Anda di halaman 1dari 41

BAB III

METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS

3.1 Metodologi Studi Kasus


Studi kasus ini menggunakan desain studi Kohort untuk mempelajari
hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan
memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian
mengikuti sepanjang periode waktu tertentu untuk melihat subjek dalam
kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah kesehatan untuk
melakukan penerapan pelayanan dokter layanan primer secara paripurna dan
holistik terutama tentang penatalaksanaan diabetes mellitus dengan pendekatan
diagnosis holistik di puskesmas Jumpandang Baru pada tanggal 09 Februari 2018.
Cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan pengamatan
terhadap pasien dan keluarganya dengan cara melakukan home visit untuk
mengetahui secara holistik keadaan dari penderita.

3.2. LOKASI DAN WAKTU MELAKUKAN STUDI KASUS


3.2.1. Waktu Studi Kasus
Studi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di
Puskesmas Jumpandang Baru pada tanggal 09 Februari 2018. Selanjutnya
dilakukan home visit untuk mengetahui secara holistik keadaan dari penderita.
3.2.2. Lokasi Studi Kasus
Studi kasus bertempat di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar,
Provinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 9. Puskesmas Jumpandang Baru

1
3.3.Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus
Studi kasus bertempat di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar
3.3.1 Letak Geografi
Puskesmas Jumpandang Baru terletak di Kecamatan Tallo Kota Makassar
dengan luas wilayah kerja 4,76 km2. Dari sejumlah 5 kelurahan terdapat 21 RW
dan 150 RT. Seluruh wilayah tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua
dan roda empat kecuali kelurahan Lakkang dimana untuk sampai ke wilayah
tersebut harus melewati sungai dengan menggunakan perahu. Luas wilayah kerja
untuk masing-masing kelurahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Sebelah Utara Berbatasan dengan Jl. Inspkesi kanal
Sebelah Selatan Berbatasan dengan Jl. Adipura Raya
Sebelah Timur Berbatasan dengan Jl. Ar Dg. Ngunjung 2
Sebelah Barat Berbatasan dengan Jl. Panampu

3.3.2 Keadaan Demografi


Kependudukan merupakan permasalahan yang dihadapi dewasa ini, bukan
hanya menyangkut jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan arus urbanisasi
dengan segala dampak sosial ekonomi, dan keamanan menjadi keharusan untuk
mengendalikan angka kelahiran dan kematian.
Gambar. 4 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru, Kota
Makassar.
a. Pertumbuhan penduduk / jumlah penduduk
Dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk dilaksanakan melalui
tingkat kelahiran dan penurunan angka kematian (bayi, anak balita dan ibu)
dimana pertumbuhan yang tinggi akan menambah beban pembangunan.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru pafa tahun
2011 disajikan dalam tabel berikut.

2
Tabel 1. Distribusi penduduk menurut kelurahan dan jenis kelamin
wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Tahun 2011.
No Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempuan
1. Rappojawa 3969 3916 7885
2. Wala-Walaya 4765 4515 9280
3. Kalukuang 2680 2623 5303
4. La’latang 2790 2734 5524
5. Lakkang 508 477 985
Jumlah 14712 14265 28977

b. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan anak
serta masalah sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena faktor gizi yang
berhubungan dengan lingkunagan, perumahan dan sanitasi yang kotor
menyebabkan berbagai macam penyakit yang muncul. Di samping itu
kepadatan penduduk sebagai lambang perkembangan suatu daerah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Jumpandang Baru,
kepadatan penduduk adalah jiwa per kilometer persegi, jumlah kepala
keluarga (KK) tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru
adalah 6.556 KK melebihi jumlah rumah yang ada 4.998 rumah.
c. Struktur penduduk menurut umur dan sex rasio
Berdasakan komponen umur dan jenis kelamin maka karakteristik
penduduk dari suatu negara dapat debedakan menjadi 3 macam yaitu:
1) Ekspansif , jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur
termuda.
2) Konstruktif , jika penduduk berada dalam kelompok termuda hampir sama
besarnya
3) Stasioner, jika banyaknya penduduk sama dalam tiap kelompok umur
tertentu.

3
Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Penggolongan Usia
Golongan umur (tahun) Jumlah
No. Kelurahan
0-1 1-4 5-15 16-45 >45
1. Rappojawa 241 507 1768 3666 1058 6758
2. Wala-Walaya 739 1397 2451 3448 1081 9116
3. Kalukuang 269 472 2120 3905 1864 6696
4. La’latang 177 380 1040 2089 1423 5109
5. Lakkang 20 35 162 464 136 817
Jumlah 1386 2684 7066 12698 5144 28496
d. Perkawinan dan Fertilitas
Rata-rata kawin pertama dari tahun ketahun datanya belum ditemukan
pada wilayah kerja puskesmas, namun berdasarkan profil kesehatan tahun
1997 propinsi Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dari
umur 19,4 Tahun.
e. Tingkat pendidikan penduduk
Pendidikan salah satu upaya membentuk manusia terampil dan produktif
sehingga pada gilirannya dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Tabel 3. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di wilayah kerja


Puskesmas Jumpandang Baru tahun 2011
Tingkat Pendidikan
No Kelurahan Ket
TK SD SMP SMA Sarjana
1 Rappojawa 35 1419 118 - 55
2 Wala-Walaya 62 728 - - 45
3 Kalukuang - 1746 1624 1663 42
4 La’latang 107 216 - - 40
5 Lakkang 156 - - - 15
Jumlah 360 4109 1742 1663 197

4
f. Kegiatan Ekonomi
Pendapatan dan pengeluaran perkapita rata-rata pengeluaran perkapita
penduduk wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru belum ditentukan
datanya untuk tahun 2006. Sesuai profil kesehatan Tahun 1996 adalah Rp.
478.458 angka tersebut cenderung menurun akibat krisis moneter yang terjadi
sejak tahun 1997. Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja puskesmas
Jumpandang Baru dapat dillihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi penduduk menurut pekerjaan di wilayah Puskesmas
Jumpandang Baru tahun 2011

Jenis Pekerjaan
No
Karyawan Lain-
Kelurahan PNS buruh Pengangguran
Swasta lain
1 Rappojawa 161 99 88 829 49
2 Wala-Walaya 304 417 355 132 120
3 Kalukuang 215 105 150 100 35
4 La’latang 161 535 341 315 54
5 Lakkang 8 4 36 - -
Jumlah 849 1160 970 1376 258
g. Agama
Dari 37.350 jiwa penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Jumpandang
Baru, 93,45 % beragama Islam, 6,10 % beragama krsiten, dan 0,045%
beragama Hindu dan Budha. Proporsi ini hampir sama di semua kelurahan
kecuali di kelurahan Lakkang 100% beragama Islam.
3.3.3 Sarana
a. Sumber Daya Tenaga
Sarana kesehatan milik Pemerintah, Swasta dan partisipasi masyarakat
yang terdapat dalam wilayah kerja Puskesmas Jumpadang Baru turut berperan
dalam peningkatan status derajat kesehatan masyarakat dalam wilayah kerja
Puskesmas Jumpadang Baru.

5
Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Jumpadang Baru
tahun 2018 sebanyak 55 orang dengan berbagai spesifikasi, yang terdiri dari:
 Dokter Umum : 5 orang
 Dokter Gigi : 2 orang
 Perawat : 18 orang
 Bidan : 10 orang
 Apoteker : 3 orang
 Kesehatan lingkugan : 1 orang
 P2P : 1 orang
 Gizi : 2 orang
 Perawat Gigi : 3 orang
 Laboratorium : 1 orang
 Promkes : 1 orang
 Rekam medic : 2 orang
 Administrator : 5 orang
 Penyuluhan kesehatan : 1 orang
 KTU : 55 orang
Jumlah : 55 orang
Tenaga Honorer
1. Dapur : 2 orang

2. Cleaning service : 6 orang

3. Tukang cuci : 1 orang

Jumlah : 9 orang

b. Struktur organisasi

Struktur Organisasi Puskesmas Jumpandang Baru berdasarkan Surat


Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar terdiri atas :

6
Gambar 10. Struktur Organisasi PKM Jumpandang Baru
c. Visi dan Misi Puskesmas
1) Visi
Mewujudkan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat untuk
Makassar sehat dan nyaman menuju kota dunia.
2) Misi
1. Meningkatkan pelayanan yang cepat, tepat dan terjangkau
2. Meningkatkan sarana dana prasarana yang memadai untuk menciptakan
pelayanan yang lebih baik
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dan lintas sector
4. Memberikan pelayanan tanpa diskriminasi
d. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Jumpandang Baru

Sepuluh penyakit umum terbanyak yang tercatat di Puskesmas


Jumpandang BAru Pada Bulan tahun 2017 adalah:
1. ISPA : 5120 Kasus
2. Common Cold : 2857 Kasus
3. Kecelakaan : 2520 Kasus
4. Hipertensi : 2027 Kasus
5. Dyspepsia/gastritis : 1692 kasus
6. Dermatitis Alergi : 1258 Kasus
7. RA : 1283 Kasus
8. Peny. Infeksi lain : 1089 Kasus

7
9. Penyakit pulpa : 979 Kasus
10. Diabetes Mellitus : 858 Kasus
3.3.3 Upaya Kesehatan Puskesmas Jumpandang baru

Upaya kesehatan di Puskesmas Jumpandang Baru terbagi atas 3 ( tiga )


upaya Kesehatan Yaitu :
A. Upaya Kesehatan Masyarakat

a. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial

1. Upaya Promosi Kesehatan ( Promkes )


2. Upaya Kesehatan Lingkungan ( Kesling )
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) dan Keluarga Berencana
(KB)
4. Upaya Gizi
5. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit/P2P
6. Upaya Perkesmas
7. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan

1. Upaya Kesehatan Lanjut USia


2. Upaya Kesehatan Gigi Sekolah
3. Upaya Kesehatan Olahraga
4. Upaya Kesehatan kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
6. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
7. LKB
B. Upaya Kesehatan Perseorangan
a. Unit Gawat Darurat (UGD)
b. Unit Rawat Inap
c. Unit Kamar Bersalin
d. Kesehatan Ibu dan Anak
e. Konseling HIV/AIDS

8
f. Peneglola TB/Kolaborasi TB-HIV
g. Poliklinik Umum
h. Poliklinik Gigi
i. Home Care
j. Poli Gizi
k. Loket Pendaftaran
l. Rekam medic
m. Laboratorium
n. Farmasi
o. Pengelola Sampah Medis
p. Pengelola Gedung Obat
q. Kesehatan Haji
C. Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Unit Puskesmas Pembantu
b. Unit Puskesmas Keliling
c. Unit Bidan Kelurahan
Puskesmas Jumpandang Baru memiliki beberapa ruangan yang terdiri
dari :
a. Ruangan pengambilan kartu/loket
b. Ruang pemeriksaan dokter/kamar periksa
c. Ruang pemeriksaan gigi dan mulut
d. Ruang KIA dan KB
e. Ruangan Tindakan/UGD
f. Ruang P2M dan laboratorium
g. Ruang imunisasi dan PKL
h. Ruang pengambilan obat/apotek
i. Ruang tata usaha
j. Ruang administrasi/ruang rapat
k. Ruang kepala puskesmas

9
D. Upaya perbaikan gizi

a. Peningkatan pendidikan Gizi

1. Pembinaan KADARZI

2. Pemantapan lintas sector/ lintas program dalam penanggulangan


gizi

3. Penyuluhan gizi seimbang sesuai dengan siklus hidup

4. Peningkatan ASI eksklusif

5. Peningkatan D/S

6. Peningkatan N/D

7. Pembinaan kelompok gizi

8. Review proposal KGM

9. Pertemuan tim teknis

b. Peningkatan surveilans gizi

1. System kewaspadaan dini (SKD)

2. Pemantauan garam beryodium dan TABURIA

3. Pemberian vitamin A

4. Pemberian makanan tambahan balita gizi buruk dan bumil KEK

5. Pemantauan status gizi (PSG)

6. Koordinasi SKPG secara lintas sector

7. Peningkatan cakupan posyandu

8. Analisa data PWS

10
E. Kesehatan Lingkungan

a. Penyuluhan kesehatan lingkungan


b. Pendataan jumlah TTU, TPM baru
c. Inspeksi sarana air bersih
d. Kaporisasi
e. Pemicuan stop BABS
f. Sosialisasi program STBM di lorong
g. Pengawasan sarana kesehatan ( Klinik, Apotrik, dokter praktek )
h. Sosialisasi masalah DBD pemantauan jentik
i. Pembinaan kelurahan siaga (lorong siaga)
j. Pengawasan sanitasi kantin sekolah
k. Pembinaan program kelurahan sehat
l. Pengambilan sampel damiu
m. Pencatatan / pelaporan
F. Pengendalian penyakit (P2)

a. P2 TB

1. Pelacakan penderita TB baru


2. Kunjungan penderita TB yang mangkir
3. Pemeriksaan kontak serumah penderita TB
4. Penyuluhan penyakit TB
5. Penyegaran kader
6. Pelatihan petugas kesehatan
7. Pemeriksaan pada pasien suspek TB-DOTS
b. P2 TB MDR

1. Kunjungan penderita TB-MDR yang mangkir


2. Pemeriksaan kontak serumah penderita TB-MDR
3. Penyuluhan penyakit TB-MDR
4. Pemeriksaan pasien suspek TB-MDR
5. Pelayanan dan pengobatan TB-MDR

11
c. P2 Kusta

1. Kunjungan penderita kusta yang mangkir


2. Kunjungan pemeriksaan kontak serumah penderita kusta
3. Screening anak sekolah SD
4. Penyuluhan penyakit kusta
5. Pemeriksaan dan pengobatan pada penderita kusta
d. P2 Thypoid

1. Penemuan suspek thypoid


2. Pemeriksaan dan pengobatan
3. Penyuluhan penyakit thypoid
4. Sosialisasi penyakit thypoid
e. P2 Diare

1. Penyuluhan penyakit Diare


f. P2 Cacingan

1. Pemberian obat cacing untuk anak sekolah dan balita


g. P2 Kematian

1. Pengumpulan data laporan kematian di tiap kelurahan


2. Pemberatasan penyakit malaria
3. Pemberantasan penyakit campak
4. Pemberantasan penyakit AFP
5. Pemberantasan penyakit rabies
6. Pemberantasan penyakit DBD
7. P2 flu burung (H5N1)
G. Imunisasi

a. Kegiatan imunisasi di posyandu


b. Penyuluhan PD3I (penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi)
c. Penyuluhan imunisasi
d. Pemantauan status imunisasi (sweeping)

12
e. Pelaksanaan BIAS TT & DT
f. Pelaksanaan BIAS campak
g. Pengambilan vaksin dan logistic lainnya
H. Program KIA dan KB

a. Pelayanan antenatal
b. Penjaringan / deteksi dini bumil resti
c. Kunjungan rumah ibu hamil ( ibu hamil DO dan K1)
d. Kunjungan rumah p4K dan pemasangan stiker
e. Pelayanan ibu nifas (KF) dan neonates
f. Pelayanan imunisasi
g. Pelayanan kesehatan dan pemantaun tumbuh kembang bayi dan balita
h. SDIDTK
i. Kelas ibu hamil
j. Pelayanan KB
k. Penyuluhan kesehatan reproduksi
l. Pembinaan keluarga siaga
I. Promosi kesehatan

a. Kegiatan di kelurahan siaga

1. Pembinaan desa siaga

2. Pembinaan PHBS di TTU

3. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil

4. penyuluhan tentang ASI eksklusif kepada ibu nifas

5. Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat di rumah


tangga

6. Penyuluhan tentang pentingnya berolah raga bagi usia lanjut

7. Penyuluhan tentang manfaat makanan bergizi

13
b. Kegiatan posyandu

1. Pembinaan posyandu
2. Revitalisasi posyandu
c. Pembinaan toga

d. Pembinaan UKBM

e. Pengadaan

J. Laboratorium

a. Melakukan pemeriksaan laboratorium


1. hemoglobin
2. leukosit
3. trombosit
4. LED
5. Reduksi urine
6. Protein urine
7. Sedimen urine
8. Urine strip
9. Sputum BTA
10. Anti HIV
11. Pregnancy Test
12. RDT malaria
13. widal
14. golongan darah
15. malaria mikroskopis
16. glukosa darah
17. cholesterol darah
18. asam urat
b. Menjadi puskesmas rujukan mikroskopis BTA
c. Membawa laporan crosscheck triwulan dan slide crosscheck BTA

14
K. Farmasi

Pengambilan atau konsultasi obat di gudang farmasi


L. Kesehatan kerja

a. Pembinaan POS UKK dan informal

b. Pelacakan tempat kerja / industry

M. Kesehatan olahraga

a. Pelacakan tempat-tempat olahraga


b. Pemeriksaan kesehatan dan kebugaran
c. Cetak kartu menuju bugar
d. Senam prolanis
N. Upaya program usila

a. Pendataan sasaran usila

b. Posyandu bagi usila

c. Penyuluhan bagi usila

d. Kunjungan rumah

e. Puskel usila

f. Senam usila

O. UKS

a. Sosialisasi UKS dan penyuluhan di sekolah

b. Pembinaan / pengawasan warung sekolah

c. Pengawasan sanitasi sekolah

d. Penjaringan anak sekolah

e. Penyegaran dokter kecil / kader kesehatan remaja

15
P. UKGMD

a. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di posyandu


b. Puskel gigi
c. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada kelompok lansia
d. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok kesehatan kerja
e. Sosialisasi kader tentang kesehatan gigi dan mulut
Q. UKGS

a. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah


b. Pembinaan / penyegaran dokter kecil
c. Melakukan sikat gigi missal di sekolah / APRAS
d. Melakukan penyuluhan pada APRAS / sekolah

16
2. Alur Pelayanan

Pasien

Loket

Kamar Periksa Rujuk Pasien


- Poli
umum
- Poli gigi
Laboratorium
- Poli

Ruang
Tindakan

Apotik
mkk
Pasie
nn
Gambar 11. Bagan Alur Pelayanan Puskesmas Jumpadang Baru

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus


4.1.1 Anamnesis dan Diagnosis Klinis
A. Identitas Pasien
Nama : SMI
Umur : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Indonesia/ Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Pemeriksaan : 09 Februari 2018

B. Riwayat Penyakit
- Keluhan Utama
Nyeri menelan
- Anamnesis Terpimpin
Seorang perempuan berusia 14 tahun datang ke puskesmas
Jumpandang Baru dengan keluhan nyeri menelan yang dialami sejak 3
hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam sejak satu hari
sebelum ke puskesmas. Batuk (+) flu (+). Sesak nafas (-), BAB lancar
warna kuning konsistensi lembek. BAK baik warna kuning muda.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien pernah berobat ke Puskesmas Jumpandang
baru dengan keluhan batuk dan flu disertai demam. Keluhan membaik
setelah diberikan pengobatan oleh dokter.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang
sama.

18
- Riwayat Alergi
Pasien tidak ada riwayat alergi terhadap substansi atau obat-obatan
tertentu pada pasien.
- Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai satpam di suatu SMP dan ibunya seorang
ibu rumah tangga. Keluarga pasien termasuk keluarga dengan sosial
ekonomi menegah ke bawah.
- Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat dengan keluhan yang sama.
C. Pemeriksaan Fisis
- Keadaan Umum
Pasien tampak sakit ringan, gizi cukup, kesadaran compos mentis.
- Vital Sign
1. Tekanan Darah : Tidak dilakukan
2. Nadi : 72 x/menit
3. Pernapasan : 20 x/menit
4. Suhu : 37,5 oC
- Status Generalis
5. Kepala : Normochepal
Rambut : Hitam, sulit dicabut
Mata : Eksoptalmus atau enoptalmus: (-)
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak mata : Dalam batas normal
Konjungtiva : Anemis (-)
Kornea : Jernih
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor 2,5 mm
6. Telinga
Tophi : (-)
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)

19
7. Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
8. Mulut
Bibir : Kering (-)
Gigi geligi : Karies (+)
Gusi : Perdarahan (-)
Tonsil : Hiperemis (+) T2-T2

Gambar 12. Pemeriksaan Tonsil pada Pasien

9. Leher
Kelenjar getah bening : MT (-), NT (-)
Kelenjar gondok : MT (-), NT (-)
DVS : Tidak dilakukan
Kaku kuduk : Tidak dilakukan
Tumor : (-)
10. Dada
Inspeksi : Simetris ki=ka
Bentuk : Normochest
Buah dada : Tidak dilakukan
Sela iga : Tidak dilakukan
11. Thorax

20
Palpasi : Fremitus Raba : Ki=Ka
Nyeri tekan : (-)
Perkusi : Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru hepar : ICS VI Dextra Anterior
Batas paru belakang kanan : V Th IX Dextra Posterior
Batas paru belakang kiri : V Th X Sinistra Posterior
Auskultasi : Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/- Wh-/-
12. Punggung
Inpeksi : Skoliosis (-), kifosis (-)
Palpasi : MT (-), NT (-)
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
13. Cor
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Pekak,batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular
Bunyi tambahan : Bising (-)
14.Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (-)daerah epigastrium
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

21
E. Diagnosis
Tonsilitis akut
4.1.2 Penatalaksanaan dan Edukasi
- Penatalaksanaan

• Paracetamol 500 mg 3dd1 tab


• Ambroxol 30 mg 3dd1 tab
• Amoxicilin 500 mg 3dd1 tab
- Edukasi

• Hindari makan makanan berminyak


• Hindari minum minuman dingin
• Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga (cuci tangan dan
gunakan alat makan yang bersih)
4.1.3 Follow Up
Setelah 3 hari pemberian obat, pasien mengaku keluhan nyeri menelan telah
berkurang, serta keluhan lain berupa demam, batuk dan flu sudah tidak
dirasakan pasien dan dari hasil pemeriksaan tonsil diperoleh: T1-T1,
Hiperemis (-)
4.1.4 Pendekatan Holistik
- Profil Keluarga
Pasien SMI tinggal bersama bapak, ibu, dan kedua kakaknya.
- Karakteristik Demografi Keluarga
a. Identitas Kepala keluarga : Tn. I
b. Identitas Pasangan : Ny. S
c. Alamat : Jl. Ade Irma Nasution LR. 6/20
d. Bentuk Keluarga : Keluargai inti (nuclear family)

22
Kedudukan
No Nama dalam Gender Umur Pendidikan Pekerjaan
keluarga

1 Tn. K Bapak L 53 SMA Wiraswasta

2 Ny. A Ibu P 49 SMP IRT

3 MI Anak L 31 S1 Dosen

4 NI Anak P 27 D3 Bidan

5 DC Anak L 16 SMA -

Tabel 5. Daftar Anggota Keluarga

- Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


Sehari-hari pasien disebukkan dengan kegitan belajar di sekolah. Setelah
pulang sekolah, pasien menyempatkan waktu luangnya untuk bermain
dan bergaul dengan teman-teman di sekitar rumahnya. Pasien merupakan
anak yang mudah bergaul dan memiliki banyak teman. Ayah pasien
merupakan seorang sarpam di sekolah dan ibunya seorang ibu rumah
tangga. Keluarga pasien termasuk keluarga dengan sosial ekonomi
menegah ke bawah. Pasien tinggal di rumah kontrakan yang kondisinya
tidak cukup baik dengan kondisi di lantai terdiri ruang tamu dan dapur
serta kamar mandi, di lantai 2 ruangan dengan beberapa kasur sebagai
tempat tidur mereka.

Status kepemilikan rumah : kontrakan


Daerah perumahan : padat

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Luas rumah : 50 m2 Keluarga SMI tinggal di rumah

23
Jumlah penghuni : 5 orang dengan status kepemilikian kontrakan.
SMI tinggal dalam rumah yang
Luas halaman rumah : -
cukup sehat dengan lingkungan rumah
Bertingkat yang padat penduduk. Dengan

Lantai rumah dari : ubin penerangan listrik 450 watt.


Menggunakan air yang berasal dari
Dinding rumah dari : kayu
sumur untuk keperluan mandi dan
Jamban keluarga : ada untuk makan dan minum membeli air
gallon dari sekolah tempat ayahnya
Tempat bermain : tidak ada
bekerja.
Penerangan listrik : 450 watt

Ketersediaan air bersih : tidak ada


(sumur)

Pembuangan sampah : tidak ada

Tabel 6. Lingkungan Tempat Tinggal

- Kepemilikan barang – barang berharga


Keluraga SMI memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara
lain yaitu, satu buah televisi yang terletak di ruang tamu, kulkas yang
terletak di ruang tamu serta perlengkapan elektronik lainnya.
- Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

• Jenis tempat berobat : Puskesmas

• Asuransi / Jaminan Kesehatan : BPJS

24
- Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Faktor Keterangan Kesimpulan

Dengan berjalan Letak PKM Jumpandang


Cara mencapai pusat
kaki Baru tidak jauh dari tempat
pelayanan kesehatan
tinggal pasien, sehingga
untuk ke puskesmas dengan
Biaya pelayanan
berjalan kaki. Untuk biaya
Tarif pelayanan kesehatan kesehatan cukup
pengobatan di puskesmas
murah.
tidak dipungut biaya karena
Pelayanan pasien menggunakan BPJS
Kualitas pelayanan kesehatan yang dan pelayanan Puskesmas
kesehatan didapat pun dirasakan pasien
memuaskan. memuaskan.

Tabel 7. Sarana Pelayanan Kesehatan

- Pola Konsumsi Makanan Keluarga


Keluarga SMI memiliki kebiasaan makan antara 2-3 kali dalam sehari,
namun anak ini termasuk malas makan dan suka jajan.
- Pola Dukungan Keluarga

• Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga


Di antara yang merupakan faktor pendukung dalam penyelesaian
masalah keluarga seperti ada komunikasi yang baik dalam keluarga.
Selain adanya hubungan yang harmonis. Keluarga juga sangat terbuka
untuk setiap masalah kesehatan yang dihadapi.

• Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga


Kurangnya pengawasan orang tua terhadap perilaku SMI yang suka
jajan sembarangan.
- Analisa Kedokteran Keluarga (Family Assesment Tools)

• Fungsi Fisiologis (APGAR)

25
Penilaian

Hampir Kadang Hampir


No Pertanyaan selalu - Tidak
Kadang Pernah
(2) (1) (0)

1. Adaptasi
Saya puas dengan keluarga saya karena
masing – masing anggota keluarga sudah √
menjalankan kewajiban sesuai dengan
seharusnya

2. Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan keluarga saya karena

dapat membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya hadapi

3. Growth (Pertumbuhan)
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan

keluarga saya untuk mengembangkan
kemampuan yang saya miliki

4. Affection (Kasih Sayang)


Saya puas dengan kehangatan/ kasih sayang √
yang diberikan keluarga saya

5. Resolve (Kebersamaan)
Saya puas dengan waktu yang disediakan √
keluarga untuk menjalin kebersamaan

Total Skor 10

Tabel 8. Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Pasien

26
Berdasarkan dari tabel APGAR diatas total skor adalah 10, ini
menunjukkan fungsi keluarga sehat.

• Fungsi Patologis (SCREEM)


Aspek sumber daya patologi
1. Sosial: Pasien dapat hidup bermasyarakat dengan baik.
2. Kultural: Pasien dan keluarganya mengadakan acara pernikahan,
aqiqah, dan khitanan sesuai adat istiadat Makassar.
3. Religious: Keluarga pasien rajin melakukan ibadah sebagai umat
Islam, seperti: sholat lima waktu, tadarrus, puasa pada bulan
Ramadhan, dan ikut serta dalam kegiatan Isra’ Mi’raj dan Maulid
Nabi Muhammad saw.
4. Ekonomi: Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi tercukupi.
5. Edukasi: Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu D3.
6. Medikasi: Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan
kesehatan dari Puskesmas serta memilki asuransi kesehatan BPJS.

• Genogram (Fungsi Genogram)


Dalam keluarga pasien, hanya pasien yang menderita penyakit
tonsilitis.

Gambar 13. Genogram Penderita Tonsilitis

27
Keterangan :
: Menikah
: Laki-laki sehat
: Perempuan sehat
: Anak (perempuan) tonsilitis

• Bentuk keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Keluarga Inti yang terdisi atas Tn. I
sebagai bapak pasien, Ny. S sebagai ibu pasien, SSI, MZI, SKI
sebagai kakak pasien dan SAI dan MSI sebagai adik pasien.

• Tahapan siklus keluarga


Tn. I merupakan pasangan Ny. S mereka dikaruniai 2 orang anak laki-
laki dan 4 orang anak perempuan yang masing-masing sudah dapat
mengurus diri sendiri.

• Family Map
Tn. I Ny. S

SSI MZI SKI SMI SAI MSI


Gambar 14. Family Map SMI
Keterangan :
: Menikah
: Laki-laki
: Perempuan

28
4.2 Pembahasan
4.2.1 Diagnosis Klinis
A. Anamnesis dan Diagnosis Klinis
- Aspek Personal
Seorang perempuan berusia 14 tahun datang ke puskesmas
Jumpandang Baru dengan keluhan nyeri menelan yang dialami sejak 3
hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam sejak satu hari
sebelum ke puskesmas. Batuk (+) flu (+). Sesak nafas (-), BAB lancar
warna kuning konsistensi lembek. BAK baik warna kuning muda.
Kekhawatiran, takut penyakitnya memburuk. Harapan: dapat sembuh
dan anggota keluarga yang lain tidak menderita penyakit yang sama
dengannya.
- Aspek Klinik

• Nyeri menelan
• Demam
• Batuk
• Flu
• Pemeriksaan fisis: Tonsil hiperemis (+) T2-T2
- Aspek Faktor Risiko Internal

• Kurangnya pengetahuan tentang tonsilitis


• Kurangmya upaya menghindari penyebab tonsilitis
- Aspek Faktor Risiko Eksternal
Anggota keluarga kurang mengawasi pasien untuk menghindari
penyebab penyakit tonsillitis serta lingkungan tempat tinggal yang
kurang bersih memudahkan untuk terinfeksi.
- Aspek Psikososial Keluarga
Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat dan
mendukung kesembuhan pasien. Di antara faktor-faktor yang dapat
menghambat kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengawasan
keluarga terhadap pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan faktor

29
pencetus penyebab tonsilitis pasien. Sedangkan faktor yang dapat
mendukung kesembuhan pasien yaitu adanya dukungan dan motivasi
dari semua anggota keluarga baik secara moral dan materi.
- Aspek Fungsional
Secara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih mampu
dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam
maupun di luar rumah.
- Derajat Fungsional
SMI masih dapat beraktifitas dengan baik tanpa bantuan siapapun
(derajat 1 minimal)
- Rencana Penatalaksanaan (Plan Of Action)

• Pertemuan ke-1: Puskesmas Jumpandang Baru, 09 Februai 2018


pukul 11.30 WITA.

• Pertemuan ke-2: Rumah pasien, tanggal 13 Februari Pukul 12.30


WITA.

Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan

Saat
Menginformas
pasien
ikan kepada Mengetahui
Aspek ke PKM Tidak Tidak
SMI tentang Pasien penyebab
Personal dan saat ada menolak
penyakit yang pasien sakit
home
diderita
visit

Menganjurkan Saat
pasien untuk pasien
Aspek Penyakit Tidak Tidak
meminum obat Pasien ke PKM
Klinik sembuh ada menolak
sesuai yang dan saat
ditentukan home

30
dokter visit

Menganjurkan
Saat Mencegah
pasien untuk
pasien penyakit
Aspek menghindari
ke PKM yang Tidak Tidak
Resiko minuman Pasien
dan saat diderita ada menolak
Internal dingin dan
home pasien
makanan
visit kambuh
berminyak

Memberitahuk
an keluarga
pasien untuk
senantiasa
mengingatkan Mencegah
pasien untuk Orang penyakit
Aspek Saat
menjaga tua dan yang Tidak Tidak
Risiko home
kesehatan dan kakak diderita ada menolak
Eksternal visit
tidak jajan pasien pasien
sembarangan kambuh
serta
kebersihan
lingkungan
rumah

31
Mengurangi
Mengajarkan faktor
kepada faktor yang
keluarga dapat
Orang
Aspek pasien untuk Saat memperber
tua dan Tidak Tidak
Psikososial selalu home at keadaan
kakak ada menolak
Keluarga memberikan visit klinis
pasien
motivasi demi pasien.
kesembuhan Menjaga
pasien keluarga
tetap sehat.

Menganjurkan Mencegah
pasien untuk penyakit
Saat
Aspek menjaga yang Tidak Tidak
Pasien home
Fungsional kesehan dan diderita ada menolak
visit
tidak jajan pasien
sembarangan kambuh

Tabel 9. Rencana Pelaksanaan (Plan Of Action)

B. Pemeriksaan Fisik
Tonsil hiperemis, T2-T2
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
D. Diagnosis Holistik

• Diagnose Klinis
Tonsilitis Akut

• Diagnose Psikososial
Kurangnya pengawasan keluarga terhadap pasien serta kondisis
lingkungan tempat tinggal yang kurang bersih sehingga tidak ada

32
upaya pencegahan faktor pencetus penyebab tonsilitis dan kecemasan
ibu pasien akan penyakit pasien memburuk, ketakutan akan penyakit
pasien berulang bahkan menjadi kronik
4.2.2 PENATALAKSANAAN dan EDUKASI
- Pengobatan farmakologi berupa:

• Paracetamol 500 mg 3dd1 tab


• Ambroxol 30 mg 3dd1 tab
• Amoxicilin 500 mg 3dd1 tab
- Edukasi

• Hindari makan makanan berminyak


• Hindari minum minuman dingin
• Memperbaiki higienitas pribadi, keluarga (cuci tangan dan gunakan
alat makan yang bersih), serta tempat tinggal

4.2.3 PENDEKATAN HOLISTIK

Skor
Skor Resume Hasil
No Masalah Upaya Penyelesaian Akhi
Awal Akhir
r

1. Faktor Biologi
- Invasi kuman 3 Edukasi kepada - Penyuluhan 5
pathogen pasien untuk terselenggara
(bakteri/virus) menjaga kesehatan - Keluhan
dengan makan berkurang
makanan bergizi dan
menghindari
minuman dingin dan
makanan berminyak
serta kondisi rumah

33
2. Faktor Ekonomi
dan Pemenuhan
Kebutuhan
- Kecemasan 3 Edukasi kepada - Penyuluhan 5
pasien dan pasien dan keluarga terselenggara
keluarganya tentang tonsilitis dan - Kecemasan
terhadap terapi serta pasien dan
penyakit yang pencegahannya. keluarga
dapat berkurang
memburuk

3. Faktor Perilaku
Kesehatan 3 Edukasi kepada - Penyuluhan 5
Keluarga pasien dan keluarga terselenggara
- Pasien tetap untuk makan - Pasien
mengkonsumsi makanan bergizi dan menghindari
minuman berolahraga jajan
dingin sembarangan

Total Skor 9 15
Rata-Rata Skor 3 5

Tabel 10 . Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian


Masalah dalam keluarga
- Ket.

• Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi

• Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada


sumber (hanya keinginan), penyelesaian masalah
dilakukan sepenuhnya oleh provider

34
• Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian
sumber yang belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah
dilakukan sebagian besar oleh provider

• Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih


tergantung pada upaya provider

• Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

Berdasarkan dari tabel diatas, ini menunjukkan bahwa pasien dan


keluarga pasien dapat menyelesaikan masalah kesehatan secara
mandiri.

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Untuk melakukan diagnosis secara klinis meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang, serta mengintepretasikan
hasilnya dalam mendiagnosis tonsilitis. Dari uraian pada bab sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa, diagnosis telah dilakukan dengan baik dan
benar, dimana pasien dapat mengemukakan keluhan yang dialaminya
kepada pemeriksa sehingga dapat didiagnosis pasien menderita tonsilitis.
2. Untuk melakukan prosedur tatalaksana dan edukasi tonsilitis sesuai
standar kompetensi dokter Indonesia. Dari uraian pada bab sebelumnya
telah dipaparkan mengenai penatalaksanaan pada pasien tonsilitisi berupa
terapi farmakologi berupa antipiretik, antibiotik, dan obat batuk serta
memberikan edukasi pada pasien agar menghindari faktor pemicu berupa
minuman dingin dan makanan berminyak sehingga penatalaksanaan yang
diberikan pada pasien telah sesuai standar kompetensi dokter Indonesia.
3. Untuk menggunakan landasan Ilmu Kedokteran Klinis dan Kesehatan
Masyarakat dalam pendekatan holistik melakukan upaya pengendalian
tonsilitis secara holistik dan komprehensif baik secara individu, keluarga
maupun komunitas. Dari uraian pada bab sebelumnya telah dijelaskan
mengenai pendekatan holistik yang telah dilakukan dilihat dari berbagai
aspek pasien, seperti aspek personal, klinik, faktor resiko internal, resiko
eksternal, psikososial keluarga, dan fungsional sehingga pasien dan
keluarganya dapat sembuh serta mencegah dan menghindari penyakit
tonsilitis.
5.2 Saran
Dari masalah yang dapat ditemukan pada SMI berupa Tonsilitis maka
disarankan untuk:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan tonsilitis.
2. Memberitahukan pasien untuk senantiasa menjaga kesehan dan tidak
jajan sembarangan.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono, Soepardi EA. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid.


Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD editors. Buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. Edis 6. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI. 2011: 217-25

2. Udayan KS. Tonsillitis and peritonsillar Abscess. [online]. 2011. [cited, 2018
Feb15]. Available from URL: http://emedicine.medscape.com/

3. Medical Disbility Advisor. Tonsillitis and Adenoiditis. [online]. 2011. [cited,


2018 Feb 15]. Available from URL: http://www.mdguidelines.com/tonsillitis-
and-adenoiditis/

4. John PC, William CS. Tonsillitis and Adenoid Infection. [online].2011 .[cited,
2018 Feb 15]. Available from: URL: http://www.medicinenet.com

5. Adnan D, Ionita E. Contributions To The Clinical, Histological,


Histochimical and Microbiological Study Of Chronic Tonsillitis. Pdf.

6. Adams, George, Boies, Lawrence, Higler, Peter. BOIES Buku Ajar Penyakit
THT. Edisi VI. Jakarta : EGC. 2012. P263-274

7. Amalia, Nina. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis D RSUP H. Adam


Malik Medan Tahun 2009. 2011.pdf

8. Mandavia, Rishi. Tonsillitis. [online] .[cited, 2018 Feb 16]. Available from:
URL: http://www.entfastbleep.com

9. Ellen Kvestad, Kari Jorunn Kværner, Espen Røysamb, et all. Heritability of


Reccurent Tonsillitis. [online].2008.[cited, 2018 Feb 16]. Available from:
URL: http://www. archotolaryngelheadnecksurg.com

10. Nizar, M. dkk. Identifikasi Bakteri Penyebab Tonsilitis Kronik Pada Pasien
Anak di Bagian THT RSUD ULIN Banjarmasin. 2016. Pdf

37
11. Shah. Causes Of Tonsillitis. [online].[cited, 2018 Feb 16]. Available from:
URL: https://www.askdrshah.com/app/tonsillitis/tonsillitis-causes.aspx

12. Oktaria Annisa, dkk. Hubungan Umur, Jenis Kelamin dan Perlakuan
Penatalaksanaan dengan Ukuran Tonsil pada Penderita Tonsilitis Kronis di
Bagian THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013. 2015. pdf.

13. Pasha R. Pharyngeal And Adenotonsillar Disorder. In: Otolaryngology-Head


and Neck Surgery.2009. p158-165

14. Uğraş, Serdar & Kutluhan, Ahmet. Chronic Tonsillitis Can Be Diagnosed
With Histopathologic Findings. In: European Journal of General Medicine,
Vol. 5, No. 2. [online].2008.[cited, 2018 Feb 16]. Available from: URL:
http://www. Bioline International .com

38
LAMPIRAN

Tampak depan rumah

Ruang Tamu Dapur

39
Lantai 2 sebagai kamar

Kamar mandi dan sumur

40
41

Anda mungkin juga menyukai