Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KEPANITERAAN

ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


SPACE REGAINER

Disusun Oleh:
Indrayani Galuh Ardani 05/188013/KG/07945
Rosita Dewi 04/181055/KG/07861

Pembimbing:
Dr. drg. Reynaldi Budi Utomo, M.S., Sp.KGA(K)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
Bab I
PENDAHULUAN

Gigi desidui memiliki peranan yang penting bagi anak sehingga keberadaannya
harus bisa dipertahankan pada kondisi sehat. Gigi desidui tidak hanya memiliki peran
untuk proses pengunyahan, tetapi juga untuk berbicara, penampilan, tetapi juga dalam
membimbing erupsi gigi permanen. Chandra (2004) menyatakan bahwa gigi desidui
berperan menyediakan ruang bagi gigi permanen pengganti dan memandu erupsi gigi
pengganti.. Tidak hanya menjaga agar gigi selalu bersih dan bebas dari penyakit,
hendaknya setiap gigi juga dijaga agar selalu berada dalam lengkung gigi yang rapi.
Oleh karena itu, kesehatan gigi desidui perlu selalu dijaga untuk ikut mendukung
kesehatan gigi permanen pengganti. Perlu dicegah terjadinya tanggal gigi desidui secara
dini sebelum gigi permanen pengganti cukup berkembang untuk erupsi.
Erupsinya gigi permanen menggantikan gigi desidui merupakan proses fisiologis
normal yang terjadi pada setiap anak sebagai bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan. Menurut Scully dkk (2002), pertumbuhan dan perkembangan gigi dan
rahang pada anak dapat mempengaruhi oklusi, oral hygiene, kesehatan gingiva,
perubahan ukuran rahang, fungsi bicara, dan penampilan secara keseluruhan. Jika
proses ini terganggu oleh faktor-faktor seperti premature loss, karies proksimal, dan
lain-lain, dapat menyebabkan migrasi gigi ke arah mesial yang mengakibatkan
hilangnya panjang lengkung gigi yang normal sehingga terjadi maloklusi pada gigi
permanen dalam bentuk crowding, impaksi gigi permanen, dan lain-lain. Cara
menghindari masalah tersebut adalah menjaga kesehatan gigi desidui sampai waktu
erupsi gigi permanen yang seharusnya (Setia dkk., 2013).
Premature loss adalah salah satu masalah utama yang menyebabkan terjadinya
hilangnya ruang (space loss) bagi erupsi gigi permenen pengganti. Premature loss
terjadi karena tanggalnya gigi desidui sebelum gigi permanen pengganti cukup
berkembang untuk erupsi. Penyebab lain dari hilangnya ruang (space loss) yaitu: karies
interproksimal, erupsi gigi desidui yang ektopik, erupsi gigi yang tertunda, ankilosis
gigi desidui, dan tidak normalnya ukuran gigi (Rao, 2012).
Apabila ekstraksi gigi desidui atau prematureloss tidak dapat dihindari karena
karies yang sangat luas, maka pilihan yang dapat digunakan untuk mempertahankan

1
ruang gigi desidui yang hilang tersebut dengan menggunakan space maintainer dan
space regainer. Kedua alat ini memang berbeda tetapi mempunyai satu tujuan yang
sama yaitu memberikan tempat bagi gigi yang akan erupsi. Perbedaan dari kedua alat ini
lebih kepada pengertian, indikasi, fungsi, bagian alat, dan waktu penggunaan. (Setia
dkk., 2013).
Seperti halnya alat orthodonsi, alat space maintainer dapat dibedakan antara
yang lepasan atau removable dengan cekat atau fixed. Alat space maintainer yang
lepasan terbuat dan akrilik dan alat yang lepasan ini memiliki beberapa keuntungan
disamping kerugiannya. Keuntungan alat removable mudah dibersihkan. Dengan
melepas alat dan dalam mulut maka alat tersebut dapat dibersihkan dengan saksama.
Plak dan sisa makanan dapat menempel pada plat alat removable, sehingga bila tidak
dibersihkan dengan balk dapat mengiritasi jaringan lunak mulut seperti gingiva maupun
gigi yang berdekatan. Dengan dilepaskannya alat removable mi maka gig-gigi dapat
dibersihkan dengan baik pula. Apabila alat dipakai dan proses pembersihan dilakukan
maka ada bagian-bagian dan permukaan gigi yang tidak terjangkau oleh bulu sikat gigi,
sehingga memungkinkan plak dan sisa makanan tetap tinggal diantara plat dengan
permukaan gigi (Faheemudin dkk., 2012).
Space regainer adalah suatu alat yang bisa digunakan baik secara fixed maupun
removable yang didesign untuk menggerakan gigi permanent yang mengalami
displacement agar kembali ke posisi normal didalam lengkung rahang, sehingga ruang
erupsi yang awalnya tertutup akibat pergeseran gigi tersebut dapat terbuka dan
mempersiapkan ruang bagi benih gigi permanent yang akan erupsi.

2
Bab III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Premature Loss
Premature lossmerupakan peristiwa hilangnya gigi desidui secara dini akibat
tanggal. Premature losspada gigi desidui dapat terjadi akibat adanya karies, erupsi
ektopik atau trauma. Hal ini kemudian dapat menyebabkan pergerakan gigi desidui atau
permanen tetangga atau antagonis yang tidak diinginkan, dan berkurangnya panjang
lengkung. Kurangnya panjang lengkung dapat berakibat meningkatnya keparahan gigi
berjejal, rotasi, erupsi ektopik, crossbite, overjet, dan overbite yang berlebihan serta
hubungan molar yang kurang baik. Premature loss gigi desidui tipe apapun berpotensi
menyebabkan berkurangnya ruang untuk menampung gigi permanen yang akan
menggantikannya (Kuswandari dkk., 2007).

B. Space Maintainer
Space mantainer adalah alat cekat atau lepasan yang dirancang untuk
mempertahankan ruang yang ada dalam lengkung rahang (Harty dan Ogston, 1995).
Sedangkan menurut Andlaw dan Rock (1992), space maintainer adalah alat yang
dipakai untuk mempertahankan panjang lengkung ketika terjadi pencabutan dini pada
gigi desidui agar dapat mengurangi prevalensi dan keparahan maloklusi. Alat ini
bersifat pasif dalam menjaga jarak mesio-distal ruangan akibat pencabutan desidui
terlalu dini dan memelihara gerak fungsional gigi serta mencegah pergeseran ke mesial
gigi molar pertama permanen. Alat iniakan dilepas apabila sudah tidak dipergunakan
lagi untuk menghindari terhalangnya erupsi gigi permanen di bawahnya.
Keberhasilan space maintainer yaitu apabila dapat mencegah berkurangnya
panjang, lebar, dan perimeter lengkung dengan menjaga keberadaan posisi gigi geligi.
Menurut Finn (2003), space maintainer diperlukan apabila :
1. Gigi M2 dicabut sebelum gigi P2 siap menggantikan. Space maintainer tidak
diperlukan ketika P2 siap erupsi atau memberi indikasi melalui roentgen bahwa
akan segera erupsi.
2. Gigi M1 tanggalterlaluawaltidakmutlakbutuhspace maintainersepertigigiM2.
Menurut penelitian, penutupan ruang akibat premature lossM1 mempunyai

3
keparahan dan frekuensi lebih kecil daripada premature lossM2. Walaupun
begitu, penelitian menambahkan bahwa pada total populasi, walaupun sederhana,
sebaiknya jangan mengabaikan situasi yang dapat merugikan pada kasus
individual.
3. Pada kasus anodonsia P2, lebih baik membiarkan M1 menutup celah. Lebih baik
membuat keputusan akhir daripada terlalu awal, karena kadang-kadang P2 tidak
mempunyai waktu perkembangan yang sama simetris bilateral.
4. Anodonsia I2 sering dibiarkan, agar C menempati ruang yang ada.
5. Pemasangan space maintainer anterior untuk tujuan psikologis dan mencegah
timbulnya bad habit.
6. M1 tanggal sebelum M2 erupsi, dibiarkan agar M2 menempati ruang tersebut.
Namun, apabila M2 telah erupsi maka ruangan harus dipertahankan.
7. M2 dicabut menjelang erupsi M1 dibuatkan space maintainer berupa labial arch
dengan gigi tiruan m2.
8. Space maintainer aktif sering digunakan untuk mendesak M1 ke distal.

Kontra indikasi space maintainer menurut Snawder (1980), antara lain:


1. Tulang alveolus di atas gigi tersebut sudah hilang dan ruang tersebut cukup untuk
erupsi gigi pengganti.
2. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup untuk
ruang erupsi gigi pengganti dan tidak ada kemungkinan hilangnya ruang.
3. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan ortodontik.
4. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan.

Syarat-syarat pembuatan space maintainer, antara lain :


1. Mampu mempertahankan jarak mesio-distal
2. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu
3. Erupsi gigi permanen tidak terganggu
4. Tersedia cukup ruang mesio-distal untuk erupsi gigi permanen pengganti
5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan mandibula
6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkan

Keuntungan removable space maintainer adalah:

4
1. Lebih estetik dan mudah dalam penyesuaian serta membantu menjaga lidah dari
bad habit.
2. Mudah dibersihkan dan dapat digunakan untuk fungsional
3. Dapat digunakan dengan kombinasi prosedur perawatan preventif yang lain.
4. Dapat menstimulasi erupsi gigi-gigi permanen pengganti.
5. Alat sederhana dan pembuatannya membutuhkan waktu yang singkat.
6. Tekanan yang diberikan lebih ringan.

Sementara, kerugian dari removable space maintainer adalah:


1. Alat ada kemungkinan hilang
2. Pasien ada kemungkinan tidak memakai alat ini (pasien tidak kooperatif)
3. Mudah rusak apabila tidak hati-hati dan mengiritasi jaringan lunak di sekitarnya.
4. Dapat menghambat pertumbuhan rahang ke arah lateral.

C. Space Regainer

Space regainer adalah suatu alat yang bisa digunakan baik secara fixed maupun
removable yang didesign untuk menggerakan gigi permanent yang mengalami
displacement agar kembali ke posisi normal didalam lengkung rahang, sehingga ruang
erupsi yang awalnya tertutup akibat pergeseran gigi tersebut dapat terbuka dan
mempersiapkan ruang bagi benih gigi permanent yang akan erupsi.

Macam Space Regainer:

 lepasan dan cekat


 unilateral dan bilateral

Indikasi Space Regainer adalah apabila untuk mendapatkan kembali tempat sekitar 3
mm atau kurang.

a. Space Regainer Lepasan

Terdiri dari:

 komponen retentif seperti klammer Adams

5
 komponen aktif dapat berupa skrup atau pegas
 lempeng / plat akrilik

Diperlukan sekitar 3-4 bulan untuk mendapatkan kembali tempat sebesar 3 mm.

Peranti dengan skrup mempunyai kelebihan karena gigi yang akan digerakkan dapat
diberi klammer sehingga dengan demikian dapat membantu menahan peranti pada
tempatnya di dalam mulut.

b. Space Regainer Cekat

Merupakan space maintainer cekat yang aktif, unilateral dan bersifat tidak fungsional.

Terdiri dari :

a. Gerber space regainer

Terdiri dari band yang telah disesuaikan dengan gigi dan koil terbuka yang dipasang
pada kawat

stainless dengan diameter 0,7, yang dibentuk seperti huruf u. Panjang koil yang akan
dipakai lebih panjang daripada jarak antara premolar pertama dan molar pertama,
sehingga saat dipasang koil dalam keadaan tertekan. Kawat dimasukkan dalam tube
yang telah disoldir pada bagian bukal dan lingual band. Kedua tube harus sejajar.

Bagian anterior kawat ditekuk di bagian yang mengenai sisi distal premolar pertama,
dibawah keliling terbesar. Keseluruhan peranti ini dilekatkan pada gigi dengan semen.

Koil yang dalam keadaan mampat tadi akan menimbulkan tekanan pada premolar dan
molar.

b. Jackscrew space regainer

Terdiri dari

 2 band pada gigi sebelah menyebelah gigi yang tanggal prematur

6
 tube yang disolderkan pada band
 batangan logam yang dilengkapi semacam mur dan baut yang disisipkan
di dalam molar tube.

D. Perbedaan Space Maintainer dan Space Regainer


Space maintainer dan space regainer memiliki beberapa perbedaan seperti yang
ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Perbedaan Space maintainer Space regainer


Pengertian didesign untuk didesign untuk
mempertahankan ruang yang menggerakan gigi
ditinggalkan oleh karena gigi permanent yang mengalami
desidui yang mengalami displacement agar kembali
premature loss agar gigi ke posisi normal didalam
tetangganya tidak mengalami lengkung rahang, sehingga
displacement. ruang erupsi yang awalnya
tertutup akibat pergeseran
gigi tersebut dapat terbuka
dan menyediakan ruang bagi
benih gigi permanent yang
akan erupsi.

Indikasi Masih ada ruang diantara gigi Tidak ada ruang diantara
tetangganya. gigi tetangganya.
Fungsi Mempertahankan ruang Mempersiapkan ruang
Bagian Tidak terdapat spring atau per Terdapat spring atau per
atau bentuk yang bisa atau bentuk yang bisa
direnggangkan. direnggangkan.
Waktu penggunaan Segera setelah gigi tanggal. > 6 bulan setelah gigi
tanggal.

7
E. Analisis Ruang

Perkiraan ukuran gigi yang belum erupsi adalah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

UGD M x UGD Ro’


X=
UGD Ro

Keterangan:
X = Ukuran gigi dalam mulut yang belum erupsi
UGD M = Ukuran ruang dalam mulut atau pada model studi
UGD Ro = Ukuran ruang dalam rontgen foto
UGD Ro’ = Ukuran gigi dalam rontgen foto yang belum erupsi.

E. Analisis Panjang lengkung


Analisis untuk memperkirakan kebutuhan ruang bagi gigi permanen yang akan
erupsi:
a. Nance analysis
Gigi yang terpilih: III, IV, V dan 3, 4, 5 = lee way space
Lee way space adalah space yang ada akibat selisih besar jumlah ukuran mesio
distal gigi III, IV, V dan 3, 4, 5.
b. Moyer’s mixed dentition analysis
Dasar pemikirannya adalah korelasi antara satu kelompok gigi dan kelompok gigi
lainnya dalam satu regio. Gigi yang dipakai sebagai pedoman adalah 32, 31, 41, dan
42 (McDonald dkk., 1994).
c. Kuswandari and Nishino method
Dasar pemikirannya adalah memperkirakan gigi 345 yang belum erupsi melalui gigi
permanen yang telah erupsi. Gigi yang digunakan sebagai pedoman yaitu gigi 36,32,
42, dan46.
d. Metode Huckaba
Metode ini untuk memperkirakan besarnya gigi yang belum erupsi.
Rumus : B = A x B’
A’

8
Keterangan : B = besar gigi yang belum erupsi
B’= besar gigi yang belum erupsi dalam ro’
A = besar gigi yang sudah erupsi
A’= besar gigi yang sudah erupsi dalam ro’
Setelah melakukan analisis ruang dan panjang lengkung, dapat diketahui derajat
crowding lengkung gigi. Menurut Andlaw dan Rock (1992), gigi dapat digolongkan
sebagai salah satu dari tipe berikut:
1. Gigi tidak berjejal dengan kelebihan ruang.
Ciri-cirinya adalah terdapat spacing di antara gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia
dalam lengkung rahang melebihi ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum
erupsi.
2. Gigi tidak berjejal dengan ruangan cukup.
Ciri-cirinya adalah kontak normal di antara gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia
dalam lengkung sama dengan ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum
erupsi.
3. Crowding ringan.
Ciri-cirinya adalah sedikit overlap pada gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia
dalam lengkung rahang kurang sampai 4 mm dari yang diperlukan untuk gigi-gigi
yang belum erupsi.
4. Crowding berat.
Ciri-cirinya adalah overlap rotasi atau pergeseran gigi-gigi insisivus; ruang yang
tersedia dalam lengkung rahang kurang melebihi 4 mm dari yang diperlukan untuk
gigi-gigi yang belum erupsi.

9
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Diagnosis dan Perawatan


Nomor Kartu = 128153
Tanggal pemeriksaan = 9 Oktober 2015
Nama pasien = Muhammad Ridwan
Tempat/Tgl lahir = Yogyakarta, 7 September 2007
Umur/Jenis Kelamin = 8 tahun1 bulan/Laki-laki
Sekolah = SD Negeri Caturtunggal 7
Nama orang tua = Bapak Samidi
Alamat = JlRajawali RT 8 RW 40 No 23C Pringwulung, Depok,
Sleman

B. Pemeriksaan Subjektif
Motivasi:
Orangtua pasien meminta agar gigi anaknya dirawat.
Keluhan utama (CC):
Pasien mengeluhkan gigi belakang atas kanan berlubang.
Kedaaan sakit sekarang (PI):
Tidak merasakan sakit pada gigi tersebut.
Riwayat gigi (PDH):
Gigi tersebut mulai berlubang sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Satu tahun lalu
gigi tersebut terasa sakit dan tidak nyaman jika digunakann untuk makan. Gigi
tersebut belum pernah diperiksakan dan dirawat.
Riwayat kesehatan umum (PMH):
Belum pernah menderita sakit yang mempengaruhi tumbuh kembang.
Riwayat kesehatan keluarga (FH):
a. Gigi = - Ayah : susunan gigi rapi
- Ibu : susunan gigi rapi.
b. Umum = - Ayah : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
- Ibu : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.

10
Pencegahan penyakit gigi
a. Menyikat gigi : 2x sehari, pada waktu mandi pagi dan sore
b. Topikal aplikasi fluor : tidak
c. Tablet fluor : tidak
d. Kumur-kumur : tidak
e. Air minum : sumur

C. Pemeriksaan Objektif
Kedaaan umum : sehat
Penampilan : kooperatif dan komunikatif
Berat badan : 24 kg
Tinggi badan : 105 cm

Pemeriksaan luar mulut:


Bentuk muka : simetris, tak ada kelainan
Bibir : simetris, tak ada kelainan
Pipi : simetris, tak ada kelainan
Kelenjar limfe : tidak teraba
Lain-lain : -

Pemeriksaan dalam mulut:


Mukosa : normal, tak ada kelainan
Lidah : normal, tak ada kelainan
Gusi : normal, tak ada kelainan
Langit-langit : normal, tak ada kelainan
Dasar mulut : normal, tak ada kelainan

Jaringan Keras
Oklusi : Klas I Angle

11
Pemeriksaan Gigi Geligi:

Keterangan : : Gigi belumerupsi ∑ : Gigi goyah O : Karies


X : Gigi sudahdicabut/tanggal V : Gigi tinggalakar : Tumpatan

Kebersihan Mulut
OHIS = DIS + CIS
= 61 6 + 6 1 6
61 6 6 1 6
= 1 0 + 0 0
1 0 0 0 1 0
= 3/5 = 0,6 (baik)

Diagnose Gigi-geligi:
55 = D/: karies dentin dengan insensitive dentin
Tx/: opdent (telah dilakukan pada 01/07/2015)
11 = D/: distolabiotorsiversi
Tx/: ortodontik
21 = D/: distolabiotorsiversi
Tx/: ortodontik
64 = D/: radices dengan luksasi derajat 2
Tx/: ekso (telah dilakukan pada 03/07/2015)
85 = D/: nekrose dengan periodontitis
Tx/: ekso (telah dilakukan pada 10/07/2015)

12
Skema Gigi-gigi dari Oklusal

Overjet : 3,5 mm
Overbite : 2,9 mm

Ukuran mesiodistal gigi-gigi :


73 : 5,4 mm
32 : 5,8 mm
31 : 5,6 mm
41 : 5,6 mm
42 : 5,9 mm
83 : 5,2 mm
Jumlah lebar mesiodistal dari c-c = 33,5 mm

Analisis Foto Muka

13
Tampak Depan Tampak Samping

RENCANA PERAWATAN
1. Exo
2. Opdent
3. TAF
4. Space maintainer
5. Kontrol

I. RENCANA PERAWATAN

A. Pembuatan Model Studi dan Model Kerja


Pada tanggal 9 Oktober 2015 dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah
untuk pembuatan model studi.

B. Pengukuran dan Perhitungan


Pada kasus ini, rahang bawah memiliki ruang kosong pada area gigi 74, 75, dan 85
karena pencabutan. Pengukuran dan perhitungan dilakukan untuk mengetahui
ketersediaan ruang erupsi gigi 34, 35, dan 45. Kebutuhan ruang erupsi diprediksi
menggunakan metode Huckaba. Data yang dibutuhkan adalah jumlah mesiodistal gigi
46. Untuk mengetahui ketersediaan ruang, dilakukan pengukuran dan perhitungan
dengan metode Huckaba dan determinasi lengkung.

14
1. Metode Huckaba
Analisis gigi bercampur dengn metode Huckaba betujuan untuk melihat
keakuratan antara gambaran radiograf gigi dibandingkan dengan gigi permanen yang
telah erupsi. Pada kasus pasien, metode Huckaba digunakan untuk memperkirakan lebar
mesiodistal gigi 34, 35, dan 45 yang belum erupsi melalui rontgen OPG/ Panoramik
dibandingkan dengan kecukupan ruang erupsi yang terdapat pada model studi.
Dari perhitungan lengkung ideal dengan menggunakan sliding caliper pada model
studi, didapatkan ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 45 dalam satuan mm adalah
Rumus: B = A x B’
A’
Keterangan : B = besar gigi yang belum erupsi
B’= besar gigi yang belum erupsi dalam ro’
A = besar gigi 46 yang sudah erupsi
A’= besar gigi 46 yang sudah erupsi dalam ro’
Untuk gigi 34 dan 35, pembanding gigi yang sudah erupsi yang digunakan dalam
metode Huckaba adalah gigi 36.

Perhitungan untuk gigi 45


Gigi pembanding = 46
Mesiodistal gigi 46 = 12,0
Mesiodistal gigi 45 dalam radiograf = 9,6
Mesiodistal gigi 46 dalam radiograf = 14,2
12,0 ×9,6
Prediksi mesiodistal gigi 45 = = 8, 11
14,2

Perhitungan untuk gigi 34


Gigi pembanding = 36
Mesiodistal gigi 36 = 11,5
Mesiodistal gigi 34 dalam radiograf = 8,6
Mesiodistal gigi 36 dalam radiograf = 14,7
11,5 ×8,6
Prediksi mesiodistal gigi 34 = = 6,72
14,7

15
Perhitungan untuk gigi 35
Gigi pembanding = 36
Mesiodistal gigi 36 = 11,5
Mesiodistal gigi 35 dalam radiograf = 9,9
Mesiodistal gigi 36 dalam radiograf = 14,7
11,5 ×9,9
Prediksi mesiodistal gigi 34 = = 7,74
14,7

Jumlah mesiodistal 34 dan 35 = 6,72 + 7,74 = 14,46

Perbandingan
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 45 pada model studi adalah 8,1 mm.
Perhitungan untuk gigi 45 berdasarkan metode Huckaba adalah 8,11 mm.
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 34 dan 35 pada model studi adalah 14,1 mm.
Perhitungan untuk gigi 34 dan 35 berdasarkan metode Huckaba adalah14,46 mm.

Kesimpulan
Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen 45 sebesar 0,01 mm dan
terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen 34 dan 35 sebesar 0,36 mm.

2. Determinasi Lengkung (Rahang Bawah)

Keterangan:
Lengkung awal: hitam
Lengkung ideal: merah
Lengkung setelah ekspansi: hijau

16
Perhitungan dilakukan menggunakan kawat tembaga untuk mengukur lengkung
perimeter gigi yang dihitung dari mesial gigi 36 sampai mesial gigi 46. Berdasarkan
determinasi lengkung yang dibuat, besar lengkung perimeter gigi pada rahang bawah
sebesar 31,8 mm pada sisi kiri dan 32,9 mm pada sisi kanan.

Pada sisi kanan, perhitungan lengkung ideal diukur dari mesial 46 sampai mesial
gigi 41:
Lengkung gigi dari mesial 46 sampai distal 84 yang akan ditempati gigi 45:
= Panjang lengkung ideal RB kanan – (mesiodistal 41+42+83+84)

= 32,9 mm – (5,8+6,1+5,8+7,2) mm

= 32,9 – 24,9 mm

= 8,0 mm

Perbandingan
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 45 adalah 8,0 mm.
Perhitungan untuk gigi 45 menurut metode Huckaba adalah 8,11 mm.
Diskrepansi = -0,11

Kesimpulan:
Terdapat kekurangan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 45 sebesar 0,11 mm.

Pada sisi kiri, perhitungan lengkung ideal diukur dari mesial 36 sampai mesial
gigi 31:
Lengkung gigi dari mesial 36 sampai distal 73 yang akan ditempati gigi 34 dan 35:
= Panjang lengkung ideal RB kiri – (mesiodistal 31+32+73)

= 31,8 mm – (5,6 + 6,1 +5,7) mm

= 31,8 – 17,4

= 14,4

17
Perbandingan
Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 34 dan 35 adalah 14,4 mm.
Perhitungan untuk gigi 45 menurut metode Huckaba adalah 14, 46 mm.
Diskrepansi = 0,06 mm

Lengkung ideal ekspansi = 35,5 + 2 mm= 35,7 mm


Kesimpulan:
Ruang yang tersedia untuk menampung gigi 34 dan 35 kurang dengan kekurangan
ruang sebesar 0,06 mm

Menurut Kemp dan Walters (2003), indikasi pemakaian space adalah analisis
ruang menunjukkan adanya kemungkinan kekurangan ruang bagi gigi pengganti.
Indikasi space regainer salah satunya yaitu analisa ruang menunjukkan kekurangan
tempat untuk erupsi gigi permanen adalah < 3 mm.

Pada hasil perhitungan, terjadi kekurangan ruang sebesar < 3 mm, yaitu 0,11 mm
pada sisi kanan sedangkan pada sisi kiri terdapat jumlah mesiodistal gigi permanen
pengganti yang hampir sama dengan ruang yang tersedia, dengan perbedaan hanya
0,06 mm.
Pada kasus ini perawatan yang diberikan adalah space regainer berupa plat aktif
dengan skrup ekspansi tipe Fisher pada sisi kanan dan kiri. Space regainer ini
disertai dengan skrup ekspansi untuk mengekspansi gigi geligi anterior bawah, dan
diikuti dengan plat aktif untuk koreksi malposisi gigi anterior. Berdasarkan
determinasi lengkung pada gigi anterior rahang bawah (c ke c), terdapat kekurangan
ruang sebesar 2 mm. Kekurangan ruang ini akan diatasi dengan adanya skrup
ekspansi yang dipasang di antara gigi insisivus bawah bagian lingual. Skrup
ekspansi yang digunakan adalah skrup ekspansi tipe Fisher yang jika diputar 90°
akan menghasilkan ekspansi ruang sejauh 0,18 - 0,20 mm.
Dengan demikian, rencana perawatan pada plat rahang bawah adalah:
1. Skrup ekspansi pada ruang yang akan ditempati gigi 34 dan 35, dengan
kekurangan ruang sebesar 0,06 mm, didapatkan dengan memutar skrup
ekspansi sebesar 1 × 90° (1 kali pertemuan)
2. Skrup ekspansi pada ruang yang akan ditempati gigi 45,dengan kekurangan

18
ruang sebesar 0,11 mm, didapatkan dengan memutar skrup ekspansi sebesar
1 × 90° ( 1 kali pertemuan)
3. Skrup ekspansi pada ruang gigi-gigi anterior bawah yang akan digunakan untuk
mencari kebutuhan ruang sebesar 2 mm, didapatkan dengan memutar skrup
ekspansi sebesar 2:0,18 mm atau 2:0,2 mm. Setiap pertemuan, skrup ekspansi
diputar sebesar 1 × 90°, sehingga untuk memperoleh ruang 2 mm diperlukan
10-11 kali pertemuan
Selanjutnya dibuatkan plat aktif untuk koreksi malposisi gigi individual (gigi 31,41,
dan 42 yang mesiolabiotorsiversi) menggunakan plat aktif dengan simple spring
pada ketiga gigi tersebut untuk memutar gigi ke arah distolabial dan mengembalikan
gigi kepada lengkung ideal. Plat aktif tersebut disertai space maintainer pada gigi
34, 35, dan 45 untuk menjaga ruang yang akan tersedia untuk erupsi gigi.

C. Gambar dan Desain Alat


Tahap 1: Space regainer dengan plat ekspansi

Keterangan:
1. AdamKlamer (Ø 0,7 mm)
2. Plat akrilik
3. Skrup ekspansi tipe fisher
4. Labial Arch

Tahap 2: Space regainer dengan plat ekspansi

Keterangan:
1. Adam klamer
2. Plat akrilik
3. Simple spring
4. Labial arch

19
D. Prosedur Perawatan
1. Rencana Perawatan
a. Penjelasan kepada pasien dan informed consent
b. Insersi space regainer dan edukasi pasien
c. Kontrol
2. Jalannya Perawatan
a. Penjelasan pasien dan informed consent
Pasien diberi informasi mengenai prosedur dan rencana perawatan yang akan
dilakukan, yang meliputi biaya, lama perawatan, banyaknya kunjungan,
kemungkinan yang dapat terjadi selama perawatan, serta hal-hal lain yang
memengaruhi perawatan.
b. Insersi space regainer dan edukasi pasien
Ketika insersi, alat harus diperiksa untuk melihat ada/tidaknya bagian plat
akrilik yang menekan atau melukai jaringan lunak di rongga mulut. Labial arch
dan C klamer juga diperiksa agar tidak menyebabkan oklusi traumatik pada
mukosa rongga mulut.
Pasien perlu diberikan motivasi untuk selalu memakai alat dan menjaga
kebersihannya. Pasien dan orang tua pasien diminta untuk memperhatikan
ruang kosong pada lengkung gigi pasien, apakah bertambah besar atau kecil,
serta memperhatikan apakah gigi pengganti sudah mulai tumbuh atau belum.
Operator juga harus memberikan motivasi kepada pasien untuk selalu datang
kontrol pada waktunya.
c. Kontrol
Kontrol dilakukan pada hari ke-2, ke-12, dan ke-30.
- Hari ke-2
Pada kontrol hari ke-2, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif, dan tindakan. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang
alat yang dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain
adalah apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien
kesulitan saat memakai dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa
nyaman saat memakai alat, apakah alat dapat digunakan pasien saat makan.
Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak (adakah

20
gingiva/mukosa yang terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi
dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian alat
(diperiksa dengan articulating paper) dan pengukuran ruang yang akan
ditempati gigi 34, 35, dan 45. Tindakan yang dilakukan adalah memutar
skrup ekspansi pada posterior kanan, posterior kiri, dan anterior rahang
bawah.
- Hari ke-12
Pada kontrol hari ke-12, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif, disertai tindakan. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien
tentang alat yang dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan
antara lain adalah apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah
pasien kesulitan saat memakai dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa
nyaman saat memakai alat, apakah alat dapat digunakan pasien saat makan.
Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak (adakah
gingiva/mukosa yang terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi
dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian alat
(diperiksa dengan articulating paper),dan pengukuran ruang yang akan
ditempati gigi 34, 35, dan 45. Tindakan yang dilakukan adalah memutar
skrup ekspansi pada posterior kanan, posterior kiri, dan anterior rahang
bawah.

- Hari ke-30
Pada kontrol hari ke-30, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan
objektif dan tindakan.. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang
alat yang dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain
adalah apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien
kesulitan saat memakai dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa
nyaman saat memakai alat, apakah alat dapat digunakan pasien saat makan.
Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak (adakah
gingiva/mukosa yang terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi
dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian alat
(diperiksa dengan articulating paper),dan pengukuran ruang yang akan

21
ditempati gigi 34, 35, dan 45. Tindakan yang dilakukan adalah memutar
skrup ekspansi pada posterior kanan, posterior kiri, dan anterior rahang
bawah apabila ruang yang diperlukan masih kurang. Apabila ruang yang
ingin dicapai telah mencukupi, tidak dilakukan pemutaran skrup ekspansi
pada gigi tersebut

22
II. PROGNOSIS

Prognosis pada kasus ini adalah baik karena:


1. Pasien kooperatif;
2. Kebersihan dan kesehatan rongga mulut baik;
3. Orang tua pasien ikut mendukung dan memotivasi anak sehingga diperkirakan
perawatan akan berjalan lancar dan berhasil.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R.J dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak (terj), edisi 2, Widya Medika,
Jakarta.

Budiyanti, E.A., 2006, Perawatan Endodontik pada Anak, EGC, Jakarta.

Chandra, S., 2004, Textbook of Dental and Oral Histology and


Embryology, Jaypee Brothers Publishers, New Delhi.

Faheemuddin, M., Yazdanie, N., dan Nawaz, MS., A Simple and Quick Technique of
Fabricating A Space Maintainer for Avulsed Primary Maxillary Incisors,
Pakistan Oral and Dental Journal, 32(2):348-350.

Finn, S.B., 2003, Clinical Pedodontic, 4th ed, W.B. Saunders Co., Philadelphia.

Finn, S.B., 1973, Clinical Pedodontic, W.B. Saunders Co., Philadelphia.

Kemp, J. dan Walters, C., 2003, Gigi si Kecil, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kharbanda, O.P., 1994, A Study Of The Etiological Factors Associated With The
Development of malocclusion, J.Dent. Child.

Kuswandari, S., Sri Rantinah, S.B., Jatmiko, I.S., dan Kusumawardani,


P., 2007, Bahan Ajar Ilmu Kedokteran Gigi II, FKG UGM, Yogyakarta.

Mc.Donald, R.E dan Avery, D.R., 1994 Dentistry for The Child and Adolescent, Sixth
edition, Mosby, St.Louis.

Rao, A., 2012, Principles and Practice of Pedodontics, Jaypee Brothers


Publishers, New Delhi.

Scully, C., Welbury, R., Flaitz, C., dan de Almeida, O.P., 2002, Color
Atlas of Orofacial Health and Disease in Children and Adolescents:
Diagnosis and Management, Isis Medical Media, London.

Setia, V., Pandit, IK., Srivastava,N., Gugnani, N., dan Sekhon, HK., 2013, Space
Maintainers in Dentistry: Past to Present, Journal of Clinical and Diagnosis
Research, & (10): 2402-2405.

Snawder, K.D., 1980, Handbook of Clinical Pedodontics, The C.V. Mosby Company,
St.Louis.

24

Anda mungkin juga menyukai