Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PEMERIKSAAN DAN RENCANA

PERAWATAN GIGI ANAK


SPACE MAINTAINER

Disusun Oleh:
Wasi’aturrosyida 10/302409/KG/08750
Miski Nabila F. 10/305101/KG/08781

Pembimbing:
drg. Putri Kusuma WM., M.Kes., Sp.KGA(K)

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Gigi desidui merupakan hal terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan


anak, tidak hanya berfungsi untuk berbicara, mengunyah, penampilan, dan pencegahan
kebiasaan buruk, tetapi juga dalam membimbing erupsi gigi permanen. Erupsinya gigi
permanen menggantikan gigi desidui merupakan proses fisiologis normal yang terjadi
pada setiap anak. Terganggunya hal tersebut oleh keadaan seperti premature loss, karies
proksimal, dan lain-lain, menyebabkan migrasi gigi ke arah mesial yang mengakibatkan
hilangnya panjang lengkung gigi yang normal sehingga terjadi maloklusi pada gigi
permanen dalam bentuk crowding, impaksi gigi permanen, dan lain-lain. Cara
menghindari masalah tersebut adalah menjaga kesehatan gigi desidui sampai waktu
erupsi gigi permanen yang seharusnya (Setia dkk, 2013).
Apabila ekstraksi gigi desidui atau premature loss tidak dapat dihindari karena
karies yang sangat luas, maka pilihan yang dapat digunakan untuk mempertahankan
ruang gigi desidui yang hilang tersebut dengan menggunakan space maintainer. Space
maintainer digunakan untuk mempertahankan ruang sampai gigi permanen pengganti
erupsi (Setia dkk, 2013).
Space maintainer terdiri dari 2 jenis yaitu removable space maintainer dan fixed
space maintainer. Keuntungan dalam kegunaan alat lepasan adalah biaya yang
terjangkau, tetapi memiliki kerugian dalam hal resiko kehilangan atau kerusakan pada
alat. Selain itu, alat ini membutuhkan kerjasama pasien yang cukup tinggi dalam
pemakaian karena jika alat tersebut jarang dipakai maka tidak akan berpengaruh dalam
menjaga lengkung gigi geligi. Sementara penggunaan fixed space maintainer pada klinik
tidak digunakan karena biaya yang cukup mahal (Faheemudin dkk., 2012).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Premature Loss
Premature loss pada gigi decidui dapat terjadi akibat adanya karies, erupsi
ektopik atau trauma yang menyebabkan pergerakan gigi decidui atau permanen yang
tidak diinginkan dan berkurangnya panjang lengkung. Premature loss gigi kaninus
desidui unilateral akan membuat gigi insisivus permanen bergerak ke distal sehingga
mengakibatkan terjadinya pergeseran midline. Premature loss lebih sering terjadi pada
gigi atas khususnya pada gigi posterior. Premature loss gigi molar kedua decidui
meningkatkan risiko pergerakan gigi molar pertama permanen ke arah mesial sehingga
menyebabkan kurangnya ruang untuk erupsi gigi premolar. Untuk mengatasi hal
tersebut, diperlukan alat berupa space maintainer apabila ruang yang dibutuhkan untuk
erupsi gigi premolar masih tersedia atau space regainer apabila ruang yang dibutuhkan
untuk erupsi gigi premolar kurang (Cameron dan Widmer, 1997).
B. Space Maintainer
Space maintainer adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan panjang
lengkung ketika terjadi pencabutan dini pada gigi decidui agar dapat mengurangi
prevalensi dan keparahan maloklusi. Alat ini bersifat pasif dalam menjaga jarak
mesiodistal ruangan akibat pencabutan decidui terlalu dini dan memelihara gerak
fungsional gigi serta mencegah pergeseran ke mesial gigi molar pertama permanen. Alat
ini akan dilepas apabila sudah tidak dipergunakan lagi untuk menghindari terhalangnya
erupsi gigi permanen di bawahnya (Andlaw dan Rock, 1992).
Keberhasilan space maintainer yaitu apabila panjang lengkung perimeter dapat
terjaga dengan cara mempertahankan posisi gigi geligi. Menurut Finn (2003), space
maintainer diperlukan apabila:
1. Gigi M2 dicabut sebelum gigi P2 siap menggantikan. Space maintainer tidak
diperlukan ketika P2 siap erupsi atau memberi indikasi melalui rontgen bahwa
akan segera erupsi.
2. Gigi M1 tanggal terlalu awal tidak mutlak butuh space maintainer seperti gigi
M2. Menurut penelitian, penutupan ruang akibat premature loss M1 mempunyai
keparahan dan frekuensi lebih kecil daripada premature loss M2. Walaupun
begitu, penelitian menambahkan bahwa pada total populasi, walaupun sederhana,
sebaiknya jangan mengabaikan situasi yang dapat merugikan pada kasus
individual.
3
3. Pada kasus anodonsia P2, lebih baik membiarkan M1 menutup celah. Lebih baik
membuat keputusan akhir daripada terlalu awal, karena kadang-kadang P2 tidak
mempunyai waktu perkembangan yang sama simetris bilateral.
4. Anodonsia I2 sering dibiarkan, agar C menempati ruang yang ada.
5. Pemasangan space maintainer anterior untuk tujuan psikologis dan mencegah
timbulnya bad habit.
6. M1 tanggal sebelum M2 erupsi, dibiarkan agar M2 menempati ruang tersebut.
Namun, apabila M2 telah erupsi maka ruangan harus dipertahankan.
7. M2 dicabut menjelang erupsi M1 dibuatkan space maintainer berupa labial arch
dengan gigi tiruan M2.
8. Space maintainer aktif sering digunakan untuk mendesak M1 ke distal.
Kontra indikasi space maintainer menurut Snawder (1980) antara lain:
1. Tulang alveolus di atas gigi tersebut sudah hilang dan ruang tersebut cukup untuk
erupsi gigi pengganti.
2. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi decidui cukup untuk
ruang erupsi gigi pengganti dan tidak ada kemungkinan hilangnya ruang.
3. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan
orthodontik.
4. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan.
Syarat-syarat pembuatan space maintainer, antara lain:
1. Mampu mempertahankan jarak mesiodistal
2. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu
3. Erupsi gigi permanen tidak terganggu
4. Tersedia cukup ruang mesiodistal untuk erupsi gigi permanen pengganti
5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan mandibula
6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkan
Keuntungan removable space maintainer (Snawder, 1980) adalah:
1. Lebih estetik dan mudah dalam penyesuaian serta membantu menjaga lidah dari
bad habit.
2. Mudah dibersihkan dan dapat digunakan untuk fungsional
3. Dapat digunakan dengan kombinasi prosedur perawatan preventif yang lain.
4. Dapat menstimulasi erupsi gigi-gigi permanen pengganti.
5. Alat sederhana dan pembuatannya membutuhkan waktu yang singkat.
6. Tekanan yang diberikan lebih ringan.
Kerugian dari removable space maintainer (Snawder, 1980) adalah:
1. Alat ada kemungkinan hilang
2. Pasien ada kemungkinan tidak memakai alat ini (pasien tidak kooperatif)
3. Mudah rusak apabila tidak hati-hati dan mengiritasi jaringan lunak di sekitarnya.
4. Dapat menghambat pertumbuhan rahang ke arah lateral.
C. Space Regainer
Space regainer digunakan untuk mendapatkan ruang pada kondisi kekurangan

4
ruang atau terjadinya mesial drifting pada celah yang mengalami premature loss
(Andlaw dan Rock, 1992). Menurut Snawder (1980), penyebab kehilangan atau
penyempitan ruang adalah sebagai berikut:
1. Premature loss dari gigi decidui
2. Mesial drifting tendency
3. Distal adjustment dari gigi anterior mandibula
4. Ankylosis dan congenital missing teeth
Indikasi pemakaian alat space regainer adalah pada premature loss gigi molar
decidui yang mengakibatkan terjadinya kekurangan ruang erupsi gigi permanen karena
gigi molar pertama permanen telah erupsi dan tilting ke mesial. Kontraindikasi
pemakaian alat space regainer (Snawder, 1980) antara lain:
1. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi decidui cukup atau
lebih bagi ruang erupsi gigi pengganti
2. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan ortodontik
3. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan
4. Pasien alergi terhadap akrilik
5. Pasien tidak kooperatif
Syarat-syarat pembuatan space regainer (Snawder, 1980) antara lain:
1. Terdapat kekurangan ruang mesio-distal untuk erupsi gigi permanen pengganti
2. Mampu menciptakan jarak mesio-distal
3. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu
4. Erupsi gigi permanen tidak terganggu

5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan mandibula


6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkan
D. Analisis Ruang
Analisis untuk memperkirakan kebutuhan ruang bagi gigi permanen yang akan
erupsi mengunakan analisis Nance, metode Huckaba, dan metode Moyers.
1. Nance analysis
Gigi yang terpilih adalah III, IV, V dan 3, 4, 5 = lee way space. Lee way space
adalah space yang ada akibat selisih besar jumlah ukuran mesio distal gigi III, IV, V dan
3, 4, 5. Ditetapkan lee way space rahang atas adalah 0,9 mm, sedangkan rahang bawah
adalah 1,7 mm.
1. Lee way space RA = (III + IV + V) – (3+4+5) = 0,9 mm satu sisi

5
2. Lee way space RB = (III + IV + V) – (3+4+5) = 1,7 mm satu sisi
Prosedur metode ini adalah:
1. Menyiapkan model, kemudian mengukur lebar mesiodistal gigi III, IV dan V
2. Menyiapkan foto rontgen gigi 3,4 dam 5 dan diukur lebar mesiodistalnya (koreksi
efek pembesaran dengan metode Huckaba
3. Membandingkan ukuran gigi 3, 4 dan 5 dengan gigi III, IV dan V
4. Mengukur selisihnya apakah 0,9 RA, atau lebih atau kurang, demikian pula untuk
RB. Selisih tersebut (lee way space) sebenarnya digunakan untuk molar
adjustment. Jika lee way space kurang dari 0,9 RA dan 1,7 RB maka dibutuhkan
penyediaan ruang dengan serial ekstraksi.
2. Moyer’s mixed dentition analysis
Gigi incisivus rahang bawah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers
karena gigi ini muncul lebih dulu dalam rongga mulut pada masa geligi bercampur,
mudah diukur secara akurat. Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai
kesalahan sistematik yang minimal. Metode ini juga dapat dilakukan secara cepat, tidak
memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi dan dapat dilaksanakan pemula karena
tidak memerlukan keahlian khusus. Walaupun pengukuran dan perhitungan dilakukan
pada model, tetapi mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Metode ini
juga dapat dilakukan untuk menganalisis keadaan pada kedua lengkung rahang (Moyers,
1988).

Dasar pemikiran yang digunakan dalam analisis Moyers adalah:


1. Kombinasi mesiodistal incisivus permanen mandibula digunakan untuk
memprediksi kombinasi mesiodistal gigi C, P1 dan P2 (segmen bukal)
2. Alat yang digunakan adalah jangka sorong dan model gigi
3. Lengkung gigi yang diukur pada segmen:
a. Segmen anterior: pilih titik di midline dan ukur sampai mesial gigi
kaninus decidui
b. Segmen posterior: ukur dari mesial gigi kaninus decidui sampai mesial
gigi M1 permanen
4. Ukur lebar mesiodistal incisivus permanen mandibula dan jumlahkan
5. Prediksi jumlah segmen bukal menggunakan tabel Moyers
6. Hitung selisih antara lengkung gigi (ruang yang tersedia) dan ukuran segmen
bukal untuk mendapatkan diskrepansi lengkung
7. Prosedur yang sama juga digunakan untuk lengkung maksila kecuali gigi anterior
yang diukur tetaplah gigi anterior mandibula
Langkah-langkah analisis Moyers yaitu:
6
1. Buatlah lengkung perimeter dengan kawat tembaga untuk RA dan RB
2. Buatlah tanda dengan spidol pada kawat tadi tepat di sisi mesial gigi molar
pertama permanen kanan dan kiri, luruskan kembali dan ukur panjang antara
kedua tanda tadi catatlah data ini.
3. Ukurlah besarnya gigi 42, 41, 31, dan 32
4. Bandingkan jumlah ukuran gigi 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 dengan lengkung perimeter
5. Hasilnya bisa sama, lebih kecil, atau lebih besar.
3. Metode Huckaba
Metode ini untuk memperkirakan besarnya gigi yang belum erupsi dengan
rumus: B = A x B’
A’
Keterangan : B = besar gigi yang belum erupsi
B’= besar gigi yang belum erupsi dalam ro’
A = besar gigi yang sudah erupsi
A’= besar gigi yang sudah erupsi dalam ro’
(Muthu dan Sivakumar, 2009)
Setelah melakukan analisis ruang dan panjang lengkung, dapat diketahui derajat
crowding lengkung gigi. Menurut Andlaw dan Rock (1992), gigi dapat digolongkan
sebagai salah satu dari tipe berikut:
1. Gigi tidak berjejal dengan kelebihan ruang.
Ciri-cirinya adalah terdapat spacing di antara gigi-gigi incisivus; ruang yang
tersedia dalam lengkung rahang melebihi ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi
yang belum erupsi.
2. Gigi tidak berjejal dengan ruangan cukup.
Ciri-cirinya adalah kontak normal di antara gigi-gigi incisivus; ruang yang
tersedia dalam lengkung sama dengan ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi
yang belum erupsi.
3. Crowding ringan.
Ciri-cirinya adalah sedikit overlap pada gigi-gigi incisivus; ruang yang tersedia
dalam lengkung rahang kurang sampai 4 mm dari yang diperlukan untuk gigi-gigi
yang belum erupsi.
4. Crowding berat.
Ciri-cirinya adalah overlap rotasi atau pergeseran gigi-gigi incisivus; ruang yang
tersedia dalam lengkung rahang kurang melebihi 4 mm dari yang diperlukan
untuk gigi-gigi yang belum erupsi.
E. Kebiasaan Buruk
Beberapa kebiasaan buruk pada anak dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi
geligi anak misalnya bruxism dan menghisap jari.
1. Bruxism
7
Kebiasaan bruxism dapat menyebabkan terjadiya keausan gigi, umumnya terjadi
pada gigi anterior. Bruxism pada anak dapat dipicu oleh adanya gangguan oklusi
terutama jika dikombinasikan dengan ketegangan syaraf. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penyesuaian sebagai tindakan awal dalam menangani hal tersebut. Selain itu, dapat juga
digunakan palatal biteplate yang memungkinkan kelanjutan erupsi gigi posteriornya.
Erupsi terssebut diinginkan jika gigi telah aus akibat kebiasaan bruxism. Penggunaan
vinyl plastic bite guard di malam hari dapat dilakukan untuk menutupi permukaan
oklusal gigi ditambah 2 mm dari permukaan bukal dan lingual yang bertujuan untuk
mencegah ausnya gigi akibat kebiasaan bruxism. Permukaan oklusal dari bite guard
dibuat datar untuk mencegah adanya gangguan oklusi (McDonald dkk., 2004).

2. Kebiasaan menghisap ibu jari


Banyak anak-anak yang memiliki kebiasaan menghisap ibu jari atau jempol
untuk periode yang singkat selama bayi atau awal masa kanak-kanak. Jika anak-anak
tesebut memiliki kebiasaan menghisap ibu jari dalam jangka waktu yang lama maka
dapat memberikan perubahan pada struktur gigi dan tulangnya. Perubahan tersebut dapat
berupa open bite, posterior crossbite, peningkatan overjet, and perubahan dalam
mobilitas pipi. Anak-anak yang memiliki kebiasaan menghisap jari dalam jangka waktu
lama juga memiliki peningkatan prevalensi terhadap maloklusi klas II.
Apabila kebiasaan tersebut berhenti sebelum usia 6 tahun maka efek yang
ditimbulkan pada oklusi giginya hanya bersifat sementara namun jika kebiasaan tersebut
tetap berlanjut maka diperlukan alat untuk mengoreksi oklusinya tersebut. Alat berupa
removable partial retainer dengan loops yang diletakkan di lingual gigi incisivus dapat
digunakan untuk mengoreksinya. Kawat stainless steel berdiameter 0.045 inch yang
dicekatkan pada molar orthodontic bands juga dapat digunakan pada anak yang kurang
kooperatif (McDonald dkk., 2004).

8
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
No. RM : 157455
Tanggal pemeriksaan : 20 Juni 2017
Nama paien : Zaskia Novita Ningtyas
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : Yogyakarta, 22 November 2007
Umur : 9 tahun 7 bulan
Nama orang tua : Franciscus
Alamat : Lempuyangan Dn. 3/341 Rt.17/V Danurejan, Yogyakarta
B. Waktu Pemeriksaan
Tanggal pendaftaran : 20 Juni 2017
Tanggal pencetakan : 20 Juni 2017
C. Pemeriksaan Subyektif
Motivasi
Pasien datang atas motivasi operator dan orangtua untuk memeriksakan kondisi
giginya.
Keluhan utama (CC)
Gigi geraham susu kiri bawah sudah tanggal, namun gigi pengganti belum erupsi.
Keadaan sakit sekarang (PI)
Saat ini pasien tidak merasa sakit pada daerah tersebut.
Riwayat gigi (PDH)
Pasien pernah mencabutkan gigi geraham susu kanan dan kiri sekitar 2 bulan yang
lalu tanpa komplikasi.
Riwayat kesehatan umum (PMH)
Pasien pernah menderita cacar air 5 tahun yang lalu dan dilakukan perawatan obat
jalan. Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi terhadap makanan, obat, maupun cuaca.
Riwayat kesehatan keluarga (FH) :
a. Gigi = - Ayah : Ukuran gigi normal, susunan gigi rapi.
- Ibu : Ukuran gigi normal, susunan gigi maju.
9
b. Umum = - Ayah : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
- Ibu : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien
No Jenis kebiasaan Durasi Frekuensi Intensitas
1 Menghisap ibu jari Dari bayi sampai umur Jarang Kurang lebih
4 tahun 5 menit
2 Menggigit bibir bawah Dari bayi sampai Sering Kurang lebih
sekarang 1 menit

Pencegahan penyakit gigi


a. Menyikat gigi : 3x sehari
b. Topikal aplikasi fluor : Tidak
c. Tablet fluor : Tidak
d. Kumur-kumur : Tidak
D. Pemeriksaan Obyektif
Kedaaan umum : Sehat
Penampilan : Kooperatif dan komunikatif
Berat badan : 18,5 kg
Tinggi badan : 115 cm
Pemeriksaan ekstraoral:
Bentuk muka : Simetris, tidak ada kelainan
Bibir : Simetris, tidak ada kelainan
Pipi : Simetris, tidak ada kelainan
Kelenjar limfe : Normal, tidak ada pembengkakan
Lain-lain :-
Pemeriksaan dalam mulut:
Mukosa : Sehat, tidak ada kelainan
Lidah : Sehat, tidak ada kelainan
Gusi : Sehat, tidak ada kelainan
Langit-langit : Sehat, tidak ada kelainan
Dasar mulut : Sehat, tidak ada kelainan

Jaringan Keras:
Oklusi : Klas I Angle (kanan)
Klas I Angle (kiri)

10
Odontogram

Keterangan : : Gigi belum erupsi ∑ : Gigi goyah O: Karies


X : Gigi sudah dicabut/tanggal V : Gigi tinggal akar : Tumpatan

OHIS = DIS + CIS


= 5/6 + 0/6 = 0,83 (baik)
E. Analisis Foto Muka

Wajah : Oval, simetris, tidak ada kelainan


Profil muka : Lurus

F. Pemeriksaan Penunjang

11
Rontgen Panoramik

G. Analisis Model Studi


Lengkung gigi
Rahang atas : Bentuk trapesium, simetris
Rahang bawah : Bentuk trapesium, simetris
Space antar gigi
Rahang atas : Tidak ada
Rahang bawah : Ada
36-74 (Premature loss gigi 75)
44-83 (Gigi 44 belum erupsi sempurna)

Letak space
2 1-2 III-6
4-III IV-6
Anomali gigi
a. Jumlah : Normal

12
b. Bentuk : Normal
c. Struktur : Normal
Oklusi:
Anterior:
- Overbite : 2,54 mm
- Overjet : - (Crossbite anterior)
- Midline:
o Rahang atas : Straight
o Rahang bawah : Deviasi ke kiri sebesar 0,8 mm
Posterior
- Normal
- Terminal plane: -
- Gigi molar permanen pertama erupsi penuh
- Klas Angle
o Kanan : Klas I Angle
o Kiri : Klas I Angle
Analisis gigi bercampur
Ukuran gigi-gigi permanen yang telah erupsi (mm):
6(9,32) 5(5,9) 4(7,06) 1(8,18) 1(8,18) 2(7,06) 6(9,74)
6(9,52) 5(6,52) 4(7,06) 2(5,5) 1(5,7) 1(5,5) 2(5,3) 6(10,7)
Jumlah lebar mesiodistal 42+41+31+32 = 22 mm

Panjang perimeter lengkung ideal


Rahang bawah : Kiri : 32,7 mm Kanan : 33,54 mm

13
Analisis ruang
a. Menentukan available space
Rahang bawah Kiri Kanan
Lengkung ideal 32,7 mm 33,54 mm
Jumlah lebar gigi 1 dan 2 10,8 mm 11,2 mm
Available space 21,9 mm 22,34 mm

Rahang atas Kiri Kanan


Lengkung ideal 37,92 mm 37,26 mm
Jumlah lebar gigi 1 dan 2 14,98 mm 15,46 mm
Available space 22,94 mm 21,8 mm

b. Menentukan requirement space


Penentuan requirement space menggunakan metode Moyers, yaitu dengan
menjumlahkan lebar mesiodistal 4 gigi incisivus rahang bawah dan menjadikannya
standar jumlah lebar mesiodistal gigi C, P1 dan P2 melalui tabel Moyers
Jumlah 32, 31, 41, 42 = 22
Requirement space rahang bawah 21,6 mm dan rahang atas 22,0 mm

c. Analisis ruang
Rahang bawah Kiri Kanan
Available space 21,9 mm 22,34 mm
Requirement space 21,6 mm 21,6 mm
Selisih + 0,3 mm + 0,74 mm

Rahang atas Kiri Kanan


Available space 22,94 mm 21,8 mm

14
Requirement space 22,0 mm 22,0 mm
Selisih + 0,94 mm -0,2 mm

Analisis foto OPG


Kelengkapan gigi permanen:
7564321 1234567
7564321 1234567
Tidak ada kelainan
Kesimpulan analisis
Pada rahang bawah terjadi kelebihan ruang pada sisi kanan sebesar 0,74 mm dan
kelebihan ruang pada sisi kiri sebesar 0,3 mm sehingga dibutuhkan alat berupa
space maintainer.
Design alat
Keterangan:
1. Labial arch, diameter 0,7 mm
2. C klamer, diameter 0,7 mm
3. Plat akrilik
4. Anasir gigi

BAB IV
RENCANA PERAWATAN

A. Rencana Perawatan
1. Penjelasan kepada pasien dan informed consent
2. Insersi space maintainer dan edukasi pasien
3. Kontrol
B. Jalannya Perawatan
1. Penjelasan pasien dan informed consent

15
Pasien diberi informasi mengenai prosedur dan rencana perawatan yang akan
dilakukan, yang meliputi biaya, lama perawatan, banyaknya kunjungan,
kemungkinan yang dapat terjadi selama perawatan, serta hal-hal lain yang
memengaruhi perawatan.
2. Insersi space maintainer dan edukasi pasien
Ketika insersi, alat harus diperiksa untuk melihat ada atau tidaknya bagian plat
akrilik yang menekan atau melukai jaringan lunak di rongga mulut. Labial arch
dan adam klamer juga diperiksa agar tidak menyebabkan oklusi traumatik pada
mukosa rongga mulut.
Pasien perlu diberikan motivasi untuk selalu memakai alat dan menjaga
kebersihannya. Pasien dan orang tua pasien diminta untuk memperhatikan ruang
kosong pada lengkung gigi pasien, apakah bertambah besar atau kecil, serta
memperhatikan apakah gigi pengganti sudah mulai tumbuh atau belum. Operator
juga harus memberikan motivasi kepada pasien untuk selalu datang kontrol pada
waktunya. Kontrol dilakukan pada hari ke-2, ke-12, dan ke-30.
3. Kontrol
Pada kontrol hari ke-2, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang
dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah apakah
alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien kesulitan saat memakai dan
melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat memakai alat, apakah alat
dapat digunakan pasien saat makan. Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan
jaringan lunak (adakah gingiva atau mukosa yang terkena trauma atau iritasi
akibat pemakaian alat), retensi dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang
ditimbulkan akibat pemakaian alat (diperiksa dengan articulating paper).
Pada kontrol hari ke-12, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang
dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah apakah
alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien kesulitan saat memakai dan
melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat memakai alat, apakah alat
dapat digunakan pasien saat makan. Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan
jaringan lunak (adakah gingiva atau mukosa yang terkena trauma atau iritasi

16
akibat pemakaian alat), retensi dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang
ditimbulkan akibat pemakaian alat (diperiksa dengan articulating paper).
Pada kontrol hari ke-30, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang
dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah apakah
alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien kesulitan saat memakai dan
melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat memakai alat, apakah alat
dapat digunakan pasien saat makan. Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan
jaringan lunak (adakah gingiva atau mukosa yang terkena trauma atau iritasi
akibat pemakaian alat), retensi dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang
ditimbulkan akibat pemakaian alat (diperiksa dengan articulating paper).
C. Prognosis
Pada pasien ini prognosis dinyatakan baik, karena pasien kooperatif, memiliki motivasi
tinggi, kebersihan rongga mulut baik, dan orang tua sangat mendukung jalannya
perawatan ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R.J dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak (terj), edisi 2, Widya Medika,
Jakarta.
Cameron, A. dan Widmer, R., 1997, Handbook of Pediatric Dentistry, Mosby, St.Louis.
Faheemuddin, M., Yazdanie, N., dan Nawaz, MS., A Simple and Quick Technique of
Fabricating A Space Maintainer for Avulsed Primary Maxillary Incisors, Pakistan
Oral and Dental Journal, 32(2):348-350.
Finn, S.B., 2003, Clinical Pedodontic, 4th ed, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Mc.Donald, R.E dan Avery, D.R., 2004 Dentistry for The Child and Adolescent, Sixth
edition, Mosby, St.Louis.
Mosby, 2015, Mosby’s Review for the NBDE, Bagian 2, Elsevier, Amerika Serikat
Moyers, R.E., 1988, Handbook of Orthodontics, Edisi IV, Year Book Medical Publisher,
Chicago, Hal 221-227.
Muthu, M. S., dan Sivakumar, N., 2009, Paediatric Dentistry: Principles and Practice,
Elsevier, India
Setia, V., Pandit, IK., Srivastava,N., Gugnani, N., dan Sekhon, HK., 2013, Space
Maintainers in Dentistry: Past to Present, Journal of Clinical and Diagnosis
Research, & (10): 2402-2405.
Snawder, K.D., 1980, Handbook of Clinical Pedodontics, The C.V. Mosby Company,
St.Louis.

18

Anda mungkin juga menyukai