Oleh :
Kelompok 3A
Dosen Pembimbing :
1
NAMA:
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
salah satu syarat guna memenuhi proses pembelajaran di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Baiturrahmah.
Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis
terhormat Bapak dan Ibu selaku pembimbing laporan tugas makalah dalam
kepada kita semua dan semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .............................................................................................. 3
Daftar Isi ....................................................................................................... 4
BAB I
PENDAHULUAN
....................................................................................................................................
5
1.1 Latar
Belakang
....................................................................................................................................
5
1.2 Rumusan
Masalah
....................................................................................................................................
5
1.3
Tujuan
....................................................................................................................................
6
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
....................................................................................................................................
7
2.1 Pengertian
GTL
....................................................................................................................................
7
2.2 Pemeriksaan Pasien
GTL
....................................................................................................................................
7
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi
GTL
....................................................................................................................................
13
2.4 Kondisi Pasien
Lansia
....................................................................................................................................
13
2.5 Pengaruh Penuaan pada Kondisi
RM
....................................................................................................................................
16
4
2.6 Penanganan Kasus
Flabby
....................................................................................................................................
19
2.7 Penanganan Kasus Linggir
Datar
....................................................................................................................................
26
2.8 Penanganan Kasus
Eksostosis
....................................................................................................................................
31
2.9 Prosedur Klinis dan Laboratoris
GTL
....................................................................................................................................
31
BAB III
PEMBAHASAN
....................................................................................................................................
34
3.1
Kasus
....................................................................................................................................
34
3.2
Diagnosis
....................................................................................................................................
40
3.3 Rencana
Perawatan
....................................................................................................................................
40
3.4
Prognosis
....................................................................................................................................
41
BAB IV
PENUTUP
....................................................................................................................................
42
Kesimpulan
....................................................................................................................................
42
5
DAFTAR
PUSTAKA
....................................................................................................................................
43
BAB I
PENDAHULUAN
Kehilangan gigi bukan tidak mungkin terjadi pada semua gigi dalam satu
rahang. Hal ini menunjukkan bahwa, Gigi Tiruan Sebagian Lepasan tidak lagi di
Prosthodontic, gigi tiruan penuh adalah gigi tiruan lepasan yang menggantikan
seluruh gigi geligi asli dan struktur pendukungnya baik pada maksila maupun
6
Selain itu, pada scenario ini, ada dijelaskan mengenai pasien yang memiliki
keluhan bahwa gigi tiruannya longgar dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Hal ini
mengenai hal-hal yang lebih lanjut tentang gigi tiruan, khususnya gigi tiruan penuh.
1.3 Tujuan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan lengkap/ gigi tiruan penuh/ complete denture adalah gigi tiruan
yang menggantikan semua kehilangan gigi baik rahang atas maupun rahang bawah,
yang didukung oleh mukosa, jaringan ikat, dan tulang (Kuntjoro, 2010).
8
2.2 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan subjektif
2. Pemeriksaan objektif
3. Pemeriksaan penunjang
penyakit yang diderita, ada atau tidaknya alergi obat dan mencegah penyakit
yaitu garis besar kesehatan umum pasien, ada atau tidaknya penyakit sistemik,
1. Identitas pasien
- Nama :-
- Alamat :-
- Pekerjaan : -
- Jenis kelamin: -
9
- Usia: -
2. Keluhan pasien
- Keluhan utama: -
-Keluhan tambahan: -
3. Riwayat dental
6. Riwayat alergi
pasien merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam
10
Klas I: Filosofi (kooperatif), pasien sepenuhnya percaya pada dokter
c. Bentuk wajah
11
d. mata
e. Hidung
f. Telinga
g. Bibir
h. Kelenjar limfe
- kiri
- kanan
Kanan :-
Kiri :-
A. Auskultasi
B. Palpasi
Cara 1: dengan palpasi bimanual pada area depan telinga kanan dan
12
yaitu: palpasi pada anterior muskulus temporalis, meatus akustikus
Pemperiksaan TMJ
13
Pemeriksaan klinis nodus limfatik
harus dalam posisi relaks. Dengan menggunakan ujung jari, bawa kelenjar
C. Inspeksi
infeksi pada gigi terdahulunya dan adanya penyakit degeneratif pada TMJ
a. Kebersihan mulut
b. Frekuensi karies
c. Perawatan sebelumnya
e. Kedalaman vestibulum
g. Linggir sisa
14
h. Hubungan linggir sisa atau rahang
i. Palatum
j. Bentuk lidah
k. Konsistensi saliva
1. Pasien edentulus
3. Gigi yang tersisa tidak dapat mendukung gigi tiruan sebagian, dan tidak
(MacEntee, 2014)
15
4. Tidak tertarik sama sekali menggunakan gigi tiruan
berlanjut ke masa dewasa dan pentingnya untuk perubahan dimensi tulang rangka
wajah. Hal ini dilaporkan bahwa secara morfologi tinggi wajah bertambah dengan
usia seseorang dalam proses pertumbuhan gigi secara utuh (Zarb, 2013).
periode per tahun dan tergantung pada keseimbangan aktivitas osteoblas dan
pada sisi ini pertumbuhan dan remodeling dimediasi melalui aktivitas proliferatif
pada tulang kartilago. Perubahan morfologi tinggi wajah atau bentuk tulang rahang
yang terjadi pada linggir sisa pendukung gigi tiruan lengkap dan akbiat
(Damayanti, 2009).
Konsep relasi sentrik antara rahang atas dan rahang bawah merupakan faktor
dimensi vertikal. Hal ini sangat membantu dalam rujukan atau poin awal untuk
16
menetapkan relasi rahang dalam berbagai perawatan prostodontik, terutama dalam
pembuatan gigi tiruan lengkap. Sementara itu juga diakui bahwa pada gigi asli,
fungsi gigi saat berkontak pada posisi mandibula sedikit ke anterior dalam relasi
sentrik, dan posisi seperti ini disebut sebbagai oklusi sentrik. Pengurangan gigi asli
oleh karena itu tidak bisa digunakan sebuah basis untuk membentuk oklusal pada
hubungan antara kondilus, kaput sendi, dan fossa glenoid tampaknya dipertahankan
selama kontak oklusi maksimal dan selama semua gerakan dipandu oleh elemen
oklusal. Oleh karena itu secara logis dokter gigi harus berusaha untuk memelihara
atau memulihkan relasi fisiologi ketika merawata seorang pasien dengan gigi tiruan
sebagian, perawatan prostodontik yang tidak tepat, atau memang ketiadaan yang
selayaknya dan secara sosial jelas bahwa kehilangan gigi dianggap hal yang tidak
17
dapat diterima. Lagi pula keadaan edentulus khususnya berkaitan dengan usia tua
dan bahkan ketika dirawat dengan efektif ditekankan kepada pasien bahwa
mendarah daging, dimana hal ini bersifat umum pada pasien edentulus yang
memiliki ketakuan yang besar ketika mereka terlihat tanpa gigi tiruan bahkan
Mukosa mulut manusia dilapisi oleh sel epitel yang berfungsi terutama sebagai
Pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan,
menjadi lebih pucat, tipis kering, dengan proses penyembuhan yang melambat. Hal
ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap tekanan
ataupun gesekan, yang diperparah dengan berkurangnya aliran saliva (Zarb, 2013).
18
b. Perubahan Ukuran Lengkung Rahang
osteoporosis pada tulangnya. Penelitian pada inklinasi aksial gigi pada tengkorak
manusia yang kemudian diikuti oleh hilangnya gigi, merupakan salah satu
pengurangan tulangnya pada umumnya juga terjadi ke arah atas dan dalam. Karena
itu lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis daripada bagian dalam.
Resorbsi bagian luar lempeng kortikalis tulang berjalan lebih banyak dan lebih
cepat. Dengan demikian, lengkung maksila akan berkurang menjadi lebih kecil
dalam seluruh dimensi dan juga permukaan landasan gigi menjadi berkurang (Zarb,
2013).
Pada rahang bawah, inklinasi gigi anterior umumnya ke atas dan ke depan dari
bidang oklusal, sedangkan gigi-gigi posterior lebih vertikal atau sedikit miring ke
arah lingual. Permukaan luar lempeng kortikalis tulang lebih tebal dari permukaan
lingual, kecuali pada daerah molar, juga tepi bawah mandibula merupakan lapisan
kortikalis yang paling tebal. Sehingga arah tanggul gigitan pada mandibula terlihat
lebih ke lingual dan ke bawah pada daerah anterior dan ke bukal pada daerah
posterior. Resorbsi pada tulang alveolar mandibula terjadi ke arah bawah dan
hubungan jarak antara mandibula dan maksila serta perubahan ruangan dari posisi
19
c. Resorbsi Linggir Alveolar
resorbsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir seperti ujung pisau. Resorbsi
berlebihan pada puncak tulang alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang datar
akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang. Resorbsi linggir yang berlebihan dan
terjadinya resorbsi ini adalah tingkat kehilangan tulang sebelumnya, gaya oklusal
20
Resorbsi residual alveolar ridge sudah banyak dikemukakan dalam teori-teori
dan hasil penelitian. Resorbsi pada rahang bawah besarnya 4 kali rahang atas.
Resorbsi paling besar terjadi pada enam bulan pertama sesudah pencabutan gigi
anterior atas dan bawah. Pada rahang atas, sesudah 3 tahun, resorbsi sangat kecil
fungsi kelenjar saliva. Bukti terakhir menunjukkan bahwa penuaan itu sendiri tidak
mengurangi ikatan adhesi saliva diantara dasar gigi tiruan dan jaringan lunak dan
21
menyebabkan iritasi mukosa. Keadaan ini menyebabkan kemampuan pemakaian
(Damayanti, 2009)
enam pasien selama tiga tahun. Setiap pasien memakai gigitiruan penuh rahang atas
yang berantagonis dengan gigi alami rahang bawah dan gigitiruan sebagian lepasan
22
resorpsi tulang alveolar pada anterior rahang atas, pembesaran tuberositas dan
2014).
terjadi pada rahang atas tidak bergigi, dan sekitar 5% pada rahang bawah tidak
bergigi. Pada pasien tidak bergigi paling sering ditemukan pada regio anterior baik
Secara umum, ada tiga cara penanggulangan ridge yang flabby, yaitu
konvensional, gigitiruan dukungan implan baik cekat maupun lepasan, dan cara
1. Pembedahan
kesehatan umum pasien, terutama pasien usia lanjut dengan berbagai penyakit
alveolar yang sedikit atau tidak ada sama sekali. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa daerah ridge yang flabby ini memiliki efek pelindung karena mengurangi
23
(Gambaran Klinis Pasca Bedah, Damayanti 2009).
bantuan denture base material, yang dapat meningkatkan ketebalan (bulk) dan berat
tidak memenuhi syarat bagi gigitiruan, tetapi lebih diperlukan dibanding tidak ada
stabilitas, retensi dan fungsi dalam mulut. Bila dibandingkan overdenture dukungan
biasanya lebih mudah karena dibutuhkan jumlah implan yang lebih sedikit
(Ireland&Robert, 2014).
24
Implan pada rahang atas, dengan prevalensi ridge yang flabby lebih tinggi,
maksila diperkirakan sekitar 78,7%. Dalam hal ini, dapat digunakan implan yang
lebih pendek dengan vaskularisasi yang tinggi, volume rendah densitas tulang yang
rendah. Biaya yang diperlukan pada restorasi tipe ini sangat besar dan waktunya
jaringan fibrosa yang tidak terkontrol dapat menyebabkan distorsi pada hasil
cetakan di area pendukung gigitiruan yang bergerak. Jaringan lunak yang bergerak
pada saat pencetakan cenderung tertekan dan kembali ke bentuk asal, sehingga
pembuatan gigitiruan penuh dengan pencetakan seperti ini tidak akan berkontak
akurat pada jaringan lunak yang bergerak. Hal ini menyebabkan kehilangan retensi,
2009).
mukosa saat istirahat maupun dalam posisi bergerak.4 Beberapa prinsip dasar
penutupan area yang komplit, kedap perifer, valve seal tanpa mengganggu gerakan
2014).
25
Secara umum, semua teknik pencetakan untuk pembuatan gigitiruan penuh
tidak bergerak pada saat istirahat. Oleh karena resultan gigitiruan lebih rapat
beradaptasi ke jaringan pendukung pada saat istirahat, maka secara teoritis lebih
(Siwan&Koesmaningati, 2014).
Tekanan oklusal akan tersebar lebih merata pada jaringan pendukung. Dalam
literatur yang membahas tentang teknik pencetakan yang paling sesuai untuk
gigitiruan penuh, dikemukakan tidak ada indikasi suatu teknik pencetakan dapat
memberikan hasil jangka panjang yang lebih baik dibanding teknik yang lain.
berkontak rapat dan bahan cetak yang viskositas tinggi digunakan, jaringan lunak
di daerah garis getar palatum terkompresi, sementara mukosa yang berkontak rapat
Jika jaringan flabby tertekan pada saat pencetakan konvensional, maka jaringan
flabby akan cenderung berubah posisinya. Oleh karena itu, suatu teknik pencetakan
dukungan yang optimal, dan pada saat bersamaan, tidak akan menggerakkan
26
jaringan flabby. Ada beberapa teknik pencetakan dilakukan saat kondisi jaringan di
bawah tekanan pengunyahan, selain itu ada juga yang dilakukan saat kondisi
jaringan tidak bergerak, dan ada teknik yang mencetak daerah tertentu yang lebih
gigitiruan yang diperoleh dalam keadaan berfungsi. Teknik ini berasumsi bahwa
beban oklusal saat pencetakan sebanding dengan beban oklusal saat berfungsi.
Alasannya karena gerakan jaringan dalam rongga mulut dicetak sama seperti
gerakan aktivitas normal harian seperti saat menelan, batuk, makan, dan bicara
(Siwan&Koesmaningati, 2014).
Pada teknik penekanan, dudukan galengan gigit yang baik diperlukan, lebih
baik tanpa elemen gigi karena gerakan tonjol oklusal akan mengganggu permukaan
cetakan. Kontak yang rata pada permukaan oklusal galengan gigit bertujuan untuk
mencegah distorsi permukaan jaringan pada cetakan. Galengan gigit dibuatkan dari
Kelemahan dari prosedur ini adalah gigitiruan dalam keadaan berfungsi hanya
dalam jangka waktu yang pendek setiap hari. Gigitiruan yang dibuat dengan cara
pencetakan ini akan sangat cekat saat pengunyahan, tetapi tidak bisa beradaptasi
27
Teknik tanpa penekanan atau teknik mukostatik berpendapat bahwa tegangan
menutupi area rongga mulut yang membran mukosanya melekat erat pada struktur
tulang di bawahnya. Mukosa tidak boleh dikompresi, karena dapat terjadi distorsi.
Oleh karena mukosa lebih dominan komposisinya adalah air, teknik ini digunakan
berdasarkan teori hukum Pascal bahwa cairan akan memberikan tekanan ke semua
arah secara bersamaan. Hanya tekanan besar yang akan menekan jaringan, dan
Gigitiruan yang dibuat dari teknik mukostatik biasanya memiliki tepi sayap
(flange) yang lebih pendek. Tepi sayap ini berfungsi hanya untuk menjaga
gigitiruan bergerak ke arah lateral. Oleh karena teknik pencetakan tanpa penekanan
bertujuan untuk menghasilkan detail mukosa pada posisi istirahat, bahan cetaknya
harus lebih lunak dibandingkan mukosa yang terlunak. Tidak ada medium separasi
yang digunakan sebelum mengecor cetakan atau pada tahap akhir pembuatan
gigitiruan. Basis metal, yang perubahan dimensinya lebih kecil dibandingkan basis
tanpa penekanan. Oleh karena beban yang jatuh ke gigitiruan tidak didistribusikan
seluas dudukan basis (basal seat), maka kesehatan jaringan dan retensi gigitiruan
yang tidak adekuat pada wajah pasien pada kasus resorpsi residual ridge yang parah
28
dan jumlah jaringan yang melekat pada tulang pendukung sedikit. Karena basis
di sekitarnya. Filosofi dari teknik penekanan selektif pada area tertentu secara alami
mendapatkan adaptasi yang lebih baik untuk menahan beban pengunyahan yang
berlebihan. Sebagai contoh, buccal shelf pada mandibula, yang terutama terdiri dari
tulang kortikal, lebih mampu menahan beban dan tekanan. Mengurangi tekanan
pada residual ridge mandibula, yang terdiri dari tulang cancellous, akan membantu
preservasi jaringan, karena tulang cancellous lebih rentan untuk menekan atropi.
Pada maksila, jaringan di bawah regio posterior palatal seal memiliki glandular dan
jaringan lunak di antara membran mukosa dan periosteum yang menutupi tulang.
Jaringan akan lebih mudah bergerak untuk mempertahankan kedap perifer dari
Pada kasus rahang bawah dengan lingir datar karena mengalami resorbsi,
melepaskan gigi tiruan. Pembuatan gigi tiruan lengkap pada rahang bawah yang
berlingir datar mempunyai suatu masalah tersendiri dalam mencapai hasil yang baik
29
dan memuaskan. Kesulitan-kesulitan terutama ditemukan dalam memperoleh
Pada kasus resorbsi lingir alveolar yang kontinyu, otot-otot wajah (bibir dan
pipi) akhirnya tidak ditopang dan cenderung untuk jatuh ke dalam rongga mulut
(collaps). Pada waktu yang bersamaan lidah membesar untuk mengisi ruang yang
sebelumnya ditempati oleh gigi dan tulang alveolar. Selanjutnya akan terbentuk
suatu ruangan di dalam rongga mulut pada pasien yang tidak bergigi yang disebut
Resorbsi tulang rahang bawah akan menyebabkan lingir menjadi datar karena
ikatan-ikatan otot berada pada puncak lingir. Kondisi-kondisi tersebut di atas sangat
30
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi masalah pada rahang bawah dengan
lingir datar pada pembuatan gigi tiruan lengkap. Misalnya dengan melakukan
didapatkan suatu bentuk lingir baru yang memberikan dukungan yang baik. Tetapi
seringkali kerugian diderita oleh pasien karena terjadi berbagai efek samping
Selain vestibuloplasty juga dapat dibuat implant denture pada pasien dengan
lingir datar. Tetapi metode ini dilakukan pada pasien-pasien yang betul-betul
memenuhi indikasi baik lokal maupun umum. Disamping itu, tahap operasi yang
dilakukan pada proses pembuatan implan ini juga dapat menyebabkan berbagai
efek samping dan kegagalan, misalnya mental nerve traumatization dan fraktur
Melihat berbagai efek samping yang dapat terjadi pada metode yang telah
dijelaskan di atas, maka untuk mendapatkan suatu gigi tiruan lengkap rahang bawah
yang baik dan memuaskan dapat dilakukan suatu teknik pencetakan khusus dengan
memahami dan mencari berbagai kemungkinan retensi dari letak otot-otot sekitar
Pengaruh utama dari resorbsi lingir alveolar rahang bawah terhadap gigi tiruan
lengkap adalah retensi saat pemakaian gigi tiruan tersebut. Dimana bentuk tulang
terletak pada puncak lingir menyebabkan daya melepaskan besar sekali (Damayanti,
2009).
31
Pengaruh terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan seperti yang telah
Sebuah gigi tiruan yang baik akan mempunyai retensi yang baik bila dihasilkan dari
cetakan yang baik. Tetapi bentuk dan ukuran lingir mempengaruhi retensi dan
pada lengkung mandibula yang tidak bergigi akibat resorbsi maka teknik
pencetakan yang biasa dilakukan pada pembuatan gigi tiruan lengkap tidak akan
menghasilkan suatu hasil yang diharapkan. Ini merupakan suatu kesulitan tersendiri
dimana pada lingir rahang bawah yang datar harus dengan suatu teknik pencetakan
Teknik pencetakan merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam
pembuatan gigi tiruan lengkap rahang bawah dengan lingir datar untuk
mendapatkan hasil yang baik. Dalam prosedur pencetakan ini, dapat dilakukan
dengan dua tahap, yang pertama yaitu pencetakan awal (preliminary impression)
ditujukan untuk mencetak struktur jaringan pendukung dan membentuk tepi gigi
tiruan (peripheral border) yang dapat menutup pinggiran (border seal) dengan baik.
Keadaan ini memberikan retensi dan stabilisasi yang maksimal pada gigi tiruan.
kemungkinan fiksasi jaringan baik aktif maupun pasif pada gigi tiruan
(Siwan&Koesmaningati, 2014).
32
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bentuk tulang pada pasien-pasien
dengan lingir datar kecil kemungkinannya untuk retensi dan stabilitas pada gigi
tiruan lengkap. Perlekatan otot terletak dekat dengan puncak lingir dan
menyebabkan efek melepaskan yang sangat besar pada gigi tiruan. Dengan alasan
ini, batas pergerakan otot dan ruang dimana gigi tiruan dapat diperluas tanpa
melepaskan gigi tiruan harus tercatat dengan akurat pada cetakan. Pencetakan
seperti ini bisa didapatkan dari metode pencetakan dinamik (Damayanti, 2009).
daerah mukosa otot yang bergerak untuk perluasan gigi tiruan tanpa menyebabkan
adalah :
1. Menghindarkan efek melepaskan oleh otot, pada bentuk batas gigi tiruan yang
tidak tepat.
2. Sebanyak mungkin memanfaatkan fiksasi jaringan aktif dan pasif pada gigi
tiruan.
dibentuk oleh gerakan-gerakan fungsional dari otot dan perlekatan otot sepanjang
tepi landasan gigi tiruan. Pada pencetakan dinamik, cetakan dibentuk oleh aktivitas
fungsional otot dan perlekatan otot, maka unsur-unsur perkiraan seperti pada
metode konvensional dikurangi. Suatu perkiraan pada model yang harus dinilai
33
sayap lingual, seperti pada teknik mukosa tidak diperlukan pada teknik pencetakan
tumor tapi lesi dysplastic exophytic. Etiologi belum diketahui dengan pasti
tetapi beberapa para ahli menduga terjadi karena adanya proses inflamasi
dimanfaatkan (biasanya pada bahan gigi tiruan flexible) dan yang tidak
34
6. Try in basis (K IV) 6. Pembuatan bite rim (K IV)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Seorang laki-laki usia 68 tahun datang ke RSGM ingin membuat gigi palsu.
Sebelumnya sudah memakai gigi palsu rahang atas tapi longgar saat bicara
dan rahang bawah tidak bisa digunakan lagi karena gigi sisa bagian depan
bawah yang goyang sudah dicabut. Pasien juga mengeluhkan rasa tidak
nyaman memakai gigi palsu karena akhir-akhir ini merasakan nyeri dan bunyi
klik pada sendi rahangnya saat buka tutup mulut sehingga efisiensi engunyah
berkurang. Pasien masih ragu apakah gigi tiruan yang baru dapat berfungsi
dengan baik karena tidak ada lagi gigi yang tinggal. Drg melakukan
35
Analisis Model GTL (Gigi Tiruan Lengkap)
RAHANG BAWAH
36
RAHANG ATAS
3.1.1 Pembahasan
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan Subjektif
Umur : 68 Tahun
Alamat : Maransi
Telepon : 0823-4187-5555
37
Sikap mental : exacting
Pemeriksaan Objektif
1. Ekstra Oral
e. Hidung : simetris
i. Sendi rahang :
Trismus : 30 mm
Otot : sakit
j. Kelainan lain :-
2. Intra Oral
a. Saliva :
Kuantitas : normal
38
Kualitas : normal
b. Lidah :
Ukuran : normal
Mobilitas : normal
d. Vestibulum RA
Post.Kanan : dangkal
Post.Kiri : dangkal
Anterior : sedang
Vestibulum RB
Post.Kanan : dangkal
Post.Kiri : sedang
Anterior : sedang
e. Frenulum
39
f. Bentuk linggir sisa
40
i. Bentuk penampang palatum: lengkung
k. Torus mandibularis
m. Retromylohyoid
Kanan: dalam
Kiri: dalam
n. Tuber maksilaris
Kanan: besar
Kiri: besar
RA : persegi
RB : segitiga
3.2 Diagnosis
Diagnosis berdasarkan model yaitu edentolus rahang atas dan rahang bawah
serta exostosis.
41
3.3.1 Rencana Perawatan Awal
Berdasarkan analisis model terdapat penonjoloan tulang yang tajam pada regio
1 dan 2 oleh karena itu sebelum dilakukan pembuatan gigi tiruan lengkap dilakukan
konvensional, karena pasien tidak memiliki kelainan baik rongga mulut maupun
sistemik.
3.4 Prognosis
resorbsi linggir sisa pada bagian rahang bawah kanan posterior rendah . Prognosis
sangat berkaitan dengan sikap dan watak pasien, karena kooperatif atau tidaknya
42
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
antara pasien dan dokter gigi. Keterampilan yang tepat dari dokter gigi sebagai
operator dalam mengobservasi keadaan rongga mulut pasien merupakan suatu yang
harus dilakukan. Hal ini dikarenakan agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam
gigi tiruan yang telah dibuat. Model gigi tiruan yang akan dipasang tentu sangat
penting demi menunjang perbaikan fungsi dari gigi yang digantikan itu sendiri,
sehingga dalam hal ini sangat dibutuhkan pengetahuan dan kecermatan dalam
43
memilih jenis dari gigi tiruan agar pasien dapat menghindari kerusakan yang tidak
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
MacEntee, Michael I. 2014. The Complete Denture a Clinical Pathway, 2nd Edition.
Canada: Quentessence books
44
Alveolaris rehabilitation to increase full denture retention and stability. Airlangga
University : department Prosthodontic. Dental Jurnal majalah kedokteran gigi
Vol.43 No 4, Desember 2010.
Langlais, Robert. 2015. Atlas berwarna Lesi mulut yang ditemukan Edisi : 4.
Jakarta : EGC
Perilaku pemakai gigi tiruan terhadap pemeliharaan kebersihan gigi tiruan lepasan.
Universitas Syah Kuala: Departemen Prostodonsia. Jurnal PDGI Vol. 62, No.
3, September-Desember l 2013, Hal. 83-88 | ISSN 0024-9548
Damayanti, Lisda. 2009. perawatan pasien lansia dengan flat ridge/flabby tissue.
Bagian prostodontia. Bandung : Universitas Padjajaran
Siwan, Henni. 2014. mengatasi akibat pemakaian gigi tiruan lama dengan
pencetakan teknik windowing. Jakarta : Universitas Indonesia
45