DISUSUN OLEH:
Dosen Pembimbing :
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberikan banyak
karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan Bagian Ilmu
Kedokteran Gigi Anak dengan tema Space Maintainer. Laporan ini merupakan salah satu
Laporan ini terselesaikan dengan baik atas bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu
1. Prof. Dr. drg. Iwa Sutardjo, R.S., S.U., Sp.KGA(K), selaku dokter pembimbing yang
telah memberikan waktunya untuk mengoreksi dan memberikan masukan serta ilmu
2. Seluruh dosen Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada yang telah membantu dalam kelancaran proses pembuatan
laporan ini
Dalam penulisan laporan ini, penulis sadar masih terdapat kekurangan, oleh karena itu
penulis sangat terbuka atas kritik dan saran demi menyempurnakan laporan ini. Semoga
dengan penulisan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis
I. PENDAHULUAN
dewasa. Perubahan dari gigi desidui menjadi gigi permanen merupakan suatu fenomena
kompleks yang mengandung adaptasi fisiologis oklusi yang bervariasi. Periode pergantian
dari gigi ini berpengaruh pada beberapa faktor seperti pada faktor fungsional, estetik dan
oklusi, apabila rangkaian ini terganggu maka akan muncul beberapa masalah yang akan
mempengaruhi perkembangan oklusi dan gigi permanen. Ketika gangguan tersebut muncul,
tindakan perbaikan yang diperlukan yaitu memulihkan proses normal dari perkembangan
Gigi desidui memiliki peran yang utuh dalam perkembangan oklusi. Keberadaan gigi
desidui dibutuhkan untuk pertumbuhan normal rahang sehingga dapat berfungsi secara
normal dan posisi serta oklusi gigi permanen yang normal. Gigi desidui menempati dan
mempertahankan ruangan dalam lengkung gigi untuk gigi permanen dan berperan dalam
menuntun gigi-gigi permanen selama erupsi (Kemps dan Walters, 2003). Oleh karena itu,
semakin dini gigi desidui dicabut maka semakin besar kemungkinan terjadinya pergeseran
gigi. Pencabutan dini pada gigi desidui yang belum saatnya tanggal dapat menyebabkan
1994).
Pencabutan gigi yang tidak direncanakan pada periode gigi sulung dan gigi bercampur
dapat menimbulkan kerugian yaitu kehilangan ruang yang dapat menimbulkan maloklusi,
terutama gigi anterior (Budiyanti, 2006). Premature loss gigi desidui dapat menyebabkan
gangguan berupa: migrasi gigi yang masih ada, terganggunya erupsi gigi permanen,
mengganggu fungsi fonetik dan mengganggu penampilan estetik wajah (Phulari, 2011).
Salah satu usaha preventif untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang
diakibatkan oleh premature loss pada gigi desidui adalah dengan menggunakan alat space
maintainer. Space maintainer yang paling baik adalah gigi desidui itu sendiri, sehingga harus
dilakukan usaha mempertahankan gigi desidui dalam rongga mulut, tetapi jika tidak
memungkinkan maka perlu dibuatkan space maintainer buatan. Namun, apabila terjadi
kekurangan ruang atau terjadi mesial drifting pada celah yang mengalami premature loss
maka digunakan alat space regainer untuk mendapatkan ruang kembali (Andlaw dan Rock,
1992).
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Kehilangan gigi desidui secara dini atau disebut dengan premature loss dapat
menyebabkan terjadinya penutupan ruang dengan pergerakan ke mesial dari gigi posterior
atau pemindahan ke lingual gigi anterior (Brauer, 1959). Premature loss merupakan
kondisi gigi desidui yang tanggal sebelum gigi permanen penggantinya siap untuk erupsi
(Rashmi dan Durgesh, 2011). Premature loss gigi desidui pada kuadran anterior atau
pergeserah terjadi lebih dari panjang daripada Leeway space maka dapat mengakibatkan
kurangnya ruang untuk erupsi gigi premolar, sehingga terjadi maloklusi dan
Premature loss pada gigi desidui dapat terjadi akibat adanya karies, erupsi ektopik
atau trauma yang menyebabkan pergerakan gigi desidui atau permanen yang tidak
berakibat meningkatnya keparahan gigi berjejal, rotasi, erupsi ektopik, crossbite, overjet
dan overbite yang berlebihan serta hubungan molar yang kurang baik. Premature loss gigi
desidui tipe apapun berpotensi menyebabkan berkurangnya ruang untuk menampung gigi
Ruang dalam lengkung gigi merupakan kombinasi dimensi segmen kanan dan kiri
bukal serta segmen kanan dan kiri insisivus. Pada pengaturan ruang umumnya hanya
difokuskan pada segmen rahang di depan gigi molar pertama permanen, karena segmen
tersebut merupakan bagian yang ditempati oleh lengkung gigi desidui yang akan
digantikan oleh gigi permanen. Space loss atau yang disebut juga arch-length loss
dihasilkan oleh pemendekan segmen manapun dalam lengkung tersebut (Stewart, dkk.,
1982). Space loss dapat juga diartikan sebagai hilangnya daerah kosong dalam lengkung
gigi ketika satu gigi hilang karena dicabut atau hilang karena tidak tumbuh akibat
Beberapa faktor gigi desidui mengalami pergeseran ke mesial atau distal adalah:
Gigi molar kedua susu yang bersebelahan dengan molar pertama permanen
merupakan gigi susu yang sering mengalami karies karena gigi tersebut mempunyai
(Kennedy, 1992). Tindakan pencabutan gigi kaninus atau gigi molar desidui dapat
mengakibatkan pergerakan gigi ke mesial atau distal dari gigi di sebelahnya ke ruang
yang ditinggalkan akibat tindakan pencabutan gigi tersebut. Kehilangan molar desidui
kedua adalah masalah yang serius karena menyebabkan pergeseran molar pertama
menyebabkan pergeseran gigi ke mesial atau distal gigi sebelahnya (ke arah ruang
yang kosong). Kehilangan gigi kaninus desidui menyebabkan gigi insisivus permanen
pergerakan gigi ke arah distal ke ruang yang kosong setelah pencabutan unilateral gigi
desidui dapat menyebabkan garis vertikal rahang atas dan garis tengah rahang bawah
b. Derajat crowding
Besar dan kecepatan pergeseran berhubungan langsung dengan derajat
crowding pada lengkung gigi. Pada lengkung yang tidak berjejal mungkin terdapat
pergerakan atau tidak ada pergerakan sama sekali, tetapi pada lengkung yang berjejal-
jejal, gigi-gigi sekitarnya dengan cepat bergerak ke arah ruang yang terjadi akibat
c. Usia pasien
pergeseran gigi-gigi. Semakin awal usia pasien kehilangan gigi desidui dari usia
permanen. Jika molar desidui dicabut sebelum molar pertama permanen erupsi, maka
pergerakan ke mesial dari molar pertama permanen tidak bisa dihindari, walaupun
pada lengkung rahang yang tidak berjejal (Andlaw dan Rock, 1992).
Menurut Mc Donald dkk (1987) terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan
Biasanya pergeseran gigi terjadi setelah 6 bulan pertama setelah pencabutan. Jika
gigi susu dicabut dan ada indikasi perlunya pemeliharaan ruangan merupakan hal
Jika gigi telah dicabut berbulan-bulan dan penutupan ruangan telah terjadi, maka space
maintainer dapat dibuatkan untuk mencegah keadaan yang lebih parah. Juga dapat
dibuat space regainer yang berguna untuk memperoleh kembali ruangan yang hilang
Waktu erupsi rata-rata gigi pasien tidak berpengaruh dalam pembuatan space
maintainer, karena waktu erupsi gigi setiap pasien bervariasi.
hilangnya gigi susu tidak dapat diandalkan jika tulang yang menutupi gigi permanen
mengalami kerusakan akibat infeksi. Keadaan ini dapat menyebabkan gigi permanen
erupsi lebih cepat, bahkan dengan perkembangan akar yang minimum. Jika kehilangan
tulang terjadi sebelum ¾ akar gigi permanen terbentuk sebaiknya dokter gigi
menganjurkan pemakaian space maintainer dan menjelaskan pada orang tua pasien
bahwa space maintainer diperlukan. Begitu juga bila terdapat tulang yang menutupi
mahkota, maka dapat diprediksikan bahwa erupsi gigi permanen tidak akan terjadi
Tulang rahang atas (os maxilla) berasal dari Branchial Arch I bagian atas disebut
pula Processus Maxillaris. Pusat ossifikasi terletak pasda percabangan N. infra orbitalis
Alveolaris Ossis Maxillaris dan ke arah medial membentuk Processus Palatinus Ossis
(Prekumar, 2011)
Tulang rahang bawah (os mandibula) berasal dari Branchial Arch I bawah atau
mandibula Arch dan disebut pula Processus Mandibularis. Mula-mula dibentuk tulang
rawan Meckel di bagian lingual Processus Mandibularis. Pertumbuhan dan perkembangan
tulang Meckel ini berada dekat dengan pembentukan N. Mandibularis. Pada saat N.
Mandibularis dibentuk mencapai 1/3 dorsal tulang rawan Meckel, kemudian bercabang
menjadi N. Alveolaris inferior ke arah anterior dan bercabang lagi menjadi N.Mentalis
dan N. Incisivus, di lateral percabangan inilah jaringan ikat pada fibrosa mengalami
terbentuk mandibula yang lengkap, sedang tulang rawan Meckle menghilang. (Prekumar,
2011)
C. Space maintainer
Space mantainer adalah alat yang digunakan untuk mempertahankan lebar mesiodistal
dari gigi desidui yang mengalami premature loss, menggantikan fungsi yang hilang akibat
dari premature loss dari gigi desidui, mempertahankan lengkung gigi setelah premature loss
gigi desidui dan memfasilitasi erupsi gigi permanen yang normal pada area yang tepat
(Tilakraj, 2003). Alat ini bersifat pasif dalam menjaga jarak mesiodistal ruangan akibat
pencabutan desidui terlalu dini dan memelihara gerak fungsional gigi serta mencegah
pergeseran ke mesial gigi molar pertama permanen. Alat ini akan dilepas apabila sudah tidak
dipergunakan lagi untuk menghindari terhalangnya erupsi gigi permanen di bawahnya
Space maintainer diindikasi apabila tekanan yang diberikan pada gigi tidak seimbang
dan analisis ruang mengindikasikan bahwa ruang untuk gigi penggantinya kemungkinan tidak
cukup. Penutupan ruang secara maksimal terjadi antara 6 bulan setelah pencabutan gigi.
Maka dari itu, alat space maintainer disarankan untuk diinsersi secepat mungkin pasca
kehilangan gigi desidui. Gigi premolar yang akan erupsi biasanya membutuhkan 4-5 bulan
untuk bergerak melalui 1 mm tulang yang seperti diukur pada radiograf (Rao, 2012).
Kontraindikasi penggunaan space maintainer, antara lain tidak terdapat tulang alveolar
yang menutup mahkota gigi tetap yang akan erupsi, kekurangan ruang untuk erupsi gigi
permanen, ruangan yang berlebihan untuk gigi tetapnya erupsi, kekurangan ruang yang
sangat banyak sehingga memerlukan tindakan pencabutan dan perawatan orthodontik dan
gigi permanen penggantinya tidak ada. Pada beberapa keadaan penggunaan space maintainer
tidak diindikasikan pada anak, yaitu jika gigi yang tanggal sebelum waktunya adalah gigi
insisivus desidui, maka pemasangan space maintainer tidak perlu karena pertumbuhan daerah
ini ke arah transversal sangat cepat dan pergeseran gigi-gigi kaninus ke arah mesial hampir
Menurut Rao (2012) pembuatan alat space maintainer harus memenuhi syarat-syarat
seperti berikut :
kehilangan gigi
h. Mudah dibersihkan
Space maintainer menurut Heinrichsen diklasifikasikan menjadi dua yaitu fixed space
maintainer dan removable space maintainer. Removable space maintainer adalah space
maintainer yang dapat dilepas dan dipasang sendiri oleh pasien. Indikasi removable space
maintainer yaitu premature loss dari gigi molar desidui atau seri dimana
kekurangan lengkung akan diantisipasi. Kontra indikasi removable space maintainer pasien
alergi terhadap resin akrilik dan pasien tidak kooperatif dan diketahui beberapa gigi akan
erupsi setelah alat dipasang. Keuntungan penggunaan removable space maintainer antara
lain: alat dan gigi dapat dibersihkan dengan mudah, dapat menjaga vertikal dimensi, dapat
dikombinasikan dengan tindakan preventif yang lain, dapat dipakai setengah hari sehingga
memungkinkan terjadinya sirkulasi darah pada jaringan lunak, dapat dibuat dengan mudah
dan estetis, dapat menstimulasi erupsi gigi permanen, tidak memerlukan bands, pemeriksaan
gigi dapat dengan mudah dilakukan, dan dapat meciptakan ruang untuk erupsi gigi tanpa
harus membuat alat baru. Kerugian penggunaan removable space maintainer antara lain: ada
kemungkinan alat hilang, dapat patah, pasien tidak mau memakai alat, dapat menahan
pertumbuhan rahang ke lateral apabila klamer tidak pas, dan dapat mengiritasi jaringan lunak
(Rao, 2012).
D. Space Regainer
Kehilangan ruang dapat terjadi akibat dari pergerakan gigi molar atau incisivus
permanen karena premature loss dari gigi decidui molar atau caninus. Kehilangan ruang
tersebut dapat dikembalikan dengan menggunakan alat space regainer (Tilakraj, 2003).
Space regainer merupakan plat aktif yang digunakan untuk memperoleh kembali ruangan
yang telah menyempit pada lengkung gigi.. Besarnya ruang yang dapat dikembalikan per
kuadran adalah sekitar 2 mm jika bilateral dan 3 mm bila unilateral. Tujuan dari space
regainer adalah mengembalikan ruang yang hilang dan membantu gigi permanen pengganti
erupsi pada posisi yang tepat. Perawatan space regainer dilakukan sampai gigi permanen
Space regainer perlu dipertimbangkan pemakainya apabila terjadi space loss atau
penyempitan ruang. Beberapa hal penyebab terjadinya space loss dalam lengkung yang
5. Impaksi gigi
6. Transposisi gigi
7. Hilangnya gigi molar desidui tanpa disertai dengan management space yang tepat
8. Missing teeth
Indikasi pemakaian alat space regainer adalah premature loss gigi molar desidui yang
1. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup atau lebih
bagi ruang erupsi gigi pengganti
Alat space regainer memiliki beberapa kerugian yaitu dapat mengiritasi jaringan lunak
di sekitarnya dan dapat menghambat pertumbuhan rahang ke arah lateral. Sasaran intervensi
terhadap space loss dengan space regainer adalah pemulihan lebar dan perimeter lengkung
serta memperbaiki posisi erupsi gigi permanen penggantinya. Space regainer harus dipakai
dan dikontrol terus sampai gigi permanen disebelahnya erupsi sempurna atau sampai
Analisis gigi bercampur merupakan metode untuk memprediksi keadaan gigi saat
dewasa dengan tujuan untuk menentukan jumlah ruang yang tersedia pada rahang untuk
erupsi gigi permanen. Model gigi dan radiograf merupakan elemen penting untuk melakukan
analisis gigi bercampur. Untuk melakukan analisis ini pertama-tama dibutuhkan pengukuran
panjang lengkung rahang dan lebar mesiodistal gigi incisivus permanen mandibula.
melakukan pengukuran langsung pada model studi. Kawat tembaga diadaptasikan dari
bagian mesial molar satu permanen mengikuti bentuk lengkung gigi hingga bagian
distal gigi molar kedua desidui kontralateral. Kawat dibentuk sesuai dengan lengkung
ideal dan tidak mengikuti bentuk lengkung gigi yang malposisi. Perhitungan perkiraan
jumlah ruang yang dibutuhkan untuk tumbuhnya gigi permanen pengganti dilakukan
ketika panjang lengkung ideal telah didapatkan,. Terdapat dua metode yang dapat
Perbedaan nilai antara panjang lengkung dan ukuran gigi akan mengindikasikan
jumlah ruang yang tersedia yang akan membantu dalam menentukan rencana
2. Analisis Nance
Metode ini didasarkan atas hubungan relatif antara lebar mesiodistal kelompok
gigi tertentu, yang dipilih adalah gigi III, IV, V dan kelompok gigi penggantinya yaitu
gigi 3,4,5. Nance menemukan adanya perbedaan ukuran lebar III,IV,V dengan 3,4,5.
b. Menyiapkan foto roentgen 3,4,5 dan ukurlah (koreksi efek pembesaran dengan
metode Huckaba
3. Analisa Moyers
Analisis Moyers menggunakan gigi geligi dari segmen bukal insisivus rahang
bawah. Pengukuran ruang dapat dilakukan setelah erupsi gigi-geligi insisivus rahang
bawah permanen. Untuk menentukan cukupnya panjang lengkung maka jumlah dari
ruang yang tersedia untuk erupsi gigi pengganti setelah gigi- geligi insisivus tumbuh
sempurna dilakukan pengukuran pada model studi. Lebar mesio distal dari setiap gigi-
probabilitas pada tabel Moyers untuk memperkirakan berapa banyak ruang yang
dibutuhkan untuk erupsi gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua berdasarkan
jumlah lebar mesio distal gigi insisivus rahang bawah dengan presentase 75% (Singh,
2007).
minimal. Metode ini juga dapat dilakukan secara cepat, tidak memerlukan alat-alat
khusus ataupun radiografi dan dapat dilaksanakan pemula karena tidak memerlukan
keahlian khusus. Walaupun pengukuran dan perhitungan dilakukan pada model, tetapi
mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Metode ini juga dapat
dilakukan untuk menganalisis keadaan pada kedua lengkung rahang (Muthu dan
Sivakumar, 2009).
4. Metode Huckaba
Metode ini digunakan untuk memperkirakan besarnya gigi yang belum erupsi
Rumus : B = A x B’
A’
bawah dalam memprediksi ukuran mesiodistal gigi kaninus dan premolar permanen.
Metode ini tidak menggunakan tabel probabilitas seperti metode Moyers. Metode ini
sangat sederhana dan dianggap memiliki keakuratan yang cukup baik dengan tingkat
lebar mesiodistal gigi kaninus permanen dan premolar yang akan erupsi.
satu kuadran :
Perkiraan lebar mesiodistal kaninus dan premolar permanen maksila dalam satu
kuadran:
Setelah melakukan analisis ruang dan panjang lengkung, dapat diketahui derajat
crowding lengkung gigi. Menurut Andlaw dan Rock (1992), gigi dapat digolongkan
tersedia dalam lengkung rahang melebihi ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi
tersedia dalam lengkung sama dengan ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi yang
belum erupsi.
3. Crowding ringan
Ciri-cirinya adalah sedikit overlap pada gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia
dalam lengkung rahang kurang sampai 4 mm dari yang diperlukan untuk gigi-gigi
4. Crowding berat
Ciri-cirinya adalah overlap rotasi atau pergeseran gigi-gigi insisivus; ruang yang
A. Identitas Pasien
Yogyakarta
B. Pemeriksaan Subjektif
Motivasi: Pasien datang atas dorongan dari orangtua yang ingin memeriksakan gigi
Pasien mengeluhkan gigi susu belakang kiri bawah sudah tanggal namun belum ada gigi
penggantinya
Gigi susu tanggal sekitar 2 tahun lalu, saat ini gigi pengganti belum tumbuh
1. Umum:
2. Gigi:
4. Kumur-kumur : tidak
C. Pemeriksaan Objektif
Berat badan : 25 kg
Lain-lain :-
Jaringan lunak:
Jaringan Keras:
Overjet : 9,64 mm
Overbite : 7,4 mm
X X X X X X X
X X X X X X X X X X
55 = Terdapat kavitas pada permukaan oklusal dan palatal dengan kedalaman dentin
TP : Opdent
65 = Terdapat kavitas pada permukaan oklusal dan palatal dengan kedalaman dentin
TP : Opdent
TP : Fissure sealant
TP: Opdent
Dx/ Mesiolabiotorsiversi
TP: Orto
Dx/ Mesiolabiotorsiversi
TP: Orto
Dx/ Mesiolabiotorsiversi
TP: Orto
Dx/ Distolabiotorsiversi
TP: Orto
46 = Terdapat kavitas pada permukaan oklusal dengan kedalaman dentin
TP: Opdent
RENCANA PERAWATAN
1. Opdent
2. Fissure sealant
3. TAF
4. Space maintainer
5. Kontrol
IV. ANALISIS GIGI GELIGI
A. Lengkung Gigi
a. Simetri b. Asimetri
a. Simetri b. Asimetri
C. Anomali Gigi
D. Oklusi
Anterior
Posterior
10,8 6,58 6,5 7,4 6,5 5,6 5,4 6,3 7,1 7,2 11,3
F. Determinasi Lengkung
Lengkung Ideal
Keterangan :
Kanan : 41,60 mm
Kiri : 42,18 mm
Kanan : 34,90 mm
Kiri : 32,84 mm
1. Metode Moyers
0,3
0,5
22,50 y 22,80
0,3
Penghitungan :
0,3 = 0,5
x 0,3
x = 0,18
Kebutuhan ruang erupsi untuk rahang bawah menurut Tabel Moyers (y) adalah
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 43, 44 dan 45 (mesial 46 ke mesial 43) :
=,8 mm
Ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi 43, 44 dan 45 menurut Moyers = 22,68 mm
Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi 43, 44, dan 45 sebesar – 2,88 mm
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 33, 34 dan 35 (mesial 36 ke mesial 33) :
18,18 mm
Ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi 33, 34 dan 35 menurut Moyers = 22,68 mm
Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi 33, 34, dan 35 sebesar -4,5 mm
1) Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi 33, 34, 35 sebesar -4,5 mm
space regainer
2) Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi 43, 44, 45 sebesar -2,88mm
space regainer
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 43, 44 dan 45 (mesial 46 ke mesial 43) :
= 19,8 mm
Ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi 43, 44, dan 45 menurut Johnson dan Tanaka
= 22,4 mm
Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi 43, 44, dan 45 sebesar -2,6 mm
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 33, 34 dan 35 (mesial 36 ke mesial 33) :
18,18 mm
Ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi 33, 34, dan 35 menurut Johnson dan Tanaka
=22,4 mm
Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi 33, 34, dan 35 sebesar -4,22 mm
3) Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi 33, 34, 35sebesar -4,22 mm
space regainer
4) Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi 43, 44, 45sebesar -2,6mm
space regainer
Metode Huckaba
B = A x B’
A’
11,42
Ukuran gigi 34 (B’) yang akan erupsi adalah :
11,42
11,42
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 33, 34, dan 35 (dari model studi) adalah 19,1 mm
Terdapat diskrepansi ruang untuk erupsi gigi permanen 33, 34, 35 sebesar -1,13 mm
Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi geligi 33, 34, 35 sebesar 1,13 mm space
regainer
Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi geligi 43, 44, 45 sebesar ….. space
regainer
Kesimpulan Analisis
sehingga menjadi indikasi pemakaian space regainer. Menurut Rahardjo (2008) dan
Rahardjo (2009) pertumbuhan rahang atas dan rahang bawah pada laki-laki berhenti pada
usia sekitar 17 tahun. Pertumbuhan mandibula berlanjut secara stabil dengan rata-rata
peningkatan tinggi rahang 1-2 mm per tahun dan panjang badan 2-3 mm per tahun
(Srivastava, 2011). Berdasarkan hal tersebut diperkirakan rahang bawah masih akan tumbuh
dan berkembang hingga sebelum memasuki masa pubertas, sehingga tidak diperlukan alat
17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
Keterangan:
= Belum erupsi
Kelainan yang ada: tidak ada kelainan
Desain Alat
Keterangan:
b. Buccal tube
c. Anasir gigi
Prosedur Perawatan
1. Rencana Perawatan:
d. Kontrol
2. Jalannya Perawatan:
perawatan.
Saat insersi, alat harus diperiksa ada/tidaknya bagian plat akrilik yang
menekan atau melukai jaringan lunak di rongga mulut. Labial arch dan C
klamer diperiksa agar tidak menyebabkan traumatik oklusi atau trauma pada
Edukasi
Pasien dan orang tua pasien diminta untuk memperhatikan ruang kosong
pada lengkung gigi pasien, apakah bertambah besar atau kecil dan
Operator memberi motivasi kepada pasien untuk datang kontrol pada waktu
d. Kontrol
meliputi keluhan pasien tentang alat yang dipakai. Hal-hal lain yang
meliputi keluhan pasien tentang alat yang dipakainya. Hal-hal lain yang
erupsi
dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian alat
3. Orang tua pasien ikut mendukung dan memberi dukungan pada anak sehingga
Andlaw, R.J dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak (terj), ed. 2, Widya Medika,
Jakarta.
Brauer, J.C., 1959, Space maintenance in Brauer J.C. et al., Dentistry for Children, ed. 4, Mc
Cameron, A.C.dan Richard, P. W., 2013, Handbook of Pediatric Dentistry, Mosby Elsevier,
Canberra.
Clarice, S., 2013, Management of Premature Primary Tooth Loss in The Child Patient, CDA
Harty, F. J dan Ogston, R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi (terj.), EGC, Jakarta.
Kemp, J. dan Walters, C., 2003, Gigi si Kecil, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kennedy, D.B., 1992, Konservasi Gigi Anak (terj.), ed. 3, EGC, Jakarta.
Kharbanda, O.P., 1994, A Study Of The Etiological Factors Associated With The
Kuswandari, S., Ratinah, S.B.S, Jatmiko, I.S., Kusumawardani, P., 2007, Bahan Ajar Ilmu
Mc.Donald, R.E dan Avery, D.R., 1994 Dentistry for The Child and Adolescent, Sixth
Muthu, M.S. dan Sivakumar, N., 2009, Pediatric Dentistry: Principles and Practice, Reed
Premkumar, S., 2015, Textbook of Orthodontics, Reed Elsevier India, New Delhi.
Rao, A., 2012, Principles and Practice of Pedodontics Third Edition, Jaypee, New Delhi.
Raharjo,P., 2012,Ortodonti Dasar, Edisi ke-2, Pusat Penerbitan dan Pencetakan Unair
(AUP), Surabaya
Rashmi, G.S., Durgesh, B.H., 2011, Local Etiological Factors of Malocclusion, in Phulari,
B.S., (ed.): Orthodontics: Principles and Pactice, Jaypee Brothers Medical Publisher,
New Delhi
Singh, G., 2007, Texbook of orthodontics 2 ed., Jaypee Brothers Medical Publisher, New
Delhi.
Srivastava, V.K., 2011, Modern Pediatric Dentistry, Jaypee Brothers Medical Publishers,
New Delhi