Anda di halaman 1dari 11

Pemeriksaan

Mouth breathing

Orangtua harus segera mencari penyebabnya dan


membawa si anak ke poliklinik telinga, hidung, dan
tenggorokan (THT) untuk mengetahui ada tidaknya
kelainan saluran pernapasan seperti terjadinya sumbatan
hidung, alergi, adenoid membesar, tonsil membesar,
polip hidung, septum bengkok. Apabila tidak ditemukan
kelainan atau kelainan tersebut dapat disembuhkan,
tetapi kebiasaan buruk masih tetap dilakukan, tahap
selanjutnya orangtua perlu bekerjasama dengan dokter
gigi. Dokter gigi akan membuat alat ortodonti untuk
menutup jalan napas melalui mulut. Lambat-laun si anak
akan berusaha bernapas melalui hidungnya kembali

Perawatan

untuk menghentikan
pernafasan mulut pada anak dilakukan
sesuai dengan penyebab terjadinya
obstruksi pernafasan atas. Penyebab
obstruksi nasal pada anak dapat
ditentukan melalui pemeriksaan riwayat
menyeluruh dan fisik, yang meliputi
Rhinoscopy anterior dan
Nasopharingoscopy

1
Adenoidektomi

merupakan perawatan
yang paling umum untuk obstruksi nasal
akibat pembesaran adenoid.
Adenoidektomi merupakan suatu
operasi pengambilan adenoid yang
mengalami pembesaran untuk
mendapatkan ukuran yang normal.

2
Medikasi

antibiotik dan steroid topikal


diindikasi bila obstruksi tersebut disebabkan
oleh karena infeksi, misalnya pada rinosinusitis
kronis. Antibiotik juga bisa digunakan pada
pembesararan adenoid untuk menurunkan
inflamasi lokal. Kortikosteroid yang digunakan
biasanya deksametasone 0,6 mg/kg untuk
menurunkan gejala pada infeksi bakteri.
Antibiotik parenteral yakni ceftriakxone 100
mg/kg perhari untuk jangka 8-10 hari.

Rhinitis alergi dapat dirawat dengan antihistamin,


antihistamin non-sedatif, semprotan nasal antiinflamasi, semprotan nasal steroid, dekongestan
nasal topical dan dekongestan. Antihistamin yang
sering digunakan adalah etanolamin,
etilendiamin, alkilamin, fenotiazin, dan agen lain
seperti siproheptadin, hidroksizin, dan piperazin.
Efek samping antihistamin yang sering terlihat
adalah rasa ngantuk, kehilangan nafsu makan,
konstipasi, efek antikolinergik seperti kekeringan
membran mukosa dan kesulitan berkemih

4
Malformasi

kongenital dan tumor yang


dapat menyebabkan obstruksi nasal,
dapat dirawat dengan pendekatan
pembedahan

Pemeriksaan pernafasan langsung, perlu


dilakukan untuk membuktikan apakah pasien
benar-benar bernafas lewat mulut (Moyers,
1969) . Metode yang dapat digunakan untuk
mengetahui adanya pernafasan mulut, yaitu :
Sumber

BERNAFAS LEWAT MULUT SEBAGAI FAKTOR


EKSTRINSIK
ETIOLOGI MALOKLUSI
FKG UNISSULA
Andina Rizkia Putri Kusuma
Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan
Agung

1
Kontrol Alar musculature (Refleks alanasi)
Pernafasan yang normal lewat hidung
menghasilkan refleks otot-otot cuping hidung
(alanasi) yang baik
Saat menarik nafas, secara refleks cuping
hidung bergerak dan lubang hidung melebar
(refleks alanasi positif), sedangkan pada
penderita pernafasan mulut, refleks alanasi
negatif
(Salzmann, 1957; Moyers, 1969).

2
Kaca mulut 2 arah
Fungsi hidung pada penderita pernafasan
mulut dapat diketahui dengan cara
menempatkan kaca mulut 2 arah di bagian
bibir atas. Bagian bawah kaca yang
berembun, merupakan indikasi bahwa
pasien bernafas lewat mulut
(Moyers, 1969).

3
Test Cotton Butterfly
Percobaan untuk mengetahui apakah pada saat
pasien menarik nafas, aliran udara masuk melalui
hidung atau tidak.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan kapas
tipis yang bagian tengahnya dipelintir hingga
berbentuk menyerupai kupu-kupu, dan ditempelkan
pada filtrum
Amati masing-masing sayap di depan lubang hidung
waktu pasien menarik nafas. Kapas tidak bergetar
menandakan tidak ada aliran udara pernafasan lewat
hidung (pasien bernafas lewat mulut), sedangkan jika
kapas bergetar, berarti pasien bernafas lewat hidung
(Moyers, 1969).

Anda mungkin juga menyukai