Anda di halaman 1dari 11

OTITIS MEDIA EFUSI

Sinonim : glue ear, allergic otitis media, mucoid ear, otitis media sekretoria, otitis media non-
supuratif, dan otitis media serosa

I. DEFINISI
Otitis media efusi adalah peradangan akut yang terjadi di sebagian
atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, akibat pembentukan
transudat sebagai akibat dari penurunan tekanan telinga tengah yang cepat
dibandingkan dengan tekanan atmosfer.1-7
Otitis media efusi juga dapat merupakan gejala sisa dari otitis media
supuratif akut yaitu dimana sekret terus menetap di kavum timpani tanpa
mengalami perforasi membran timpani. Otitis media ditandai dengan adanya
cairan non purulen di telinga tanpa adanya infeksi akut.1-7

II. ANATOMI
Telinga terbagi atas 3 bagian, telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam. Otitis media terjadi di telinga tengah dimana daerah ini berbentuk
kubus. Batas luar telinga tengah yaitu membran timphani, batas depan Tuba
Eustachius, batas bawah vena jugularis, Batas belakang aditus ad antrum,
batas atas menings, batas dalam kanalis semisirkularis.1,5

Gambar 1 : Anatomi Telinga2


Apabila terdapat cairan ataupun terdapat perdarahan pada telinga
tengah maka dapat dilihat dari membran timpani. Membran timpani
merupakan kerucut yang tidak teratur, puncaknya dibentuk oleh umbo.

1
Membran timpani memiliki 2 bagian, yaitu pars flaksid (membran Shrapnell)
dan pars tensa (membran propria). Membran timpani merupakan struktur
trilaminar. Permukaan lateralnya dibentuk oleh epitel skuamosa, sedangkan
lapisan medial merupakan kelanjutan dari epitel mukosa dari telinga tengah.
Diantara lapisan ini terdapat lapisan jaringan ikat, yang dikenal sebagai pars
propria. Pars propria di umbo ini berguna untuk melindungi ujung distal
manubrium. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran
timpani disebut umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya ke arah bawah
pada pukul 7 pada membran timpani di telinga kiri dan pukul 5 pada membran
timpani kanan.1
Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran dengan menarik garis
searah dengan processus longus maleus dan tegak lurus, sehingga di dapatkan
bagian Anterior superior, Anterior inferior, Posterior inferior, dan Posterior
Superior untuk menyatakan letak perforasi dari membran timpani.1

Gambar 2 : Membran Timpani2

Tuba eustachius berfungsi untuk vetilasi, membersihan dan


melindungi telinga tengah. Lapisan mukosa tuba dilapisi oleh sel mukosiliar,
penting untuk fungsi pembersihannya. Bagian 2/3 anteromedial dari tuba
merupakan fibrocartilaginosa, sedangkan sisanya yaitu tulang. Dalam keadaan
istirahat, tuba akan tertutup. Pembukaan tuba dilakukan oleh otot tensor veli

2
palatini dan dipersarafi oleh N. Trigeminus. Pada anak, tuba lebih pendek,
lebar dan lebih horizontal dari tuba orang dewasa.1,5

Gambar 3 : Tuba Eustachi4

III. ETIOLOGI
Etiologi otitis media efusi bersifat multipel. Otitis media efusi terjadi
karena interaksi berbagai faktor host, alergi, faktor lingkungan, dan disfungsi
tuba eustachius. Tekanan telinga tengah, abnormalitas imunologi atau
kombinasi kedua faktor tersebut diperkirakan menjadi faktor utama.5
Referensi lain mengatakan bahwa bakteri juga dapat menjadi penyebab
otitis media efusi. Bakteri yang paling sering menyebabkan otitis media efusi
adalah Streptococcus pneumonia (35%), Haemophilus influenza (20%), dan
Moraxella catarrhalis (4-13%). Bakteri ini juga merupakan organisme yang
paling sering dikaitkan dengan sinusitis dan pneumonia. Dalam studi lain
yang lebih baru, virus telah diisolasi bersamaan dengan bakteri dalam 15-20%
pada kasus otitis media akut. Respiratory syncytial virus (RSV) dan virus
influenza adalah yang paling sering.2

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan telah ditunjukkan dalam berbagai penelitian
epidemiologi yang sangat terkait dengan peningkatan prevalensi otitis
media dengan efusi. Faktor-faktor ini termasuk pemberian susu botol,
pemberian makan saat posisi tubuh terlentang, memiliki saudara
dengan otitis media, memiliki alergi, memiliki status sosial ekonomi
lebih rendah, tinggal di rumah di mana orang merokok, dan memiliki
riwayat orang tua tentang otitis media dengan efusi.1,2

2. Usia

3
Pada anak anak, tabung eustachius memiliki orientasi yang
hampir horizontal dan sementara orang dewasa memiliki sudut 450.1,2

3. Diet
Sebuah penelitian oleh Choi et al mengemukakan bahwa diet
tinggi lemak adalah faktor risiko untuk otitis media dengan efusi pada
anak-anak.1,2

V. PATOMEKANISME
Terdapat dua teori utama penyebab otitis media akut. Penjelasan klasik
bahwa disfungsi tabung eustachius adalah prekursor yang diperlukan. Tuba
eustachi memiliki 3 fungsi utama: keseimbangan tekanan antara telinga
tengah dan eksternal, pembersihan sekresi, dan perlindungan telinga tengah.
Disfungsi ini dapat disebabkan oleh sejumlah keadaan dari penyumbatan
anatomi hingga pembengkakan sekunder akibat alergi, infeksi saluran
pernafasan bagian atas atau trauma. Sehingga mudah untuk terjadi invasi
kuman ke dalam telinga tengah Gangguan fungsi tuba Eustachius ini
menyebabkan terjadinya tekanan negatif di telinga tengah, akibat absorbsi
dan/atau difusi nitrogen dan oksigen ke dalam sel mukosa. Selanjutnya sel
mukosa akan menghasilkan transudasi dan membentuk akumulasi cairan
serous berupa efusi steril. Jika disfungsi tuba berlanjut maka efusi menjadi
media ideal untuk kuman berkembang dan menjadi otitis media akut.1,2,5

Teori terbaru yaitu kejadian primer yang kejadian primer sebagai


radang mukosa telinga tengah yang disebabkan oleh reaksi bakteri yang sudah
ada di telinga tengah. Penelitian yang dilakukan oleh Crapko et all terdapat
kandungan pepsin pada 60% anak yang mengalami otitis media dengan efusi.
O'Reilly et al menemukan bahwa sampel telinga dari 64 pasien yang diuji
positif terhadap pepsin A, menunjukkan bahwa anak-anak ini mengalami
refluks ke nasofaring . Para peneliti berpendapat bahwa hal ini dapat memicu
peradangan atau memperburuk kondisi yang sudah ada sebelumnya. Adanya

4
mediator inflamasi akibat adanya antigen dari bakteri menyebabkan
peningkatan mukosa dan akhirnya menjadi media untuk kuman
berkembang.2,5

VI. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Penyakit dialami muncul mendadak. Ditemukannya tanda efusi di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya tanda seperti
menggembungnya gendang telinga, terbatas/tidak adanya gerakan
gendang telinga, adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga,
nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal, telinga terasa
penuh, gangguan pendengaran, suara sendiri terdengar lebih nyaring atau
berbeda (diplacusis binauralis) pada telinga yang sakit, otalgia, demam,
gelisah, sebelumnya terdapat riwayat infeksi saluran pernafasan atau
berpergian naik pesawat, diving, atau alergi. Pada anak anak, orang tua
kadang mengeluh anaknya berbicara dengan keras dan juga tidak ada
respon saat dipanggil. Kadang terdapat keterlambatan perkembangan
bahasa.1,2,5,7

2. Pemeriksaan Fisik
Jika konfirmasi diperlukan, dapat dilakukan otoskop penumatik
untuk menilai gerakan gendang telinga, apakah berkurang atau tidak.
Hasil dari pemeriksaan dengan otoskop1-3,6,7 :
A. MT suram, keabuan atau kemerahan,
B. Kadang-kadang tampak adanya gelembung udara atau cairan di
kavum timpani,
C. MT retraksi atau terdorong ke luar atau pada posisi normal,
D. MT menipis/menebal, vaskularisasi bertambah.

3. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium

5
Sebenarnya tidak terlalu diperlukan karena tidak menunjang
diagnosa, namun dapat melakukan pemeriksaan complete blood
cell untuk mengentahui apakah terdapat leukositosis.
B. Radiografi
Untuk melihat komplikasi yang terjadi akibat otitis media,
contohnya mastoiditis
C. Tymphanometri
Timpanometri memberikan penilaian objektif mobilitas
membran timpani, fungsi TE, dan fungsi telinga tengah dengan
mengukur jumlah energi suara yang dipantulkan kembali oleh
probe kecil yang ditempatkan pada liang telinga. Prosedur ini
tidak nyeri, relatif sederhana, dan dapat dilakukan dengan portable
screening unit. Hasil pemeriksaan timpanometri disebut
timpanogram.

Gambar 4 : Tymphanometri

Timpanometri digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis


OME. Pada timpanogram didapatkan hasil tipe B atau C.
Membran timpani terbatas karena adanya cairan atau perlekatan
dalam kavum timpani. Sensitivitas dan spesifisitas timpanometri
cukup tinggi (sensitivitas 94%, spesifisitas 50-70%) jika
dibandingkan dengan miringotomi.5

6
Gambar 5 : Thympanogram5
VII. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
1. Antihistamin : Jika kausanya akibat alergi maka dapat diberikan
2. Dekongestan : Mengurangi sumbatan hidung
3. Kortikosteroid
Mekanisme anti-inflamasi terjadi karena penghambatan fosfolipase
A2, yang kemudian menghambat pembentukan asam arakidonat,
sehingga menghambat sintesis mediator inflamasi, peningkatan
regulasi ion natrium transepitelial, menyebabkan pengosongan cairan
dari telinga tengah dan menekan produksi musin dengan cara menekan
musin5ac (MUC5AC).5
4. Analgetik
5. Antipiretik : Paracetamol 3x500 mg, 10-15 mg/KgBB/hari
6. Antibiotik :
a. Amoxicillin
3x500 mg/hari~10-14 hari, 25-80 mg/kgBB dibagi 3dosis
perhari pada anak~5 hari
Menurut American Academic of Pediatric(2004),
amoksisilin merupakan first-line terapi dengan pemberian
80mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal selama lima
hari. Amoksisilin efektif terhadap Streptococcus penumoniae.
Jika pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan

7
sefalospo rin seperti cefdinir. Second-lineterapi seperti amoks
isilin-klavulanat efektif terhadap Haemophilus influenzae Dan
Moraxella catarrhalis, termasuk Streptococcus penumoniae
(Kerschner, 2007). Pneumococcal 7-valent conjugate
vaccinedapat dianjurkan untuk menurunkan prevalensi otitis
media.4
b. Trimetoprim-sulfametoksazol
2x160 TMP/hari, 8-20 mg TMP/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis pada anak
c. Amoxicillin-Asam clavunat
3x 500 mg/hari, 25-80mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis pada
anak
d. Erytromycin
4x 500mg/hari, 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis pada
anak
2. Pembedahan
1. Timphanosintesis
Timpanosintesis adalah pengambilan cairan dari telinga tengah
dengan menggunakan jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi. Risiko
dari prosedur ini adalah perforasi kronik membran timpani, dislokasi
tulang-tulangpendengaran, dan tuli sensorineural traumatik, laserasi
nervus fasialis atau korda timpani.2,7

2. Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani
untuk drainase cairan dari telinga tengah.Pada miringotomi dilakukan
pembedahan kecil di kuadran posterior-inferior membran timpani.
Untuk tindakan ini diperlukan lampu kepala yang terang, corong
telinga yang sesuai, dan pisau khusus (miringotom) dengan ukuran
kecil dan steril.2,7
Setelah dilakukan miringotomi dapat dipasang ventilation tube
pada membran tymphani yang telah dilakukan insisi.Ventilation

8
tubeadalah tabung kecil yang di kedua ujungnya terbuka. Gunanya
untuk ventilasi yaitu menyamakan antara tekanan telinga tengah dan
tekanan telinga dalam.8

Gambar 6 : A: Shephard’s grommet, B: Armstrong’s grommet,


C: Donaldson’s grommet, D: Shah’s grommet, E: T-tube8

Gambar 7 : Ventilation Tube Insertion

Grommet A-D adalah ventilation tube yang digunakan dalam


waktu 6 bulan, Sementara T tube digunakan dalam waktu yang
panjang yaitu 1-2 tahun. Jika perforasi telah sembuh, tabung bisa
tertinggal di dalam karena bersifat biokompatibel dan biasanya tidak
menyebabkan reaksi benda asing.8
VIII. KOMPLIKASI
1. OMA
2. Mastoiditis
3. Hearing Loss
Gangguan pendengaran merupakan komplikasi dari OME yang paling
sering, biasanya konduktif, sensorineural atau keduanya. Sebuah studi
kohort pada 534 anak melaporkan bahwa OME pada anak dapat
menyebabkan kesulitan mendengar pada usia 5 tahun (odds ratio1,44;

9
95% confidence interval1,18 s/d 1,76) dan dikaitkan dengan gangguan
bahasa pada anak-anak hingga usia 10 tahun.
4. Potential Language Development Delay
5. Otitis Media Adhesiva
Suatu keadaan terjadinya jaringan fibrosis di telinga tengah
sebagai akibat dari proses peradangan sebelumnya. Keadaan ini dapat
merupakan komplikasi dari otitis media supuratf atau non supuratif yang
menyebabkan rusaknya telinga tengah. Pada saat enyembuhan terbentuk
jaringan nekrotik yang nantinya akan menyebabkan akan menimbulkan
perlekatan.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Munilson, J; Edward, Yan; et all. Penatalaksanaan Otitis Media Akut. Fakultas


Kedokteran Andalas Padang 2014. Online on : [11 August, 2017]. Available
at :
http://repository.unand.ac.id/18807/1/Penatalaksanaan%20otitis%20media
%20akut_repositori.pdf
2. Higgins, TS; et all. Otitis Media With Effusion. 2017. Online on : [11 August,
2017]. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/858990-overview
3. Soeparti, E A; Iskandar N; et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Ketujuh. Balai Penerbit FK-UI. 2012.
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25640/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=B7F62ABE2BE336B5B0A33D84AAA19102?
sequence=4\

10
5. Aquinas, R. Tatalaksana Otitis Media Efusi Pada Anak. Tangerang Selatan.
2017. Online on : [21st August, 2017] Available at :
http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_254Tatalaksana%20Otitis%20Media
%20Efusi%20pada%20Anak.pdf
6. Hospital Care For Children. Otitis Media Efusi. Online on : [21st August, 2017]
Available at : http://www.ichrc.org/693-otitis-media-efusi
7. Miyamoto, R. Otitis Media (Secretory). 2015. Online on : [21st August, 2017]
Available at :
https://www.msdmanuals.com/professional/ear,-nose,-and-throat-
disorders/middle-ear-and-tympanic-membrane-disorders/otitis-media-
secretory
8. http://epomedicine.com/medical-students/myringotomy-and-tube-insertion/

11

Anda mungkin juga menyukai