Pendahuluan
Dari kita lahir sebagai bayi dan sekarang sampai sebesar ini, kita melalui suatu fase yang
disebut sebagai pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan disini merupakan proses
bertambahnya jumlah dan ukuran sel tubuh makhluk hidup. Dalam pertumbuhan banyak hal
yang mempengaruhi misalnya, intake makanan, aktifitas sehari–hari dan tidak lupa hormon.
Hormon dihasilkan dikelenjar hipofisis. Dimana sekresi hormon di pengaruhi Hipotalamus dan
hipofisis. Kelenjar hipofisis terbagi atas tiga, yaitu : hipofisis anterior atau adenohipofisis dan
hipofisis posterior atau neurohipofisis.
Sesuai dengan skenario, seorang remaja perempuan 17 tahun mengeluh tinggi badannya
semakin bertambah dengan cepat dibanding teman-teman sebayanya, dan saat ini tinggi
badannya mencapai 193cm. Skenario ini berkaitan dengan sekresi Growth Hormone (GH) di
hipofisis anterior atau adenohipofisis yang pengaruhi oleh Hipotalamus. Peranan GH selain
untuk pertumbuhan memiliki peranan terhadap metabolisme karbohidrat, lemak dan
penyimpanan protein. Tetapi apabila kelenjar hipofisis tersebut mengalami gangguan seperti
adanya tumor maka sekresi hormon tersebut akan terjadi gangguan. Tujuan penulisan makalah
ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh GH dan hormon pertumbuhan lainnya pada
pertumbuhan manusia.
Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan Growth Hormone (GH) atau hormon somatotropik (STH)adalah
sejenis hormon protein. Hormon ini mengendalikan pertumbuhan seluruh sel tubuhyang mampu
memperbesar ukuran dan jumlah, disertai efek utama pada pertumbuhan tulangdan otot
rangka.Hormon pertumbuhan dihasilkan di hiposfisis anterior dan merupakanhormon utama
yang mengatur pertumbuhan pada manusia.Growth hormone merupakan komponen pokok yang
mengontrol sebagian dari proses fisiologi yaitu metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
Hormon pertumbuhan berikatan dengan suatu protein yang identik dengan bagian pengikat
hormon dari reseptor pertumbuhan.7:1.b3
Fungsi GH
Hormon pertumbuhan meningkatkan sintesis protein di semua sel tubuh, terutama sel
otot. GH menstimulasi pertumbuhan kartilago dan aktivitas osteoblas, sel penghasil tulang di
tubuh. GH sangat penting untuk pertumbuhan tulang longitudinal dan untuk remodeling tulang
yang terus-menerus berlangsung seumur hidup. Efek GH terhadap tulang dan kartilago tejadi
melalui peptida perantara, yang disebut somatimedin atau faktor pertumbuhan mirip insulin
(insulin like growth factor, IGF) yang dilepaskan dari hati sebagai respon terhadap hormon
pertumbuhan. GH secara langsung menstimulasi pertumbuhan hampir semua organ lain pada
tubuh termasuk otot jantung, kulit dan kelenjar endokrin.6:2.c3
GH mendorong pertumbuhan tulang dan panjang tulang. Keadaan ini dihasilkan dari
berbagai efek hormon pertumbuhan pada tulang yang meliputi:
a) Peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel osteogenik yang
menyebabkan pertumbuhan tulang
b) Meningkatkan kecepatan reproduksi dari sel kondrositik dan osteogenik
c) Efek khusus dalam mengubah kondrosit menjadi sel osteogenik, jadi
menyebabkan timbunan khusus tulang yang baru.4:3.c3
Hormon ini merangsang aktivitas osteoblas dan proliferasi tulang rawan epifisis sehingga
terbentuk ruang untuk pembentukan tulang lebih banyak. Osteoblas di dalam periosteum tulang
dan dalam beberapa cavitas tulang membentuk tulang baru pada permukaan tulang yang lama.
Secara bersamaan osteoklas di dalam tulang meresorpsi tulang yang lama. Bila kecepatan
pembentukan lebih besar dari resorpsi, maka ketebalan tulang akan meningkat. GH dengan kuat
merangsang aktivitas osteoblas.
GH dapat mendorong pemanjangan tulang panjang selama lempeng epifisis tetap berupa
tulang rawan atau terbuka dan pada akhir masa remaja di bawah pengaruh hormon seks lempeng
ini mengalami penulangan sempurna, atau menutup, sehingga tulang tidak lagi dapat memanjang
meskipun terdapat GH.7:4.c3 Karena itu, setelah lempeng tertutup, tidak lagi bertambah tinggi.
Tempat Pembentukan GH
Growt hormone atau GH dibentuk didalam kelenjar Hipofisis. Kelenjar hipofisis atau pituitary
adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak dirongga tulang didasar otak tepat dibawah
hipotalamus. Hipofisis dihubungkan dengan hipotalamus melalui sebuah tangkai penghubung
tipis.1
Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional berbeda, Hipofisi Anterior
(adenohipofisis) dan Hipofisis Posterior (Neurohipofisis). Adenohipofisis terdiri dari karingan
epitel kelenjar (adeno artinya “kelenjar).1
Sel Kromofil
Sel asidofil (±35%), suka zat warna yang bersifat asam seperti eosin sehingga
dengan H.E granulanya akan berwarna merah. Disebut juga sel α (alfa).
Terdiri dari sel somatotrof yang mensekresikan GH, dan sel mammotrotof
yang mensekresikan prolaktin.
Sel basofil (±15%), suka zat warna yang bersifat basa seperti hematoksilin
sehingga dengan H.E granulanya akan berwarna biru. Disebut juga sel β
(beta). Terdiri dari sel tirotrof yang mensekresikan TSH, sel gonadotrof
mensekresikan FSH dan LH, kortikotrof menghasilkan ACTH.
Sel Kromofob
Mekanisme GH
a) Terhadap Karbohidrat
b) Terhadap Protein
c) Terhadap Lemak
Gambar 4. Dwarfisme
b) Akromegali
Gambar 5. acromegali
c) Gigantisme
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapatdiakibatkan tumor
hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan
GH secara berlebihan.Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone
pertumbuhanterjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam
masapertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutamaadalah tumor
pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormon pertumbuhan.8
Gambar 6. gigantism
Kesimpulan
Growth hormone sangat penting dalam mempengaruhi pertumbuhan tubuh manusia. jika ada
gangguan pada Growht hormone maka tubuh manusia akan mengalami pertumbuhan yang
berlebih atau bahkan bertumbuhan badan yang kurang.
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2009.h.205-6
2. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-11. Jakarta:
EGC; 2010.h.397–403.
3. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.
Jakarta: EGC; 2003.h.712.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: EGC;
2007.h.1171–80.
5. Bloom dan Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2002.h.421-31
6. Hasnita S. Hipofisis anterior. Diunduh dari:
http://www.academia.edu/4826505/Hipofisis_Anterior pada tgl 14 oktober 2018
7. Gannong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008.h.
8. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed. Pennsylvania: Elsevier;
2006. p, 936-95.