Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

SPACE MAINTAINER

Disusun oleh:
Presty Dwi Fitriani 17/422935/KG/11231
Chintia Arifa Priyanti 17/422926/KG/11222

Pembimbing:
drg. Indra Bramanti, M.Sc., Sp. KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN

Periode gigi desisui memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak (de Carvalho dan Miranda, 2017). Gigi desidui berperan dalam

fungsi mastikasi, komunikasi, estetik, menjaga ruang pada lengkung gigi dan

menuntun gigi permanen erupsi pada posisi yang tepat (King dkk., 2014).

Erupsi gigi permanen yang menggantikan gigi desidui merupakan proses fisiologis

normal yang terjadi pada setiap anak. Faktor-faktor seperti Premature loss dan

karies proksimal dapat menyebabkan migrasi gigi ke arah mesial sehingga

mengakibatkan hilangnya panjang lengkung gigi yang normal dan terjadi maloklusi

pada gigi permanen dalam bentuk crowding, impaksi gigi permanen, dan lain

sebagainya (Setia dkk, 2013). Selain itu, anak akan mengalami kesulitan untuk

mengunyah makanan yang akan berdampak terjadinya kekurangan asupan nutrisi

yang dibutuhkan oleh proses tumbuh kembang (Raharjo, 2012).

Pencabutan gigi yang tidak direncanakan pada periode geligi sulung dan geligi

bercampur dapat menimbulkan kerugian yaitu kehilangan ruang yang dapat

menimbulkan maloklusi, menurunnya fungsi pengunyahan (terutama gigi

posterior), gangguan perkembangan bicara (terutama gigi anterior), dan dapat

menimbulkan trauma akibat pemberian anastesi dan tindakan bedah (Budiyanti,

2006).

Salah satu usaha preventif untuk mencegah terjadinya dampak buruk yang

diakibatkan oleh premature loss pada gigi desidui adalah dengan menggunakan

suatu alat khusus untuk menjaga ruang, yaitu space maintainer. Space maintainer

yang paling baik adalah gigi desidui itu sendiri, sehingga harus dilakukan usaha
mempertahankan gigi desidui dalam rongga mulut, tetapi jika tidak memungkinkan

maka perlu dibuatkan space maintainer buatan (Andlaw dan Rock, 1992).
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Premature Loss

Prematur loss gigi desidui adalah kondisi hilang atau tanggalnya gigi

desidui sebelum gigi penggantinya siap erupsi (Herawati dkk., 2015). Penyebab

utama terjadinya Premature loss gigi desidui adalah karies gigi. Selain itu,

Premature loss juga dapat disebabkan oleh trauma, erupsi ektopik, gangguan

kongenital dan defisiensi panjang lengkung yang menyebabkan resorpsi gigi

desidui (Tunison dkk., 2008).

Menurut Petcu dkk. (2016), berbagai akibat yang ditumbulkan oleh

premature loss adalah:

1. Migrasi gigi

Gigi di sekitar area edentulus dapat tipping, rotasi dan bergerak secara

bodily dan gigi antagonis dapat bergerak secara vertikal.

2. Pertumbuhan dentoalveolar berkurang.

3. Ritme erupsi gigi permanen berubah.

4. Hubungan oklusi dinamis berubah.

5. Fungsi sistem stomatognasi dan komunikasi terganggu.

Premature loss dapat terjadi pada gigi anterior maupun posterior pada

rahang atas maupun rahang bawah. (Isabela dan Soenawan, 2001). Prematur loss

dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti gigi berjejal, penyakit periodontal,

erupsi ektopik gigi permanen dan crossbite. Adanya ruang yang kosong akibat

premature loss menyebabkan gigi di sebelahnya migrasi sehingga terjadi


penyempitan ruang untuk gigi permanen pengganti erupsi (de Carvalho dan

Miranda, 2017).

Premature loss pada gigi molar desidui menyebabkan gigi di sebelah ruang

yang kosong akan bergerak ke mesial. Hal ini menyebabkan berkurangnya panjang

lengkung gigi sehingga dapat menyebabkan terjadinya gigi berjejal dan rotasi (Raja

dkk., 2018). Pencegahan akibat yang dapat ditimbulkan dari premature loss dapat

dilakukan dengan penggunaan space maintainer (Isabela dan Soenawan, 2001).

B. Space Maintainer

Space maintainer adalah alat yang digunakan untuk mencegah

berkurangnya ruang untuk erupsi gigi pemanen akibat dari prematur loss (Ireland,

2010). Secara garis besar, space maintainer dibagi menjadi dua tipe, yaitu lepasan

dan cekat. space maintainer lepasan dapat digunaka dalam periode yang singkat,

sedangkan space maintainer cekat jika didesain dengan baik dapat diguanakan

dalam jangka waktu yang lebih lama karena lebih nyaman dan kerusakan jaringan

rongga mulut yang ditimbulkan minimal (Foster, 1993).

Indikasi penggunaan space maintainer (Phulari, 2011) :

1. Prematur loss gigi molar desidui. space maintainer digunakan untuk

mencegah migrasi gigi sebelahnya.

2. Prematur loss gigi kaninus desidui. Space maintainer digunakan utuk

mencegah deviasi midline dan/atau panjang lengkung gigi.

3. Prematur loss gigi insisivus biasanya tidak memerlukan penggunaan space

maintainer karena pergerakan ke mesial gigi sebelahnya jarang terjadi.

Kontraindikasi penggunaan space maintainer (Phulari, 2011) :


1. Penggunaan space maintainer tidak dibutuhkan jika tedapat ruang yang

cukup untuk gigi permanen erupsi dan gigi permanen penggantinya sudah

waktunya erupsi.

2. Penggunaan space maintainer tidak dianjurkan jika terdapat gigi berjejal

parah. Untuk kasus berjejal parah, alat ortodontk interseptif lebih

dianjurkan.

3. Penggunaan space maintainer tidak dibutuhkan jika gigi permanen

pengganti akan segera erupsi.

4. Penggunaan space maintainer tidak dibutuhkan jika tidak terdapat gigi

permanen pengganti.

Klasifikasi space maintainer berdasarkan anchorage dan pendukung

yang tersedia (Srivastava, 2011) :

1. Space maintainer tepi semi fixed

 Space maintainer crown-distal shoe

 Space maintainer crown-loop

 Space maintainer band dan loop

2. Space maintainer tipe fixed

 Space maintainer lingual holding-arch

 Space maintainer nance’s holding-arch

3. Space maintainer tipe removable

 Acrylic partial denture

 Complete denture
Selain itu, menurut Srivastava (2011), space maintainer juga dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

A. Hitchcock

 Removable atau fixed atau semi-fixed

 Dengan bands atau tanpa bands

 Fungsional atau non-fungsional

 Aktif atau pasif

 Kombinasi tertentu dari klasifikasi di atas

B. Raymond C Thurow

 Removable

 Complete arch

 Lingual arch

 Gigi individual

C. Hinrichsen

 Fixed space maintainer

Kelas I

a. Tipe non-fungsional

- Tipe bar

- Tipe loop

b. Tipe fungsional

- Tipe pontik

- Tipe lingual arch

Kelas II
Tipe cantilever (distal shoe, band, loop)

 Removable space maintainer

Acrylic partial denture

C. Removable Space Maintainer

Removable space maintainer adalah space maintainer yang dapat dilepas

dan dipasang sendiri oleh pasien. Alat ini dapat bersifat fungsional atau

nonfungsional dan kebanyakan kasus bersifat bilateral. Indikasi removable space

maintainer adalah kehilangan gigi posterior bilateral pada lengkung mandibula

sebelum erupsi gigi permanen, kehilangan gigi anterior, ketika dibutuhkan ruang

untuk dipertahankan dalam periode waktu yang singkat. Kontraindikasi dari

removable space maintainer adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien alergi

terhadap akrilik dan pasien epilepsi. Keuntungan penggunaan removable space

maintainer antara lain : alat dan gigi dapat dibersihkan dengan mudah, dapat

menjaga vertikal dimensi, dapat dikombinasikan dengan tindakan preventif yang

lain, dapat dipakai setengah hari sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi

darah pada jaringan lunak, dapat dibuat dengan mudah dan estetis, dapat

menstimulasi erupsi gigi permanen, tidak memerlukan bands, pemeriksaan gigi

dapat dengan mudah dilakukan, dan dapat meciptakan ruang untuk erupsi gigi

tanpa harus membuat alat baru. Kerugian penggunaan removable space maintainer

antara lain : ada kemungkinan alat hilang, dapat patah, pasien tidak mau memakai

alat, dapat menahan pertumbuhan rahang ke lateral apabila klamer tidak pas, dan

dapat mengiritasi jaringan lunak (Rao, 2012).


D. Space regainer

Space regainer adalah alat yang digunakan untuk mengembalikan ruang

yang hilang karena pergerakan dari gigi permanen yang baru erupsi (drifting)

kearah ruang edentulous akibat premature loss (Premkumar, 2015).

Menurut Snawder (1980), penyebab kehilangan/ penyempitan ruang adalah

sebagai berikut :

1. Premature loss dari gigi desidui

2. Mesial drifting tendency

3. Ankylosis dan congenital missing teeth

Menurut Cameron dan Widmer (2008), terjadinya penyempitan ruang pada

area edentulous dapat terjadi karena gigi permanen muda pada area tersebut

mengalami pergerakan ke arah ruang edentulous. Pergerakan gigi permanen muda

ke arah tersebut dapat terjadi baik secara tipping maupun bodily. Oleh karena itu,

observasi melalui model studi dan gambaran radiograf sangat diperlukan untuk

menentukan pemilihan jenis Space regainer yang tepat.

Menurut Srivastava (2011), penggunaan Space regainer merupakan salah

satu jenis perawatan secondary prevention pada pasien pediatric. Hal ini

dikarenakan, perbaikan dan pencegahan posisi gigi molar pertama desidui

permanen muda secara dini sangat berguna untuk mencegah pasien tersebut

mengalam maloklusi skeletal kelas II ataupun kelas III dikemudian hari.

Menurut Rao (2012) tujuan pembuatan alat Space regainer adalah untuk

mengembalikan ruang yang hilang / mengembalikan kehilangan atau pengurangan

lebar lengkung perimeter, dan membantu gigi permanen pengganti erupsi pada
posisi yang tepat. Perawatan Space regainer dilakukan sampai gigi permanen

pengganti erupsi sempurna (Rao, 2012).

Indikasi pemakaian alat Space regainer adalah pada premature loss gigi

molar desidui yang mengakibatkan terjadinya kekurangan ruang erupsi gigi

permanen. Kontraindikasi pemakaian alat Space regainer adalah apabila ruang

yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui lebih bagi ruang erupsi gigi

pengganti, apabila gigi pengganti tidak ada (agenesis), dan apabila pasien tidak

kooperatif (Snawder , 1980).

Terdapat beberapa tipe Space regainer, antara lain (Premkumar, 2015):

1. Space regainer lepasan

a. Plat lepasan dengan finger spring

b. Plat lepasan dengan lingual arch

c. Knee spring

d. Split saddle regainer

e. Space regainer dengan skrup ekspansi

2. Space regainer cekat

a. Open coil Space regainer

b. Gerber Space regainer

c. Lingual arch

Kerugian penggunaan alat Space regainer yaitu dapat mengiritasi jaringan

lunak di sekitar area alat Space regainer, dan dapat menghambat pertumbuhan

rahang ke arah lateral. Oleh karena itu, analisis menyeluruh diperlukan untuk

menentukan perlu tidaknya penggunaan Space regainer, dan operator harus


mempertimbangkan kapan seharusnya dilakukan interverensi klinis setelah terjadi

premature loss pada gigi desidui, terutama gigi molar desidui (Kuswandari dkk,

2007).

E. Analisis Panjang Lengkung

Analisis panjang lengkung merupakan suatu metode analisis yang

diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan ruang bagi gigi permanen yang akan

erupsi. Terdapat beberapa metode analisis yang dapat digunakan untuk prosedur

tersebut, yaitu :

a. Nance analysis

Gigi yang digunakan pada metode ini adalah : III, IV, V dan 3, 4, 5 = lee way

space.

Lee way space adalah space yang ada akibat selisih besar jumlah ukuran mesio

distal gigi III, IV, V dan 3, 4, 5.

Lee way space RA = (III + IV + V) – (3 + 4 + 5) = 0,9 satu sisi

Lee way space RB = (III + IV + V) – (3 + 4 + 5) = 1,7 satu sisi

Nance analysis dapat digunakan jika operator memiliki radiograf pasien,

sehingga gigi 3,4,5 permanen dapat diukur , dan dapat dikoreksi ketepatannya

menggunakan metode huckaba.

𝑋 𝑅𝑜 𝑥 𝑌 𝑀𝑜
𝑋=
𝑌 𝑅𝑜

Keterangan:

X = Ukuran gigi permanen yang dicari

X Ro = Ukuran gigi permanen yang diukur dari Ro foto


Y Mo = Ukuran gigi desidui dalam rontgen foto yang belum erupsi.

Y Ro = Ukuran gigi desidui dalam rontgen foto

(McDonald, dkk., 1994).

b. Moyer’s mixed dentition analysis

Gigi yang dipakai sebagai pedoman pada metode ini adalah : 32, 31, 41,

42. Gigi incisivus rahang bawah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers

karena gigi ini muncul lebih dulu dalam rongga mulut pada masa geligi bercampur,

bentuknya jarang bervariasi, dan mudah diukur dibandingkan gigi geligi lainnya.

Analisis Moyers banyak dianjurkan karena dapat dilakukan secara cepat, tidak

memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi, dan dapat dilaksanakan pemula.

(McDonald, dkk., 1994)

Walaupun pengukuran dan perhitungan dilakukan pada model, tetapi

mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Tipe analisis gigi-geligi

campuran yang didasarkan pada tabel probabilitas ditentukan dari lebar gigi-gigi

insisivus tetap yang diukur. (Moyers, 1988).

Prosedur pertama yang dilakukan pada metode ini, adalah mengukur lebar

keempat gigi insisivus tetap, kemudian lebar gigi-gigi pengganti ditentukan dari

tabel probabilitas, pada tingkat probabilitas yang diinginkan, tingkat yang umum

digunakan adalah 75%. Selanjutnya, operator dapat mengetahui berapa banyak

ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua

, dan dibandingkan dengan ruang yang tersedia pada area 3 4 5 pasien (Foster,

1999).
c. Kuswandari and Nishino method

Gigi yang dipakai sebagai pedoman pada metode ini adalah : 36, 32, 42, 46.

Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan gigi 345 yang belum erupsi

melalui gigi permanen yang telah erupsi. Langkah pertama pada metode ini

adalah operator harus mengukur lebar gigi permanen 36, 32, 42, 46, dan hasil

yang didapatkan dapat digunakan sebagai pedoman ruang yang dibutuhkan

untuk erupsi gigi 3 4 5 pada pasien.

d. Metode Huckaba

Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya gigi yang belum

erupsi, dan dapat dikombinasi dengan metode lainnya untuk mengoreksi

ketepatan penggunaan metode lain dalam mengukur besar ruang yang

dibutuhkan pada gigi yang akan erupsi.

𝑋 𝑅𝑜 𝑥 𝑌 𝑀𝑜
=
𝑌 𝑅𝑜

Keterangan:

X = Ukuran gigi permanen yang dicari

X Ro = Ukuran gigi permanen yang diukur dari Ro foto

Y Mo = Ukuran gigi desidui dalam rontgen foto yang belum erupsi.

Y Ro = Ukuran gigi desidui dalam rontgen foto

Prosedur yang harus dilakukan setelah melakukan analisis panjang

lengkung adalah menentukan derajat crowding lengkung gigi. Menurut Andlaw dan

Rock (1992), setelah operator mengukur jumlah ruang yang tersedia dan

membandingkannya dengan kebetuhan ruang yang dibutuhkan, derajat crowding


lengkung gigi dapat ditentukan dan dapat digolongkan sebagai salah satu dari tipe

berikut:

1. Kelebihan ruang

Ciri-ciri tipe ini adalah terdapat spacing di antara gigi-gigi insisivus dan

ruang yang tersedia dalam lengkung rahang melebihi ruang yang diperlukan untuk

gigi-gigi yang belum erupsi, sehingga gigi yang akan erupsi diprediksi tidak akan

berjejal.

2. Ruangan cukup

Ciri-ciri tipe ini adalah terdapat kontak yang normal dan baik di antara gigi-

gigi insisivus, dan ruang yang tersedia dalam lengkung sama besar dengan ruang

yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi, sehingga gigi yang akan erupsi

diprediksi tidak akan berjejal.

3. Crowding ringan.

Ciri-ciri tipe ini adalah terjadinya sedikit overlap pada gigi-gigi insisivus,

dan ruang yang tersedia dalam lengkung rahang ≤4 mm dari yang diperlukan untuk

gigi-gigi yang belum erupsi, sehingga gigi yang akan erupsi diprediksi akan berjejal

ringan.

4. Crowding berat.

Ciri-ciri tipe ini adalah terjadinya overlap rotasi atau pergeseran gigi-gigi

insisivus, dan ruang yang tersedia dalam lengkung rahang kurang >4 mm dari yang

diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi, sehingga gigi yang akan erupsi

diprediksi akan berjejal berat.


III. LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nomor Kartu : 213509
Tanggal pemeriksaan : 25 Oktober 2019
Nama pasien : Nuri Septiani Az-Zahra
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl lahir : Majalengka, 30 September 2010
Umur : 9 tahun
Sekolah : SD Negeri Pogung Kidul
Nama orang tua : Rodin
Alamat : Pogung Lor RT8 RW 47, Sleman, Yogyakarta

B. Pemeriksaan Subjektif
Motivasi: Pasien datang atas motivasi dan anjuran dari operator dan dirinya
sendiri untuk memeriksakan giginya.
Keluhan Utama (CC) :
Pasien mengeluhkan kesulitan saat mengunyah makanan karena gigi
belakangnya sudah ompong.
Kedaaan Sakit Sekarang (PI) :
Saat ini pasien tidak merasakan sakit.
Riwayat Gigi (PDH) :
Gigi belakang rahang bawah kanan dan kiri sudah berlubang sejak lama. Gigi
tersebut tidak pernah dirawat ke dokter sehingga lubang semakin besar dan
dicabut sekitar 1,5 bulan yang lalu. Saat ini tidak terdapat keluhan sakit pada
area gigi bekas pencabutan tersebut namun pasien mengeluhkan kesulitan untuk
mengunyah.

Riwayat Kesehatan Umum (PMH) :


 Pasien tidak memiliki alergi makanan, obat, maupun cuaca.
 Pasien tidak sedang dalam perawatan dokter.
 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
 Pasien tidak memiliki riwayat gangguan pendarahan.
 Pasien pernah dirawat dirumah sakit
Riwayat Kesehatan Keluarga (FH) :
1. Umum:
Ayah : tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
Ibu : tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
2. Gigi:
Ayah : susunan gigi rapi, tidak berjejal dan sehat
Ibu : susunan gigi rapi, tidak berjejal dan sehat
Pencegahan Penyakit Gigi
1. Menyikat gigi : 2 kali sehari (saat mandi pagi dan mandi sore)
2. Topikal aplikasi fluor : sudah dilakukan tanggal 15 Oktober 2019
3. Tablet fluor : tidak
4. Kumur-kumur : tidak

C. Pemeriksaan Objektif
Keadaan umum : sehat jasmani dan rohani
Penampilan : kooperatif dan komunikatif
Berat badan : 34 kg
Tinggi badan : 126 cm
Pemeriksaan luar mulut :
Bentuk muka : round, normal, simetris
Bibir : normal, kompeten, simetris
Pipi : normal, simetris
Kelenjar limfe : normal, tidak teraba
Lain-lain :-
Pemeriksaan dalam mulut :
Jaringan lunak:
Mukosa : normal, sehat
Lidah : normal, sehat
Gusi : normal, sehat
Langit-langit : normal, sehat
Dasar mulut : normal, sehat
Jaringan Keras:
Oklusi: kiri : Kelas I Angle (Crossbite gigi 26 dengan gigi 36)
kanan : Kelas I Angle
Overjet: 2,20 mm
Overbite: 2,55 mm

X X X X X X X X

Keterangan : : Gigi belum erupsi Ʃ : Gigi goyah O : Karies


X : Gigi sudah tanggal : tumpatan
D. Analisis Foto Muka
Tampak depan

Keterangan :
Wajah : Simetris
Midline RA : segaris dengan garis sagittal
RB terhadap RA : tidak segaris, deviasi ke arah kanan
Tampak Samping Kiri

G
b

Ulc
Llc

Po
Tampak Samping Kanan

G
b

Ulc
Llc

Po

Keterangan :
Profil muka : Cembung Normal
Gb : Glabela
Ulc : Upper Lip Countour
Llc : Lower Lip Countour
Po : Pogonion

E. Analisis Model Studi


Foto Model Studi
Rahang atas Rahang bawah
1. Lengkung Gigi

Rahang atas : Bentuk a. Round b. Elips c. Square d. V shaped e. Parabola

a. Simetri b. Asimetri

Rahang bawah : Bentuk a. Round b. Elips c. Square d. V shaped e. Parabola

a. Simetri b. Asimetri

2. Space Antar Gigi

Rahang atas : ada (53&11= 7,6 mm; 11&12= 1,6 mm; 12&63= 7,35 mm)

Rahang bawah : ada (73&32= 1,15 mm; 32&31= 0,35 mm; 41&31= 0,5 mm;

42&53= 0,55 mm)

3. Anomali Gigi

a. Jumlah b. Bentuk c. Struktur (Tidak ada kelainan)

4. Oklusi

Foto Tampak Depan saat Oklusi Foto Tampak Samping kanan saat Oklusi

Foto Tampak Samping Kiri saat Oklusi


Anterior

a. Normal b. Open bite c. Deep bite d. Cross bite

Over bite : 2,55 mm Overjet : 2,20 mm

Midline : Rahang atas : a. Straight b. Deviasi

Rahang bawah : a. Straight b. Deviasi (kearah kanan sebesar 0,90 mm)

Posterior

Kanan :

a. Normal b. Open bite c. Deep bite d. Cross bite e. cups to cups

Kiri :

a. Normal b. Open bite c. Deep bite d. Cross bite e. cups to cups

Terminal Plane : kanan : - kiri : -

Gigi Molar satu permanen : a. Erupsi penuh b. Erupsi sebagian

Kelas Angle :kanan : Kelas I Angle kiri : kelas I Angle

(Crossbite gigi 26 dengan gigi 36)

5. Diagnosis gigi geligi

a. 75 : terdapat gigi yang sudah tanggal sebelum waktunya

Dx/ prematur loss

TP: space maintainer

b. 74 : terdapat gigi yang sudah tanggal sebelum waktunya

Dx/ prematur loss

TP: space maintainer


c. 41 : terdapat sisi mesial gigi yang tumbuh lebih ke arah lingual

Dx/ mesio linguo torsiversi

TP: orto

d. 84 : terdapat gigi yang sudah tanggal sebelum waktunya

Dx/ prematur loss

TP: space maintainer

e. 85 : terdapat gigi yang sudah tanggal sebelum waktunya

Dx/ prematur loss

TP: space maintainer

Rencana Perawatan

1. Space maintainer

2. Orto

3. Kontrol

F. Analisis Foto OPG


Kelengkapan Gigi Permanen

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27
47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

Keterangan:
= Belum erupsi

G. Analisis gigi bercampur

Ukuran gigi-gigi permanen yang telah erupsi (mm)

10,5 8,1 8,05 11,35

11,45 5,95 5,2 5 5,85 12,35

Jumlah lebar mesiodistal gigi 32 31 41 42 adalah 22 mm

Metode Moyers

Pengukuran dan perhitungan jumlah mesiodistal 32, 31, 41, dan 42 :

Lebar mesio-distal gigi 32 adalah 5,85 mm

Lebar mesio-distal gigi 31 adalah 5 mm

Lebar mesio-distal gigi 41 adalah 5,2 mm

Lebar mesio-distal gigi 42 adalah 5,95 mm

Jumlah mesiodistal gigi 32, 31, 41, 42 adalah 22 mm

- Perhitungan jumlah ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi 345 RB

Tabel Moyers 75 % untuk jumlah mesiodistal 22 mm adalah 21,6 mm


H. Determinasi Lengkung

Ket:
: Lengkung Perimeter RB
: Lengkung Ideal RB

A. Panjang Perimeter Lengkung Ideal

1. Pengukuran secara langsung

- Lengkung perimeter RB dari mesial gigi 36 sampai mesial gigi 46 =

69,05 mm

- Lengkung ideal yang dibutuhkan untuk tumbuh gigi permanen

= jumlah mesiodistal gigi incisivus RB + 2x perkiraan moyers

= 22 mm + (2 x 21,6)

= 65,2 mm

- Diskrepansi = 69,05 mm-65,2 mm = + 3,85 mm

(terdapat sisa ruang sebesar 3,85 mm)


2. Pengukuran pada tiap sisi

a. Sisi kanan

- Ruang yang tersedia (available space)

= lengkung perimeter sisi kanan RB dari mesial gigi 46 sampai mesial

gigi 41 - jumlah mesiodistal gigi 41 dan 42 – pergeseran midline RB

= 33,85 mm – (5 mm +5,85 mm) – 0,9 mm

= 22,1 mm

- Ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi permanen 43, 44, dan 45

berdasarkan perhitungan moyers dengan jumlah mesiodistal gigi

insisivus RB sebesar 22 mm adalah 21,6mm

- Diskrepansi= ruang yang tersedia – ruang yang dibutuhkan

= 22,1 mm-21,6mm

= + 0,5mm

(tersapat sisa ruang di sebelah kiri sebesar 0,5mm)

b. Sisi kiri

- Ruang yang tersedia (available space)

= lengkung perimeter sisi kiri RB dari mesial gigi 36 sampai mesial gigi

31 – jumlah mesiodistal gigi 31 dan 32

= 35,2mm – (5,95mm +5,2mm)

= 24,05 mm

- Ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi permanen 33, 34, dan 35

berdasarkan perhitungan moyers dengan jumlah mesiodistal gigi

incisivus RB sebesar 22 mm adalah 21,6 mm


- Diskrepansi = ruang yang tersedia – ruang yang dibutuhkan

= 24,05mm-21,6mm

= + 2,45mm

(tersapat sisa ruang di sebelah kiri sebesar 2,45 mm)

I. Kesimpulan Analisis
Rahang Bawah
1. Terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 33, 34, 35
sebesar 0,5 mm  space maintainer
2. Terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 43, 44, 45
sebesar 2,45 mm  space maintainer
J. Desain Alat

Tahap 1 Tahap 2

Keterangan:

1. Labial Arch ( Ø 0,7 mm)

2. Gigi Artificial

3. Plat Akrilik

4. Adam klamer ( Ø 0,7 mm)

5. Finger Spring ( Ø 0,6 mm)

6. Simple Spring ( Ø 0,6 mm)

K. Prosedur Perawatan

1) Rencana Perawatan:

a. Penjelasan kepada pasien dan informed consent

b. Insersi space maintainer dan edukasi pasien

c. Kontrol
2) Jalannya Perawatan:

a. Penjelasan kepada pasien dan informed consent

Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur serta rencana perawatan yang

akan dilakukan. Selain itu juga diberi penjelasan mengenai biaya, lama

perawatan, banyak kunjungan yang diperlukan, dan hal lain yang dapat

mempengaruhi proses perawatan.

b. Insersi space maintainer dan edukasi pasien

Saat proses insersi, alat space maintainer harus dipastikan ada/tidaknya

bagian plat akrilik yang menekan atau melukai jaringan lunak di rongga

mulut. Labial arch dan U loop juga diperiksa agar tidak menyebabkan

traumatik oklusi pada mukosa rongga mulut.

Pasien haurs diajarkan bagaimana cara memakai alat dengan benar dan

mudah dan pasien harus selalu diberikan motivasi untuk selalu memakai

alat dan menjaga kebersihannya. Selain itu, orang tua pasien diminta untuk

memperhatikan ruang kosong pada lengkung gigi pasien. Operator harus

dapat memberikan motivasi kepada pasien untuk selalu datang kontrol pada

waktunya.

c. Kontrol

Kontrol dilakukan pada:

1. Hari ke-2 pemakaian alat

Pada kontrol hari ke-2, dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif.

Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat sedang dipakai,

dan ditanyakan juga, apakah pasien kesulitan saat memakai dan melepas
alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat memakai alat, apakah alat

sering dipakai secara rutin oleh pasien, dan hal-hal lainnya. Pemeriksaan

objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak, retensi dan stabilisasi alat,

serta kemungkinan terdapatnya oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat

pemakaian alat. Apabila pemeriksaan subjekif dan objektif tersebut sudah

dievaluasi, dilanjutkan dengan pengaktifan finger spring pada gigi 32 untuk

menggeser gigi tersebut ke arah distal sesuai dengan perhitungan pergeseran

midline.

2. Hari ke-12 pemakaian alat

Pada kontrol hari ke-12,dilakukan pemeriksaan subjektif meliputi keluhan

pasien tentang alat yang dipakainya, apakah pasien kesulitan saat memakai

dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat memakai alat,

apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien. Serta pemeriksaan objektif

meliputi pemeriksaan jaringan lunak, retensi dan stabilisasi alat, oklusi

traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian alat. Selain itu dievaluasi

apakah ruang diantara gigi 32 dengan gigi 73 sudah menutup (gigi 32 sudah

bergeser sesuai dengan besar pergeseran midline). Apabila sudah menutup

(sesuai dengan jumlah pergeseran midline), dilakukan pemasifan finger

spring pada gigi 32 tersebut dan dilanjutkan dengan dengan pengaktifan

finger spring pada gigi 31 untuk menggeser gigi 31 ke arah distal hingga

midline gigi RB sejajar dengan RA. Akan tetapi, apabila ruang diantara gigi

gigi 32 dengan gigi 73 belum menutup (gigi 32 belum bergeser sesuai


dengan besarnya pergeseran midline), dilakukan pengaktifan kembali

fingerspring pada gigi 32..

3. Hari ke-30 pemakaian alat

Pada kontrol hari ke-30, dilakukan pemeriksaan subjektif meliputi keluhan

pasien tentang alat yang dipakainya, apakah pasien kesulitan saat memakai

dan melepas alat (apakah alat terasa sesak), apakah pasien sudah merasa

nyaman saat memakai alat, apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien.

Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak retensi dan

stabilisasi alat, oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian alat.

Jika alat terasa sesak atau sulit untuk dilepas pasang, dilakukan pencetakan

rahang pasien untuk dilakukan analisis ruang kembali dan pembuatan alat

baru apabila diperlukan. Selain itu dievaluasi apakah midline RB sudah

sejajar dengan RA. Apabila midline belum sejajar dilakukan pengaktifan

finger spring pada gigi 31 untuk menggeser gigi 31 ke arah distal hingga

midline gigi RB segaris dengan RA. Namun, apanila midline gigi RB sudah

segaris dengan RA, dilakukan penambahan simple spring pada plat di gigi

41 untuk mendorong sisi mesial gigi 41 ke arah labial dan diaktifkan.

L. PROGNOSIS

Prognosis pada kasus ini adalah baik, karena:

a. Kebersihan dan kesehatan rongga mulut (OHI) pasien baik.

b. Pasien kooperatif dan komunikatif.

c. Orang tua pasien ikut mendukung perawatan dan selalu memotivasi anak agar

mengikuti prosedur perawatan yang sedang dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R.J dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak (terj), ed. 2, Widya
Medika, Jakarta.
Cameron, A.C.dan Richard, P. W., 2013, Handbook of Pediatric Dentistry, Mosby
Elsevier, Canberra.
James, S.R., Nelson, K., dan Ashwill, J., 2013, Nursing Care of Children :
Principles and Practice, Elsevier Saunders, China.
Kemp, J. dan Walters, C., 2003, Gigi si Kecil, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kuswandari, S., Sri Rantinah, SB, Jatmiko, IS., dan Kusumawardani, P., 2007,
Bahan Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Anak II, FKG UGM, Yogyakarta.
Mc.Donald, R.E dan Avery, D.R., 1994 Dentistry for The Child and Adolescent,
Sixth edition, Mosby, St.Louis.
Mitchell, L., 2013, Introduction to Orthodontics, Oxford University Press, UK.
Moyers, R. E., 1991,Handbook of Orthodontic Forth Edition.Year Book Medical
Publisher, Chicago.
Muthu, M.S. dan Sivakumar, N., 2009, Pediatric Dentistry: Principles and
Practice, Reed Elsevier India, New Delhi
Nonong, Y. H., 2011, Removable Space Regainer, Proceeding Regional Dental
Meeting & Exhibition, 5: 294-306.
Phinney, D.J., dan Halstead, J.H., 2013, Dental Assisting : A Comprehensive
Approach, Edisi 4, Delmar Cengage Learning, New York.
Phulari, B. J., 2011, Orthodontics Principles and Practice, Jaypee, New Delhi.
Premkumar, S., 2008, Prep Manual for Undergraduates : Orthodontics, Elsevier,
New Delhi.
Premkumar, S., 2015, Textbook of Orthodontics, Reed Elsevier India, New Delhi.
Rao, A., 2012, Principles and Practice of Pedodontics Third Edition, Jaypee, New
Delhi.
Rashmi, G.S., Durgesh, B.H., 2011, Local Etiological Factors of Malocclusion, in
Phulari, B.S., (ed.): Orthodontics: Principles and Pactice, Jaypee Brothers
Medical Publisher, New Delhi.
Singh, G., 2007, Texbook of orthodontics 2 ed., Jaypee Brothers Medical Publisher,
New Delhi.
Srivastava, V.K., 2011, Modern Pediatric Dentistry, Jaypee Brothers, New Delhi.
Tilakraj, T. N., 2003, Essentials of Pedodontics, Jaypee, New Delhi.

Anda mungkin juga menyukai