Anda di halaman 1dari 87

Macam perawatan ortodontik berdasarkan tahapan perawatan yang dilakukan:

- Preventif.
- Interseptif.
- Kuratif.

Perawatan Ortodontik Kuratif ditujukan untuk memperbaiki maloklusi yang


sudah nyata.
Kadang kelainan tampak jelas sekali sehingga dapat berpengaruh pada
bentuk muka, misalnya: pada progeni.

Perawatan Ortodontik hanya dibenarkan bila dapat menghasilkan :


* perbaikan susunan geligi yang nyata & kestabilan hasil perawatan
(tidak relaps) dan / atau
* kesehatan sistim pengunyah.

Tujuan perawatan Ortodontik:


Untuk mendapatkan
* oklusi yang stabil
* fungsi pengunyah yang baik / efisien
* penampilan / estetik yang memuaskan
Perawatan kuratif dilakukan pada fase geligi permanen (12 20 tahun).
Usia yang optimum 12 14 tahun.

Keuntungannya:
- Diagnosa akan lebih tepat sebab kelainan dentofasial sudah
mencapai proporsinya
> sebagian besar pertumbuhan wajah sudah terjadi
> hubungan antara lengkung geligi RA dan RB sudah terbentuk dan
biasanya tidak akan banyak berubah lagi.

- Terapi yang diberikan akan lebih definitif.


Pada usia ini juga masih ada sedikit pertumbuhan wajah yang akan
membantu :
> mengurangi tumpang gigit yang berlebih
> menghasilkan pergerakan gigi yang spontan.

- Gigi-gigi permanen sudah tumbuh cukup untuk menerima kekuatan pegas.

- Bertambahnya kesadaran sosial pada usia ini merupakan motivasi


yang baik bagi pasien.
Maloklusi dapat dikelompokkan dalam 3 kategori:

1. Kelainan Dental / Dentoalveolar.


Terjadi bila 1 atau sekelompok gigi dalam 1 ataupun ke 2 rahang berada
dalam hubungan yang abnormal dengan gigi2 yg lain.

Pada kelainan dental:


- Relasi RA & RB boleh dianggap normal,
- Facial balance hampir selalu baik dan
- Fungsi otot juga normal.

Biasanya ada kekurangan tempat untuk menampung semua gigi dalam


lengkung yang baik.
Gambaran klinis dapat berupa antara lain:

- Gigi yang rotasi


- Premolar yang impaksi sebagian atau
erupsi lebih ke bukal atau lingual
- Kaninus yang erupsi diluar lengkung gigi

Pertumbuhan dan perkembangan wajah, pola skeletal dan perkembangan


serta fungsi otot mungkin saja baik walaupun ada relasi yang disharmonis
antara :
gigi dan tulang penyangganya yang mengakibatkan susunan gigi tidak
rata.
Etiologinya:
-faktor herediter / genetik
ukuran / bentuk gigi yang abnormal
agenisi
gigi kelebihan
-faktor lokal
kehilangan prematur / mutilasi
persistensi
karies, tumpatan yang kurang baik
penyakit periodontal
-faktor lingkungan
kebiasaan buruk
2. Kelainan skeletal.
Relasi anteroposterior antara maxila dan mandibula ataupun terhadap basis
cranial yang tidak serasi. Susunan gigi di RA dan RB rata.
Biasanya susunan tulang,susunan neuromuskuler maupun susunan gigi
juga ikut terpengaruh, diikuti aktivitas otot sebagai kompensasi untuk
menyesuaikan diri dengan kelainan skeletal ini.
Agak jarang ada kelainan yang murni hanya skeletal.
3. Kelainan Skeleto Dental.
Pada kelainan ini ada relasi yang abnormal antara maxila dan mandibula
ataupun terhadap basis cranial disertai malposisi 1 atau sekelompok gigi.
Pada kelainan skeletodental, gigi yang posisinya tidak rata disertai dengan
mandibula yang letaknya terlalu ke anterior atau terlalu ke posterior terhadap
maxila atau terhadap basis cranial, atau gigi2 di RA yang letaknya terlalu ke
anterior atau terlalu ke posterior baik terhadap basis cranial maupun terhadap
mandibula.
Ke 4 susunan jaringan (gigi,tulang,otot dan syaraf) ikut terlibat.
Perawatan kelainan ini jelas berbeda dengan kelainan yang dental,dan banyak
tergantung dari type dan parahnya kelainan.
Kelompok ini yang paling banyak dijumpai dalam praktek orto.
RELASI DENTOFACIAL
1. Cranium & wajah bagian atas
2. Wajah bagian tengah (nasomaxillary complex)
3. Geligi RA
4. Geligi RB
5. Mandibula

A. Relasi skeletal dan dental normal


B. Protrusi gigi2 RA
C. Retrusi skeletal RB disertai gigitan dalam
D. Protrusi skeletal RA disertai tendens open
bite skeletal krn palatal plane yang
condong ke atas
E. Kombinasi dari retrusi skeletal RA &

protrusi skeletal RB.

Gigi2 RA protrusi sedangkan gigi2 RB retrusi.


Pd kasus ini terjadi kompensasi dental krn
adanya discrepansi rahang.
Beberapa pertimbangan klinis.
Perlu membedakan penderita dengan maloklusi yang terutama dipengaruhi faktor
bersifat genetik atau terutama karena faktor lingkungan.
Struktur morphologi abnormal dari wajah dan gigi yang terutama disebabkan faktor
herediter memerlukan prosedur perawatan yang berbeda dari pada kelainan
struktur yang terutama disebabkan oleh faktor lingkungan.

Sebagai contoh, seorang penderita muda dengan maloklusi Kl II, maxila normal
tapi ada retrusi mandibula sebaiknya dirawat dengan pemakaian headgear untuk
mengatur pertumbuhan maxila sambil memberi kesempatan mandibula untuk
tumbuh menyesuaikan diri dengan maxila.

Melebarkan palatum yang sempit dengan RME juga merupakan contoh perawatan
orthopedik yang ditujukan pada kelainan dengan faktor herediter sebagai etiologi.
Pada penderita dewasa, dengan struktur craniofacial yang abnormal yang
kemungkinan besar disebabkan oleh faktor herediter, seperti retrusi atau prognati
mandibula, dapat dirawat dengan bedah orthognathic.
Sebaliknya, penderita muda atau dewasa dengan relasi yang cukup normal baik
dari jurusan anteroposterior, transversal maupun vertikal dengan maloklusi Kl I,II
atau Kl III, sebaiknya perawatan ditujukan pada penggerakan gigi saja untuk
mempengaruhi struktur wajah.
Pada umumnya mengetahui perbedaan antara faktor genetik dan lingkungan yang
lokal penting untuk merencanakan perawatan dan retensi nantinya.
Retensi dari suatu maloklusi yang sudah selesai dirawat merupakan tantangan
karena faktor genetik maupun lingkungan yang menimbukan maloklusi itu
mempunyai kecenderungan untuk menarik kembali gigi yang sudah digerakkan
ke posisi asal.

Mencegah penyebab yang bersifat genetik sekarang belum memungkinan.


Sebaliknya, pencegahan faktor2 lingkungan yang dapat menimbulkan maloklusi
harus dilakukan.
Misalnya, mencegah / menghilangkan kebiasaan buruk
mencegah terjadinya karies.
mencegah terjadinya tanggal prematur.
PERAWATAN ORTODONSI PADA ORANG DEWASA
DALAM MELAKUKAN PERAWATAN INI, PERLU DIINGAT:
Kekuatan yang diberikan sama dengan kekuatan fungsional
(biomekanik).
Akan terjadi perubahan pada jaringan penyangga gigi.
Ada perbedaan anatomi, fisiologis & biokimia antara tulang anak dan
orang dewasa. Perubahan jaringan pada orang dewasa lebih lambat,
kadang aktifitas osteoklas melebihi osteoblas sehingga bila dilakukan
retraksi anterior ketebalan tulang alveol bagian labial dan lingual
akan berkurang.
Kekuatan ortodonsi yang dipakai harus ringan, untuk menjaga
keseimbangan proses resorbsi dan aposisi tulang.
Kekuatan yang terlalu besar mengakibatkan :
> gigi nekrose
> terjadinya resorbsi akar
Keuntungan perawatan pada Px dewasa :

- Bentuk dan pola skeletal tidak mengalami perubahan yang berarti lagi
- Biasanya Px lebih patuh dan mempunyai motivasi internal yang tinggi
- Px sudah mampu menggambarkan dengan jelas masalah estetik
yang dihadapi
- Bila diperlukan tindakan pembedahan sudah dapat dilaksanakan

karena pertumbuhan sudah selesai.


Keterbatasannya:

- Karena pertumbuhan telah selesai maka hasil perawatan sudah tidak


dapat lagi mengharapkan bantuan dari pertumbuhan
- Px dewasa biasanya lebih menuntut hasil perawatan yang bagus
- Kamuflase dento-alveolar pada kelainan skeletal hanya dapat
mengkompensasi kelainan yang ringan
- Kemungkinan Px mempunyai penyakit sistemik dan kelainan
periodontal lebih besar
- Biasanya pergerakan initial gigi lebih lambat
- Biasanya rasa sakit initial yang timbul akibat pemakaian alat orto
lebih parah.
DALAM MERENCANAKAN PERAWATAN PERLU DIKETAHUI:
1. Tujuan perawatan.
a. keputusan untuk merawat / menerima maloklusi
itu apa adanya.
b. menentukan apakah hasil akhirnya harus ideal atau cukup
terbatas saja asalkan sudah didapat perbaikan yang nyata.
2. Detil perawatan.
a. perkiraan besarnya kekurangan tempat.
b. menentukan gigi mana yang harus digerakkan dan pegas
apa yang harus dipakai.
c. menentukan oklusi final yang diharapkan dan bagaimana
mencapainya.
d. perkiraan penjangkaran yang diperlukan.
3. Lamanya perawatan dan prognosis
a. perkiraan lamanya perawatan
b. pilihan alat retensi
c. prognosa
PEDOMAN DLM MERENCANAKAN PERAWATAN :

Harus sesedikit mungkin gigi yang digerakkan.


Apabila terpaksa banyak gigi yang harus digerakkan lebih baik
bergantian, setiap kali hanya 1-2 gigi saja yang digerakkan.
Jaringan periodontium dan gingiva harus diperiksa dengan cermat.
Jaringan penyangga gigi atau akar gigi diperiksa apakah ada
resorbsi akar atau tulang alveol.
Gigi nonvital setelah dirawat endo dapat digerakkan seperti
gigi vital.
SYARAT2 MELAKUKAN PERAWATAN
ORTODONSI PADA ORANG DEWASA :

Kesehatan jaringan mulut.


Kebersihan mulut.
Minimal 2/3 akar gigi harus tertanam dalam tulang alveol.
Jaringan periodontium harus sehat.
Bila ada keradangan gingiva harus disembuhkan lebih dulu.
Tidak ada resorbsi akar dan gigi goyang.
Kesehatan umum Px baik.

Setelah perawatan aktif selesai diperlukan retainer yang pemakaiannya


harus cukup lama karena proses aposisi yang lambat.
Retainer dapat juga berupa jembatan atau protesa.
Perawatan pada Px dewasa dapat dibagi dalam 2 golongan:

Perawatan komprehensif.
Perawatan untuk mendapatkan hasil estetik dan oklusi-fungsional
sebaik mungkin dengan cara :
- menggerakkan gigi dengan peranti ortodonsi
- bedah ortognatik yang dikombinasi dengan menggerakkan gigi

Perawatan adjunctive.
Perawatan yang sifatnya hanya lokal, tidak mencakup semua gigi tapi
terbatas pada gigi tertentu saja untuk memperbaiki oklusi.
Juga dipakai untuk menunjang perawatan di bidang lain.

Yang dimaksud dengan px dewasa adalah orang yang pertumbuhannya


sudah berhenti, tergantung ras dan jenis kelamin, dapat dikatakan di atas
18 tahun.

Indikasi perawatan ortodonsi untuk orang dewasa :

> memperbaiki estetik, funsi bicara dan fungsi mengunyah


> koreksi gigitan silang, gigitan dalam atau gigitan terbuka
> memperbaiki oklusi dan gangguan TM joint
> bila diperlukan untuk pemasangan jembatan
PERAWATAN BEDAH

Perawatan ini dilakukan bila ada disharmoni antara dua komponen muka ,
misalnya antara :
- besar rahang dan volume gigi.
- besar rahang atas dan rahang bawah.
- besar rahang atas ,rahang bawah dan bagian lain muka.

Kasus pencabutan pada perawatan ortodonsi sebenarnya juga merupakan


perawatan bedah ,misalnya karena adanya disharmoni antara besarnya
rahang dan volume gigi.
Pada awalnya teori perawatan bedah ini tidak dikenal dan tidak disukai.
ANGLE (1907), berpendapat bahwa geligi permanen harus dipertahankan
dan diupayakan tertata dengan baik dalam lengkung geligi, karena menurut
Angle apabila hubungan antar tonjol geligi baik maka terjadi rangsangan
untuk pertumbuhan tulang basal. (teori ini tidak bertahan lama )

CASE ,mengatakan pada kasus yang membutuhkan tempat banyak untuk


mengatur geligi dalam lengkung geligi yang baik diperlukan pencabutan
gigi tertentu.

TWEED , mendukung teori CASE, juga menganjurkan untuk menegakkan


inklinasi insisif permanen rahang bawah terhadap basis apikal.
Perawatan ortodonsi dengan pencabutan saja kadang2 tidak cukup.
Selain itu juga diperlukan peranti ortodonsi setelah dilakukan pencabutan.
Pada kasus dimana tidak diperlukan pemakaian peranti, penderita harus tetap
diawasi secara periodik selama waktu tertentu.
PENCABUTAN SEBAGAI PERAWATAN ORTODONSI

1. PENCABUTAN BERUNTUN. (pencabutan seri).


Keuntungan :
Menghilangkan berdesakan pada gigi Inisif permanen.
Mengurangi kemungkinan karies.
Mencegah letak Kaninus diluar lengkung.
Kadang2 tidak memerlukan peranti orto / memerlukan peranti
tapi pemakaiannya tidak terlalu lama.

Kerugian :
Dapat terjadi rotasi Premolar.
Dapat terjadi gigitan dalam.
Gigi posterior dapat bergerak ke mesial
2. PENCABUTAN SISTEMATIS

Pada abad ke 19 pencabutan M1 menjadi alternatif perawatan.


Pencabutan ini berdasarkan atas :
Sering terjadi karies pada M1
Memberi tempat erupsi bagi M3.
Hasil dari perawatan ini tidak memuaskan karena :
1. diastema terlalu besar , sehingga sukar ditutup.
2. sulit mendapatkan kontak yang baik antara P2 dan M2
Tetapi pencabutan M1 ini bisa dilakukan dengan pertimbangan
lain, misalnya bila M1 rusak berat.
Pencabutan Premolar :

Merupakan pilihan utama


Lebih menguntungkan karena :
- letaknya di tengahtengah lengkung geligi, sehingga dapat
dipakai untuk koreksi gigi anterior maupun posterior.
- ada 2 Premolar pada tiap kwadran yang bentuknya hampir sama
sehingga walaupun dicabut satu, kontak antara Premolar yang
tersisa dengan gigi sebelahnya dapat cukup baik.
Sisa diastema bisa ditutup dengan baik.
Dapat memberikan pergerakan gigi yang spontan
Indikasi pencabutan Premolar Pertama :
1. Kekurangan tempat didaerah anterior lebih dari 8 mm.
2. Akan memperbaiki protrusi / geligi anterior yang berdesakan.
3. Untuk memperbaiki profil yang cembung.

Indikasi pencabutan Premolar Kedua :


1. Kekurangan tempat didaerah anterior sedikit kurang dari 8 mm
Perlu diperhatikan bila saat kita mencabut P2 bersamaan dengan
erupsi M2, maka diastema sebagian besar akan ditempati oleh
gigi M1 & M2 yg bergerak ke mesial.
2. Ada letak berdesakan gigi posterior, misalnya P2 terletak diluar lengkung.
Pada kasus maloklusi klas III Angle, dimana letak geligi RA sudah baik, maka
pencabutan hanya dilakukan pada RB saja, jadi hubungan molar dibiarkan
tetap klas III Angle.

Sebaliknya pada maloklusi klas II Angle divisi 1, apabila posisi dan inklinasi
gigi2 di RB sudah baik, maka untuk memperbaiki protrusi , pencabutan
dilakukan di RA saja , relasi molarnya dibiarkan tetap klas II Angle.

Pencabutan pada satu sisi rahang saja bisa juga dilakukan.


Misalnya pada > letak berdesakan satu sisi, sedangkan inklinasi Insisivi
sudah baik
> koreksi garis median
DALAM MENENTUKAN PENCABUTAN YANG HARUS DIPERHATIKAN :

A. JUMLAH KEKURANGAN TEMPAT (diskrepansi total).


Hal ini ditentukan oleh :
1.Diskrepansi model, yaitu selisih antara tempat yang tersedia
(available space) dengan tempat yang dibutuhkan (required space),
pengukurannya pd model studi.
2.Diskrepansi sefalometri , yaitu ruangan untuk menegakkan Insisif RB
ke dalam lengkung geligi yang baik.
Perubahan 2,5 derajad membutuhkan 1 mm tiap sisi.
3.Kurva Spee yang cekung (positif), ini menandakan bahwa rahang kurang
besar untuk menempatkan gigi dalam lengkung geligi yang baik.
Untuk mendatarkan kurva Spee yang kedalamannya kurang dari 3mm
diperlukan tempat 1mm, bila lebih dari 5mm diperlukan tempat 2mm.
4.Kemungkinan gerakan gigi penjangkar ke mesial.
B. HUBUNGAN ANTARA GELIGI ANTERIOR RA & RB.
Bila akan dilakukan retraksi gigi anterior RA maupun RB, harus ada tempat
yang cukup baik di RA maupun di RB. Meskipun ada tempat yang cukup, tetapi
apabila geligi anterior RA & RB dalam keadaan kontak, maka
retraksi geligi anterior RA tidak mungkin dilakukan sebelum retraksi geligi anterior
RB dilakukan terlebih dahulu.

C. TIPE PROFIL.

> Cekung ( Concave face ).


> Lurus ( Straight face ).
> Cembung ( Convex face ).

Ini menunjukkan seberapa harmonisnya relasi antara RA & RB.


Pembagian tipe ini berdasarkan pada kurva yg terbentuk dari garis yg
menghubungkan glabela dan bibir atas serta jaringan lunak di depan
pogonion.
D. POLA ATAU ARAH PERTUMBUHAN MUKA ( Facial Growth Trend ).
Penting untuk diketahui karena arah pertumbuhan muka ikut menentukan
hasil perawatan.
Ada 3 tipe :
1. TIPE A.
Bila pertumbuhan muka ke depan dan ke bawah dalam keadaan seimbang.
2. TIPE B.
Bila muka bagian tengah lebih cepat tumbuhnya dari pada muka bagian
bawah. Maloklusi klas II divisi 1 mempunyai arah pertumbuhan muka se -
perti ini. Apabila dalam perawatan ortodontik hanya dilakukan pencabutan
di RB saja, maka maloklusi akan makin parah.
3. TIPE C.
Bila muka bagian bawah lebih cepat tumbuhnya ke depan & ke bawah dari
pada muka bagian tengah.
Maloklusi kelas III mempunyai arah pertumbuhan muka seperti ini,
bila hanya dilakukan pencabutan di RA saja muka akan bertambah cekung
Jadi sebelum melakukan perawatan ortodontik dengan pencabutan , faktor- faktor
tersebut diatas harus diperhatikan.

Pada umumnya untuk merawat kasus geligi berdesakan anterior RA & RB dilakukan
pencabutan ke 4 P1 ( satu Premolar untuk setiap sisi rahang ), tetapi harus
diperhatikan kapan Premolar dicabut. Apabila dilakukan sebelum M2 erupsi, maka
diastema yang didapat sebagian dapat ditempati oleh pergeseran gigi posterior ke
mesial.
PENCABUTAN GELIGI PERMANEN
Dilakukan bila :
- basis apikal kecil sehingga tidak cukup memuat gigi pada posisi
yang baik.
- kekuatan-kekuatan fungsional akan menyebabkan oklusi yang
tidak stabil sehingga terjadi relaps.

Pada umumnya terapi pencabutan dilakukan pada kasus :


- kelainan letak gigi atau sekelompok gigi.
misalnya, letak berdesakan gigi anterior, posterior atau kombinasi
keduanya.
- kelainan gigitan.
misalnya, protrusi dento alveolar, protrusi bimaksiler, gigitan terbuka
dan sebagainya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mencabut gigi permanen :

- Prognosis gigi.
Misalnya karies yang besar dan dalam disertai kelainan
perapikal seandainya dirawat, prognosis jangka panjang gigi tsb
masih diragukan.
- Posisi gigi yang sangat menyimpang dari letak normalnya.
- Banyaknya tempat yang dibutuhkan dan letak kekurangan tempat tsb.
- Relasi insisivi.
- Profil Px.
Apakah pencabutan yang akan dilakukan dapat menyebabkan
perubahan profil yang sebelumnya sudah baik.
- Tujuan perawatan.
Apakah merupakan perawatan komprehensif atau perawatan
kompromi atau bahkan hanya perawatan penunjang.
Harus diingat bahwa pencabutan dapat mengakibatkan kerugian-kerugian pada
penderita.
Kerugian2 akibat pencabutan:
terutama pada Px muda dapat terjadi:
- perubahan pola pertumbuhan wajah
- ekspresi wajah kelihatan lebih tua
- terjadi relaps sehingga muncul diastem pada sisi yang dicabut

Pencabutan untuk menghilangkan berdesakan harus diikuti dengan perawatan


mekanis.

Bila tidak memakai peranti, gigi-gigi yang lain akan bergerak spontan secara tidak
teratur.

Kadang-kadang dapat saja tidak diperlukan peranti tapi pergerakan gigi-gigi harus
selalu diperhatikan / diikuti perkembangannya.

Bila ternyata pergerakan gigi-gigi tidak seperti yang dikehendaki, maka Px harus
memakai peranti.
PERTIMBANGAN - PERTIMBANGAN
DALAM PENCABUTAN GIGI PERMANEN.

Di RB bila terdapat berdesakan anterior yang parah perlu dilakukan pencabutan


gigi permanen.
Sedang pada kasus yang ringan ada beberapa alternatip:
- diabaikan saja, diterima apa adanya.
Walaupun harus diingat bahwa bila gigi anterior RB crowding
kadang - kadang sulit untuk mengatur gigi RA dalam lengkung
yang baik.
- lebar mesio distal mahkota gigi - gigi anterior RB dikurangi sedikit.
Ini dapat dilakukan pada Px yang karies resistant dan lebar
mesio distal mahkota gigi anterior tersebut cukup besar.
DI RAHANG BAWAH
INSISIVI RB
Kadang-kadang dicoba mencabut Insisivi RB untuk koreksi berdesakan
anterior tapi pada umumnya hasilnya kurang memuaskan.
Pencabutan Insisivi RB biasanya diikuti dengan berkurangnya
lebar intercanine secara bertahap yang mengakibatkan
terjadinya crowding kembali dari Insisivi yang tersisa ( relaps ).
Indikasi pencabutan Insisivi RB:
- Insisivi tersebut prognosisnya jelek karena trauma,karies atau
resesi gingiva.
- Kaninus disebelahnya terletak disto versi sehingga akan mudah
ditegakkan bila sisi mesial C tersebut diberi tempat.
- Insisivi tersebut terletak diluar lengkung.
- Pada kasus gigitan silang anterior yang ringan dimana lengkung
RA sudah baik dan Insisivi RB berdesakan.
KANINUS RB
Biasanya C hanya dicabut bila letaknya ektopik, karena:
- pada pencabutan C, biasanya kontak antara I2 dan P1 yang didapat
nantinya kurang baik karena bentuk mahkota I2 dan P yang jauh berbeda.
- C penting sebagai penjangkar pada pembuatan geligi tiruan
(bila dikemudian hari diperlukan).
PREMOLAR PERTAMA RB
Merupakan pilihan utama untuk koreksi berdesakan anterior yang sedang
sampai parah.
Bila C letaknya mesio versi biasanya terjadi perataan geligi anterior yang
spontan.
Dalam 6 bulan pertama setelah pencabutan, penutupan diastema terjadi cepat.
Indikasi pencabutan P1 RB:
> untuk perawatan pencabutan seri
> kekurangan tempat lebih dari 8 mm
> pada kasus geligi posterior yang berdesakan P1 yang dicabut karena
mempunyai dataran oklusal yang lebih kecil dari pada P2 RB.
PREMOLAR KEDUA RB
Pencabutan P2 dilakukan pada perawatan geligi posterior yang berdesakan
dimana P2 terletak di lingual sehingga ruang dalam lengkung geligi
sebagian besar sudah ditempati P1 dan M1.
Bila jarak antara P1 dan M1 > 2 - 3 mm, penutupan diastema secara spontan
biasanya kurang memuaskan. M1 akan tipping sehingga mengganggu
oklusi.

MOLAR PERTAMA RB
Tidak pernah diindikasikan untuk dicabut.
Pencabutan hanya dilakukan bila karies / rusak berat dan tidak dapat
dipertahankan.
MOLAR KEDUA RB
Tidak diindikasikan untuk dicabut.
Walau demikian pencabutan M2 dapat menolong
- membebaskan P2 yang impaksi.
Bila P2 kekurangan tempat sedikit karena M1 bergerak ke mesial akibat
kehilangan prematur m2, maka pencabutan M2 akan menyebabkan M1
bergerak kedistal. Ini dapat terjadi spontan bl P2 yang impaksi
tersebut mulai erupsi.
Bila pergerakan spontan ini tidak terjadi, diperlukan alat untuk mendo-
rong M1 ke distal.
- membebaskan M3 yang impaksi.
Walaupun pencabutan M2 memungkinkan M3 tersebut erupsi biasanya
posisi M3 kurang baik. Bila M3 posisinya sudah agak condong
ke mesial lebih baik M3 saja yang dicabut.
DI RAHANG ATAS
INSISIVI PERTAMA
Insisivi pertama RA tidak diindikasikan untuk dicabut, kecuali:
- pada kasus dimana I1 patah/ rusak berat disertai berdesakan anterior.
Dari pada harus mencabut gigi lain yang sehat untuk koreksi berdesakan,
tempat I1 yang dicabut dipakai untuk menggeser I2 yang kemudian dibuat-
kan mahkota spt I1.
- posisi I1 sangat tidak menguntungkan.
INSISIVI KEDUA
Insisivi kedua RA dicabut bila:
- letaknya salah sekali terutama bila apeks terletak sangat palatinal.
- mempunyai bentuk abnormal.
- rusak berat sehingga tidak memungkinkan dirawat.
KANINUS
Kaninus sedapat mungkin harus dipertahankan, kecuali bila letaknya ektopik.
C penting untuk mempertahankan ekspresi wajah & penjangkaran protesa. Bila C
dicabut,sering terlihat sudut mulut ke dalam sehingga Px kelihatan lebih tua.
PREMOLAR PERTAMA
Premolar pertama RA dicabut jika:
- dilakukan perawatan pencabutan seri.
- kekurangan tempat > 8 mm.
- letak P1 salah sedang ruang dalam lengkung geligi sebagian
besar sudah terpakai.
- perlu dilakukan koreksi protrusi.
- koreksi profil yg terlalu cembung.

PREMOLAR KEDUA
Premolar kedua RA dicabut jika:
- kekurangan tempat untuk meratakan geligi anterior sedikit < 8 mm .
Di RA, Premolar kedua biasanya < Premolar pertama.
- P2 letaknya diluar lengkung sedangkan P1 terletak dalam lengkung
yang baik (pada berdesakan posterior).
MOLAR PERTAMA RA
Pencabutan M1 tidak pernah diindikasikan untuk keperluan perawatan orto.
M1 hanya dicabut bila:
- sangat rusak sehingga tidak dapat dirawat lagi.
- setelah dirawatpun tidak dapat memenuhi tugas fungsional dan
retensi yg baik.
MOLAR KEDUA RA
M2 RA biasanya tidak diindikasikan untuk dicabut.
M2 hanya dicabut bila:
- perlu mendorong M1 ke distal sedang benih M3 terletak baik.
Diharapkan M3 dapat menggantikan fungsi M2.
- berdesakan posterior sedangkan M2 rusak berat.
MOLAR KETIGA RA & RB
M3 RA & RB dicabut bila:
- mengganggu oklusi
- erupsinya diperkirakan akan mengakibatkan maloklusi
- M3 miring / impaksi.
PERAWATAN
ORTODONTIK
Perencanaan Perawatan pada Kelainan Skeletal
(Rahardjo 2009)

Pada prinsipnya kelainan relasi skeletal dapat dirawat


dengan mengadakan:
- modifikasi pertumbuhan
- kamuflase
- bedah ortognatik

Modifikasi Pertumbuhan
Perawatan ini dapat dilakukan pada px yang masih
dalam masa pertumbuhan dengan tujuan memperbaiki
relasi rahang. Kadang-kadang merupakan fase pertama
dari perawatan 2 tahap pada maloklusi dentoskeletal.
Pada fase 1: dilakukan koreksi relasi rahang
fase 2: dilakukan pengaturan letak gigi.

Sebagian klinisi lebih menyukai perawatan 1 fase, yaitu


melakukan perawatan saat pertumbuhan sudah selesai.
Modifikasi pertumbuhan dilakukan dengan
menggunakan peranti fungsional.
Disebut juga ortopedi dentofasial.
Perawatan ini lebih banyak berhasil untuk mengoreksi
kelainan skeletal dalam jurusan anteroposterior,
misalnya pada maloklusi kelas II divisi 1.
Kamuflase secara Ortodontik
Perawatan ini ditujukan pada maloklusi yang disertai
kelainan skeletal yang ringan.
Kelainan skeletal diterima apa adanya, hanya gigi-gigi
digerakkan untuk menjadi relasi kelas I Angle.
Biasanya kelainan skeletal dalam jurusan sagital yang
memberi hasil yang baik.

Bedah Ortognatik
> Merupakan gabungan perawatan ortodontik dan
pembedahan untuk menempatkan gigi dan rahang
dalam posisi yang normal sehingga menghasilkan
estetik wajah yang baik.
> Dilakukan sesudah px tidak mengalami pertumbuhan
lagi.
> Indikasinya px dengan problema skeletal atau kelainan
dentoalveolar yang parah
Perawatan Maloklusi Kelas I Angle

Yang dimaksud maloklusi kelas I adalah kasus yang


mempunyai relasi skelet kelas I atau dapat juga kelas II dan
kelas III ringan yang kadang-kadang disertai kompensasi
dentoalveolar.

Kelainan yang paling sering ditemukan adalah gigi berdesakan


dan yang jarang ditemukan adalah diastema multipel.
Kadang-kadang juga dijumpai kelainan dalam jurusan
transversal atau vertikal.
Tujuan perawatan pada maloklusi kelas I Angle adalah:

- memperbaiki estetik dan fungsi gigi serta rahang,


misalnya: mengoreksi gigi berdesakan sehingga
didapatkan relasi gigi yang lebih baik
dalam lengkung geligi.

- kadang-kadang untuk mengoreksi tumpang gigit


yang besar.
- Perencanaan perawatan dimulai dengan rahang bawah,
rahang atas menyesuaikan dengan yang bawah.

- Bentuk dan besar lengkung rahang bawah harus


ditentukan sedemikian rupa agar didapat hasil yang
stabil.

- Bila dilakukan pencabutan gigi permanen di rahang


bawah, perlu dilakukan pencabutan gigi yang sesuai di
rahang atas, kecuali bila misalnya ada pergeseran garis
median, maka pencabutan yang asimetris bisa
dipertimbangkan.

- Maloklusi yang ringan bisa dianggap suatu variasi oklusi


yang tidak perlu dirawat.
- Pada Kaninus yang mesioklinasi, bila dilakukan
pencabutan Premolar pertama, maka Kaninus akan
menempati tempat bekas Premolar secara spontan.

- Pencabutan Premolar pertama juga bisa membebaskan


Premolar kedua yang terletak infraposisi akibat adanya
tanggal prematur molar kedua sulung.

- Tidak ada jaminan pergerakan gigi secara spontan pasti


terjadi sehingga diperlukan pemantauan secara berkala.
Gigi Berdesakan

Gigi berdesakan disebabkan karena ketidaksesuaian


ukuran gigi dan lengkung geligi.
Untuk mengambil keputusan perlu tidaknya gigi
berdesakan dirawat perlu dipertimbangakan:
-derajat berdesakan yang bisa dinyatakan dalam
ukuran milimeter tiap kuadran
-keadaan gigi permanen lainnya
-profil px
Untuk mengoreksi gigi berdesakan diperlukan tempat yang
bisa didapat dari: enamel stripping, ekspansi lengkung
geligi, memproklinasikan insisivi, distalisasi molar dan
pencabutan gigi.
Gigi Sulung Tanggal Prematur

Maksudnya gigi sulung tanggal sebelum waktu tanggalnya


secara kronologis.
Perawatan yang diperlukan tergantung dari:
- jenis gigi yang tanggal
- waktu tanggal
- berapa banyak kekurangan tempat yang timbul akibat
tanggalnya gigi tsb.
Bila gigi sulung dicabut terlalu dini dapat menyebabkan
terbentuknya lapisan jaringan lunak dan tulang yang
tebal di atas benih gigi permanen sehingga akan
menghambat erupsi gigi tsb. Bila akar gigi sudah
mencapai ukuran untuk erupsi, tapi ada kesukaran
erupsi, kemungkinan perlu dilakukan surgical uncovering
/ surgical exposure.
Koreksi Garis Median

Pergeseran garis median yang jauh terutama di rahang


atas akan sangat mempengaruhi estetik.

Bila garis median bergeser ke kanan maka untuk


mengoreksi kelainan tsb, gigi-gigi insisivi harus
digerakkan ke kiri sampai sisi mesial insisivi kanan
terletak pada garis median. Untuk itu diperlukan ruangan
di sisi kontra lateral pergeseran garis median.

Kadang-kadang sulit untuk mengoreksi pergeseran garis


median dengan peranti lepasan,
Agenisis Gigi Permanen

Perawatan pada agenisis gigi permanen secara garis besar


adalah sebagai berikut:
- bila gigi sulung masih ada dan kondisinya baik maka gigi
sulung tsb dibiarkan saja karena gigi sulung dapat
bertahan sampai usia sekitar 30-40 tahun.

- bila gigi sulung dalam keadaan yang kurang baik, misalnya


karies yang luas dan dalam, maka gigi tsb dicabut dan
diastema yang terjadi ditutup dengan menggerakkan gigi-
gigi dengan peranti ortodontik cekat atau diisi protesa.
Gigi Kelebihan

- Gigi kelebihan yang paling sering ditemukan di rahang


atas adalah mesiodens. Letaknya kadang terbalik dan
jumlahnya dapat lebih dari satu.
- Sebaiknya dikeluarkan secara dini dengan catatan harus
hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan pada gigi
yang berdekatan.
- Kadang-kadang menyebabkan:
>gigi permanen yang masih dalam rahang berubah
letaknya sehingga diperlukan perawatan untuk
mengembalikan gigi permanen tsb ke letak yang
normal.
>gigi-gigi sebelahnya terletak dalam keadaan
berdesakan
Gigitan Terbuka Anterior

Gigitan terbuka anterior akibat kebiasaan buruk (misalnya


mengisap jari),yang dilakukan sampai masa geligi
pergantian pada px dengan profil wajah yang normal
biasanya tidak perlu dirawat.
Dengan menghilangkan kebiasaan, biasanya gigitan
terbuka akan terkoreksi secara spontan.
Apabila diperlukan peranti untuk mengoreksi gigitan
terbuka, dapat dipasang peranti di rahang atas dengan
tambahan crib di anterior untuk mencegah anak
mengisap jari.
Dianjurkan agar pemakaian peranti dilanjutkan sampai 6
bulan sesudah gigitan terbuka terkoreksi.
Pada px dewasa biasanya diperlukan peranti cekat untuk
koreksi gigitan terbuka anterior.
Diastema Sentral

Diastema sentral dapat terjadi karena:


-mesiodens
-frenulum yang fibrus
-tulang yang lebar diantara insisivi sentral atas
Bila diastema lebih dari 2 mm dapat dikatakan bahwa
diastema tsb bukan diastema dari proses perkembangan
oklusi yang normal.
Untuk mengetahui apakah diastema tsb disebabkan
frenulum yang tidak normal dilakukan blanch test, yaitu
dengan menarik bibir atas ke atas. Bila tampak daerah
papila insisiva yang kepucatan, berarti frenulum labial
atas menyatu dengan tulang di dekat insisivi sentral.
Pada kasus demikian perlu dilakukan frenectomy
sebelum perawatan ortodontik.
Diastema Multipel

Kasus diastema multipel diseluruh rahang lebih jarang


terjadi.Penyebabnya adalah ketidak sesuaian antara
besar lengkung geligi dan ukuran gigi-gigi.
Perawatan kasus ini dengan peranti cekat karena
diperlukan posisi akar yang sejajar untuk mendapatkan
stabilitas hasil perawatan. Bila hal ini tidak dilakukan
gigi-gigi akan mudah relaps.
Gigi-gigi digerakkan sehingga semua diastema habis atau
diastema dikumpulkan di suatu regio kemudian diisi
protesa.
Gigi Persistensi

Bila terjadi persistensi, harus dilakukan pencabutan gigi


tsb.
Bila pada pemeriksaan radiologis terlihat akar gigi
permanen sudah terbentuk 3/4 dan akar gigi sulung
belum teresorpsi secara normal, ini berarti gigi sulung
akan terlambat tanggal sehingga perlu dicabut.
Gigi sulung yang terlambat tanggal dapat menyebabkan
gigi permanen penggantinya bererupsi ke arah yang
salah.
Gigi yang terletak Ektopik
Kaninus atas merupakan gigi yang sering terletak ektopik.
Bila pada foto rontgen terlihat benih kaninus atas tumpang
tindih dengan akar Insisivus lateral, perlu dilakukan
pencabutan kaninus sulung supaya Kaninus permanen
erupsi menurut jalur yang benar. Menurut beberapa
peneliti hal ini belum tentu berhasil karena letak ektopik
biasanya dipengaruhi oleh faktor genetik.
Untuk merawat Kaninus yang terletak palatal perlu
pertimbangan khusus apakah usaha ini akan berhasil
dan apakah gigi tsb dapat bertahan pada posisi yang
benar dalam waktu lama.
Bila tidak memungkinkan dilakukan terapi pada Kaninus
yang impaksi, dapat dilakukan odontektomi.
Apabila odontektomi diperkirakan membahayakan gigi-gigi
yang berdekatan, Kaninus dibiarkan tapi diobservasi
secara radiologis setiap tahun.
Gigitan Silang

Gigitan silang dapat terjadi di -anterior/


-posterior.
Gigitan silang dental bila tidak diikuti berdesakan dapat
dikoreksi dengan menggunakan berbagai peranti
ortodonti.
Gigitan silang anterior yang disebabkan insisivi atas yang
retroklinasi dapat dirawat dengan mendorong insisivi itu
ke labial dengan peranti lepasan,
Bila gigitan silang hanya terjadi pada beberapa gigi saja
dan insisivi bawah tidak berdesakan, dapat digunakan
inclined bite plane yang disemenkan pada gigi bawah.
Gigitan silang anterior walau hanya terjadi pada 1 gigi saja
tetap sebaiknya dirawat karena tekanan Insisivi atas
pada saat oklusi dapat menyebabkan dehiscence di
labial Insisivi bawah.
Gigitan silang posterior dapat berupa :
gigitan silang -skeletal
-dental
dapat terjadi unilateral ataupun bilateral.

Perawatan gigitan silang posterior dalam jurusan


transversal karena diskrepansi skeletal dapat dilakukan
dengan RME (Rapid Maxillary Expansion) atau disebut
juga RPE (Rapid Palatal Expansion).
Perawatan Maloklusi Kelas II Angle

Perawatan maloklusi kelas II divisi 1


Tujuan perawatan pada maloklusi ini adalah:
- memperbaiki estetik wajah dan fungsi geligi
- mengurangi tumpang gigit sehingga diperoleh sudut
antar Insisivi yang baik
- mengurangi jarak gigit tapi tidak mengorbankan kontur
bibir atas
- menghilangkan berdesakan sehingga diperoleh susunan
gigi pada lengkung geligi yang baik
- mendapatkan relasi antar tonjol gigi yang baik, biasanya
diupayakan menjadi relasi kelas I tapi kadang-kadang
dibiarkan tetap relasi kelas II.
Maloklusi kelas II divisi 1 yang ringan dengan estetik
wajah masih dalam batas dapat diterima, tidak dirawat.
Pertumbuhan rahang bawah ke depan akan menguntungkan
sedang pertumbuhan dalam jurusan vertikal yang menyulitkan
perawatan.
Terlebih dulu direncanakan perawatan di rahang bawah.
Biasanya bentuk lengkung geligi rahang bawah masih dalam
batas yang dapat diterima. Bila Insisivi bawah retroklinasi gigi
dapat dimajukan sehingga posisinya normal.
Biasanya kurva Spee positif karena adanya gigitan dalam.
Untuk koreksi diperlukan tempat yang didapat dari:
-memanjangkan lengkung geligi RB dengan proklinasi
Insisivi
-distalisasi Molar
Ekspansi ke arah transversal jarang dilakukan.
- Perawatan rahang atas menyesuaikan dengan bawah.
- Bila dilakukan pencabutan di rahang bawah, di rahang atas
juga dilakukan pencabutan.
- Bila ada berdesakan kadang-kadang perlu dilakukan
pencabutan. Gigi yang dicabut biasanya Premolar pertama
baik di rahang bawah maupun atas.

Pemilihan peranti tergantung keparahan maloklusi.


Kasus dengan tumpang gigit dan jarak gigit yang besar serta
Insisivi bawah yang proklinasi tidak sesuai untuk dirawat
dengan peranti lepasan. Adanya peninggian gigit anterior akan
menyebabkan Insisivi bawah lebih proklinasi dan menghalangi
koreksi gigitan dalam secara benar dan menghasilkan oklusi
yang tidak stabil
Peranti fungsional digunakan pada kasus-kasus:
- px belum mengalami growth spurt
- gigi-gigi terletak pada lengkung yang baik
- rasio tinggi muka atas dan bawah normal
- proklinasi Insisivi atas sedang Insisivi bawah hanya
sedikit proklinasi
- bila mandibula dimajukan profil menjadi lebih baik
- masih dimungkinkan untuk dilakukan perawatan
dengan peranti lain (peranti cekat) dikemudian hari.
Pemakaian peranti cekat atas dan bawah merupakan pilihan
yang tepat karena:
- peranti cekat mampu mengontrol pergerakan gigi lebih
baik.
- dengan pemakaian peranti cekat atas dan bawah
dimungkinkan pemasangan elastik antar maksila untuk
mengoreksi hubungan antar lengkung.
Indikasi pemakaian peranti cekat adalah:
-posisi Kaninus tidak cocok untuk digerakkan secara tipping
-posisi Insisivi atas sudah benar terhadap bidang maksila
-Insisivi bawah proklinasi atau retroklinasi
-jika diperlukan penutupan diastema dari posterior untuk
menutup sisa tempat akibat pencabutan gigi
-maloklusi yang parah
Pada maloklusi kelas II divisi 1 yang parah, perawatan
kamuflase dentoalveolar saja belum memadai untuk
mengkompensasi kelainan skeletal yang parah.

Untuk kasus yang parah diperlukan


kombinasi perawatan ortodontik dan pembedahan.

Stabilitas pasca perawatan


Tujuan perawatan adalah membawa Insisivi atas sedemikian
rupa sehingga bibir bawah dapat menahan Insisivi atas
pada posisinya yang baru. Bila bibir bawah menahan
sepertiga insisal Insisivi atas, maka Insisivi akan stabil
pada kedudukannya yang baru.
Bila posisi bibir tidak dapat menahan Insisivi atas,
kemungkinan diperlukan retainer permanen.
Perawatan Maloklusi kelas II divisi 2

Tujuan perawatan :
- mengoreksi gigi berdesakan sehingga didapat estetik
dan fungsi geligi yang baik tapi tidak mengubah profil
dan posisi bibir.
- mengurangi gigitan dalam.
Bila tidak terdapat gigitan dalam maka posisi Insisivi sentral
dianggap dapat diterima, dan perawatan ditujukan untuk
mengatur gigi-gigi yang lain.
Bila tumpang gigit perlu dikoreksi maka sudut antar Insisivi
juga perlu dikurangi dengan melakukan palatal/lingual root
torque dengan peranti cekat.
- mengurangi jarak gigit yang bertambah (bila ada)
Maloklusi kelas II divisi 2 dapat dirawat dengan atau tanpa
pencabutan gigi karena pada perawatan maloklusi kelas II
divisi 2 dilakukan perpanjangan lengkung gigi dengan tujuan
memperbaiki sudut antar Insisivi.
Perhitungan tempat yang dibutuhkan mencakup:
-adanya gigi yang berdesakan,
-pengurangan tumpang gigit
-pendataran kurva Spee .
Kadang-kadang Insisivi atas perlu ditempatkan pada posisi
proklinasi untuk mencapai estetik yang baik dan mendapatkan
sudut antar insisivi yang benar.
Kestabilan posisi gigi pasca perawatan perlu dipertimbangkan.
Kasus yang ringan, dimana tumpang gigit dalam batas
normal, Insisivi tidak terlalu retroklinasi atau berdesakan
dengan estetik muka dalam batas bisa diterima, tidak perlu
dirawat.
Pada anak-anakyang masih dalam masa pertumbuhan
kadang-kadang digunakan peranti lepasan untuk
mengurangi gigitan dalam sebelum dilakukan perawatan
dengan peranti cekat.
Penggunaan peranti lepasan saja untuk merawat maloklusi
kelasII divisi 2, sangat jarang dilakukan kecuali pada kasus
yang masih tergolong ringan, misalnya pada kasus dimana
hanya Insisivi lateral yang proklinasi sehingga
memungkinkan untuk mendorongnya ke palatal dengan
peranti lepasan. Penggunaan peranti cekat hanya di rahang
atas juga dimungkinkan pada kasus semacam ini.
Bila geligi di rahang bawah hanya memerlukan tempat sedikit,
maka pencabutan dapat dilakukan hanya di rahang atas,
kemudian gigi-gigi diatur dengan peranti cekat, relasi molar
akan tetap kelas II.

Karena pada kasus ini Insisivi atas retroklinasi maka dengan


melakukan torque pada akar Insisivi atas ke palatal ada
kemungkinan diperoleh pertambahan panjang lengkung
geligi sehingga dimungkinkan menempatkan Insisivi atas
dalam tempat yang normal dan mengurangi tumpang gigit.
Untuk itu diperlukan kepatuhan yang tinggi dari Px untuk mau
memakai headgear dalam waktu lama sebagai penjangkar
tambahan sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.
Tumpang gigit yang bertambah perlu dikoreksi agar menjadi
normal dan stabil dengan mendatarkan kurva Spee.
Penggunaan peranti lepasan pada anak yang sedang
dalam pertumbuhan dapat memberi hasil yang baik walau
kadang-kadang upaya untuk melakukan intrusi Insisivi atas
tidak memberikan hasil yang stabil.

Peranti fungsional sangat efektif untuk kasus dimana muka


bagian bawah pendek. Insisivi diproklinasikan sehingga
mirip maloklusi kelas II divisi 1, kemudian maloklusi ini
dirawat seperti merawat maloklusi kelas II divisi 1.

Peranti cekat merupakan peranti yang banyak digunakan


untuk merawat maloklusi kelas II divisi 2 dari tingkat sedang
sampai parah.
Pada kasus yang parah, dimana profil tidak baik dan gigitan
sangat dalam sehingga traumatis dapat dilakukan
kombinasi perawatan ortodontik dan tindakan
pembedahan.
Perawatan Maloklusi Kelas III Angle

Tujuan perawatan:
- memperbaiki estetik dan fungsi gigi dan rahang serta
memperbaiki profil rahang.
- menghilangkan letak gigi berdesakan untuk mendapatkan
susunan gigi yang baik.
- mengoreksi relasi Insisivi untk mendapatkan jarak gigit,
tumpang gigit dan sudut antar insisivi yang normal.
- menghilangkan gigitan silang anterior maupun posterior
yang mungkin disebabkan oleh adanya displacement
mandibula.
Perencanaan perawatan ditujukan untuk mendapatkan relasi
oklusal yang baik sesudah menghilangkan displacement.
Kadang-kadang didapatkan letak gigi yang berdesakan di
rahang atas karena adanya:
- penyempitan rahang dalam jurusan transversal
- lengkung geligi yang pendek.

Perlu melakukan pemantauan perkembangan kasus dalam


waktu yang lama dan jangan terlalu cepat merencanakan
pencabutan gigi terutama di rahang atas.
Pilihan cara merawat:

-Px yang masih muda dengan keadaan yang tidak terlalu


menyimpang dari normal, misalnya hanya ada berdesakan
sedikit, tidak ada displacement rahang, estetik masih dalam
batas dapat diterima, tidak memerlukan perawatan.
Hanya dilakukan pemantauan yang seksama adanya
tendens pertumbuhkembangan sampai pertumbuhan
selesai.
-Kasus yang ringan, misalnya pseudo kelas III dengan satu /
dua Insisivi atas yang terletak palatal dapat dirawat dengan
peranti lepasan. Kasus semacam ini yang masih dalam fase
geligi pergantian memberikan hasil yang baik.
Perlu diperhatikan bahwa pada akhir perawatan perlu
adanya tumpang gigit yang memadai agar Insisivi atas tidak
relaps.
-Pada kasus dimana posisi maksila retronatik, tinggi muka
normal atau sedikit berkurang dan posisi Insisivi normal
atau sedikit proklinasi dapat dipakai face mask.
Fungsinya untuk memajukan maksila dan gigi-gigi rahang
atas pada px antara 8-10 tahun.
Arah tarikan kekuatan yang berasal dari elastik ke depan
dan ke bawah.

-Bila maloklusi kelas III ini menyangkut kelainan


dentoalveolar yang tidak terlalu parah biasanya px dirawat
dengan menggunakan peranti cekat untuk mengkamuflase
kelainan yang terjadi.
-Pada keadaan dimana posisi Insisivi atas retroklinasi
atau tegak sedangkan posisi Insisivi bawah proklinasi,
gigi-gigi dapat digerakkan secara tipping sehingga
menghasilkan koreksi yang baik. Px dengan kondisi
seperti ini mempunyai prognosis yang baik.

-Pola pencabutan gigi tergantung pada derajat


berdesakan gigi-gigi dan juga seberapa banyak Insisivi
akan digerakkan dalam jurusan horisontal. Bila
diperlukan pencabutan gigi di rahang bawah maka
Premolar pertama yang biasanya dicabut.
Bila benar-benar diperlukan pencabutan di rahang atas,
biasanya dilakukan pencabutan P2 atas.
Pada maloklusi kelas III yang sedang sampai parah, perlu
dilakukan gabungan perawatan ortodontik dan
pembedahan.
Awalnya dilakukan perawatan ortodontik untuk
menempatkan gigi-gigi dalam posisi ideal.
Posisi Insisivi bawah yang retroklinasi ditegakkan dan
Insisivi atas yang proklinasi ditempatkan pada posisi ideal.
Dengan demikian sebelum operasi tampaknya maloklusi
menjadi semakin parah.
Prosedur operasi dapat:
-memajukan rahang atas/
-memundurkan rahang bawah/
-kombinasi keduanya.
tergantung pada keadaan px.
Bila perlu dapat ditambah dengan genioplasti
( mereduksi dagu ).
Thanks for your attention.
Bye...

Anda mungkin juga menyukai