosis dari pasien yang dihadapi. Kadang-kadang jika kita masih ragu-
ragu menetapkan suatu diagnosis secara pasti atas dasar data-data pemeriksaan yang
ada. Bisa pula diagnosis pasien ditetapkan dengan disertai diagnosis alternatifnya
yang disebut sebagai diferensial diagnosis.

TANDA-TANDA PENTING PADA SEFALOMETRIK :


1. Titik jaringan keras
 Sella (S): terletak di tengah dari outline fossa pituitary (sella turcica)
 Nasion (N): terletak di bagian paling inferior dan paing anterior dari tulang
frontal, berdekatan dengan sutura frontonasalis.
 Orbitale (Or): terletak pada titik paling inferior dari outline tulang orbital.
Sering pada gambaran radiografi terlihat outline tulang orbital kanan dan kiri.
Untuk itu maka titik di pertengahan dari titik orbitale kanan dan kiri.
 Titik A (A): terletak pada bagian paling posterior dari bagian depan tulang
maksila.Biasanya dekat dengan apeks akar gigi insisif sentral atas.
 Titik B (B): terletak pada titik paling posterior dari batas anterior mandibula,
biasanya dekat dengan apeks akar gigi insisif sentral bawah.
 Pogonion (Pog): terletak pada bagian paling anterior dari dagu.
 Gnathion (Gn): terletak pada outline dagu di pertengahan antara titik pogonion
dan menton.
 Menton (Me): terletak bagian paling inferior dari dagu.
 Articulare (Ar): terletak pada pertemuan batas inferior dari basis kranii dan
permukaan posterior dari kondilus mandibula.
 Gonion (Go): terletak pada pertengahan dari sudut mandibula.
 Porion (Po): terletak pada bagian paling superior dari ear rod (pada batas
superior dari meatus auditory external).
 Articulare (Ar): terletak pada pertemuan batas inferior dari basis kranii dan
permukaan posterior dari kondilus mandibula.
 Gonion (Go): terletak pada pertengahan dari sudut mandibula.
 Porion (Po): terletak pada bagian paling superior dari ear rod (pada batas
superior dari meatus auditory external).

2. Titik jaringan lunak


 Soft tissue glabella (G’): titik paling anterior dari bidang midsagital dari dahi.
 Pronasale (Pr): titik paling depan dari ujung hidung.
 Labrale superius (Ls): titik tengah di pinggir superior dari bibir atas.
 Labrale inferius (Li): titik tengah di pinggir inferior dari bibir bawah.
 Soft tissue pogonion (Pog’): titik paling anterior dari kontur jaringan lunak
dagu

Bidang-bidang sefalometrik:
 Frankfort horizontal: Po-Or
 Sella-nasion: S-N
 Facial: N-Pog
 Mandibular: Go-Me
 Ramus: diperoleh dari permukaan rata-rata dari permukaan inferior posterior
ramus mandibula, melalui titik articulare (Ar)

3.Sudut-sudut yang menggambarkan hubungan skeletal


 SN-Pog: hubungan posisi anteroposterior dari dagu terhadap garis yang
melalui basis kranii anterior.
 SNA: hubungan posisi anteroposterior dari basis apikal maksila terhadap garis
yang melalui basis kranii anterior.
 SNB: hubungan posisi anteroposterior dari basis apikal mandibula terhadap
garis yang melalui basis kranii anterior.
 ANB: hubungan posisi anteroposterior dari maksila terhadap posisi
anteroposterior dari mandibula. Maloklusi kelas II yang parah sering
dihubungkan dengan nilai ANB yang besar.
 Sudut facial (N-Pog-FH): hubungan posisi anteroposterior dagu terhadap
bidang Frankfort horizontal.
 FMA atau MP-FH: kemiringan sudut bidang mandibula terhadap bidang
Frankfort horizontal.
 MP-SN: kemiringan sudut bidang mandibula terhadap bidang Frankfort
horizontal.

Anda mungkin juga menyukai