Anda di halaman 1dari 14

Otiti Media Akut AD Stadium Supuratif

Dewi Suryanti 102013198


(dewisuryanti84@ymail.com)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.56 kebon jeruk jakarta
barat.
Pendahuluan
Telinga merupakan salah satu panca indera yang dimiliki manusia. Telinga berfungsi sebagai
pendengaran dan keseimbangan tubuh manusia. Kelainan yang terjadi pada telinga dapat
mempengaruhi kedua fungsi tersebut. Telinga dibagi menjadi 3 yaitu telinga luar,tengah dan dalam.
Pada penulisan ini akan membahas mengenai kelainan pada telinga tengah yang sering sekali
kasusnya ditemukan pada anak-anak. Hal ini tidak lain dikarenakan struktur anatomi pada anak-anak
memudahkan gangguan terjadi pada telinga tengah. 1
Pada skenario yaitu seorang ibu membawa anaknya laki-laki berusia 2 tahun ke
poliklinik anda dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu, ibunya mengatakan anaknya tidak mau
makan, hidung mengeluarkan ingus encer dan tadi malam anaknya tiba-tiba menangis dan memegang
kuping kanannya. Anak tampak sakit sedang dan suhu 39 0C, nadi 100x/menit, RR: 20x/menit. Dalam
makalah ini penulis akan membahas scenario ini dimulai dari Anamnesis hingga Penatalaksanaan.
Anatomi Telinga
Telinga secara anatomis terbagi menjadi 3 bagian yaitu, telinga luar,telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai memberan timpani. Pada
sepertiga bagaian luar terdapat banyak kelenjaar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar
keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. 1
Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar memberan timpani, batas depan tuba
eustachius, batasbawah vena jugularis (bulbulus jugularis), batas belakang aditus ad antrum, kanalis
fasialis pars vertikalis, batas atas tegmen timpani (meningen/otak). Dan batas dalam berturut-turut
dari atas kebawah kanalis semikularis horizontal, kanlis facialis, tingkap lonjong (oval window),
tingkap bundar (round window) dan promontorium.1

Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput/ yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibular yang terdiri dari tiga buah kanalis semikularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan vestibuli. Skala vestibuli dan skala
timpani berisi perilimfa, sedangkan sekala media berisi endolimfa. Dasar sekala vestibuli disebut
sebagai membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran
basalis. Pada membran ini terletak organ corti.1
Asamnesis
Anamnesis yang kita lakukan yaitu menenyakan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat pengobatan, riwayat sosial. Anamnesis yang terarah diperlukan
untuk mengali lebih dalam dan lebih luas keluhan utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa
gangguan pendengaran/pekak (tuli), suara berdenging/berdenggung (tinitus), rasa pusing yang
berputar (vertigo), rasa nyeri di dalam telinga (otalgia) dan keluar cairan dari telinga (otore).
Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu di tanyakan apakah keluhan tersebut pada
satuatau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah berapa lama
di derita. Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, terauma akustik, terpajan bising, pemakian
obat ototoksik sebelumnya pernah menderita infeksi virus seperti parotitis, influenza berat dan
meningitis.
Pemeriksaan Telinga
Pada pemeriksaan fisik ini periksa masing-masing telinga 2-4
Aurikula
Inspeksi aurikula, dan belakang daun telinga/ retroaurikuler apakah terdapat tanda peradangan
atau sikatriks bekas operasi.
Jika kita mencurigai adanya otitis :Gerakkannlah aurikula keatas da kebawah, dan tekan pada
tragusnya ( kemungkinan nyeri pada otitis eksterna).
Tekan dengan kuat/ Palpasi belakang telinga (kemungkinan nyeri tekan pada kasus otitis
media, mastoiditis)
Liang Telinga dan Gendang Telinga2-4
Terdapat dua posisi untuk anak-anak (berbaring atau duduk). Biasanya yang digunakan adalah
otoskop dan/atau otoskop pneumatik, yang merupakan standart perawatan. Penggunaan otoskop
pneumatik untuk meningkatkan keakuratan dalam mendiagnosis otitis media pada anak-anak.
Dengan menekan balon berisi udara yang dihubungkan ke otoskop , bolus kecil udara dapat
diinjeksikan kedalam telinga luar.

Gambar 2. Sumber : http://health.nytimes.com/health/guides/disease/ear-infection-acute/print.html


Tarik aurikula ke atas, kebelakang, dan sedikit keluar, inspeksi melalui spekulum otoskop : 2-4
Liang telinga, kita melihat apakah ada serumen, bengkak, dan mungkin eritema pada otitis
eksterna. Pada anak oleh karena liang telinganya sempit lebih baik dipakai corong telinga.
Kalau ada serumen, bersihkan dengan cara ekstraksi apabila serumen padat, irigasi apabila
tidak terdapat komplikasi irigasi atau di suction bila serumen cair.
Kita juga dapat melihat apakah ada deskuamasi, otore, tumor, edema, hiperemis, kelainan
kongenital, atau benjolan pada telinga luar
Menilai refleks cahaya ada atau tidak.
Gendang Telinga/Membran Timpani :
- Masukkan spekulum, dapatkan kerapatan yang tepat. Pada otitis media akut akan
ditemukan kemerahan mukosa dan penonjolan membran timpani akibat terjadinya efusi
di telinga tengah, apakah sudah terjadi perforasi atau belum. Penonjolan membran
timpani mungkin dikuadran posterior, dan lapisan epitel superfisial mungkin
menunjukkan penampilan seperti tersiram air panas, seperti pada gambara dibawah ini :

Gambar 3. Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/859316-clinical#a0256

Ketika udara masuk ke kanal telinga normal, membran timpani dan refleks cahaya
bergerak ke dalam. Ketika udara dikeluarkan, membran timpanik bergerak ke luar ke
arah anda. Penurunan gerakan membran timpanik pada otitis media akut , tidak ada
gerakan pada otitis media dengan efusi. Nyeri pada gerakan daun telinga dapat dijumpai

pada kasus otitis eksterna.


Timpanometri, suatu pemeriksaan untuk menilai kondisi telinga tengah. Gambaran timpanometri
yang abnormal (adanya cairan atau tekanan negatif dalam telinga) merupakan petunjuk adanya
gangguan pendengaran konduktif. Melalui probe tone (sumbat liang telinga) yang dipasang pada
liang telinga dapat diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energi suara yang
dipantulkan kembali (ke arah luar) oleh gendang telinga. Pada orang dewasa atau bayi berusia
diatas 7 bulan digunakan probe tone 226 Hz. Terdapat 4 tipe jenis timpanogram : 2-4
a Tipe A normal
b Tipe AD: diskontunitas tulang-tulang pendengaran
c Tipe As : kekakuan rangkaian tulang pendengaran
d Tipe B : cairan didalam ruang telinga tengah
e Tipe C: Gangguan fungsi tuba Eustachius.1.
Pemeriksaan audiologi anak memperlihatkan defisit pendengaran, yang merupakan indikasi
penimbunan cairan (alergi atau infeksi) : 2
Free field test
Anak diberi rangsang bunyi sambil bermain, kemudian dievaluasi reaksi pendengaranya. Alat
yang digunakan dapat berupa neometer atau viena tone. Dilakukan di dalam ruangan khusus.
Audiometri bermain
Dapat dimulai pada anak usia 2-5 tahun. Stimulus biasanya diberikan melalui headphone.
BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry)
Menilai fungsi pendengaran secara obyektif, dapat dilakukan pada anak yang tidak koperatif
dengan pemeriksaan konvensional
Echochek dan Emisis Otokustik (Otocoustic emissions/OAE)
Menilai fungsi koklea secara obyektif dan dapat dilakukan dalam waktu yang sangat singkat.
Sangat bermanfaat untuk skrining pendengaran pada anak dan bayi.
Pemeriksaan Hidung dan Sinus 2-4
Inspeksi hidung eksternal
Bentuk hidung diperhatikan apakah deviasi atau depresi hidung. Adakah pembengkakan
diaerah hidung dan sinus paranasal
Palpasi
Apakah ada krepitasi atau fraktur pada os nasal atau nyeri tekan pada peradangan hidung dan
sinus paranasal
Inspeksi dengan Rinoskopi, diperlukan spekulum:
Pada anak dan bayi kadang-kadang tidak diperlukan.
Palpasi sinus frontalis dan maksilaris untuk adanya nyeri tekan. Nyeri tekan pada sinusitis
akut.
Pemeriksaan Penunjang
Timpanosintesis

Adalah pungsi pada membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan
mikrobiologik untuk menentukan organisme penyebab (dengan semprit dan jarum khusus)
dan juga adalah cara yang pasti membuktikan keberadaan dan tipe efusi telinga tengah.
Dilakukan dengan menyelipkan, melalui bagian inferior membrana timpani, jarum spinal
ukuran 18 yang dilekatkan pada semprit atau perangkap pengumpulan. Indikasi
timpanosintesis yang mungkin adalah OMA yang tidak berespon terhadap terapi
konvensional, OMA pada neonatus atau pasien yang respon imunnya lemah. 2
Tes darah
Secara umum, penghitungan sel darah putih terlalu bervariasi untuk membantu dalam
membedakan anak

dengan otitis

media akibat bakteri

patogen dari anak

dengan otitis

media dan efusi steril. Namun, data menunjukkan bahwa rata rata jumlah sel darah putih
pada anak anak dengan otitis media bakteri lebih tinggi daripada anak anak dengan steril
menengah telinga efusi. 2
Evaluasi Radiografi.5
Computed tomography (CT) telah menggantikan pemeriksaan sinar X standar sebagai cara
terbaik untuk mendiagnosis atau mengevaluasi patologi telinga secara radiografis. CT juga
mempunyai peran dalam mengevaluasi tumor dan mendeteksi penyakit radang telinga.
Pencitraan resonansi magnetic (MRI) memiliki peran yang terbatas pada mengevaluasi
penyakit peradangan pada tulang temporal, tetapi lebih sensitif untuk pencitraan tumor.

Working diagnosis : otitis media akut AD stadium supuratif


Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium: (1)
stadium oklusi tuba Eustachius, (2) stadium hiperemis, (3) stadium supurasi, (4) stadium
perforasi dan (5) stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran
timpani yang diamati melaiui liang telinga luar.5-7
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat
terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-kadang
membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi
mungkin telah terjadi, tetap itidak dapat di deteksi. 5-7

Gambar 1. OMA stadium oklusi tuba eustachius


2. Stadium Hiperemis
Pada stadium hiperemis,tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani
atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. 5-7

Gambar 2. OMA stadium hiperemis


3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial,
serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit,
nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di
kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler,
serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan neksrosis mukosa dan submukosa.
Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna
kekuningan. Di tempat ini biasanya akan terjadi ruptur. 3,4
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka
kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan meutup kembali sedangkan apabila terjadi
ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali. 3,8

Gambar 3. OMA stadium supurasi


4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi
kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir
dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tidur dengan
tenang, suhu badan turun, dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan
otitis media akut stadium perforasi. 5-7

Gambar 4. OMA stadium perforasi


5. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya
kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensikuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan. 5-7
Deferential diagnosis

Otitis Eksterna Infektif


Otitis eksterna infektif (Swimmers Ear) adalah inflamasi kulit pada saluran telinga luar and bagian
telinga yang jelas kelihatan di luar (aurikel, pinna). Infeksi sering terjadi disebabkan oleh bakteria
(Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus) dan
bisa juga disebabkan oleh jamur (Aspergillus, Candida
albicans). Keadaan ini dipicu oleh kehilangan serumen
di liang telinga karena pendedahan pada air, air yang
terperangkap dalam liang telinga akibat penggunaan
penyumbat telinga. Otitis externa yang kronis boleh
disebabkan oleh oleh penyakit dermatitis seperti
seborrhea, eczema atau psoriasis. Walaupun ia bukan
suatu penyakit yang serius bagi kebanyakan orang, ia
bisa menjadi parah bagi mereka yang mempunyai
masalah imum yang rendah (immunocompromised).
Karena bakteri bisa mengakibatkan infeksi dan erosi
tulang sehingga terjadinya otitis eksterna nekrotik. 8
Gambar 1: Manifestasi Otitis
Eksterna

Pemeriksaan:8
o
o
o
o

Otoskopi: Eritema dan edema pada liang telinga luar, otorrhea


Penggerakan telinga menyebabkan rasa sakit.
Membran timpani normal
Kultur, CT-scan

Otitis media serosa akut


Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat disebabkan antara lain oleh: 1
(1) Sumbatan tuba, pada keadaan tersebut terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh
tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti barotrauma.
(2) Virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada
jalan nafas atas
(3) Aleri, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan keadaan alergi pada
jalan nafas atas.
(4) Idiopatik
Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasannya pendengaran berkurang. Selain itu
pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atu

berbeda pada telinga yang sakit. Kadang-kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak alam telinga
pada posisis kepala berubah.
Pada ontoskopi terlihat memberan timpani retraksi. Kadang-kadang tampak gelembung udara atau
permukan cairan dalam cavum timpani. Tuli konduktif dapat di buktikan dengan garputala. 1
Etiologi
Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan tuba
eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius
terganggu, pencegahan infasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk
ke dalam telingga tengah dan terjadi peradangan. Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA
ialah infeksi saluran nafas atas. Pada anak, makin sering anak tersering infeksi saluran nafas, makin
besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar dan letaknnya agak horizontal.
Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan
atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.Saat bakteri melalui saluran
Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di
sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Selsel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius
menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga
dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel
(bisikan halus).
Faktor resiko
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal

sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA
lebih mudah menyebar ke telinga tengah.

adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam
kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid

berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu
terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi
tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

Gejala Klinik
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan umur
penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium
perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan umur penderita, yaitu. 2-4
Bayi dan anak kecil
-

Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39C merupakan tanda khas, sulit tidur, tiba-tiba
menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak memegang telinga yang
sakit.
Anak yang sudah bisa bicara

Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek
sebelumya.
Anak lebih besar dan orang dewasa

Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang).
Gejala-gejala klinik dan Tanda-tanda berdasarkan stadium OMA
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
- Anamnesis : Tinnitus, gangguan pendengaran dan rasa penuh di telinga.
- Otoskopi : retraksi membran timpani, membran timpani tampak normal atau berwarna
keruh pucat.
2. Stadium Hiperemis
- Anamnesis : Selain gejala stadium oklusi, mulai didapati rasa nyeri.
- Otoskopi : Membran timpani hiperemi karena pelebaran pembuluh darah.
3. Stadium Supurasi
- Anamnesis : Keluhan semakin meningkat, suhu badan meningkat.
- Otoskopi : membran timpani menonjol keluar (bulging), ada bagian yang berwarna
pucat kekuningan.
4. Stadium Perforasi
Anamnesis :
Keluhan berkurang, pendengaran berkurang, suhu tubuh menurun. Ruptur membran timpani
sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir ke liang telinga luar.
Otoskopi: Penuh sekret purulen, Membran timpani hiperemis & perforasi
5. Stadium Resolusi
- Membran timpani kembali ke keadaan normal
Sekret akan berkurang dan akhirnya mengering
Pendengaran kembali normal

Penatalaksanaan

Terapi otitis media akut tergantung pada stadium penyakitnya;


1

Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius dari sumbatan, sehingga
tekanan negatif di telinga tengah menghilang. Diberi obat tetes hidung HCl efedrin 0,5%
dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atauh HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik
untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus
diobati Antibiotika diberikan bila penyebab penyakit adlah kuman, buka oleh virus atau
alergi.

Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)


Pemberian antibiotika yang dianjurkan ialah golongan penisilin atau ampisilin. Ampisilin
dengan dosis 50-100mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis atau amoksisilin 40mg/kgB per
hari dibagi dalam 3 dosis. Bila pasien alergi terhadap penisilin dapat diberi eritromisin dengan
dosis 40mg/kgBB per hari. Pemberian antibiotika dianjurkan diberi selama 7 hari. Selain itu
dapat diberikan obat tetes hidung dan analgetika.

Stadium supurasi
Pemberian antibiotika disertai miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan
miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

Stadium Perforasi
Pada stadium ini sekret banyak keluar dan terkadang keluar secara berdenyut, sekret yang
banyak ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, oleh karena itu sangat
perlu dilakukan pencucian tellinga untuk menghilangkan sekret. Pengobatan yang diberikan
adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.

Stadium Resolusi
Bila tidak terjadi stadium resolusi biasanya sekret akan terus mengalir melalui perforasi
membran timpani. Pada keadaan ini mpemberian antibiotika dapat dilanjutkan smapai 3
minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih terlihat banyak keluar maka
kemungkinan telah terjadi komplikasi mastoiditis. 8

Komplikasi
Sebul ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses sub-periosteal
sampai komplikasi yang berat (menigitis dan abses otak).

Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drenase
sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil
yang dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang, dan dapat dikuasai, sehingga
membran timpani dapat dikuasai dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior inferior
karena didaerah ini tidak didapatkan tulang pendengaran. Untuk tindakan ini harus menggunakan
lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga, dan pisau khusus
(miringotom)yang berukuran kecil dan steril

Gambar 6. Miringotomi
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
Imunisasi dengan vaksin pneumococcus polivalen dapat efektif pada anak yang lebih dari 2
tahun.
Antibiotik profilaksis (dosis harian amoksilin, 20 mg/kg/ 24 jam, sulfonamid 50 mg/kg/24
jam) dapat efektif pada beberapa anak bila diberikan selama masa beberapa bulan, biasanya
selama musim dingin.
pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak
Menghilangkan beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan insiden OMA berulang
pada anak, dengan memperhatikan

dan mengubah cara

asuhan pada anak, yaitu :

membiarkan anak untuk hidup di ruang yang bebas dari tembakau/rokok dan menghentikan
penggunaan botol pada anak yang berumur lebih dari 1 tahun dan usahakan untuk
memberikan makan atau meminum susu dalam posisi duduk.
Pencegahan yang paling potensial adalah mengganti gula alami dengan xylitol. Penelitian
menunjukkan permen karet, tablet dan sirup yang mengandung xylitol dapat mengurangi
terjadinya OMA sampai 25%.

Pada anak dengan OMA berulang, melakukan adenoctomy. Namun keberhasilan terapi ini
belum dapat dipastikan
Prognosis
Prognosis OMA adalah baik. Gejala akan membaik antara 24-72 jam setelah pengobatan.
Relaps biasanya terjadi karena eradikasi yang kurang sempurna. Karena itu pasien dinasihatkan untuk
mengkonsumsi antibiotik secara tepat dan tetap melakukan kontrol meskipun gejala telah membaik.
Beberapa keadaan yang memerlukan rujukan pada ahli THT adalah;

Anak dengan episode OMA yang sering. Definisi sering adalah lebih dari 4 episode dalam 6
bulan.4 Sumber lain menyatakan sering adalah lebih dari 3 kali dalam 6 bulan atau lebih dari 4
kali dalam satu tahun

Anak dengan efusi selama 3 bulan atau lebih, keluarnya cairan dari telinga, atau berlubangnya
gendang telinga

Anak dengan kemungkinan komplikasi serius seperti kelumpuhan saraf wajah atau
mastoiditis (mastoiditis: peradangan bagian tulang tengkorak, kurang lebih terletak pada
tonjolan tulang di belakang telinga)

Anak dengan kelainan kraniofasial (kraniofasial: kepala dan wajah), sindrom Down, sumbing,
atau dengan keterlambatan bicara

OMA dengan gejala sedang-berat yang tidak memberi respon terhadap 2 antibiotik

Kesimpulan
otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh yang terganggu. Otitis media akut
berdasarkan perubahannya di bagi menjadi lima stadium, yaitu stadium oklusi tuba eustachius,
stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium, perforasi dan stadium resolusi. Berdsarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik anak brusia dua tahun ini di diagnosis menderita OMA stadium
supuratif AD.
Daftar Pustaka
1. Soepardi Efiaty Arsyad, dr, Sp.THT(K), dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
TenggorokanKepala & Leher; Edisi ketujuh. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2012.h57-69
2. Bickley LS, Bates. Buku ajar pemeriksaan fisik dan kesehatan. Edisi 8. Jakarta: EGC; 2009.
Hal 327-9, 81-3.
3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005. Hal 46.
4. Soepardi Efiaty Arsyad, dr, Sp.THT(K), dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
TenggorokanKepala & Leher; Edisi keenam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2010

5. Allan S. Lieberthal, Et Al. 2004.

Diagnosis And Management Of Acute Otitis Media.

Subcommittee On Management Of Acute Otitis Media. American Academy Of Pediatrics


American Academy Of Family Physicians
6. British Columbia Medical Association. 2004. Guidlines and Protocols of Acute Otitis Media.
Advisor Commite.
7. Sopardi AE, dkk. Buku Ajar ilmu kesehatan: telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan
leher.Edisi 6. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2007. Hal 1-6, 16-7, 29, 33-8, 64-72.
8. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta;
Penerbit FKUI; 2004. p. 105-06.

Anda mungkin juga menyukai