Abstrak
Berdasarkan literatur, direkomendasikan untuk melakukan perawatan ortodontik
secara dini pada kasus gigitan silang posterior unilateral dengan pergeseran
mandibula. Keberhasilan perawatan tinggi jika perawatan dilakukan sejak dini.
Bukti bahwa gigitan silanag tidak dapat terkoreksi sendiri, berhubungan dengan
gangguan temporomandibular dan dapat menyebabkan perubahan (adaptasi)
skeletal, dental serta otot menjadi alasan lebih jauh mengapa perawatan harus
dilakukan sejak dini. Perawatan gigitan silang unilateral pada pasien dewasa sulit
dilakukan jika tanpa kombinasi ortodontik dan bedah. Waktu yang paling tepat
untuk dilakukan perawatan adalah saat pasien pada akhir fase geligi desidui atau
geligi bercampur karena ekspansi sangat berhasil dilakukan pada kelompok usia
tersebut, dan insisif permanen mendapat ruang lebih banyak karena ekspansi yang
dilakukan. Perawatan gigitan silang unilateral posterior secara umum meliputi
ekspansi simetris lengkung rahang atas, menghilangkan gangguan oklusal secara
selektif dan eliminasi pergeseran fungsional mandibular. Praktisi umum dan
dokter gigi anak harus mampu mendiagnosa gigitan silang posterior unilateral
dengan benar dan melakukan perawatan maupun rujukan agar mendapat
keuntungan dari manfaat melakukan perawatan sejak dini.
Kata kunci : maloklusi/diagnosis; maloklusi/terapi, desain piranti ortodontik,
teknik ekspansi palatal/instrumentasi.
Diagnosis banding
Gigitan silang sederhana melibatkan satu gigi terjadi jika gigi berada di
luar lengkung akibat gigi desidui yang lama tanggal, kurangnya panjang lengkung
rahang, atau pola erupsi yang menyimpang. Gambaran klinis FXB berupa gigitan
silang posterior dengan pergeseran fungsional mandibular pada sisi yang
mengalami gigitan silang. Diskrepansi oklusi sentrik (CO) hingga relasi sentrik
(CR) merupakan tanda pada kasus FXB, dimana CO dan CR biasanya sama-sama
pada kondisi gigitan silang unilateral. Gigitan silang bilateral akibat
ketidakseimbangan skeletal antara dimensi transversal rahang atas dan rahang
bawah berbeda dengan FXB hanya dari derajat keparahannya saja; diskrepansi
lebar rahang atas dan rahang bawah lebih kecil pada FXB. Pergeseran lateral
rahang bawah pada FXB menyebabkan terjadinya defleksi garis median skeletal
mandibular (dan seringkali gigi), ke sisi gigitan silang. Lengkung rahang atas
biasanya simetris dengan garis median gigi dan skeletal rahang atas. Rahang atas
menyempit dalam arah transversal pada FXB, dengan marginal ridge tetap pada
garisnya dan tidak adanya gigitan silang sederhana. Karena kurangnya ruang
transversal rahang atas, seringkali kondisi berjejal lebih terlihat di rahang atas
dibandingkan rahang bawah. Sisi gigitan silang pada FXB seringkali
menunjukkan relasi molar kelas II sebagian ataupun penuh; sisi yang tidak ada
gigitan silang (non-crossbite) menunjukkan relasi kelas I akibat penutupan
rotasional mandibula. Tomogram yang diambil sebelum perawatan menunjukkan
posisi kondilus asimetris, sisi non-crossbite lebih di bawah dan depan dari fossa,
sedangkan sisi crossbite berada di tengah fossa. Kadangkala rahang bawah terlalu
lebar, menyebabkan pergeseran mandibular pada FXB, walaupun ini bukan
gambaran yang biasa terlihat.
Adaptasi
Terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa gigitan silang yang tidak
dirawat akan menyebabkan perubahan dalam pertumbuhan gigi permanen,
sehingga penting untuk melakukan perawatan secara dini. Bukti penelitian
tomografik menunjukkan bahwa kondilus pada pasien anak dengan gigitan silang
terhubung dengan fossa secara asimetris, namun menjadi simetris setelah
dilakukan perawatan dini. Dapat disimpulkan bahwa fossa glenoidalis dan
kondilus akan mengalami remodeling selama pertumbuhan untuk
mengkompensasi asimetri kondilus jika tetap tidak dirawat, meskipun tidak ada
penelitian longitudinal yang menyimpulkan adanya adaptasi skeletal fossa
glenoidalis dan kondilus. Bagaimanapun, simetri mandibular dan posisi rotasional
relatif terhadap basis cranium berubah pada pasien dewasa dengan gigitan silang
posterior yang tidak dirawat. Pada suatu penelitian, gambaran radiografis
submentovertex dari 30 sampel dewasa dengan gigitan silang posterior 1 sisi
menunjukkan bahwa mandibula berotasi relatif terhadap basis cranium namun
simetris dalam fossa, dibandingkan dengan 30 sampel dewasa normal. Koreksi
FXB dengan ekspansi rahang atas pada pasien dalam masa pertumbuhan
diperlihatkan untuk menciptakan simetri kondilus dan gigi, serta untuk
menyesuaikan kembali rotasi mandibular. Meskipun terdapat bukti yang
berlainan, satu kesimpulan yang didapat adalah bahwa adaptasi sendi, skeletal,
dan otot pada kasus gigitan silang terjadi pada fase awal perkembangan. Sekali
perubahan akibat adaptasi ini terjadi pada masa remaja, perawatan membutuhkan
kombinasi pendekatan ortodontik dan bedah. Untuk mendapatkan manfaat dari
koreksi FXB, ekspansi rahang atas harus dilakukan sejak dini, sebelum terjadi fusi
di belahan/sutura palatal.
Gangguan Temporomandibular
Koreksi awal pada kasus gigitan silang posterior dapat mencegah tanda
dan gejala gangguan temporomandibular (TMD). Penelitian terkini menunjukkan
korelasi antara gigitan silan posterior dan tanda serta gejala TMD, walaupun
penelitian lain tidak dapat menunjukkan adanya keterkaitan hubungan sebab-
akibat. Oleh karena itu, gigitan silang dapat menjadi kofaktor dalam identifikasi
pasien dengan TMD, namun hal ini hendaknya tidak terlalu dijadikan acuan.
Waktu Perawatan
Ekspansi rahang atas hendaknya ditujukan untuk membuka sutura
midpalatal, karena dapat mengurangi kecenderungan relaps pada gigi dan
mengurangi efek samping yang merugikan akibat gigi tipping; untuk itu segala
upaya hendaknya ditujukan untuk membuka sutura secara maksimal, dan
meminimalisir tipping gigi. Selama fase geligi desidui dan fase geligi bercampur
tahap awal (pasien usia di bawah 8 tahun), gaya yang lebih kecil dapat digunakan
untuk mendapat ekspansi sutural, yang dibuktikan dengan adanya diastema pada
midline selama ekspansi atau dari gambaran radiografis yang menunjukkan
pembukaan sutura. Keuntungan lain dari perawatan dini (geligi desidui atau geligi
bercampur tahap sangat awal) adalah perbaikan defisiensi panjang lengkung
rahang atas akibat konstriksi rahang atas, karena insisif permanen bisa mendapat
ruang yang lebih banyak sebelum atau selama erupsi daripada jika gigitan silang
dirawat pada usia setelahnya. Jika ekspansi dilakukan saat akhir fase geligi
desidui, molar pertama permanen biasanya akan erupsi pada posisi transversal
yang seharusnya (i.e. tanpa gigitan silang).
Perawatan selama akhir fase geligi bercampur sulit dilakukan karena
tanggalnya gigi desidui. Pasien yang usianya lebih tua pada fase geligi permanen
tahap awal (usia 12 tahun ke atas) membutuhkan gaya yang lebih besar untuk
ekspansi dan nilai (kecepatan) ekspansi yang lebih cepat akibat adanya perubahan
yang terkait pertumbuhan pada biologi sutura. Oleh karena itu, Perawatan FXB
pada ekspansi rahang atas paling baik dilakukan pada fase geligi desidui akhir
atau awal fase geligi bercampur.
Perawatan
Perawatan FXB meliputi ekspansi lengkung rahang atas, menghilangkan
halangan oklusal, dan eliminasi pergeseran fungsional. Slow Maxillary Expansion
dapatd igunakan selama fase geligi desidui atau fase awal geligi bercampur.
Dengan menggunakan W arch (gb. 1a), quad helix (gb. 1b), atau fix expander (alat
ekspansi cekat), seperti Haas (gb. 1c), Hyrax (gb. 1d) atau superscrew (gb. 1e),
ekspansi ¼ putaran sekrup tiap 2-3 hari dan perkiraan waktu gigitan silang dapat
terkoreksi adalah 6-12 minggu. Overekspansi patut dilakukan, hingga cusp
lingual (palatal) molar rahang atas berkontak dengan cusp bukal molar rahang
bawah. Piranti hendaknya tidak dilepas untuk berfungsi sebagai retainer selama 4-
6 bulan selanjutnya (dan untuk periode setidaknya sama dengan waktu yang
dibutuhkan untuk mengkoreksi gigitan silang). Jika sekrup digunakan sebagai
mekanisme aktif, piranti ini dapat distabilisasi dengan kawat ligature atau dengan
komposit untuk mencegah relaps.
Jika piranti lepasan (gb.1f) digunakan, frekuensi putaran dikurangi
menjadi tiap 5-7 hari, karena jika frekuensi putaran lebih cepat dari itu akan
mengubah posisi piranti. Pendekatan yang lebih lambat ini juga digunakan untuk
“fan expander”, untuk mencegah bagian piranti yang mengekspansi tergelincir ke
oklusal. Sangat penting untuk membuat piranti dengan disertai cengkeram yang
melekat dengan pas untuk mencegah displacement (perubahan letak piranti).
Piranti lepasan tidak direkomendasikan, karena alat yang kurang baik dapat
menyebabkan relaps pada ekspansi sebelumnya dan angka keberhasilannya
rendah.
Rapid maxillary expansion (RME) dapat digunakan pada fase geligi
desidui, awal geligi bercampur atau awal fase geligi permanen menggunakan
ekspander Haas, hyrax, atau superscrew. Ekspansi dilakukan 1-2 kali dengan ¼
putaran sekrup per hari, dan estimasi waktu gigitan silang dapat terkoreksi adalah
2-6 minggu. Pasien hendaknya diperingatkan bahwa awalnya akan terbentuk
diastema pada midline rahang atas. Selama tahap perawatan retensi, diastema akan
berangsur menutup, seringkali dengan adanya tipping pada gigi akibat serat
ligament transeptal mendekati insisif sentral. Overekspansi sengaja dilakukan
untuk mengatasi relaps. Retensi diperlukan minimal 4-6 bulan. Fase retensi
dilakukan baik dengan membuat retainer lepasan atau dengan tetap membiarkan
piranti dalam rongga mulut. RME direkomendasikan pada pasien dalam fase
geligi permanen awal karena akan menghasilkan ekspansi skeletal yang lebih
besar dan tipping gigi yang minimal dibandingkan cara lain.