Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KELOMPOK 6 BBDM MODUL 6.

1
SKENARIO 5

Tutor: drg. Gloria Fortuna, Sp.KG

Disusun oleh:
1. Welmanco Pandapotan M. 22010218140064
2. Azzahra Astiana Putri 22010218140065
3. Nia Damayanti 22010218130066
4. Primalita Susilowati 22010218130067
5. Sarah Faustine Idelia 22010218130068
6. Laila Rahma Milenia 22010218140069
7. Farhan Jordan Akbar 22010218140070
8. Saskya Aldina Nur A. 22010218140072
9. Bima Kurnia Adi I. 22010217130034
10. Mega Resinta Dewi 22010217140049
11. Attamara Ati S. 22010217130061

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2021
Lembar Pengesahan

Laporan : Belajar Bertolak Dari Masalah


Modul : 6.1
Skenario :5
Kelompok :6
Tutor : drg. Gloria Fortuna, Sp.KG
Anggota Kelompok :
1. Welmanco Pandapotan M. 22010218140064
2. Azzahra Astiana Putri 22010218140065
3. Nia Damayanti 22010218130066
4. Primalita Susilowati 22010218130067
5. Sarah Faustine Idelia 22010218130068
6. Laila Rahma Milenia 22010218140069
7. Farhan Jordan Akbar 22010218140070
8. Saskya Aldina Nur A. 22010218140072
9. Bima Kurnia Adi I. 22010217130034
10. Mega Resinta Dewi 22010217140049
11. Attamara Ati S. 22010217130061

Tanggal Pengesahan Tanda Tangan Tutor/ Dosen yang


Mengesahkan

drg. Gloria Fortuna, Sp.KG



Skenario 5


Seorang anak perempuan umur 9 tahun datang bersama orangtuanya dengan keluhan
gigi yang dirasa tidak rapi dan gigi depan atas terlihat tonggos. Hasil pemeriksaan klinis
diketahui bahwa overjet pasien: 6 mm, overbite: 5,5 mm. Pada pemeriksaan klinis,
gigi anterior rahang atas protrusif dan mandibula tampak retrognati. Gigi permanen
yang belum erupsi : molar kedua kanan-kiri RA dan RB, kaninus kanan-kiri RA, dan
premolar kedua kanan-kiri RB. Pasien membawa foto tampak samping, analisis profil:
pasien tampak cembung, relasi molar pertama RA terhadap RB: tonjol mesiobukal 1.6
dan 2.6 berkontak pada sisi mesial 3.6 dan 4.6. Dokter gigi melakukan diagnosis
ortodonti dan ingin memanfaatkan growth spurt pada anak tersebut untuk
perawatan ortodontik menggunakan alat ortodonti fungsional.

Narasumber :

1. drg. Diah Ajeng Purbaningrum, M.DSc., Sp.KGA


Bahan referensi :

- Millet, D., Welbury., R., Orthodontics and Paediatric Dentistry. 2000. UK


- Millet, D., Welbury., R., Clinical Problem Solving in Dentistry. 2011. UK.
- Pinkham, J.R., et.al. Pediatric Dentistry : Infancy through Adolescence. 4th. 2005.
Elsevier.

1. Terminology
a. Overjet : jarak horizontal antara gigi-gigi insisivus atas dan bawah pada
keadaan oklusi, yang diukur pada ujung incisal insisvus atas. Overjet
tergantung pada inklinasi dari gigi-gigi insisvus dan hubungan antero-
posterior dari lengkung gigi. Pada overjet yang abnormal terbagi atas dua,
yaitu pre normal occlusion dan post normal occlusion. Pre normal occlusion
merupakan keadaan dimana posisi mandibula berada lebih anterior dari
keadaan normal ketika oklusi sentrik, sedangkan Post normal occlusion posisi
mandibula berada lebih posterior. Jarak normal overtjet 2-4 mm.
b. Overbite : Tumpang gigit (overbite) yaitu jarak vertikal antara tepi insisal
insisif atas ketepi insisal insisif bawah apabila rahang dalam hubungan sentrik.
Dalam keadaan normal, besarnya overbite ini sama dengan tertutupnya
sepertiga arah insisal mahkota klinis gigi insisif bawah oleh gigi insisif atas,
kurang lebih 2 mm - 3 mm (tergantung ukuran insiso gingival mahkota klinis
gigi insisif bawah). Overbite diklasifikasikan sebagai berikut, <0mm (very
mild), 0-2mm (ideal), 3-4mm (moderate), 5-7mm (severe), dan >7mm
(extreme). Pada keadaan ini overbite disebut tidak sempurna jika insisivus
bawah di atas ketinggian edge insisal atas, atau gigitan terbuka anterior, jika
insisivus bawah lebih pendek dari edge insisal atas pada oklusi. >4mm disebut
deep bite atau gigitan dalam, jika jarak0mm disebut edge to ede. Dan jika
<0mm disebut openbite.
c. Alat orthodonti fungsional : Merupakan pilihan perawatan yang disarankan
padz penderita maloklusi dalam usia pertumbuhan yang disertai dengan
adanya kebiasaan2 buruk. Alat fungsional diklasifikasikan menjadi dua yaitu
alat lepasan dan alat cekat. Alat lepasan terdiri dari dua jenis, yaitu alat lepasan
dengan pendukung tulang dan alat lepasan dengan pendukung jaringan. Alat
fungsional lepasan untuk maloklusi kelas III antara lain aktivator, twin block,
Frankel function regulator dan bionator. Alat fungsional cekat antara lain alat
Herbst dan Jasper Jumper. menggunakan kekuatan yang berasal dari kekuatan
otot, fasial dan atau jaringan yang lain untuk mengubah relasi skeletal dan gigi.
alat yang digunakan untuk mengoreksi maloklusi dengan memanfaatkan
menghalangi atau memodifikasi kekuatan yang dihasilkan oleh otot oral facial,
erupsi gigi, dan pertumbuh kembangan dento maksilofacial.
d. Protrusi : gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat disebabkan
oleh faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari dan menghisap
bibir bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang salah serta
bernafas melalui mulut. Protrusi anterior maksila merupakan posisi dimana
bagian anterior dari gigi geligi maksila lebih protrusif diikuti posisi inklinasi
dari gigi geligi anterior mengalami proklinasi. protrusif yang dapat terjadi
dalam berbagai kondisi, antara lain:
i. Ketika posisi gigi depan rahang atas berjarak lebih dari 4 mm terhadap gigi
depan rahang bawah
ii. Ukuran rahang atas lebih besar dari normal, namun ukuran rahang bawah
normal
iii. Ukuran rahang atas normal, namun ukuran rahang bawah lebih kecil dari
normal
iv. Ukuran rahang atas lebih besar dari normal
v. Ukuran rahang bawah lebih kecil dari normal.
e. Retrognati : istilah yang menyatakan posisi gigi yang lebih mundur ke
posterior dibandingkan dengan posisi normal.
f. Pemeriksaan klinis : Pemeriksaan awal yang dilakulan oleh tenaga medis untuk
menemukan tanda klinis penyakit. Terdiri dari ekstraoral dan intraoral. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Pemeriksaan fisik dan rekam
medis akan membantu dalam penegakan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien.
g. Growth spurt : lonjakan pertumbuhan anak, momen ini ditandai dengan
pertambahan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala yang lebih cepat.
pada anak laki-laki terjadi pada usia 8-11 tahun dan pada anak perempuan usia
7-9 tahun. Perempuan memiliki onset pubertas yang lebih cepat, sedangkan
pada laki-laki onset pubertas terjadi lebih lambat. Tahap percepatan terjadi
selama 2 tahun dan setelah 3-4 tahun akhir dari periode growth spurt maka
pertumbuhan aktif akan berhenti. Durasi terjadinya growth spurt lebih singkat
pada perempuan, yaitu berkisar 3-4 tahun sedangkan pada laki-laki berkisar 4-
5 tahun. Setiap growth spurt memiliki onset, tahap percepatan, puncak growth
spurt, tahap deselerasi dan akhir periode growth spurt.
h. Analisis profil : Ada tiga referensi dalam analisis profil wajah: menentukan
relasi rahang dalam arah anteroposterior, evaluasi bentuk bibir dan inklinasi
insisivus, evaluasi proporsi vertikal wajah dan sudut dataran mandibula.
Profil yang konveks mengindikasi relasi skeletal II, sedangkan jika konkaf berarti
relasi skeletalnya kelas III. Ada dua metode pengukuran yang dapat digunakan
untuk menganalisis wajah yaitu fotometri dan sefalometri. dapat dilakukan secara
frontal maupun lateral. Fotometri frontal digunakan untuk menentukan morfologi
tipe wajah serta menganalisis proporsi dan simetri wajah terhadap bidang
transversal dan vertikal.
Fotometri lateral dalam bidang ortodonti digunakan untuk menganalisis beberapa
hal, yakni: kecembungan profil wajah, proporsi wajah serta analisis hidung
analisis mendapat keterangan tentang kondisi jaringan keras dan jaringan lunak
wajah yang ada hubungannya dengan maloklusi. Selain itu, juga dimungkinkan
dilakukan evaluasi secara terinci dari pergerakan gigi yang diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan. Profil wajah dipengaruhi oleh bentuk dan
ukuran rahang, panjang ramus, prognasi dentoalveolar, dimensi mesiodistal gigi,
besarnya sudut gonion, dan distribusi serta jumlah jaringan subkutan halus pada
wajah
i. Erupsi : pergerakan gigi ke arah rongga mulut dinulai ketika gigi
masih dalam tulang rahang Erupsi gigi permanen ada beberapa fase
Fase pra-erupsi
Fase intraosseous
Fase penetrasi mukosa
Fase pra-oklusal
2. Rumusan masalah
a. Waktu erupsi yang normal
b. Apa saya yang perlu dipertimbangkan dari diagnosis orto diatas?
c. Apa indikasi dan kontraindikasi pemakaian alat orto fungsional?
d. Apa dampak apabila tidak segera dilakukan perawatan?
e. Kapan waktu yang tepat untuk pemasangan alat ortho fungsional?
f. Apakah diagnosis scenario diatas?
g. Keuntungan kekurangan myofungsional appliance?
h. Apa saja akibat yang ditimbulkan dari susunan gigi yang tidak rapih?
i. Apa saja tanda tanda anak dalam masa growth spurt?
j. Apa saja macam macam alat ortho fungsional?
k. Mengapa drg tsb ingin memanfaatkan growth spurt dalam melakukan
perawatan orto?
l. Apa saja resiko yang mungkin terjadi pada perawatan ortodonti?
m. Bagaimana cara kerja alat myofungsional appliance?

3. Hipotesis
a. M2 RA RB : 11 -13 thn
Kaninus RA : 11-12 thn
P2 RB : 11-12 thn
b. Kriteria diagnostik ortodontik, harus mencakup keseluruhan sistem orofasial,
dan juga harus selektif. Dalam diagnosa ortodontis harus:
1. Mengenali berbagai karakteristik maloklusi dan deformitas dentofasial
2. Mendefinisikan sumber masalah, termasuk etiologinya jika memungkinkan
3. Merancang strategi perawatan berdasarkan kebutuhan yang spesifik dan
keinginan dari individu

Profil yang konveks mengindikasi relasi skeletal II
c. Piranti fungsional secara terbatas dapat digunakan pada maloklusi :
- Mandibula yang retrusi pada kelainan skeletal Klas II ringan disertai insisivus
bawah yang retroklinasi atau tegak.
- Tinggi muka yang normal atau sedikit berkurang.
- Mandibula yang protrusi pada kelainan skeletal Klas III ringan
- Tidak ada gigi yang crowded
- Pada pasien yang sedang dalam pertumbuhan aktif.
- Pasien sangat kooperatif.
- Diskrepansi skeletal dari sagital ringan sampai sedang
- Tidak ada kehilangan gigi geligi
- Tidak ada gigi yang tipping atau rotasi parah
- Gigi insisiv teradaptasi dengan baik dalam profil
- Diastema dan crowding yang minimal dalam lengkung rahang
Kontraindikasi Perawatan Alat Fungsional
- Tidak ada kelainan skeletal ataupun ringan.
- Pasien sangat tidak kooperatif.
- Masa pertumbuhan sudah selesai.
- Maloklusi Klas II dengan insisivus bawah yang proklinasi
- pasien pada pre-pubertas, post-pubertas dan dewasa
-Pasien alergi
d. - Dilihat dari segi fungsional, kemampuan untuk mengiris dan mengunyah
makanan dapat terganggu
- jika terjadi maloklusi yang berupa gigi berjejal akan berakibat gigi sulit
dibersihkan
- maloklusi yang parah dapat menimbulkan kesulitan menggerakkan rahang
(gangguan TMJ dan nyeri). segi fonetik, maloklusi salah satunya adalah
distooklusi dapat mempengaruhi kejelasan pengucapan huruf p, b, m sedangkan
mesio-oklusi s, z, t dan n.
- Dapat menyebabkan gangguan tidur atau obstuctive sleep apnea, kelainan posisi
rahang, TMJ, OH buruk, karies, recurrent aphtous stomatitis
- beberapa kasus maloklusi pada anak remaja sangat berpengaruh terhadap
psikologis dan perkembangan sosial yang disebabkan oleh penindasan yang
berupa ejekan atau hinaan dari teman sekolahnya. Pengalaman psikis yang tidak
menguntungkan dapat sangat menyaktikan hati sehingga remaja korban
penindasan tersebut akan menjadi sangat depresi
e. Kasus maloklusi kelas II divisi I dapat diatasi dengan berbagai cara, namun bila
kclainan disebabkan oleh posisi mandibula yang retruded pada pcriode gigi
bercampur sebaiknya dilakukan perawatan secara dini dengan alat fungsional."
Perawatan dengan alat fungsional sebaiknya dilakukan dalam usia
pertumbuhan. Menurut McNarrara, waktu perawatan yang paling efektif
menggunakan alat fungsional pada malokiusi kelas II divisi I dengan mandibula
retruded adalah tahap akhir periode gigi bercampur dan tahap awal periode gigi
tetap. Arvystas menyatakan bahwa tujuan perawatan dini adalah untuk
menghilangkan faktor penyebab diskrepansi oklusal dan displasia skeletal."
Tindakan perawatan ortodontik yang dimulai sejak masa gigi geligi desidui
mimiliki kelemahan yaitu: perawatan memakan waktu lama (kurang lebih 5-15
tahun), membuat bosan anak dan orang tua perawatan dapat dilakukan dalam
beberapa tahap perawatan dan adakalanya ada pengulangan jenis perawatan)
pada masa awal gigi bercampur.memiliki kelemahan harus memperhitungan
waktu erupsi atau kehilangan gigr molar desidui kedua ini akan berakibat hanya
memperpanjang waktu. perawatan (kurang lebih 3-4 tahun) karena menunggu
erupsi gigi kaninus dan molar tetap kedua. Pasa masa gigi bercampur perlu
mempertimbangkan secara ketat masalah faktor lingkungan fisik dan psikis'
Pada perawatan masa gigi tetap akan berhadapan dengan permasalah factor
psikhis usia pubertas yang sulit diidentifikasi. pada masa ini sering terjadi
proses kecepatan pertumbuhan menurun, dekalsifikasi, resorpsi akar dan erupsi
gigi geligi yang ektopik
f. Klas 2 divisi 1
g. Keuntungan
- Lebih enak dipakai
- Perawatan lebih cepat
- Wajah lebih baik
- Hasil perawatan lebih stabil
- Menghindari pemaikaian braket (alat orthodonti cekat)
- Tidak terlalu mahal
h. -terganggunya kontak proksimal normal dan kontak gigi oklusal sehingga sulit
untuk membersihkan dan menjangkau sisa makanan yang menempel pada
daerah interdental gigi, meningkatkan akumulasi makanan dan retensi plak
- sangat berpengaruh terhadap psikologis dan perkembangan sosial yang
disebabkan oleh penindasan yang berupa ejekan atau hinaan dari teman
sekolahnya.
i. Fase pertumbuhan cepat disebut growth spurt yaitu pada periode umur bayi dan
balita, serta pada periode umur remaha atau adolsens. Pada fase growth spurt,
kebutuhan akan gizi meningkat dengan pesat, sehingga suatu kondisi defisiensi
paa fase ini berpengaruh terhadap pertumbuhan anak tersebut.
Menurut penelitian Purbaningsih dkk (2012) menyimpulkan bahwa usia growth
spurt pubertal mandibula perempuan yang diukur dengan CVMIs (Cervical
ertebrae Maturation Indikators) terjadi pada usia 12-13 tahun, yaitu pada
Cervical Stage 3 dan Cervical Stage 4.
Massa bebas lemak (massa otot, tulang) anak perempuan akan bertambah kira-
kira 7 kg, sedangkan anak laki-laki akan bertambah sebanyak 14 kg Secara
rerata, peningkatan massa lemak anak perempuan lebih besar dibandingkan
anak laki-laki pada masa pubertas ini, berturut-turut 3 kg dan 1,5 kg.
1. Bionator
2. Aktivator
3. Frankel appliance
4. Herbts appliance
5. Twin block
6. Oral screen / vesibular scree
Tooth borne pasif : karena tidak menghasilkan daya intriksik, seperti yang
dihasilkan oleh pegas atau sekrup ekspansi dan hanya tergantung pada regangan
jaringan lunak dan aktivitas otot-otot pengunyahan. Contoh : activator, bionator,
dan twin block
Tooth borne aktif : merupakan modifikasi dari activator dan bionator dengan
menambah sekrup ekspansi atau pegas untuk menghasilkan daya intrinsik pada
alat, sehingga dapat menggerakkan gigi geligi ke arah transversal dan antero-
posterior. Contoh : expansion activator, orthopedic corrector, sagittal appliance.
Tissue borne : prinsip kerja adalah memperbaiki kelainan fungsional orofacial
dengan cara mencegah tekanan dari lidah pipi, dan bibir agar tidak mengenai
gigi geligi dan pross alveolaris sehingga dapat menimbulkan perubahan pada
struktur tsb. Contoh : fungsional regulator.
j. Growth spurt pubertal mandibula mempunyai arti penting bagi ilmu ortodontik
dalam merencanakan perawatan pasien terutama pada kelainan skeletal.
Dengan memanfaatkan growth spurt pubertal mandibula, perawatan ortodontik
akan memberikan hasil yang lebih baik, karena profil fasial pasien akan menjadi
lebih baik.
Pengetahuan mengenai periode tumbuh kembang pada perawatan pasien
ortodonti merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan kapan
terjadinya pertumbuhan aktif berakhir. Hal ini berhubungan dengan waktu yang
tepat dilakukan perawatan, sehingga kelainan maloklusi yang berkaitan dengan
skeletal dapat dikoreksi dengan baik.
Perawatan maloklusi dentoskeletal kelas II menunjukkan hasil paling baik jika
dilakukan pada saat atau sesaat setelah growth spurt pubertal. Hal tersebut
disebabkan adanya interaksi yang sinergis antara perubahan fungsi yang
dihasilkan oleh alat fungsional dan hormon pertumbuhan yang menunjukkan
kuantitas paling besar di usia pubertas, yaitu pada tahap akhir periode gigi
campuran atau pada tahap awal periode gigi permanen.
Efektivitas perawatan terbesar dapat diperoleh pada puncak pertumbuhan
pubertas (growth spurt) yaitu ketika tulang fasial sedang bertumbuh dengan
pesat.
Pasien yang telah melewati periode tersebut dirawat dengan perawatan
kamuflase atau bedah ortognati.
k. -Resorbsi akar
-Resesi gingiva
-Kerusakan jaringan periodontal
-OH buruk
-Karies
-Inflamasi gingiva
-Recurrent apthous stomatitis (SAR)
-Gangguan TMJ
-Reaksi alergi
ketidaknyamanan pada pemakaian alat, dekalsifikasi gigi pada pasien dengan
OHI jelek, degenerasi pulpa pada gigi yang trauma, gigi relaps, adanya
disproporsi pertumbuhan rahang, penentuan waktu perawatan yang bervariasi.
l. pertama, mandibula yang dimajukan ke anterior akan merangsang pertumbuhan
mandibula dalam arah sagital.
kedua: lidah akan berkontak dengan lengkung palatal,
ketiga: lengkung labial yang merangsang penutupan bibir sehingga
mempengaruhi posisi gigi insisif atas, dan keempat:
buccinator loop yang memfasilitasi erupsi gigi molar dengan mencegah kontak
gigi-gigi dengan otot pipi.
Cara Kerja Alat Miofungsional
Dengan menggunakan tekanan otot-otot mastikasi
Dengan menggunkan tekanan otot-otot sirkumoral
Dengan mengurangi tekanan otot-otot sirkumoral


4. Peta konsep

Alat Ortodonti
Fungsional

Deginisi, Fungsi, Macam- Penegakan


Indikasi dan
macam diagnosis Perawatan
Kontraindikasi

Cara kerja

5. Sasaran belajar

Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan :

1. Definisi, fungsi, indikasi dan kontraindikasi alat ortodonti fungsional


2. Macam-macam dan cara kerja alat ortodonti fungsional
3. Penegakan diagnosis alat ortodonti fungsional (Pemeriksaan subjektif,objektif,
dan penunjang)
4. Perawatan sesuai dengan skenario


Resume
1. Alat ortodonti fungsional merupakan alat yang digunakan untuk mengoreksi
maloklusi dengan memanfaatkan, menghalangi, atau memodifikasi kekuatan yang
dihasilkan oleh otot orofasial, erupsi gigi, dan pertumbuhkembangan
dentomaksilofasial. Alat ini memanfaatkan kekuatan alami otot-otot orofasial yang
ditransmisikan ke gigi dan tulang alveolar melalui media peralatan tersebut. Fungsi
dari Pemakaian alat fungsional berfungsi untuk memodifikasi pertumbuhan dengan
memanfaatkan, menghilangkan atau membimbing fungsi otot, pertumbuhan rahang,
erupsi gigi, untuk mengoreksi maloklusi dan mengatasi diskrepansi rahang.
Indikasi dan Kontraindikasi
A. Indikasi
Indikasi Piranti fungsional secara terbatas dapat digunakan pada maloklusi :
- Mandibula yang retrusi pada kelainan skeletal Klas II ringan disertai insisivus
bawah yang retroklinasi atau tegak.
- Tinggi muka yang normal atau sedikit berkurang. - Mandibula yang protrusi
pada kelainan skeletal Klas III ringan
- Tidak ada gigi yang crowded
B. Kontraindikasi
- Maloklusi Klas II dengan insisivus bawah yang proklinasi
- Pasien pada pre-pubertas. post-pubertas dan dewasa
- Malposisi, diastema dan crowding yang parah
- Pasien tidak kooperatif
- Pasien alergi

2. Macam-macam dan cara kerja alat ortodonti fungsional yaitu :


a. Bionator
Adalah sebuah alat ortodontik lepasan yang didesain untuk mengkoreksi fungsi
dan perbedaan skeletal anteroposterior antara maksila dan mandibula.
- Untuk maloklusi kelas II
Gigi incisivus maksila akan diretraksi, maka labial bow harus dalam keadaan
aktif. Pada beberapa kasus dengan modifikasi labial bow bawah dimana gigi
insisivus mandibula akan diprotraksi, maka labial bow harus dalam keadaan
pasif. Gigi posterior maksila akan digeser ke distal dan dicegah agar tidak
bergerak ke mesial yaitu dengan mengasah lempeng akrilik pesawat secara
benar, sehingga jalur erupsi gigi posterior kearah distal. Pengasahan
dilakukan pada daerah distal gigi, sedangkan pada bagian mesial tetap
menyentuh gigi. Sebaiknya gigi geligi mandibula jalur erupsinya kea rah
mesial maka lempeng akrilik menyentuh bagian distal dan bebas di daerah
mesial.

- Untuk maloklusi kelas III


Bagian akrilik dari alat Kelas III adalah sama dengan jenis standar.
Sebuah plat mandibula dan dua bagian rahang lateral yang membentang dari
premolar pertama ke premolar pertama yang bergabung bersama-sama,
membuka gigitan yang memungkinkan gigi seri atas untuk bergerak kearah
labial dari gigi seri bawah. Pembukaan gigitan ini harus memberikan ruang
kurang dari 2 mm antara tepi gigi seri rahang atas dan
mandibular. Dengan ruang tertutup, menuju lidah, dengan perpanjangan plat
dari bagian rahang bawah dari kaninus ke kaninus. Tepi gigi seri atas
melampaui batas atas akrilik sekitar 2mm. Dengan cara ini, gigi seri rahang
atas diposisikan langsung di depan penghalang akrilik, agar tidak
mengerahkan segala bentuk tekanan, dengan jarak sekitar 1mm dari ketebalan
akrilik yang akan dihilangkan dari belakang gigi seri rahang bawah. Hambatan
ini menghalangi setiap gerakan maju dari lidah menuju ruang depan.
Tujuannya adalah untuk mengajarkan lidah agar mendapat rangsangan
proprioseptif untuk tetap ditarik dan tepat di ruang
fungsionalnya. Serta menghubungkan bagian anterior yang tidak tercakup
langit-langit mulut, untuk merangsang komponen pertumbuhan ke sekitar di
daerah depan.
- Untuk maloklusi deepbite
Gigi geligi insisivus diharapkan dapat intrusi dan pada daerah oklusal lempeng
akrilik dari gigi posterior diasah sehingga terjadi ekstrusi. Labial bow dalam
keadaan aktif dan kontak pada 1/3 insisal gigi.
- Untuk maloklusi dengan openbite
Gigi insisivus mandibula harus bebas dari lempeng akrilik agar dapat terjadi
ekstrusi dan gigi posterior diharapkan dapat terjadi intrusi dan labial bow
dalam keadaan aktif, kontak pada 1/3 gingival gigi.
b. Aktivator
Aktivator merupakan suatu alat fungsional yang dapat menghasilkan daya ortodoti
dan ortopedik. Daya ortodonti pengaruhnya pada gigi geligi yaitu daya untuk
menggerakkan gigi geligi dalam arah sagital, vertikal dan transversal. Daya
ortopedik adalah daya untuk mempengaruhi struktur kraniofasial dan pengaruhnya
pada rahang yaitu merangsang pertumbuhan mandibula dan menghambat
pertumbuhan maksila.
Cara Kerja: Aktivator bekerja dengan prinsip menyalurkan, mengubah atau
mengarahkan daya-daya alami, seperti aktivitas otot dan jaringan sekitarnya untuk
diteruskan ke rahang, kondilus, gigi dan jaringan pendukung gigi sewaktu aktivator
berada dalam mulut atau sewaktu otot melaksanakan fungsinya, seperti berbicara,
menelan, dan lain-lain.
1. Dalam arah transversal
Ekspansi maksila, dilakukan untuk melebarkan lengkung maksila yang sempit.
2. Dalam arah sagital
- Menggerakkan gigi-gigi anterior maksila ke palatal.
- Menggerakkan mandibula ke anterior dan gigi posterior maksila ke distal.
- Menggerakkan gigi-gigi posterior mandibula bergerak ke mesial.
3. Dalam arah vertikal
Gigi posterior maksila dan mandibula di- ekstrusi.
• Frankel appliance
Frankel appliance adalah lapisan yang terletak pada vestibulum mulut dan tidak
berkontak dengan seluruh sistem dento alveolar yang belum bertumbuh. Elemen
kawat akan menghubungkan pelindung lateral dengan lapisan bibir dan juga
berfungsi sebagai pedoman, stabilisasi dan faktor pencetus refleks.
Cara kerja:
- Arah Transversal
Shield bukal berfungsi untuk menahan otot pipi (mekanisme bucinator)
sehingga ruang transversal dapat diperbesar. Shield bukal menahan tekanan
mekanis yang merugikan pada struktur tulang membrane responsive, karena
tekanan dari jaringan lunak dianggap sebagai suatu faktor penting yang
menyebabkan gigi geligi berjejal dan menghentikan perkembangan tulang
basal sehingga menyebabkan ketidakseimbangan pada aksi gaya yang dapat
diterima oleh rongga mulut. Plat vestibular harus menjauhi tekanan bibir dan
pipi sehingga gaya otot dapat dikeluarkan pada basis apikal oleh regangan.
Aksi tersebut khususnya berlangsung pada siklus penelanan. Sedangkan,
Shield vertibularis berfungsi untuk meniadakan faktor penghalang sehingga
berpotensi dalam perkembangan tulang untuk gigi yang erupsi, memerlukan
perkembangan processus alveolaris sampai basis apikal.

- Arah Sagital
Lip pad digunakan untuk menahan bibir bawah dan mencegah aksi otot
mentalis dalam membentuk tekanan pada gigi insisivus bawah. Aksi lip pad
sangat bermanfaat pada keadaan retroklinasi atau insisivus bawah yang
berjejal, walaupun oklusi keseluruhan normal atau tidak normal. Lip pad yang
berasal dari plat labial untuk membebaskan gigi terhadap jaringan lunak otot-
otot yang sudah melemah dan merangsang osteoblast untuk membentuk
jaringan tulang baru
- Arah vertical
Peningkatan ruang vertikal intraoral diperoleh dengan memajukan bagian
depan rahang bawah biasanya memerlukan pembukaan gigitan. Bila ada ruang
antar oklusal yang lebih besar, memungkinkan erupsi atau ekstrusi gigi depan.
Pesawat frankel sebagai korektor fungsional efektif untuk perawatan
maloklusi angle klas II divisi 1, klas II divisi 2, klas III dan open bite anterior.

• Herbts appliance
Adalah jenis pesawat fungsional tipe cekat yang dirancang untuk merawat
kasus klas II. Komponen utama pesawat ini yaitu telescope yang terdiri dari
tube dan plunger.
Cara kerja:
pesawat herbst bekerja seperti sendi tirun antara maksila dan mandibula.
Mekanisme telescope pada tiap sisi rahang menahan mandibula pada posisi
protrusi secara terus menerus pada saat penutupan kedua rahang dan ketika gigi
tidak dalam keadaan oklusi. Posisi mandibula ditentukan oleh panjang tube dan
sejauh mana gigitan dilompatkan yang didapatkan sewaktu pengambilan
konstruksi gigitan. Panjang plunger disesuaikan dengan panjangn tube. Apabila
plunger terlalu panjang, maka plunger akan menonjol kea rah distal molar
pertama maksila dan akan melukai mukosa bukal, dan apabila terlalu pendek
maka, plunger akan tergelincir dari tube ketika mulut terbuka lebar.

• Twin block
Merupakan salah satu alat fungsional lepasan yang terdiri dari blok gigitan atas
dan bawah. Tujuan utama terapi dengan Twin block adalah untuk menambahkan
panjang mandibula dengan menstimulasi kenaikan pertumbuhan kartilago
kondilus dan membatasi pertumbuhan maksila.
Cara Kerja:
- Tahap 1 (Fase Aktif)
Tahap ini mengoreksi relasi antero-posterior, yaitu dari maloklusi kelas 2
menjadi maloklusi kelas 1 dan mengoreksi dimensi vertikal dengan
penggunaan bite blocks oklusal pada gigi posterior.
Penggunaan bite blocks oklusal akan menambah dimensi vertikal dengan cara
pengurangan sedikit demi sedikit bagian bite block posterior rahang atas
sehingga gigi molar rahang bawah akan mengalami erupsi sebagai usaha
mendapatkan oklusi dengan gigi antagonisnya.
Fase aktif akan berakhir bila gigi molar rahang bawah berkontak dengan baik
dengan gigi molar rahang atas dan didapatkan koreksi overjet, dan overbite.
Tahapan perawatan akan dilanjutkan dengan fase pendukung.

- Tahap 2 (Fase Pendukung)


Tujuannya adalah untuk mempertahankan hubungan yang benar antara
inklinasi gigi-gigi anterior rahang atas dan bawah, sampai hubungan oklusi
segmen bukal tercapai. Pada fase ini, alat Twin block pada rahang bawah
dilepas, sedangkan alat Twin block pada rahang atas diganti dengan alat
lepasan Hawley dengan peninggi gigitan anterior.
Fungsi peninggi gigitan anterior selain untuk mempertahankan posisi gigi
anterior rahang bawah terhadap rahang atas, juga digunakan untuk
mendapatkan oklusi tepat dari gigi-gigi premolar: yang belum terkoreksi pada
fase aktif. Penggunaan busur labial sendiri untuk membantu menjaga gigi
anterior rahang bawah tidak tumbuh ke arah labial.
Perawatan fase pendukung akan berakhir bila semua gigi-gigi rahang bawah
dapat berkontak dengan baik dengan gigi-gigi rahang atas

- Tahap 3 ( Fase Retensi)


Tahap retensi ini menggunakan alat yang sama dengan fase pendukung yaitu
alat Hawley dengan peninggi gigitan anterior. Apabila hubungan antara gigi-
gigi rahang bawah dan rahang atas sudah cukup adekuat, penggunaan alat
dibatasi hanya digunakan pada malam hari saja.

3. Pemeriksaan Subjektif
Anamnesis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter sebagai
pemeriksa dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit
yang diderita dan informasi lainnya yang berkaitan sehingga dapat mengarahkan
diagnosis penyakit pasien.

Anamnesis meliputi :
a. Keluhan utama
Alasan dan permintaan perawatan dari pasien, menyangkut : motivasi, aspek
estetik, fungsi (pengunyahan, bicara), bentuk kelainan yang membuat pasien
merasa terganggu.
b. Riwayat kasus
- Riwayat kesehatan umum
Untuk menelusuri riwayat penyakit yang mengganggu proses tumbuh
kembang dento fasial atau penyakit yang dapat
menghambat/mengganggu perawatan ortodonti yang akan dilakukan.
- Riwayat gigi geligi
Untuk menelusuri riwayat tumbuh kembang gigi pasien mulai dari
periode gigi
desidui, bercampur, sampai permanen.
- Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang berhubungan dengan keluhan pasien,
dimaksudkan untuk klarifikasi etiologi maloklusi pasien, apakah
bersumber dari genetik yang diwariskan atau pengaruh lingkungan.
c. Kebiasaan buruk
- Thumb sucking
- Tongue thrusting
- Lip biting
- Bertopang dagu
- Tidur miring
- Menggigit pensil, kuku, benda lain
- Ngedot

Pemeriksaan Objektif
Ø Ekstraoral
a. Bentuk muka (simetris/asimetris)
b. Indeks muka (euriprosop, mesoprosop, leptoprosop)
c. Indeks kepala (brakisefali, mesosefali, dolikosefali)
d. Profil muka (convex, straight, concave)
e. Otot mastikasi dan otot bibir (normal, hypertonus, hypotonus)
Ø Intraoral
a. Oral hygiene
b. Lidah
Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :
- Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya
- Dalam keadaan relaks membuka mulut, lidah tampak luber
menutupi permukaan oklusal gigi-gigi bawah
- Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan
lingual mahkota gigi (tongue of identation)
- Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)
c. Palatum
- Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas ke lateral kurang
(kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang
pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum
rendah lebar.
- Pasien dengan habit mouth breathing biasanya palatumnya tinggi
sempit.
- Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor, torus,
palatoschisis, dll harus dicatat.
d. Gingiva dan mukosa
Pasien dengan oral hygiene yang buruk biasanya mempunyai gingiva
dan mukosa
yang inflamasi dan hypertropy.
e. Frenulum labii superior, labii inferior, lingualis
Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya
(insersio) pada marginal gingiva serta ketebalannya.
f. Midline
- Midline rahang atas terhadap sutura palatina mediana
- Midline rahang bawah terhadap sutura palatina mediana
- Midline rahang atas terhadap rahang bawah
g. Tonsila palatina, lingua, dan pharyngea
Dilakukan pemeriksaan dengan menekan lidah pasien dengan kaca
mulut, jika dicurigai adanya kelainan yang serius pasien dikonsulkan ke
dokter ahli THT sebelum dipasangi alat ortodonti.
h. Bentuk lengkung gigi
- Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri)
beberbentuk garis lurus devergen ke posterior dengan posisi gigi M2
merupakan terusan kaki lengkung, sedangkan puncak lengkung (C –
C) berbentuk garis lengkung (curved).
- Setengah elips : Kaki lengkung berbentuk garis lengkung konvergen
ke posterior ditandai oleh posisi gigi M2 mulai berbelok kearah
median line, sedangkan puncak lengkung juga merupakan garis
lengkung (curved).
- Trapezoid : Kaki lengkung merupakan garis lurus devergen ke
posterior dan puncak lengkung merupakan garis datar di anterior
dari gigi C – C.
- U-form : Kaki lengkung merupakan garis lurus sejajar ke posterior,
sedangkan puncak lengkung merupakan garis lengkung.
- V-form : Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke
posterior, tetapi puncak lengkung merupakan garis menyudut ke
anterior ditandai dengan posisi gigi I2 masih merupakan terusan
kaki lengkung lurus konvergen ke anterior.
- Setengah lingkaran : Kaki lengkung dan puncak lengkung
merupakan garis lengkung merupakan bagian dari setengah
lingkaran. Ini biasanya dijumpai pada akhir periode gigi desidui
sampai awal periode gigi campuran (mixed dentition)
i. Pemeriksaan gigi-geligi (odontogram)
j. Malposisi gigi individual
- Mesioversi
- Distoversi
- Linguoversi
- Labioversi, dst.
k. Relasi gigi
- Relasi molar
- Relasi kaninus

Pemeriksaan Penunjang
a. Pembuatan Model Studi
Pemeriksaan secara klinis lengkap belum dapat memberikan data yang
dibutuhkan untuk perawatan ortodontik. Disamping karena terbatasnya
waktu pemeriksaan diklinik juga ada bagian-bagian yang tidak bisa diamati
secara teliti. Banyak pengukuran tidak bisa dilakukan secara langsung pada
pasien. Untuk itu diperlukan model cetakan gigi dan rahang sebagai model
studi.
Analisis Model Studi meliputi :
- Bentuk lengkung gigi
- Malposisi gigi individual
- Relasi gigi dalam oklusi sentrik
- Median line
- Lebar mesiodistal gigi
- Skema gigi dari oklusal
b. Rontgen Panoramik
Pemeriksaan foto rontgen yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan
pada foto rontgen panoramik. Kegunaan pemeriksaan foto rontgen
panoramik adalah:
- Melihat hubungan antara gigi-gigi pada satu rahang dan hubungan gigi-
gigi rahang atas dengan rahang bawah
- Melihat tahap perkembangan gigi tetap dan resorbsi akar gigi sulung.
Informasi perkembangan gigi diperlukan untuk memberikan informasi
mengenai perkembangan oklusi gigi dan waktu yang tepat untuk
perawatan.
- Melihat ada tidaknya kelainan patologis.
c. Sefalometri
Manfaat sefalometri radiografik adalah:
- Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial.
Dengan membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam
interval waktu yang berbeda, untuk mengetahui arah pertumbuhan dan
perkembangan kraniofasial.
- Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial.
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab maloklusi, seperti ketidak
seimbangan struktur tulang muka.
- Mempelajari tipe fasial.
Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat dengan tipe fasial.
Ada 2 hal penting yaitu : (1) posisi maksila dalam arah antero-posterior
terhadap kranium dan (2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga
akan mempengaruhi bentuk profil : cembung, lurus atau cekung.
- Merencanakan perawatan ortodontik.
Analisis dan diagnosis yang didasarkan pada perhitungan-perhitungan
sefalometrik dapat diprakirakan hasil perawatan ortodontik yang
dilakukan.
- Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat.
Dengan membandingkan sefalogram yang diambil sebelum, sewaktu
dan sesudah perawatan ortodontik.
- Analisis fungsional
Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan membandingkan
posisi kondilus pada sefalogram yang dibuat pada waktu mulut terbuka
dan posisi istirahat.

4. Diagnosis kasus ini adalah : Maloklusi Angle klas II divisi 1 dentoskeletal dengan
protrusi gigi anterior maxilla dan retrignati mandibular. Bionator merupakan alat
yang dipilih untuk mengoreksi maloklusi klas II divisi I dan untuk mencapai koreksi
skeletal dan dentoalveolar yang ada. Rencana perawatan kasus ini adalah:
1). tahap instruksi operator kepada pasien mengenai perawatan ortodontik,
2). tahap perawatan yaitu perawatan dengan alat fungsional Bionator dan perawatan
dengan plat aktif (evaluasi dan observasi hasil dari tahap I),
3). pemakaian retainer.
Perawatan tahap I kasus ini adalah operator memberikan penjelasan kepada
pasien tentang perawatan ortodontik, mengenai prosedur perawatan, cara perawatan,
lama perawatan, cara memakai dan melepas alat, dan pasien diminta untuk menjaga
kebersihan mulutnya serta menghilangkan kebiasaan buruknya jika ada. Perawatan
tahap II dilakukan pemakaian alat fungsional bionator. Pemakaian bionator
dilakukan dengan memajukan mandibula dan mengkoreksi malrelasi yang ada
secara bertahap.Kemudian dievaluasi dan observasi untuk perawatan dengan plat
aktif. Alat bionator terdiri atas:
a. Alat RA dan RB yang bersatu,
b. Gigitan anterior diberi bite plane pada gigi anterior RA dan RB,
c. Gigitan posterior dibebaskan,
d. Lengkung Labial (guide wire maksila) dari interdental gigi P1 RA dengan Ø 0,8
mm.
e. Palatal bar pada RA dengan Ø 0,8 mm,
f. Pir coffin pada RA dengan Ø 0,9 mm dan sekrup ekspansi pada RB. Bionataor
dibuat dengan bantuan tekniker lokal.
Alat ini dilepaskan atau tidak digunakan hanya ketika makan dan minum,
menyikat gigi atau membersihkan alat, dan sewaktu berolahraga. Pada minggu
pertama, alat digunakan selama beberapa jam setiap harinya. Pada periode ini
sangatlah bagus untuk berlatih berbicara ketika keadaan masih menggunakan alat di
dalam mulut.

Pada minggu kedua, bionator digunakan selama aktivitas di dalam rumah.


Selama minggu ketiga, alat digunakan ketika bersekolah dan selama di rumah.
Terakhir pada minggu keempat, alat digunakan sepanjang hari dan ketika tidur.
Kontrol dilakukan seminggu sekali. Pada minggu pertama, belum dilakukan
pengurangan plat akrilik dan penyesuaian gigitan dengan tujuan agar pasien
beradaptasi dahulu dengan alat.
DAFTAR PUSTAKA

English, J.D., Peltomaki, T., Pham-Litschel, K., 2009, Mosby’s Orthodontic Review,
St.Louis, Misouri, Mosby Elsevier 4.
Foster TD, 1999, Buku ajar ortodonsi. Alih bahasa: Yuwono L. Edisi 3. Jakarta,
EGC.: 70–72,253–270.
Graber TM, Rakosi T, Petrovic AG, 1985, Dentofacial orthopedics with functional
appliances. St. Louis: Mosby Co, 150–155,157–158,206–208,346–352
Heryumani, JCP., 2008, Buku Ajar Ortodonsia I, FKG UGM, Yogyakarta
Luthfianty AP, Suparwitri S, Hardjono S, 2014, Perawatan Maloklusi Klas II Divisi 1
Dentoskeletal Disertai Retrusi Mandibula Dengan Alat Fungsional Bionator. Maj
Kedokt Gigi Indonesia. 21(2):212.
Polanunu, S. M. A, 2012, Evaluasi Lama Perawatan Ortodontik Berdasarkan Tipe
Maloklusi Pada Pasien Yang Menggunakan Piranti Lepasan Di Rsgm Fkg
Unhas (Doctoral Dissertation).
Proffit WR, Fields HW, Sarver DM, 2007, Contemporary Orthodontics, Edisi
4. St. Louis : Mosby Elsevier
Singh G, 2004, Textbook of Orthodontics. New Delhi. Jaypee Med Pub.
Zen, Yuniar & Hoesin, Faruk, 2015, PERAWATAN MALOKLUSI KELAS II
DIVISI 1 DENGAN MANDIBULA RETRUDED MENGGUNAKAN
BIONATOR (Laporan Kasus). Journal of Dentistry Indonesia. 10.
10.14693/jdi.v10i3.595.

Anda mungkin juga menyukai