PENDAHULUAN
diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama
pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding
duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK)
merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan.
Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan
hilangnya pekerjaan, dan pada saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang
sejak konferensi klinis terakhir oleh New York Heart Association atau asosiasi
kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka karya telah
1
mengeluarkan informasi baru yang penting mengenai penyakit ini, cara
pencegahan dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas
secara klinis dari PJK dan banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya
jumlah pasien yang ikut, kelompok yang akan termasuk dalam semua
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Tn. Y.
Umur : 65 Tahun
Agama : Islam
3
2.2 ANAMNESIS
a) Anamnesis sistematis :
Sakit kepala (+), pusing (-), batuk (-), sesak (-), beringus (-), nyeri saat
menelan (-),mual (-), muntah (-), nyeri perut (-),BAB lancar, BAK normal.
HT (+)
OMI
Tidak ada
d) Riwayat pengobatan
2.3 PEMERIKSAAN
Nadi : 87x/mnt
Pernafasan : 24x/mnt
Suhu : 360C
4
Pucat : (-)
Sianosis : (-)
Tonus : (N)
Ikterus : (-)
Turgor : (N)
Edema : (-)
Kepala-Leher
Kepala : Normocephali
Muka : Simetris
2212 | 2122
5
Jantung
Bising : (-)
Thrill : (-)
Paru-Paru
Perut
P. Pandang : normal.
P. Ketuk : Timpani
6
Tulang Belakang : Skoliosis (-), Gibbus (-)
Refleks Fisiologis
KPR : + | menurun
APR : + | menurun
Refleks Patologis
Refleks Babinski (- | +)
Refleks Hoffman-Thromner (- | +)
1) Darah Rutin
Kesan : Leukopenia
7
2) USG jantung
Segmental Hypokinetic
Mild MR
3) EKG
4) Kimia Darah
Kesan : hiperglikemia
2.4 RESUME
dengan keluhan lemah sebaruh badan seblah kiri yang dirasakan 10 jam sebelum
pemeriksaan lab, didapatkan darah rutin kesan leukopenia. Dan kimia darah
hiperglikemia.
8
2.5 DIAGNOSIS
2.6 PENATALAKSANAAN
Fasorbid 3x10 mg
Atorvastatin 1x20 mg
Aspilet 80 mg 1x1
2.7 PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : bonam
9
2.8 FOLLOW UP
fisik
ikterik(-) 1x40 mg
Cor:S1,S2
Normal Murmur(-
), gallop(-)
Pulmo: vesikuler
Abdomen: soepel,
Eks: edema -
10
Tanggal Anamnesis Pemeriksaan fisik Diagnosa Tatalaksana
25/1/17 Lemah separuh badan TD: 130/80 mmHg NHS -IVFD Ringer
ikterik(-) -Altorvastatin
Murmur(-), gallop(-)
wh -/- rh -/-
Abdomen: soepel,
hangat (+)
11
26/01/17 Lemah separuh TD: 110/70 mmHg NHS -IVFD Ringer
ikterik(-) -Altorvastatin
Murmur(-), gallop(-)
wh -/- rh -/-
Abdomen: soepel,
hangat (+)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
12
3.1 Keluhan dan gejala penyakit
fisik dan gejala PJK dari waktu ke waktu yaitu mengalami perasaan nyeri di
dada, kegelisahan atau perasaan sakit pada kaki, pinggang, perut, tulang
belakang, merasa lemah, lelah, dan kehilangan energi, nafas pendek, pusing,
sebagai akibat dari obesitas. Semua pasien PJK yang mendapat pengobatan
jantung, paru-paru, ginjal atau masalah pada spinal, rasa sakit pada kaki,
positif terkena PJK. Sebagian besar dari pasien PJK merasa bosan dengan
bermusuhan.
13
3.2 Pemeriksaan penunjang (diagnosis)
menganalisa dan menangkap hati secara penuh dalam satu detak jantung.
tomography (CT) yang sudah lama berperan penting dalam mendeteksi dini
relevan, karena tingkat biomarker ini adalah indikator yang baik untuk
untuk diagnosis awal dan untuk pemantauan terapi. Pada beberapa pasien,
(Ekinci, 2010)
14
3.3 Faktor risiko
penyakit jantung koroner yaitu untuk bukti kuat seperti stres kerja,
sedangkan untuk bukti lemah seperti marah, konflik atau perselisihan dan
15
gizi, program aktivitas fisik atau olahraga, anti merokok, program anti
prioritas tinggi sejak itu dan dapat diraih oleh popualsi yang besar. Strategi
kesehatan ke rumah sakit secara murah dan hal itu sebaiknya lebih
ditingkatkan.
Aliran darah melalui arteri koronaria harus kembali ada dan lancar untuk
mengendalikan risiko utama seperti kadar gula darah bagi penderita kencing
16
koroner (CABG). Intervensi perkutan yaitu tindakan intervensi penggunaan
3.6 Rehabilitatif
pendekatan kasus ini, tetapi banyak pasien lanjut usia bersamaan dengan
penyakit ini juga sangat beresiko. Penanaman katup nadi prosthesis menjadi
alternatif untuk pasien, dan dapat memberikan reaksi secara cepat untuk
3.7 Prognosis
tampak gejala prognosis yang lebih penting dari penyakit arteri koroner.
17
Walaupun, gejala utamanya berlainan dengan peristiwa depresi yang tidak
luar biasa setelah miokardial infarksion, gejala depresi ini lebih umum.
dalam waktu yang panjang, dan kejadian depresi pada jarak waktu yang
(Anonim, 2010).
BAB IV
PENUTUP
18
4.1 Kesimpulan
organ jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala
yang dimiliki oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner
juga salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena
adanya faktor resiko yang antara lain adalah tekanan darah tinggi
alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini
dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-
kerja.
4.2 Saran
19
3. Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur masyarakat, agar
DAFTAR PUSTAKA
20
Anonim. 2010. Ischemic Heart Disease
19 November 2012.
November 2012
thingshttp://www.siemens.com/press/pool/de/events/healthcare/2010-
08-esc/heart_failure_expert_june2010.pdf
Study.http://ajms.alameenmedical.org/article_Vol03-2-apr-jun
formation in ischemic
heart.http://www.pnas.org/content/97/25/13801.full.pdf. Diakses
21
1. Nelwan R. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. CONTINUING MEDICAL
EDUCATION. 2012.
Tifoid Diperuntukan bagi Dokter Umum dan Dokter Spesialis. Bali: Konas PETRI Bali;
2010.
yang Dirawat pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2008.
4. Parry CM. Typhoid Fever. The New England Journal of Medicine. 2002;347.
22
6. Souha S. Kanj d. Epidemiology, clinical manifestations, and molecular typing of
salmonella typhi isolated from patients with typhoid fever in Lebanon. Journal of
7. Karyanti MR. Pemeriksaan Diagnostik Terkini untuk Demam Tifoid. dkk SRH,
Anak; 2012.
8. Rachman AF. Uji Diagnostik Tes Serologi Widal Dibandingkan dengan Kultur
Darah Sebagai Baku Emas untuk Diagnosis Demam Tifoid pada Anak Di RSUP Dr. Kariadi
9. Adisasmito AW. Penggunaan Antibiotik pada Terapi Demam Tifoid Anak di RSAB
10. Dolecek C. Typhoid Fever and Other Enteric Fevers. International Medicine.
2014.
11. Prayitno A. Pilihan Terapi Antibiotik untuk Demam Tifoid. dkk SRH, editor.
2012.
12. Araya Gebreyesus Wasihun d. Diagnosis and Treatment of Typhoid Fever and
Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
14. Pudjiadi AH. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2009.
23
15. Hadinegoro SRS. Pengobatan Cefixime pada Demam Tifoid Anak. Sari Pediatri.
2001;2.
16. dkk LM. Analisis Efektivitas Biaya Pengobatan Demam Tifoid Anak Menggunakan
Kloramfenikol Dan Seftriakson Di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001 2002.
17. Sondang Sidabutar HIS. Pilihan Terapi Empiris Demam Tifoid pada Anak:
18. Rampengan NH. Antibiotik Terapi Demam Tifoid Tanpa Komplikasi pada Anak.
24