Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS

Nama NIM Penguji

: Waskitho Nugroho : 20080310143 : dr. Asti Widuri, Sp.THT-KL, M.Kes

A. KASUS Pasien laki laki usia 8 tahun bersama ibunya datang ke poli THT mengeluh keluar cairan pada telinga kiri sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Cairan tersebut berwarna putih kekuningan dan berbau. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan. Pasien juga mengeluh adanya nyeri telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi pendengaran. Keluhan berupa telinga berdenging, berdengung ataupun rasa penuh di telinga disangkal. Riwayat panas badan disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari telinga. Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga. Tidak ada keluhan pada telinga kanan Os. Keluhan sakit tenggorokan, nyeri menelan, suara sengau, benjolan di leher disangkal. Os tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Os sering menderita batuk & pilek. Riwayat trauma, keluar darah dari hidung, suka mengorek telinga, dan sering berenang disangkal. Riwayat serupa pada keluarga disangkal dan tidak ada riwayat alergi atau riwayat penyakit asma. Keadaan umum baik, coomposmentis, suhu afebris. Dilakukan pemeriksaan status lokalis pada telinga didapatkan : 1) periaurikula tidak ditemuakn kelaianan, radang atau trauma. 2) aurikula tidak terdapat radang, dalam batas normal, nyeri pergerakan (-), nyeri tekan tragus (-) 3) retroaurikula : edema (-). Hiperremis (-). Nyeri tekan (-). 4) canalis akustikus externa : secret (+) kiri. 5) membrane timpani kiri : hiperemis, perforasi (+). Pasien didiagnosis dengan otitis media akut dan diberikan terapi ciprofloxacin 2 x 500mg, sanmol syrup 3 x 1 cth. B. Perasaan terhadap pengalaman Saya merasa penasaran apakah penatalaksaan otitis media akut dengan antibiotic lebih baik dibandingan dengan tanpa menggunakan antibiotik. C. Masalah yang dikaji Apakah penatalaksanaan otitis media akut dengan antibiotic lebih baik dibandingkan dengan tanpa menggunakan antibiotic?
1

C. Pembahasan Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba ke dalam di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibody. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran nafas atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran nafas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Menurut jurnal dari American Acdemy of Pediatrics ditemukan kuman Streptococcus Pneumonia menjadi penyebab tersering. Etiologi 66% adalah bakteri bersama virus, 27% bakteri, 4% virus. Bacterial paling pathogen adalah S. Pneumoniae, non-typeable Haemophillus Influenza, Moraxella catharalis, dan S. pyogens. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya selsel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

Pengobatan berdasarkan stadium otitis media akut : Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Tujuan dari pengobatan yaitu menghilangkan tanda dan gejala penyakit, eradikasi infeksi, dan pencegahan komplikasi. Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik. Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari. Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala- gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang. Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada cairan yang menetap di telinga setelah 3 bulan penanganan medis dan terdapat gangguan pendengaran. Miringotomi harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai agar membran timpani dapat terlihat dengan baik. Biasanya pada anak kecil dignakan anastesi umum. Lokasi miringotomi adalah di kuadran posteroinferior. Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
3

Stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membrane timpani. Pada keadaan ini antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Pada penelitian dengan judul A Placebo Controlled Trial of Antimicrobial Treatment for Acute Otitis Media oleh Paula A. Tahtemen 13 Januari 2011, dengan metode randomized control-trial, double blind trial, dengan subjek anak usia 6 35 bulan dengan diagnosis otitis media akut sejumlah 161 anak menerima amoxicillin clavulanate dan 158 anak menerima placebo, keduanya diberikan selama 7 hari. Dengan hasil pada kelompok anak yang menerima amoxicillin clavulanate memiliki tingkat kegagalan terapi sebesar 18,6% dan pada kelompok placebo 44,9% (p <0.001). Berdasarkan guidelines American of Pediatrics menyebutkan bahwa

direkomendasikan amoxicillin dengan dosis tinggi sebagai inisial terapi dengan dosis 80 90mg/kgBB per hari dibagi dalam 2 dosis atau Amoxicilin-Clavulanate (90 mg/kgBB per hari). Selama 10 hari yang direkomendasikan.

Pada kasus otitis media yang mengalami kekambuhan sebanyak 3 kali atau lebih dalam 6 bulan atau 4 kali atau lebih dalam 12 bulan dapat direkomendasikan dilakukan operasi pemasangan tympanostomy tube. Pada 3 penelitian dengan desain randomized control trial dimana membandingkan jumlah kekambuhan dari otitis media akut pada pasien yang sudah

dioperasi dengan yang tidak menjalani operasi, didapatkan beda yang signifikan, dimana setelah operasi dilakukan follow up selama 6 bulan dan memiliki tingkat kepulihan yang lebih tinggi. Namun penggunaan tube timpanostomi memiliki efek samping dimana dapat didapatkan perforasi kronik pada 2.2% pasien short term tubes dan 16.6% pasien long-term tubes.

D. Kesimpulan Otitis media akut memiliki prevalensi etiologi 66% bakteri dan virus, 27% bakteri dan 4% virus. Inisial terapi direkomendasikan menggunakan amoxicillin atau amoxicillinclavulanate. Pada kasus otitis media akut yang berulang 3 atau lebih dalam 6 bulan atau 4 kali atau lebih dalam 12 bulan dapat direkomendasikan untuk dilakukan tympanostomy tube. Penatalaksanaan juga dapat dilakukan berdasarkan stadium pada otitis media.

Anda mungkin juga menyukai