SPACE MAINTAINER
Disusun oleh:
Presty Dwi Fitriani 17/422935/KG/11231
Chintia Arifa Priyanti 17/422926/KG/11222
Pembimbing:
drg. Indra Bramanti, M.Sc., Sp. KGA
Periode gigi desisui memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak (de Carvalho dan Miranda, 2017). Gigi desidui berperan dalam
fungsi mastikasi, komunikasi, estetik, menjaga ruang pada lengkung gigi dan
menuntun gigi permanen erupsi pada posisi yang tepat (King dkk., 2014).
Erupsi gigi permanen yang menggantikan gigi desidui merupakan proses fisiologis
normal yang terjadi pada setiap anak. Faktor-faktor seperti Premature loss dan
mengakibatkan hilangnya panjang lengkung gigi yang normal dan terjadi maloklusi
pada gigi permanen dalam bentuk crowding, impaksi gigi permanen, dan lain
sebagainya (Setia dkk, 2013). Selain itu, anak akan mengalami kesulitan untuk
Pencabutan gigi yang tidak direncanakan pada periode geligi sulung dan geligi
2006).
Salah satu usaha preventif untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang
diakibatkan oleh premature loss pada gigi desidui adalah dengan menggunakan
suatu alat khusus untuk menjaga ruang, yaitu space maintainer. Space maintainer
yang paling baik adalah gigi desidui itu sendiri, sehingga harus dilakukan usaha
mempertahankan gigi desidui dalam rongga mulut, tetapi jika tidak memungkinkan
maka perlu dibuatkan space maintainer buatan (Andlaw dan Rock, 1992).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Premature Loss
Prematur loss gigi desidui adalah kondisi hilang atau tanggalnya gigi
desidui sebelum gigi penggantinya siap erupsi (Herawati dkk., 2015). Penyebab
utama terjadinya Premature loss gigi desidui adalah karies gigi. Selain itu,
Premature loss juga dapat disebabkan oleh trauma, erupsi ektopik, gangguan
1. Migrasi gigi
Gigi di sekitar area edentulus dapat tipping, rotasi dan bergerak secara
Premature loss dapat terjadi pada gigi anterior maupun posterior pada
rahang atas maupun rahang bawah. (Isabela dan Soenawan, 2001). Prematur loss
erupsi ektopik gigi permanen dan crossbite. Adanya ruang yang kosong akibat
Miranda, 2017).
Premature loss pada gigi molar desidui menyebabkan gigi di sebelah ruang
yang kosong akan bergerak ke mesial. Hal ini menyebabkan berkurangnya panjang
lengkung gigi sehingga dapat menyebabkan terjadinya gigi berjejal dan rotasi (Raja
dkk., 2018). Pencegahan akibat yang dapat ditimbulkan dari premature loss dapat
B. Space Maintainer
berkurangnya ruang untuk erupsi gigi pemanen akibat dari prematur loss (Ireland,
2010). Secara garis besar, space maintainer dibagi menjadi dua tipe, yaitu lepasan
dan cekat. space maintainer lepasan dapat digunaka dalam periode yang singkat,
sedangkan space maintainer cekat jika didesain dengan baik dapat diguanakan
dalam jangka waktu yang lebih lama karena lebih nyaman dan kerusakan jaringan
cukup untuk gigi permanen erupsi dan gigi permanen penggantinya sudah
waktunya erupsi.
dianjurkan.
permanen pengganti.
Complete denture
Selain itu, menurut Srivastava (2011), space maintainer juga dapat
A. Hitchcock
B. Raymond C Thurow
Removable
Complete arch
Lingual arch
Gigi individual
C. Hinrichsen
Kelas I
a. Tipe non-fungsional
- Tipe bar
- Tipe loop
b. Tipe fungsional
- Tipe pontik
Kelas II
Tipe cantilever (distal shoe, band, loop)
dan dipasang sendiri oleh pasien. Alat ini dapat bersifat fungsional atau
sebelum erupsi gigi permanen, kehilangan gigi anterior, ketika dibutuhkan ruang
removable space maintainer adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien alergi
maintainer antara lain : alat dan gigi dapat dibersihkan dengan mudah, dapat
darah pada jaringan lunak, dapat dibuat dengan mudah dan estetis, dapat
dapat dengan mudah dilakukan, dan dapat meciptakan ruang untuk erupsi gigi
tanpa harus membuat alat baru. Kerugian penggunaan removable space maintainer
antara lain : ada kemungkinan alat hilang, dapat patah, pasien tidak mau memakai
alat, dapat menahan pertumbuhan rahang ke lateral apabila klamer tidak pas, dan
yang hilang karena pergerakan dari gigi permanen yang baru erupsi (drifting)
sebagai berikut :
area edentulous dapat terjadi karena gigi permanen muda pada area tersebut
ke arah tersebut dapat terjadi baik secara tipping maupun bodily. Oleh karena itu,
observasi melalui model studi dan gambaran radiograf sangat diperlukan untuk
satu jenis perawatan secondary prevention pada pasien pediatric. Hal ini
permanen muda secara dini sangat berguna untuk mencegah pasien tersebut
Menurut Rao (2012) tujuan pembuatan alat Space regainer adalah untuk
lebar lengkung perimeter, dan membantu gigi permanen pengganti erupsi pada
posisi yang tepat. Perawatan Space regainer dilakukan sampai gigi permanen
Indikasi pemakaian alat Space regainer adalah pada premature loss gigi
yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui lebih bagi ruang erupsi gigi
pengganti, apabila gigi pengganti tidak ada (agenesis), dan apabila pasien tidak
c. Knee spring
c. Lingual arch
lunak di sekitar area alat Space regainer, dan dapat menghambat pertumbuhan
rahang ke arah lateral. Oleh karena itu, analisis menyeluruh diperlukan untuk
premature loss pada gigi desidui, terutama gigi molar desidui (Kuswandari dkk,
2007).
diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan ruang bagi gigi permanen yang akan
erupsi. Terdapat beberapa metode analisis yang dapat digunakan untuk prosedur
tersebut, yaitu :
a. Nance analysis
Gigi yang digunakan pada metode ini adalah : III, IV, V dan 3, 4, 5 = lee way
space.
Lee way space adalah space yang ada akibat selisih besar jumlah ukuran mesio
sehingga gigi 3,4,5 permanen dapat diukur , dan dapat dikoreksi ketepatannya
𝑋 𝑅𝑜 𝑥 𝑌 𝑀𝑜
𝑋=
𝑌 𝑅𝑜
Keterangan:
Gigi yang dipakai sebagai pedoman pada metode ini adalah : 32, 31, 41,
42. Gigi incisivus rahang bawah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers
karena gigi ini muncul lebih dulu dalam rongga mulut pada masa geligi bercampur,
bentuknya jarang bervariasi, dan mudah diukur dibandingkan gigi geligi lainnya.
Analisis Moyers banyak dianjurkan karena dapat dilakukan secara cepat, tidak
mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Tipe analisis gigi-geligi
campuran yang didasarkan pada tabel probabilitas ditentukan dari lebar gigi-gigi
Prosedur pertama yang dilakukan pada metode ini, adalah mengukur lebar
keempat gigi insisivus tetap, kemudian lebar gigi-gigi pengganti ditentukan dari
tabel probabilitas, pada tingkat probabilitas yang diinginkan, tingkat yang umum
ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua
, dan dibandingkan dengan ruang yang tersedia pada area 3 4 5 pasien (Foster,
1999).
c. Kuswandari and Nishino method
Gigi yang dipakai sebagai pedoman pada metode ini adalah : 36, 32, 42, 46.
Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan gigi 345 yang belum erupsi
melalui gigi permanen yang telah erupsi. Langkah pertama pada metode ini
adalah operator harus mengukur lebar gigi permanen 36, 32, 42, 46, dan hasil
d. Metode Huckaba
Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya gigi yang belum
𝑋 𝑅𝑜 𝑥 𝑌 𝑀𝑜
=
𝑌 𝑅𝑜
Keterangan:
lengkung adalah menentukan derajat crowding lengkung gigi. Menurut Andlaw dan
Rock (1992), setelah operator mengukur jumlah ruang yang tersedia dan
berikut:
1. Kelebihan ruang
Ciri-ciri tipe ini adalah terdapat spacing di antara gigi-gigi insisivus dan
ruang yang tersedia dalam lengkung rahang melebihi ruang yang diperlukan untuk
gigi-gigi yang belum erupsi, sehingga gigi yang akan erupsi diprediksi tidak akan
berjejal.
2. Ruangan cukup
Ciri-ciri tipe ini adalah terdapat kontak yang normal dan baik di antara gigi-
gigi insisivus, dan ruang yang tersedia dalam lengkung sama besar dengan ruang
yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi, sehingga gigi yang akan erupsi
3. Crowding ringan.
Ciri-ciri tipe ini adalah terjadinya sedikit overlap pada gigi-gigi insisivus,
dan ruang yang tersedia dalam lengkung rahang ≤4 mm dari yang diperlukan untuk
gigi-gigi yang belum erupsi, sehingga gigi yang akan erupsi diprediksi akan berjejal
ringan.
4. Crowding berat.
Ciri-ciri tipe ini adalah terjadinya overlap rotasi atau pergeseran gigi-gigi
insisivus, dan ruang yang tersedia dalam lengkung rahang kurang >4 mm dari yang
diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi, sehingga gigi yang akan erupsi
A. Identitas Pasien
Nomor Kartu : 213509
Tanggal pemeriksaan : 25 Oktober 2019
Nama pasien : Nuri Septiani Az-Zahra
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl lahir : Majalengka, 30 September 2010
Umur : 9 tahun
Sekolah : SD Negeri Pogung Kidul
Nama orang tua : Rodin
Alamat : Pogung Lor RT8 RW 47, Sleman, Yogyakarta
B. Pemeriksaan Subjektif
Motivasi: Pasien datang atas motivasi dan anjuran dari operator dan dirinya
sendiri untuk memeriksakan giginya.
Keluhan Utama (CC) :
Pasien mengeluhkan kesulitan saat mengunyah makanan karena gigi
belakangnya sudah ompong.
Kedaaan Sakit Sekarang (PI) :
Saat ini pasien tidak merasakan sakit.
Riwayat Gigi (PDH) :
Gigi belakang rahang bawah kanan dan kiri sudah berlubang sejak lama. Gigi
tersebut tidak pernah dirawat ke dokter sehingga lubang semakin besar dan
dicabut sekitar 1,5 bulan yang lalu. Saat ini tidak terdapat keluhan sakit pada
area gigi bekas pencabutan tersebut namun pasien mengeluhkan kesulitan untuk
mengunyah.
C. Pemeriksaan Objektif
Keadaan umum : sehat jasmani dan rohani
Penampilan : kooperatif dan komunikatif
Berat badan : 34 kg
Tinggi badan : 126 cm
Pemeriksaan luar mulut :
Bentuk muka : round, normal, simetris
Bibir : normal, kompeten, simetris
Pipi : normal, simetris
Kelenjar limfe : normal, tidak teraba
Lain-lain :-
Pemeriksaan dalam mulut :
Jaringan lunak:
Mukosa : normal, sehat
Lidah : normal, sehat
Gusi : normal, sehat
Langit-langit : normal, sehat
Dasar mulut : normal, sehat
Jaringan Keras:
Oklusi: kiri : Kelas I Angle (Crossbite gigi 26 dengan gigi 36)
kanan : Kelas I Angle
Overjet: 2,20 mm
Overbite: 2,55 mm
X X X X X X X X
Keterangan :
Wajah : Simetris
Midline RA : segaris dengan garis sagittal
RB terhadap RA : tidak segaris, deviasi ke arah kanan
Tampak Samping Kiri
G
b
Ulc
Llc
Po
Tampak Samping Kanan
G
b
Ulc
Llc
Po
Keterangan :
Profil muka : Cembung Normal
Gb : Glabela
Ulc : Upper Lip Countour
Llc : Lower Lip Countour
Po : Pogonion
a. Simetri b. Asimetri
a. Simetri b. Asimetri
Rahang atas : ada (53&11= 7,6 mm; 11&12= 1,6 mm; 12&63= 7,35 mm)
Rahang bawah : ada (73&32= 1,15 mm; 32&31= 0,35 mm; 41&31= 0,5 mm;
3. Anomali Gigi
4. Oklusi
Foto Tampak Depan saat Oklusi Foto Tampak Samping kanan saat Oklusi
Posterior
Kanan :
Kiri :
TP: orto
Rencana Perawatan
1. Space maintainer
2. Orto
3. Kontrol
17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
Keterangan:
= Belum erupsi
Metode Moyers
Ket:
: Lengkung Perimeter RB
: Lengkung Ideal RB
69,05 mm
= 22 mm + (2 x 21,6)
= 65,2 mm
a. Sisi kanan
= 22,1 mm
- Ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi permanen 43, 44, dan 45
= 22,1 mm-21,6mm
= + 0,5mm
b. Sisi kiri
= lengkung perimeter sisi kiri RB dari mesial gigi 36 sampai mesial gigi
= 24,05 mm
- Ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi permanen 33, 34, dan 35
= 24,05mm-21,6mm
= + 2,45mm
I. Kesimpulan Analisis
Rahang Bawah
1. Terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 33, 34, 35
sebesar 0,5 mm space maintainer
2. Terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 43, 44, 45
sebesar 2,45 mm space maintainer
J. Desain Alat
Tahap 1 Tahap 2
Keterangan:
2. Gigi Artificial
3. Plat Akrilik
K. Prosedur Perawatan
1) Rencana Perawatan:
c. Kontrol
2) Jalannya Perawatan:
akan dilakukan. Selain itu juga diberi penjelasan mengenai biaya, lama
perawatan, banyak kunjungan yang diperlukan, dan hal lain yang dapat
bagian plat akrilik yang menekan atau melukai jaringan lunak di rongga
mulut. Labial arch dan U loop juga diperiksa agar tidak menyebabkan
Pasien haurs diajarkan bagaimana cara memakai alat dengan benar dan
mudah dan pasien harus selalu diberikan motivasi untuk selalu memakai
alat dan menjaga kebersihannya. Selain itu, orang tua pasien diminta untuk
dapat memberikan motivasi kepada pasien untuk selalu datang kontrol pada
waktunya.
c. Kontrol
dan ditanyakan juga, apakah pasien kesulitan saat memakai dan melepas
alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat memakai alat, apakah alat
sering dipakai secara rutin oleh pasien, dan hal-hal lainnya. Pemeriksaan
midline.
pasien tentang alat yang dipakainya, apakah pasien kesulitan saat memakai
dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat memakai alat,
apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien. Serta pemeriksaan objektif
apakah ruang diantara gigi 32 dengan gigi 73 sudah menutup (gigi 32 sudah
finger spring pada gigi 31 untuk menggeser gigi 31 ke arah distal hingga
midline gigi RB sejajar dengan RA. Akan tetapi, apabila ruang diantara gigi
pasien tentang alat yang dipakainya, apakah pasien kesulitan saat memakai
dan melepas alat (apakah alat terasa sesak), apakah pasien sudah merasa
nyaman saat memakai alat, apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien.
Jika alat terasa sesak atau sulit untuk dilepas pasang, dilakukan pencetakan
rahang pasien untuk dilakukan analisis ruang kembali dan pembuatan alat
finger spring pada gigi 31 untuk menggeser gigi 31 ke arah distal hingga
midline gigi RB segaris dengan RA. Namun, apanila midline gigi RB sudah
segaris dengan RA, dilakukan penambahan simple spring pada plat di gigi
L. PROGNOSIS
c. Orang tua pasien ikut mendukung perawatan dan selalu memotivasi anak agar
Andlaw, R.J dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak (terj), ed. 2, Widya
Medika, Jakarta.
Cameron, A.C.dan Richard, P. W., 2013, Handbook of Pediatric Dentistry, Mosby
Elsevier, Canberra.
James, S.R., Nelson, K., dan Ashwill, J., 2013, Nursing Care of Children :
Principles and Practice, Elsevier Saunders, China.
Kemp, J. dan Walters, C., 2003, Gigi si Kecil, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kuswandari, S., Sri Rantinah, SB, Jatmiko, IS., dan Kusumawardani, P., 2007,
Bahan Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Anak II, FKG UGM, Yogyakarta.
Mc.Donald, R.E dan Avery, D.R., 1994 Dentistry for The Child and Adolescent,
Sixth edition, Mosby, St.Louis.
Mitchell, L., 2013, Introduction to Orthodontics, Oxford University Press, UK.
Moyers, R. E., 1991,Handbook of Orthodontic Forth Edition.Year Book Medical
Publisher, Chicago.
Muthu, M.S. dan Sivakumar, N., 2009, Pediatric Dentistry: Principles and
Practice, Reed Elsevier India, New Delhi
Nonong, Y. H., 2011, Removable Space Regainer, Proceeding Regional Dental
Meeting & Exhibition, 5: 294-306.
Phinney, D.J., dan Halstead, J.H., 2013, Dental Assisting : A Comprehensive
Approach, Edisi 4, Delmar Cengage Learning, New York.
Phulari, B. J., 2011, Orthodontics Principles and Practice, Jaypee, New Delhi.
Premkumar, S., 2008, Prep Manual for Undergraduates : Orthodontics, Elsevier,
New Delhi.
Premkumar, S., 2015, Textbook of Orthodontics, Reed Elsevier India, New Delhi.
Rao, A., 2012, Principles and Practice of Pedodontics Third Edition, Jaypee, New
Delhi.
Rashmi, G.S., Durgesh, B.H., 2011, Local Etiological Factors of Malocclusion, in
Phulari, B.S., (ed.): Orthodontics: Principles and Pactice, Jaypee Brothers
Medical Publisher, New Delhi.
Singh, G., 2007, Texbook of orthodontics 2 ed., Jaypee Brothers Medical Publisher,
New Delhi.
Srivastava, V.K., 2011, Modern Pediatric Dentistry, Jaypee Brothers, New Delhi.
Tilakraj, T. N., 2003, Essentials of Pedodontics, Jaypee, New Delhi.