TINJAUAN PUSTAKA
Umur atau usia adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau
diadakan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Umur atau usia adalah satuan waktu
yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup
maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak
dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh demikiran, umur itu diukur dari lahir
hingga masa kini ataupun usia pula diukur dari waktu kejadian hingga masa kini.
(Depkes, 2009)
Usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam
angka dan ditentukan dari jumlah waktu yang telah berlalu sejak seseorang lahir atau
usia yang sesuai dengan tanggal kelahiran. Usia kronologis biasanya diukur dalam
Usia biologis mengacu pada keadaan kesehatan tubuh seseorang. Usia biologis
tidak selalu sama dengan usia kronologis (tanggal lahir) bisa lebih muda atau lebih
tua tergantung dari kondisi organ tubuh seseorang. Terdapat tiga bentuk usia biologis
1) Maturitas Seksual
perubahan suara lakilaki serta rambut kemaluan pada kedua jenis kelamin
2) Maturitas Skeletal
dari daerah yang terdapat banyak tulang dan diskus epifiseal seperti tulang
pergelangan tangan dari setiap usia anak yang spesifik normal, dipakai sebagai
3) Maturitas Gigi
Evaluasi dari status gigi merupakan hal yang sangat penting untuk
relevan. Maturitas gigi dapat ditentukan oleh tahap erupsi dan kalsifikasi gigi.
menentukan tahap maturitas gigi. Penentuan usia tidak hanya bergantung pada
tahapan akhir dari pembentukan gigi, tetapi juga pada keseluruhan proses dari
mineralisasi gigi.
3. Usia psikologis
Usia psikologis dapat terlihat dari kejiwaan dan mekanisme individu dalam
menangani stres atau masalah. Usia psikologis juga tidak selalu sama dengan usia
Usia psikologis muda identik dengan umur anak-anak yang tidak mampu
menguasai emosinya. Orang yang mampu mengendalikan emosinya dan lebih sabar
menghadapi masalah dinilai memiliki umur psikologis yang lebih tua. Misalkan anak
usia 15 tahun tapi mampu bersikap dewasa maka umur psikologisnya lebih tua dari
umur sebenarnya.
baik pada individu tidak bernyawa maupun pada individu bernyawa. Identifikasi usia
pada individu tidak bernyawa dilakukan untuk identifikasi korban kasus kriminal dan
janin. Identifikasi usia pada individu bernyawa dilakukan untuk menilai apakah anak
telah mencapai usia pidana dari tanggung jawab dalam kasus hukum, seperti
pemerkosaan, penculikan, pekerjaan, adopsi, dan imigrasi ilegal, ketika akta kelahiran
tidak tersedia atau diragukan keasliannya (Panchbhai, 2011). Identifikasi usia juga
merupakan salah satu alat penting dalam identifikasi pada ilmu forensik. Sejak tahun
1982, radiografi gigi yang merupakan teknik non-destruktif dan sederhana yang
digunakan sehari-hari di praktek dokter gigi, telah digunakan dalam metode estimasi
lebih tepat dalam penilaian usia daripada berdasarkan perkembangan skeletal karena
perkembangan dan klasifikasi gigi lebih dikontrol oleh gen dibanding faktor
patologis, terutama pada anak-anak. estimasi umur pada anak-anak dapat didasarkan
pada analisis radiografi tahap perkembangan dari elemen gigi. Terdapat berbagai
metode untuk memperkirakan usia yang dibagi menjadi 3 tahap (Panchbhai, 2011).
Secara radiografi, mineralisasi gigi insisif sulung dimulai pada minggu keenam
belas kehidupan intrauterin. Sebelum mineralisasi benih gigi dimulai, benih gigi
sesuai usia pra-natal janin (Gambar 2.2). Radiograf mandibula janin diambil pada
cepat di gigi anterior. Terlihat outline mineralisasi dua cusp molar pertama sulung,
outline satu cusp molar kedua sulung dan crypt molar pertama permanen (Gambar
Gambar 2.2. Radiograf rahang atas dan bawah dari janin pada minggu keenam belas
kehidupan intrauterin memperlihatkan mineralisasi inisial dari insisif
sulung (Panchbhai, 2011).
Gambar 2.3. Representasi diagram radiograf mandibula janin pada minggu kedua
puluh enam kehidupan intrauterin menunjukkan mineralisasi yang cepat
di gigi anterior (Panchbhai, 2011).
Radiografi mandibula pada janin diambil saat minggu ketiga puluh kehidupan
intrauterin yang menunjukkan penyelesaian 3/5 mahkota untuk gigi anterior. Bonjol
gigi molar pertama sulung menunjukkan penyatuan. Gigi molar kedua sulung dengan
lima bonjol sudah terlihat, sedangkan tidak ada bukti mineralisasi pada gigi molar
pertama permanen (Gambar 2.4). Pada foto radiografi pada janin yang baru lahir
menunjukkan bonjol yang telah menyatu sepenuhnya untuk gigi molar pertama dan
kedua sulung, untuk gigi molar kedua sulung tidak ada kesinambungan melewati
permukaan oklusal. Dalam crypt gigi molar pertama permanen, terdapat bukti salah
Kraus dan Jordan mempelajari mineralisasi pada berbagai macam gigi sulung
meliputi tiga tahap dan tahap X meliputi lima tahap. Kraus dan Jordan menyelesaikan
studinya pada tahap mineralisasi gigi pada kehidupan intrauterine (Gambar 2.6)
(Panchbhai, 2011).
Gambar 2.4. Representasi radiografi mandibula pada janin pada minggu ketiga puluh
intrauterin menunjukkan penyelesaian 3/5 mahkota untuk gigi anterior,
menyatunya bonjol gigi molar pertama sulung, lima bonjol pada gigi
molar kedua sulung dan crypt gigi molar pertama permanen dengan
tidak
ada bukti mineralisasi (Panchbhai, 2011).
Gambar 2.5. Representasi radiografi mandibula pada janin yang baru lahir
menunjukkan penyelesaian penyatuan bonjol bagi gigi molar pertama
dan kedua sulung, dan dalam ruangan gigi molar permanen pertama
terdapat bukti salah satu ujung bonjol mesial (Panchbhai, 2011).
Gambar 2.6. Tahap perkembangan gigi molar sulung rahang bawah oleh Kraus dan
Jordan. Perkembangan ini di deskripsikan dalam sepuluh tahap dengan
bilangan romawi dari I sampai X ; tahap IX meliputi tiga tahap dan
tahap
X meliputi lima tahap (Panchbhai, 2011).
2.4.2 Anak-Anak dan Remaja
sulung dan gigi permanen, menjelaskan 21 langkah secara kronologis dari usia 4
bulan sampai 21 tahun dan menerbitkan diagram numerik dari perkembangan gigi
sulung dan gigi permanen. The American Dental Association (ADA) secara berkala
memperbarui diagram ini dan menerbitkannya pada tahun 1982 (Panchbhai, 2011).
Gambar 2.7. Diagram perkembangan gigi oleh Schour dan Masseler (The American
Dental Association, 1982), (y: tahun; miu: bulan dalam kandungan; m:
bulan) (Panchbhai, 2011).
Tahapan kalsifikasi gigi pada radiografi sesuai standar yang dilakukan oleh
Logan dan Kronfield pada tahun 1933. Grafik ini dilakukan tidak dengan survei
Tahun 1963, Moores, Fanning dan Hunt menunjukkan metode estimasi usia
tunggal dan akar jamak dan rata-rata usia untuk tahap yang terkait. Moores dkk
menggunakan radiograf panoramik atau radiograf oblique lateral untuk penelitian ini.
Usia paling muda dalam penelitian adalah 6 bulan dan data juga termasuk pada
perkembangan gigi molar ketiga. Perkembangan pada perempuan lebih cepat dari
Metode ini dianggap berguna bagi populasi abad pertengahan karena salah
merupakan fokus untuk sampel abad pertengahan sebagai bagian dari penelitian saat
Gambar 2. 10. Tahap Pembentukan Gigi Akar Jamak. pembentukan awal bonjol
(Ci), bonjol-bonjol bersatu (Cco), outline bonjol terbentuk sempurna
(Coc), setengah mahkota terbentuk sempurna (Cr1/2), tiga perempat
mahkota terbentuk sempurna (Cr3/4), mahkota terbentuk sempurna
(Crc), pembentukan awal akar (Ri), pembentukan awal celah (Cli),
seperempat panjang akar (R1/4), setengah panjang akar (R1/2), tiga
perempat panjang akar (R3/4), panjang akar terbentuk sempurna (Rc),
penutupan setengah apeks (A1/2), penutupan apeks sempurna (Ac)
(Panchbhai, 2011).
Metode Demirjian, Goldstein dan Tanner menilai tujuh gigi permanen mandibula
dengan urutan: molar kedua, molar pertama, premolar kedua, premolar pertama, caninus,
insisivus lateral dan insisivus sentral dan ditentukan delapan tahap mineralisasi gigi dan juga
tahap nol untuk tahap non-appearance (Gambar 2.11) sebagai berikut (Panchbhai, 2011).
Rating 0 diberikan jika tidak ada tanda-tanda kalsifikasi; pembentukan crypt tidak
awal kalsifikasi terlihat pada tingkat superior dari kripta dalam bentuk kerucut
terbalik atau kerucut. Tidak ada fusi dari titik kalsifikasi ini;
2) Tahap (B), fusi dari titik kalsifikasi membentuk satu atau lebih cusp yang bersatu
ruang pulpa memiliki bentuk trapezoid dan awal pembentukan akar terlihat;
5) Tahap (E), awal terbentuknya bifurkasi radikuler terlihat, panjang akar masih
Tabel 2.1. Nilai dari berbagai macam pembentukan 7 gigi mandibula region kiri
(Demirjian, et al, 1973).
4. Metode Nolla
Metode ini bisa digunakan untuk menilai perkembangan setiap gigi maksila maupun
setiap gigi diidentifikasi dan ditentukan angkanya, total yang dihasilkandari gigi-gigi
maksila dan mandibular kemudian total angkanya dicocokan dengan table Nolla.
Keuntungan dari metode ini, dapat diaplikasikan pada individu yang mempunyai atau
tidak mempunhyai molar ketiga pada perempuan dan laki-laki dapat ditangani secara
Salah satu jenis metode estimasi usia yaitu dengan menggunakan open apices
atau apeks terbuka. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat hubungan antara
usia dengan pengukuran bukaan apeks pada gigi. Satu studi meneliti hubungan ini
pada anak-anak Itali pada usia 5-15 tahun menggunakan radiograf panoramik yang
yang memiliki perkembangan akar lengkap dengan ujung akar yang telah tertutup
sempurna dihitung (N0). Pada gigi dengan perkembangan akar yang belum lengkap,
yaitu adanya bukaan akar, dihitung jarak antara sisi dalam dari apeks terbuka. Untuk
gigi dengan dua akar, jumlah jarak antara bagian dalam kedua bukaan akar dievaluasi
(Panchbhai 2011).
Gambar 2.13. Cara pengukuran jarak apeks terbuka (A) dan panjang gigi (L)
(Panchbhai, 2011)
kemudian dibagi dengan panjang gigi (L) dari setiap gigi dan dilakukan pengukuran
normalisasi dari tujuh gigi yang digunakan untuk estimasi usia. Maturitas dental
dikalkulasikan sebagai jumlah dari apeks terbuka yang telah ternormalisasi (s) dan
jumlah gigi dengan pertumbuhan akar lengkap (N0). Nilai tersebut kemudian
Pada rumusan ini variabel yang sama dengan 1 untuk laki laki, dan 0 untuk
2.4.3 Dewasa
Pada metode ini rasio pulp-to-tooth dihitung dari 6 gigi rahang atas dan 6 gigi
rahang bawah yaitu gigi insisiv sentral dan lateral, premolar kedua rahang atas,
insisiv lateral rahang bawah, kaninus mandibular dan premolar pertama rahang
bawah.
Bagian yag dihitung adalah panjang pulp-root (R), panjang pulp-tooth (P),
panjang tooth-root (T), lebar pupl-root pada CEJ (A), lebar pulp-root dipertengahan
akar (C), lebar pupl-root pada titik tengah antara C dan A (B).
hitung nilai rata-rata dari semua rasio selain T (M), nilai rata-rata lebar rasio B dan C
(W), dan nilai rata-rata panjang rasio P dan R (L), dan dimasukkan pada rumus:
Gambar 2.14. Pengukuran rasio panjang akar, panjang gigi, lebar pulpa dan lebar
akar pada metode Kvaal (Panchbhai, 2011)
rongga pulpa koronal dan usia kronologis diperiksa dalam sampel dari 846 gigi utuh
dari 433 individu yang diketahui usia dan jenis kelamin menggunakan foto panorama
Untuk setiap radiografi, hanya premolar rahang bawah dan molar yang
dianggap sebagai gigi rahang bawah yang lebih terlihat daripada yang rahang atas.
Sisi dimana ruang pulpa (pulp chamber) adalah lebih terlihat yang terpilih. radiografi
panoramik digunakan untuk mengukur panjang (mm) dari mahkota gigi (CL, crown
length panjang koronal) dan panjang (mm) dari rongga pulpa koronal (CPCH,
coronal pulp cavity height or length) (Gambar 2.15). Indeks gigi koronal (TCI/ tooth
coronal index) dihitung untuk setiap gigi dan kemundurannya pada sampel usia nyata.
(Drusini 2008)
panjang rongga pulpa pada usia yang sebenarnya untuk setiap kelompok gigi untuk
Gambar 2.15 Panjang Koronal (Coronal Length/ CL) dan Panjang atau Tinggi dari
Kavitas Pulpa (Coronal Pulp Cavity Height or Length/ CPCH) untuk
Gigi Premolar dan Molar. (Panchbhai, 2011)
3. Metode Harris dan Nortje
Harris dan Nortje menyatakan ada lima stage dari perkembangan akar M3
yang mengubungkan antara rata rata umur dengan rata rata panjang :
Gambar 2.16. Tahap perkembangan akar gigi M3 rahang bawah metode Harris dan
Nortje (Panchbhai, 2011)
Van Heerden melakukan penilaian terhadap perkembangan akar mesial dari gigi
laki dan perempuan dipantau secara terpisah, dan diantara laki-laki dan perempuan
Tabel 2.3. Tahap perkembaangan akar mesial gigi molar ketiga Metodee Van
Heerden (Panchbhai, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Demirjian, A. et al. (1973) Demirjian, A., A New System Of Dental Age Assessment ,
Human Biology, 45:2 (1973:May) p.211. 2.
Depkes RI (209). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Republik
Indonesia.
Drusini, A., 2008. The Coronal Pulp Cavity Index: A Forensic Tool for Age
Determination in Human Adults . , 14, pp.235249.
Goltz, RA. 2016. A Comparison of Four Methods of Dental Age Estimation and Age
Estimation from the Risser Sign of the Iliac Crest. Eastern Michigan University.
Panchbhai, A. S. (2011) Dental radiographic indicators , a key to age estimation.
[Online] (March 2010), 199212.
Toms, L. F. et al. (2014) The accuracy of estimating chronological age from
Demirjian and Nolla methods in a Portuguese and Spanish sample. BMC oral
health. [Online] 14 (1), 160. [online]. Available from:
http://bmcoralhealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/1472-6831-14-160.