Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalahini. Kami juga mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada drg.Utmi Arma, MDSc. selaku dosen
fasilitator pada blok16 skenario 4 yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk menyelesaikan makalah ini.
Proses pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosenfasilitatordan berbagai
media yang materi maupun gambarnya yang telah kami gunakan sebagai referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah luput dari segala kekurangan dan
keterbatasan sehingga masih belum sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi peningkatan kemampuan
penyusunan pada masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan
kita dan mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh semua para pembaca.
Kami mohon maaf sssyang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.

Penyusun

Padang, 24 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

BAB 1PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ............................................................................................................. 1

BAB 2PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2

2.1 Klarifikasi Istilah ......................................................................................................... 3

2.2 Menetapkan Permasalahan .......................................................................................... 3

2.3 Curah Pendapat ............................................................................................................. 4

2.4 Analisis Masalah .......................................................................................................... 7

2.5 Tujuan Pembelajaran ................................................................................................... 7

2.6 Pembahasan Tujuan Pembelajaran .............................................................................. 8

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................... 26

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 26

3.2 Saran .......................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 27

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebiasaan didefinisikan sebagai tindakan yang terjadi berulang-ulang secara


otomatis sebagai akibat dari proses alamiah yang kompleks yang melibatkan
kontraksi otot. Orang tua menemukan banyak kebiasaan dan perilaku anak-anak
mereka yang mengganggu. Bila ingin mengubah perilaku yang tidak diinginkan ini
hal pertama yang dapat membantu adalah memahami mengapa anak melakukannya.
Seringkali kebiasaan buruk hanyalah keadaan meniru. Anak mungkin akan
melakukan perilaku ini kembali ketika mereka sedang stress, bosan, lelah, frustasi,
tidak senang, tidak aman, atau ketika tertidur lelap. Bagi anak, banyak dari kebiasaan
buruk yang menenangkan dan menyenangkan. Sebagian besar, perilaku ini hanya
sebuah “fase” dan akan hilangpada proses tumbuh kembang mereka.

Kebiasaan buruk dapat mempengaruhi pertumbuhan yang normal dari rahang,


mengganggu pertumbuhan cranial, dan fisiologi oklusi. Pola kebiasaan dapat
mengganggu otot yang terkait dengan pertumbuhan tulang yang salah, gigi malposisi,
cara bernafas yang salah, gangguan berbicara, gangguan otot-otot wajah dan
psikologis. Kebiasaan seperti mengisap ibu jari, menggigit bibir, menaruh lidah di
antara gigi-gigi, bernafas melalui mulut, dan bruxism merupakan kebiasaan yang
dapat menimbulkan terjadinya anomali letak gigi dan hubungan rahang.Kebiasaan ini
harus segera dihentikan apabila gigi permanen pertama sudah nampak erupsi di
mulut. Aktivitas orofasial yang abnormal merupakan penyebab maloklusi yang paling
sering ditemui.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
SKENARIO 3
“kebiasaan jelek”
Pasien laki-laki 9 tahun datang kepuskesmas di dampingi orang tua pasien
dengan keluhan ingin meratakan gigi yang tidak teratur dan maju. Orang tua pasien
sangat prihatin melihat kondisi gigi anaknya. Karena anaknya memiliki kebiasaan
menghisap bibir bawah. Semenjak kebiasaan itu lama kelamaan menyebabkan gigi
anaknya semakin maju. Pemeriksaan intra oral terlihat gigi 13, 12, 11, 21, 22 dan 23
dalam posisi labioversi, supernumerary gigi para molar. Relasi molar pertama
permanen terlihat mandibula dengan lengkung giginya lebih kedistal terhadap
maksila, ½ lebar mesiodistal M1 atau P atas. Dokter gigi melakukan pencetakan
model rahang pasien untuk mendapatkan studi model. Dari studi model tersebut
dokter gigi melakukankan analisis model studi pada analisis gigi bercampur dengan
menggunakan tabelprobability. Hasil analisisi diketahui tempat yang di butuhkan
(acquiredspace) pada rahang atas adalah 70,4 mm, rahang bawah 65,3 mm,
sedangkan tempat tersedia (availablespace) pada rahang atas adalah 66 mm dan pada
rahang bawah 60 mm.
Surat Al Maidah ayat 45
Artinya :
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang
melepaskan (hak qishaash)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa
baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.
Dari surat Al Maidah ayat 45 diatasmenunjukan bahwasanya Allah SWT menjadikan
gigi sebagai sesuatu yang penting dan harus dijaga. Karena ttidak mungkin ketika

2
Allah SWT menyebutkan sesuatu dalam Al-qur’an bukanlah sesuatu yang tidak
penting.
2.1 Klarifikasi Istilah
1. Acquiredspace
a. Tempat yang dibutuhkan dalam ruang gigi atau lengkung rahang.
b. Cara menghitungnya dengan menghitung dari mesiodistal gigi dari
premolar 2 kanan sampai premolar 2 kiri.
2. Supernumeraryteeth
a. Gigi yang tumbuh dari jumlah normal gigi pada umumnya.
b. Gigi tambahan atau berlebih sehingga lebih banyak dari jumlah normal,
kelebihan jumlah ini baik pada gigi sulung maupun gigi permanen.
3. Probability
a. Suatu fungsi atau tabel nilai yang menetapkan sampel dalam ruang sampel
dengan probabilitas tertentu.
b. Bagian dari analisis gigi campuran dengan mengukur mesiodistalinsisivus
rahang bawah.

2.2 Menetapkan Permasalahan


1. Bagaimana cara melakukan analisis model?
2. Apa tujuan dan fungsi dari analisis model?
3. Hal apa yang perlu diperhatikan dalam tabel probability ?
4. Apa yang menyebabkan lengkung gigi lebih kedistal?
5. Bagaimana cara dokter gigi untuk mendapatkan kekurangan tempat?
6. Adakah kebiasaan jelek lain yang menyebabkan maloklusi dan bagaimana cara
mengatasinya?
7. Kenapa bisa terjadinya supernumerary gigi para molar?
8. Kenapa pasien umur 9 tahun datang didampingi orang tuanya dan batas umur
berapa pasien didampingi orang tua?

3
9. Apa saja resiko yang dapat dialami seseorang yang memiliki supernumeraryteeth
dan apa perawatannya?
10. Apa macam-macam dari supernumeraryteeth?
11. Apa saja akibat dari menghisap bibir?
12. Perawatan yang dilakukan terlebih dahulu terhadap supernumerary gigi para
molar dan labioversi ?
13. Apa hadist dan ayat yang berhubungan dengan skenario?

2.3 Curah Pendapat


1. Bagaimana cara melakukan analisis model?
a. Tempat yang dibutuhkan dengan menghitung mesiodistal premolar 2 kiri
sampai premolar 2 kanan menggunakan kaliper.
b. Tempat yang tersedia dengan menghitung molar 2 kanan sampai molar 2
kiri dengan metode moyer dengan 4 insisivus rahang bawah ditambahkan
dan ada prediksi tabel probabilitas, rahang atas ditambah sesuai moyer
dikali dua.
c. Gigi tetap : kesimetrisan lengkung gigi dalam arah sagital dan vertikal,
tabel probabilitas dan johnson.
d. Analisis gigi tetap diukur dengan menggunakan simetograf dari mesial 16
sampai 26.
2. Apa tujuan dan fungsi dari analisis model?
a. Tujuan : Untuk menentukan diagnosis, menentukan perawatan dan
sebagai data pendukung data pemeriksaan klinis
b. Fungsi : Untuk menentukan kuadran mana yang membutuhkan ekspansi
dan untuk melihat lengkung tersedia dan untuk penyesuaian oklusi.
3. Hal apa yang perlu diperhatikan dalam tabel probability ?
Pastikan tabel tidak tertukar antara rahang atas dan rahang bawah dan jumlah
4 gigi insisivus rahang bawah benar.
4. Apa yang menyebabkan lengkung gigi lebih kedistal?

4
a. Karena kebiasaan buruk menghisap bibir yang dapat menyebabkan gigi
lebih kedistal.
b. Kebiasaan buruk dapat menyebabkan klas 2 maloklusi.
5. Bagaimana tindakan dokter gigi untuk mendapatkan kekurangan tempat?
a. Pengurangan, tempat yang tersedia dikurang tempat yang dibutuhkan.
b. Melakukan tindakan enamel tripping, ekspansi, distalisasi molar,
proklinasi gigi insisivus dan pencabutan gigi permanen.
6. Adakah kebiasaan jelek lain yang menyebabkan maloklusi dan bagaimana
cara mengatasinya?
a. Menghisap ibu jari, menggigit pensil, bernafas melalui mulut.
Memberikan perawatan lipbamper untuk mengatasi kebiasaan buruk
menghisap bibir.
b. Mioterapi atau memainkan alat tiup untuk melatih otot bibir dan orang tua
yang kooperatif.
7. Kenapa bisa terjadinya supernumerary gigi para molar?
Karena genetik dan kelebihan benih gigi.
8. Kenapa pasien umur 9 tahun datang didampingi orang tuanya dan batas umur
berapa pasien didampingi orang tua?
Belum cukup umur, batas umur didampingi 17 tahun.
9. Apa saja resiko yang dapat dialami seseorang yang memiliki
supernumeraryteeth dan apa perawatannya?
Terganggunya fungsi estetik, melakukan ekstraksi gigi dan merapikan dengan
perawatan ortodontik.
10. Apa macam-macam dari supernumeraryteeth?
Insisivus 1 dengan insisivus 1 : mesiodens
Insisivus 2 dengan kaninus : lateraldens
Molar dengan molar : para molar
11. Apa saja akibat dari menghisap bibir?

5
a. Terganggunya fungsi dentofacial seperti mengunyah dan mengganggu
estetik
b. Rahang bawah bisa retrusif dan crowding
12. Perawatan yang dilakukan terlebih dahulu terhadap supernumerary gigi para
molar dan labioversi ?
a. Supernumerary dahulu dengan melakukan ekstraksi gigi sehingga
didapatkan space lalu di atasi labioversi dengan perawatan ortodontik.
13. Apa hadist dan ayat yang berhubungan dengan skenario?
a. Surah al-maidah ayat 45
b. Anjuran untuk menjaga gigi
Suatu ketika Imam Shadiq as ditanya “apakah kamu melihat semua orang
disini sebagai manusia?” Imam as menjawab “kecuali orang yang tidak
menggosok gigi”
Artinya Imam Shidiq melihat semua orang pada waktu itu sebagai
manusia kecuali orang yang tidak menyikat gigi.
c. Hadist riwayat tarmizi
Sesungguhnya Allah swt itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, dia
maha bersih yang menyukai kebersihan, dia maha mulia yang menyukai
kemuliaan, dia maha indah yang menyukai keindahan, karena itu
bersihkanlah tempat-tempat mu dan janganlah meniru orang-orang yahudi.

6
2.4 Analisis Masalah
Diskrepansi

Pemeriksaan Diagnosis dari Perawatan dan KIE Ayat dan

kebiasaan jelek hadist

Pencetakan
model

Analisis
model

2.5 Tujuan Pembelajaran


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pemeriksaan subjektif, objektif
dan penunjang maloklusi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan etiologi diskrepansi ruang dan
kebiasaan buruk.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan diagnosis dari kebiasaan buruk.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan perawatan dan KIE dari
diskrepansi ruang dan kebiasaan buruk.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan ayat al-qur’an dan hadist yang
berhubungan dengan skenario.

7
2.6 Pembahasan Tujuan Pembelajaran

2.6.1 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan subjektif,


objektif dan penunjang maloklusi

A. IDENTITAS PASIEN :

1. Nama Pasien : Nama pasien dicatat dengan benar sesuai dengan yang
dimaksud pasien
2. Umur : Pencatatan umur diperlukan untuk :
a. Mengetahui apakah pasien masih dalam masa pertumbuhan atau
sudah berhenti
b. Pertumbuhan gigi-geligi masih termasuk periode gigi susu/decidui,
campuran/mixedatau tetap/permanent.
c. Gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan umur pasien (menurut
umur erupsi gigi).
d. Untuk memperkirakan waktu /lama perawatan yang diperlukan.
apakah perawatan bisa segera dilaksanakan atau harus ditunda,
berapa lamadibutuhkan perawatan aktif dan berapa lama diperlukan
untuk periode retensi
3. Jenis kelamin : Pencatatan jenis kelamin pasien diperlukan berkaitan
segi psikologi perawatan :
a. Pasien wanita lebih sensitif dari pada pasien lelaki oleh karena itu
perawatan harus dilakukan dengan cara yang lebih lemah lembut
dari pasien lelaki.
b. Pasien wanita lebih memperhatikan secara detil keteraturan giginya
dari pada pasien laki-laki.
c.Pasien wanita biasanya lebih tertib lebih sabar dan lebih telaten dari
pada pasien lelaki dalam melaksanakan ketentuan perawatan.

8
4. Alamat : Pencatatan alamat (dan nomer telepon) diperlukan agar
operator dapat menghubungi pasien dengan cepat bila diperlukan .
Sebaliknya pasien juga diberi alamat (dan nomer telepon) operator
untuk mempermudah komunikasi.
5. Pendidikan : Dengan mengetahui pendidikan pasien, operator dapat
menyesuaikan cara memberi penerangan, cara memotivasi pasien).
6. Suku bangsa : Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu
kelompok suku bangsa atau ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri
spesifik yang masih termasuk normal untuk kelompok tersebut
(misalnya suku bangsa Negroid sedikit protrusif masih termasuk
normal).
7. Nama Orang Tua
8. Alamat Orang Tua
Identitas orang tua diperlukan jika sewaktu-waktu operator perlu
konsultasi dengan orang tua pasien.
9. Pekerjaan Orang tua
Semua identitas pasien perlu dicatat pada kartu status. selain itu juga
dicatat :
1). Tanggal pemeriksaan pertama
2). Nomer Kartu status : sesuai dengan nomer pendaftaran diloket
pendaftaran
3). Nomer Model : sesuai dengan nomer pendaftaran diloket bagian
Ortodonsia, diikuti dengan angka 0 bila pasien perempuan atau angka 9
bila pasien laki-laki serta dua angka terakhir sesuai dengan umur pasien.
4). Nama Operator/Mahasiswa yang mengerjakan
5). Nomer Mahasiswa
6). Dosen Pembimbing

9
B. ANAMNESIS / PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Anamnesis adalah salah satu cara pengumpulan data status pasien yang
didapatdengan cara operator mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengankeadaan pasien, anamnesis meliputi :
1. Keluhan Utama (chiefcomplain/main complain) :
Keluhan utama adalah alasan/motivasi yang menyebabkan pasien
datang untukdirawat. Dari keluhan yang telah dikemukakan itu akan dapat
diketahui:
a. Apa sebenarnya yang pasien inginkan untuk mendapat perbaikan dari
operator/dokter gigi
b. Apakah keluhan itu memungkinkan untuk ditanggulangi dengan
perawatan ortodontik?
c. Apakah keluhan itu menyangkut faktor esteik atau fungsional (bicara
, mengunyah) ?
d. Keluhan utama bisanya diikuti oleh keluhan sekunder yaitu keluhan
yang baru disadari setelah mendapat penjelasan dari operator:
Apakah ada keadaan lain yang tidak disadari oleh pasien yang
merupakan suatu kelainan yang memungkinkan untuk dirawat secara
ortodontik ? Jika ada ini perlu dijelaskan dan dimintakan persetujuan
untuk dirawat.

2. Riwayat Kasus (CaseHistory)


Disini dimaksudkan agar operator dapat menelusuri riwayat
pertumbuhan danperkembangan pasien yang melibatkan komponen
dentofasial sampai terjadinya kasus maloklusi seperti yang diderita
pasien saat ini. Rawayat kasus dapat ditelusuri dari beberapa aspek :
a. Riwayat Gigi-geligi (Dental History):
Anamnesis riwayat gigi-geligi dimaksudkan untuk mengetahui
proses pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi pasien sampai

10
keadaan sekarang sehingga dapat diketahui mulai sejak kapan dan
bagai mana proses perkembangan terbentuknya maloklusi pasien.
Meliputi riwayat pada :
a) Periode gigi susu (DeciduiDentition) : Untuk mengetahui
adakah poses pertumbuhan dan perkembangan maloklusi
pasien dimulai pada periode ini ?
b) Periode gigi campuran (MixedDentitition) : Adakah proses
pergantian dari gigi susu ke gigi permanen ini sebagai
penyebab terjadinya maloklusi? Perlu diketahui
kemungkinan adanya persistensi / prolonged retensi
bahkan prematur loss.
c) Periode gigi permanen (PermanentDentition) : Untuk
mengetahui apakah maloklusi pasien dimulai pada periode
ini ?
b. Riwayat Penyakit (Desease History) :
Anamnesis Riwayat penyakit tujuannya untuk mengetahui :
a. Adakah penyakit yang pernah / sedang diderita pasien dapat menggangu
proses pertumbuhan, perkembangan rahang dan erupsi normal gigi-
geligi, sehingga diduga sebagai penyebab maloklusi.
b. Adakah penyakit yang diderita pasien dapat mengganggu / menghambat
prosesperawatan ortodontik yang akan dilakukan.
c. Adakah penyakit yang kemungkinan dapat menular kepada operator
d. Perlu diketahui pada umur berapa dan berapa lama penyakit itu diderita
pasien danapakah sekarang masih dalam perawatan dokter, dokter siapa
?
e. Penyakit yang dimaksud antara laian :
a) Penyakit kekurangan gizi pada masa kanak-kanak
b) Tonsilitis atau Adenoiditis
c) Hypertensi atau penyakit Jantung

11
d) Hepatitis atau Lever
e) Asthma
f) Tubercolosis
g) HIV atau AIDS
h) Allergi terhadap obat tertentu
i) Dll.
c. Riwayat keluarga (Family History) :
Tujuan dari anamnesis riwayat keluarga adalah untuk mengetahui apakah
maloklusi pasien merupakan faktor herediter (keturunan) yang diwariskan
dari orang tua. Untuk itu perlu ditanyakan keadaan gigi-geligi kedua
orang tua dan saudara kandung pasien.

d. Kebiasaan buruk (Bad habit) :


Anamnesis bad habitdinamaksudkan untuk mengetahui etiologi maloklusi
pasienapakah berasal dari suatu kebiasaan buruk yang telah / sedang
dilakukan pasien.Untuk itu tanyakan kepada pasien atau orang tuanya
tentang :
1. Jenis : Bad habit apa yang telah dilakukan ?
2. Kapan : Umur berapa bad habit dilakukan, apakah sekarang masih
dilakukan ?
3. Durasi : Dari sejak kapan sampai kapan dilakukan ?
4. Frekuensi : Berapa kali per jam / perhari dilakukan ?
5. Intensitas : Seberapa kuat / keras dilakukan ?
6. Posisi : Bagaimana dan di bagian mana dilakukan ?
7. Apakah ada hubungan anatara bad habit yang dilakukan dengan keadaan
maloklusi pasien

12
C. PEMERIKSAAN INTRA ORAL

Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :


1. Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek
Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan
mulutnya jelek kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek
lagi selama perawatan dilakukan , oleh karena itu motivasi kebersihan
mulut perlu diberikan sebelum perawatan ortodontik dilakukan.
2. Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia
Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :
- Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya
- Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi
permukaan oklusal gigi-gigi bawah.
- Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan lingual
mahkota gigi (tongue of identation)
- Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)
3. Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit
Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang
(kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang
pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum
rendah lebar. Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan,
tumor, torus, palatoschisis, dll. Dicatat.
4. Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy
Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival
indeks (GI)
5. Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya
Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva dan
mucosa yang inflamasi dan hypertropy.
6. Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

13
7. Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
8. Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya
(insersio) pada marginal gingiva serta ketebalannya, apakah akan
mengganggu pengucapan kata-kata tertentu dan apakah akan
mengganggu pemakaian plat ortodontik yang akan dipasang ?
9. Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy
10. Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy
11. Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy
Apakah ada amandel yang membengkak? Dilakukan pemeriksaan
dengan menekan lidah pasien dengan kaca mulut, jika dicurigai adanya
kelaianan yang serius pasien dikonsulkan ke dokter ahli THT sebelum
dipasangi alat ortodontik.
12. Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola /
Setengah elips / Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran
⇒ Ciri-ciri :
- Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri)
beberbentuk garis lurus devergen ke posterior dengan posisi gigi M2
merupakan terusan kaki lengkung, sedangkan puncak lengkung (C – C)
berbentuk garis lengkung (curved).
- Setengah elips : Kaki lengkung berbentuk garis lengkung konvergen ke
posterior ditandai oleh posisi gigi M2 mulai berbelok kearah median line,
sedangkan puncak lengkung juga merupakan garis lengkung (curved). .
- Trapezoid : Kaki lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior
dan puncak lengkung merupakan garis datar di anterior dari gigi C – C.
- U-form : Kaki lengkung merupakan garis lurus sejajar ke posterior,
sedangkan puncak lengkung merupakan garis lengkung.
- V-form : Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior,

14
tetapi puncak lengkung merupakan garis menyudut ke anterior ditandai
dengan posisi gigi I2 masih merupakan terusan kaki lengkung lurus
konvergen ke anterior.
- Setengah lingkaran : Kaki lengkung dan puncak lengkung merupakan
garis lengkung merupakan bagian dari setengah lingkaran. Ini biasanya
dijumpai pada akhir periode gigi desidui sampai awal periode gigi
campuran (mixed dentision)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG MALOKLUSI

1. Analisis model studi :

a. Analisis gigi tetap

 Kesimestrisan Lengkung Gigi dalam Arah Sagital dan


Transversal
Cara untuk mengetahui kesimetrisan lengkung gigi pada rahang
adalah menggunakan symmetograph. Symmetograph diletakkan
di atas permukaan oklusal gigi dengan bidang orientasi mid
palatal raphe lalu kedudukan gigi di kwadran kiri dengan kanan
dibandingkan dalam arah sagital dan transveral. Berdasarkan
hasil analisis ini dapat diketahui gigi geligi di kwadran mana
yang memerlukan ekspansi atau pencabutan untuk
mengembalikan kesimetrisan lengkung.

 Perbedaan Ukuran Lengkung (Ach Lenght Discrepancy)


Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar
mesial distal terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing
atau jangka sorong. Analisis Nance mengukur mesial distal

15
setiap gigi yang berada di mesial gigi molar pertama permanen.
Jumlah lebar total menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk
lengkung gigi yang ideal. Selanjutnya panjang lengkung rahang
diukur menggunakan kawat lunak seperti brass wire atau kawat
kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada geligi
posterior melalui permukaan oklusalnya sedangkan pada geligi
anterior melalui tepi insisalnya. Jarak diukur mulai mesial kontak
molar pertama permanen kiri hingga kanan. Penilaian dilakukan
dengan cara membandingkan ukuran panjang lengkung gigi
ideal dengan panjang lengkung rahang. Jika hasilnya negatif
berarti kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti terdapat
kelebihan ruangan.

 Analisis Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang
bawah terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan
oklusinya. Rasio yang diperoleh membantu dalam
mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang
mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh
pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta
oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai.
Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung jumlah
lebar 12 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 12 gigi rahang
atas dan dikalikan 100.

 Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah
basis apikal cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang
lengkung gigi (Tooth Material/ TM) adalah jumlah lebar

16
mesiodistal gigi dari molar pertama kiri sampai dengan molar
pertama kanan. Lebar lengkung basal premolar atau fosa kanina
(Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter
basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama,
yang diukur menggunakan jangka sorong atau jangka berujung
runcing. Rasio diperoleh dari membagi PMBAW dengan TM
dikalikan 100.

 Index Pont
Pont memikirkan sebuah metoda untuk menentukan lebar
lengkung ideal yang didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota
keempat insisif rahang atas. Pont menyarankan bahwa rasio
gabungan insisif terhadap lebar lengkung gigi melintang yang
diukur dari pusat permukaan oklusal gigi, idealnya adalah 0,8
pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada fosa sentral
molar pertama. Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang
atas dapat diekspansi sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya relaps.

 Diagnostic Setup
Diagnostic setup adalah teknik untuk menggambarkan
bagaimana mengatasi masalah ruang dalam tiga dimensi, yaitu
dengan melepaskan gigi dari tulang basal model dan
menempatkannya kembali ke dalam kedudukan yang lebih baik.
Cetakan awal tidak digunakan untuk teknik ini, tetapi disimpan
untuk model studi. Pemotongan dilakukan hingga batas tulang
alveolar, lalu dilakukan pemotongan dalam arah vertikal hingga
margin gusi menggunakan gergaji kecil sehingga memungkinkan
pemecahan gips tanpa menimbulkan kerusakan di daerah titik

17
kontak antara dua gigi. Selanjutnya gigi diatur menggunakan
lilin sesuai dengan posisi yang diinginkan. Untuk menjaga agar
gigitan tidak berubah, dibuat gigitan lilin dalam keadaan oklusi
sentrik dan pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi. Pada
saat penyusunan kembali, analisis sefalometri digunakan untuk
memperkirakan letak dan angulasi gigi insisif. Diagnostic setup
akan memperlihatkan jumlah ruang yang tersedia dan yang
tersisa sehingga dapat membantu dalam memilih gigi mana yang
akan diekstraksi serta bagaimana pergerakan gigi untuk menutup
ruang tersebut.

b. Analisis Gigi Campuran

 Perkiraan Ukuran Gigi Menggunakan Radiografi


Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan
tidak mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada
umumnya lebih sedikit terjadi pada foto periapikal dibandingkan
dengan foto panoramik. Namun, meskipun menggunakan film
tunggal, seringkali sulit untuk menghindari distorsi terutama
pada gigi yang panjang seperti kaninus, sehingga pada akhirnya
akan mengurangi tingkat akurasi.

 Perkiraan Ukuran gigi Menggunakan Tabel Probabilitas


Moyers memperkenalkan suatu analisis dengan dasar
pemikiran bahwa berdasarkan studi yang dilakukan beberapa
ahli, terdapat hubungan antara ukuran kelompok gigi pada satu
bagian dengan bagian lainnya. Seseorang dengan ukuran gigi
yang besar pada salah satu bagian dari mulut cenderung
mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada tempat lain.

18
Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang
bawah memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar
yang belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang
bawah. Gigi insisif rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran
pada analisis Moyers karena gigi ini muncul lebih dulu di dalam
rongga mulut pada masa geligi campuran, mudah diukur secara
akurat, dan secara langsung seringkali terlibat dalam masalah
penanganan ruangan.
Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai
kesalahan sistematik yang minimal. Metoda ini juga dapat
dilakukan dengan cepat, tidak memerlukan alat-alat khusus
ataupun radiografi, dan dapat dilaksanakan oleh pemula karena
tidak memerlukan keahlian khusus. Walaupun pengukuran dan
penghitungan dilakukan pada model, tetapi mempunyai tingkat

ketepatan yang baik di dalam mulut. Metoda ini juga dapat


dilakukan untuk mengalisis keadaan pada kedua lengkung
rahang.

19
Prosedur analisisnya adalah dengan mengukur lebar mesial distal
terbesar keempat insisif rahang bawah satu per satu, lalu
menggunakan jumlah keseluruhan angka tersebut untuk melihat
kemungkinan ukuran gigi kaninus, premolar pertama, dan ke-dua
yang akan erupsi untuk masing-masing rahang berdasarkan tabel
probabilitas dari Moyers sebesar 75%.Droschl kemudian
mengembangkan penelitian dan membedakan nilai tersebut
berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita. Kemudian ukuran
tersebut dibandingkan dengan sisa ruangan yang tersedia setelah
keempat gigi insisif atas dan bawah disusun pada kedudukannya
yang benar pada rahang. Ruangan yang tersedia bagi gigi 3, 4, 5
diukur dari distal insisif lateral setelah gigi tersebut menempati
kedudukannya yang benar, hingga mesial molar pertama tetap.
Jumlah ruang yang harus tersedia pada rahang juga harus
diperhitungkan untuk penyesuaian hubungan gigi molar.

 Tanaka - Johnston
Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan
keempat insisif rahang bawah untuk memperkirakan ukuran
kaninus dan premolar yang belum erupsi. Menurut mereka,
metoda yang mereka temukan mempunyai keakuratan yang
cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil. Metoda ini juga
sangat sederhana dan tidak memerlukan tabel atau gambaran
radiografi apa pun. Perkiraan ukuran lebar kaninus dan premolar
pada satu kuadran mandibula sama dengan setengah ukuran
keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm. Sedangkan
perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar pada satu kuadran

20
maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah
ditambah 11,0 mm.

2. Analisis Fotometri (Photometric Analysis):

a. Tipe profil
b. Bentuk muka
c. Bentuk kepala

3. Analisis Foto Rontgen (Radiographic Analysis):

a. Foto periapikal:
b. Panoramik
c. Bite wing
d. Dll

2.6.2 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi diskrepansi


ruang dan kebiasaan buruk
1. Etiologi diskrepansi ruang
Faktor utama penyebab diskrepansi ruang adalah adanya
ketidakharmonisan antara ukurangigi dengan panjang lengkung
alveolar.2 Ketidakharmonisan lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar
pertama, premolar kedua dengan panjang lengkung rahang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti genetik, ras, nutrisi, jenis
kelamin, dan sosial ekonomi.

21
2. Etiologi kebiasaan buruk:
a. Etiologi menghisap jari:
 Orangtua terlambat memberi minum susu pada anak yang sudah
berusia 1-2 tahun sehingga anak mencari benda-benda lain untuk
dimasukan ke mulutnya. Anak mengalami gangguan emosi,
misalnya merasa sedih dan kesepian sehingga mencari ketenangan
dengan cara menghisap jarinya. Atapun bayi kurang puas
menghisap susu ibu karena hanya sedikit ASI yang keluar akibat
adanya gangguan kesehata pada ibu, sehingga tidak mencukupi
kebutuhan.
b. Etiologi Tongue thrusting
 Ukuran lidah yang abnormal atau macroglossia,tonsil yang
besar,adenoid,infeksi tenggorokan yang menyebabkan kesulitan
pada saat menelan, faktor keturunan, frenulum lingual yang pendek.
c. Etiologi Mouth breathing
 Faktor psikologis: meliputi anak-anak yang mengalami
kecemasan,rasa sakit dan frustasi
 Faktor lokal: penyebab terjadinya pernafasan mulut yang
disebabkan oleh keadaan dari gigi dan mulut, meliputi : pencabutan
gigi sulung yang terlalu cepat,kehilangan gigi permanen, adanya
gangguan oklusal,dan lainnya.
 Faktor sistemik: gangguan endokrin,defisiensi nutrisi,dan gangguan
temporomandibular
2.6.3 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dari
kebiasaan buruk
a. Kebiasaan buruk bernafas melalui mulut: kelas II divisi I
b. Kebiasaan buruk menghisap ibu jari: gigi insisivus rahang atas protrusi
dan gigi anterior rahang bawah retrusi.

22
c. Kebiasaan menjulurkan lidah: open bite anterior, anterior thrust, dan
unilateral thrust.

2.6.4 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perawatan dan KIE


dari diskrepansi ruang dan kebiasaan buruk
A. Perawatan diskrepansi ruang

Penyedian tempat untuk koreksi letak gigi gigi yang berdesakan dapat
diperoleh dari enamelstripping, ekspansi lengkung geligi,
distalisasi molar, memproklinasikan insisivus dan
pencabutan gigi permanen.
1. Tindakan Non ekstraksi
a. Enamel stripping
Pengurangan enamel dapat dilakukan pada sisi distal/mesial gigi
sulung atau permanen. Enamel stripping selain menyediakan
ruangan juga dapat membentuk gigi permanen ke bentuk yang lebih
baik atau memperbaiki titik kontak. Enamel stripping dilakukan
dengan menggunakan metal abrasive strip atau dengan
menggunakan bur yang dipasang pada high speed air-turbine
handpiece. Untuk memudahkan pengurangan enamel didaerah
posterior dapat dipasang separator diantara molar dan premolar
selama 3-5 hari sehingga didapatkan diastema diantara gigi-gigi
tersebut. Banyaknya enamel yang dibuang tanpa membahayakan
gigi tersebut adalah 0,25 mm tiap sisi gigi.
a. Ekspansi
Ekspansi dapat mengatasi kekuarangan ruang 3-8 mm dengan
melebarkan jarak intermolar lengkung gigi atas sekitar 4-10 mm
dan lebar intermolar lengkung gigi bawah sekitar 4-6 mm. Adkins
dkk menyatakan bahwa tiap penambahan 1 mm lebih

23
intermolar, akan menambah panjang lengkung gigi sebesar 0,77
mm
b. Distalisasi molar
Distalisasi gigi molar aas bertujuan untuk memperoleh
ruangan guna memperbaiki susunan gigi geligi atau memperbaiki
hubungan gigi molar. Pergerakan yang diinginkan adalah
pergerakan bodili semaksimal mungkin dengan minimalnya resiko
resorpsi akar dan loss of anchorage gigi anterior ke labial.
c. Ekstraksi gigi permanen
Pencabutan gigi permanen perlu dilakukan apabila
diskrepansi total menunjukan kekurangan tempat lebih dari 8
mm.
d. Memproklinasikan insisivus
B. Perawatan untuk maloklusi dari kebiasaan buruk
1. Kebiasaan buruk bernafas melalui mulut:
 Adenoidektomi: merupakan perawatan umum untuk obstruksi
nasal akibat pembesaran adenoid.
 Medikasi antibiotik dan steroid topikal diinikasikan bila obstruksi
tersebut disebabkan oleh karena infeksi.
 Perawatan dengan memakai alat ”Oral screen” : Apabila
perawatan dari kebiasaan bernafas melalui mulut dilakukan pada
masa tumbuh kembang yang tepat, maka penyembuhan dapat
dicapai dalam jangka waktu yang pendek dan diperoleh hasil yang
memuaskan. Perawatan bernafas melalui mulut sebaiknya dirawat
segera pada masa geligi campuran. Pada umumnya perawatan
dengan memakai alat intra oral yaitu ”Oral screen”, apabila pasien
di dalam perawatannya kooperatif, maka hasilnya akan sangat
memuaskan. ”Oral Screen” merupakan alat yang baik, murah dan

24
mudah pembuatannya. Pergerakan yang ditimbulkannya
merupakan pergerakan fisiologis dan prinsip kerjanya seakan-akan
mulut ditutup dengan plat akrilik.
2. Kebiasaan buruk menghisap ibu jari
 Perawatan psikologis: mengetahui penyebab dari kebiasaan buruk
tersebut. Faktor emosional dan psikologis dapat menjadi faktor
pencetus kebiasaan menghisap ibu jari. Menguatkan anak untuk
menghentikan kebiasaan buruk tersebut, dan mengingatlan anak
untuk tidak menghisap ibu jariya.
 Perawatan ekstra oral: ibu jari diolesi bahan yang tidak enak
(pahit) dan ridak berbahaya. Penggunaan thumb guard atau finger
guard.
 Penggunaan thumb crib (fixed palatal crib) pada bagian palatum.
3. Kebiasaan buruk menghisap bibir:
 myotherapi (latihan bibir) memanjangkan bibir atas menutupi
incisivus rahang atas dan menumpangkan bibir bawah dengan
tekaan di atas bibir atas serta, memainkan alat tiup

2.6.5 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Ayat Al-Qur’an dan


hadist yang berhubungan dengan skenario

a. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Irwaul Ghalil no 70

”Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan


kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudhu”.

25
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebiasaan seperti mengisap ibu jari, menggigit bibir, menaruh lidah di antara
gigi-gigi, bernafas melalui mulut, dan bruxism merupakankebiasaan yang dapat
menimbulkan terjadinya anomali letak gigi dan hubungan rahang. Kebiasaan ini harus
segera dihentikan dan akan menimbulkan diskrepansi ruang apabila gigi permanen
pertama sudah Nampak erupsi di mulut. Diskrepansi ruang adalah ketidakseimbangan
antara ruang yang dibutuhkan dengan ruang yang tersedia pada lengkung gigi pada
masa gigi bercampur. Yang dimaksud dengan ruang yang dibutuhkan adalah jumlah
lebar mesio distal gigi kaninus, premolar satu dan premolar kedua yang belum erupsi
serta keempat gigi insisivus.

3.2 Saran
Penulis menyarankan agar diharapkan adanya perhatian khusus bagi anak yang
sedang dalam masa tumbuh kembang dimana sering melakukan kebiasaan buruk.
Karena kebiasaan ini dapat mengganggu masa pertumbuhan dan perkembangan
mereka, dan apabila dibiarkan begitu saja akan sangat sulit untuk dihentikan.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Foster, TD. “Buku Ajar Ortodonsi”. Third Edition. Penerbit Buku

Kedokteran EGC: Jakarta 1993.

2. Rahardjo, Pambudi. “Ortodonti Dasar”. Airlangga University Press: 2008.

3. Rahardjo, Pambudi. “Ortodonti Dasar”. Surabaya: Airlangga University

Press: 2009. p.54-5

4. Heriyanto, Eddy. “Maloklusi pada anak”. Available from: http://fkg-

unhas.blogspot.com. Accessed: 2011 Juni 20th.

5. Megananda H.P, Eliza H, Neneng N. “Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan

Keras dan Jaringan Pendukung Gigi”. Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta 2009.

6. Dunia Anak. “Menghentikan Kebiasaan Buruk Anak”. Available from:

http://duniaanak.rawins.com. Accessed: 2011 Juni 20th.

7. Donald J.F, Mark L.W, James F. “Pediatric Dental Medicine”. Lea &

Febiger: Philadelphia 1980.

27

Anda mungkin juga menyukai