Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. R.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR MEATUS AKUSTIKUS


EKSTERNUS(MAE)

DI RUANGAN IRINA C4 RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU


MANADO

CT :
Janbonsel Bobaya SPd. M.Kes
CI :
Ns. Debora R.J. Mamonto, S.Kep

Disusun Oleh :

Gracia Lontaan

711440119016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PRODI DIII KEPERAWATAN

1
2021

I. PENDAHULUAN

Pada umumnya tumor THT-KL ditemukan pada rongga mulut, orofaring,


nasofaring, hidung dan sinus paranasal, hipofaring, laring dan telinga. Tumor pada
telinga dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor dapat terjadi di daun telinga,
saluran telinga luar ( meatus akustikus externus ), telinga tengah dan telinga
dalam. Tumor di daerah yang berbeda dari telinga berperilaku berbeda juga. Jadi,
perlu untuk menggambarkan tumor berdasarkan kejadian, gejala dan
pengobatannya.1

Saluran telinga eksternal dimulai pada pembukaan dari bagian berbentuk


cangkir (konka) dari telinga dan memanjang ke bawah ke gendang telinga. Tumor
jinak pada saluran telinga luar seperti dalam cholesteotoma atau ganas seperti
pada karsinoma sel skuamosa. Kedua tumor ini tumbuh lambat dan memberikan
waktu yang cukup untuk dapat didiagnosis pada awal perjalanan penyakit.
Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis yang paling umum dari kanker telinga
yang didapatkan.Tumor-tumor ganas pada saluran telinga eksternal bersifat sangat
serius, Biopsi langsung dari setiap lesi yang mencurigakn di saluran telinga
eksternal harus dilakukan segera. 1

National Cancer Institute di Amerika Serikat melaporkan bahwa pada


tahun 1991 terdapat 6 juta penderita tumor ganas. Tercatat jumlah penderita tumor
ganas leher dan kepala sebanyak 78.000 orang lebih dari 75% adalah karsinoma
sel skuamosa. Dari seluruh penderita tumor ganas yang tercatat pada tahun 1991
tersebut, 10% penderita meninggal dunia pada tahun pertama, di antaranya 3-4%
adalah penderita keganasan pada kepala dan leher. 3

Pada awal januari 1997 dilaporkan bahwa kira-kira 33% penderita tumor
ganas kepala dan leher telah meninggal dunia. Secara keseluruhan angka rata-rata
bertahan hidup 5 tahun untuk tumor ganas leher dan kepala berkisar sebanyak 50-

2
60% untuk tumor primer saja dan 30% pada penderita tumor primer yang
bermetastasis. 1

Tumor ganas pada saluran telinga luar (MAE) lebih jarang terjadi. Hanya
1 pasien di antara 10.000 pasien yang dating berobat dengan keluhan telinga, yang
terbukti menderita tumor pada saluran telinga luar. Tumor pada saluran telinga
luar, baik ganas atau jinak, umumnya mirip satu sama lain. 5

Meskipun relatif jarang, insiden kanker telinga sering terjadi pada individu
yang berusia lebih dari 60 tahun, namun dapat juga terjadi pada setiap kelompok
usia. Hal ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. 2

II. ETIOLOGI

Penyebab pasti dari kanker telinga belum diketahui secara jelas .Namun
Keganasan pada daun telinga dan liang telinga terjadi diduga karena faktor
anatominya yang berada di permukaan tubuh dan radiasi ultraviolet. Banyak
penelitian yang menyebutkan bahwa keganasan yang paling sering ditemukan
adalah karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa. Kedua keganasan ini
sering dihubungkan dengan radiasi ultraviolet (walaupun tidak selalu faktor
radiasi ultraviolet yang menjadi faktor utama pencetus keganasan). Karsinoma sel
basal dan karsinoma sel skuamosa bisa tumbuh dalam liang telinga atau menyebar
dari aurikula ke dalam liang telinga.21
Karsinoma daun telinga sering timbul pada decade 6 atau ke 7 dan
80%terjadi pada laki-laki. Hal ini dihubungkan dengan udara terbuka dalam
waktu yang lama, ekstrim kronis, atau radiasi teliga sebelumnya. Didapatkan 75%
dari karsinoma liang telinga dan telinga tengah berhubungan dengan otore kronis.
12

Studi lain menjelaskan bahwa prevalensi peselancar , terutama mereka


yang berselancar di perairan dingin meningkatkan resiko untuk terjadinya
exostoses/ tumor jinak saluran telinga luar. 9

3
Merokok dan minum alkohol adalah faktor etiologi yang sering
ditemukaan pada tomor ganas THT-KL. Perokok berat beresiko 5 sampai 25 kali
lebih tinggi mengalami tumor ganas dibandigkan bukan perokok. Efek lagsung
dari nikotin dan hidrokarbon polisiklik aromatic dipertimbangkan bersifat
karsinogenik. Merokok dan minum alcohol juga menyebabkan mutasi dari gen
suspensor tumor p53. 4
Human papilloma Virus (HPV) dan Epstein barr virus (EBV) adalah virus
yang erat hubugannya dengan kejadian tumr ganas THT-KL, EBV HPV berkaitan
dengan karinoa sel squmosa kepala,leher dan telinga 4
Dari penelitian yang pernah dilakukan, keganasan di bidang telinga hidung
dan tenggorok ini sangat erat hubungannya dengan penderita sosioekonomi yang
rendah, malnutrisi, penderita-penderita perokok berat dan peminum alkohol.4

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA.

Gambar 1 Anatomi telinga


Di kutip dari kepustakaan 21
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu
mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan
dan posisi tubuh. Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam

3.1 Telinga luar

4
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Daun telinga memiliki beberapa bagian, antara lain: concha, helix, antihelix,
lobulus, trogus dan antitragus.Liang telinga berbentuk huruf S, dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½- 3 cm.
21

Meatus auditus eksternus merupakan saluran yang agak gepeng


dari permukaan sampai ke dalam tulang temporalis. Batas dalamnya adalah
membrane timpani. Suatu epitel berlapis skuamosa yang berlanjut dari kulit,
melapisi saluran ini. Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar
seruminosa (sejenis modifikasi kelenjar keringat) di dalam submukosa.
Kelenjar seruminosa adalah kelenjar tubular bergelung yang menghasilkan
serumen-atau “lilin” telinga campuran lemak dan lilin yang semisolid dan
berwarna kecoklatan. Rambut dan serumen memiliki fungsi protektif. 12
Membran timpani telinga adalah membran semitransparan yang
tipis, oval, berdiameter ± 1cm dan terletak di bagian paling dalam dari
telinga luar. Membran timpani dilapisi oleh kulit tipis pada bagian luar dan
membran mukosa pada bagian dalam. 21
Gendang telinga atau membran timpaniadalah perbatasan dengan
telinga tengah, yang berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan
eksternal dan membrane mukosa pada permukaan internal. 11

3.2 Telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan: 21

- Batas luar : membran timpani


- Batas depan : tuba eustachius
- Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

5
- Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi
sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),
tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus


tulang temporal, Telinga tengah terdiri dari, tuba eustachius yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring yang berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani. Tulang
pendengaran atau Ossikula auditiva yang terdiri dari (martil atau malleus,
landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). 10,11
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan
ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan
menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang
merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea atau
rumah siput. 10

3.3 Telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari labirin ossea (labirin tulang), sebuah


rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi
cairan perilimfe& labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan
memiliki cairan endolimfe. 10

6
Gambar 2
Potongan melintang koklea. Endolimfe terdapat di skala media - daerah
hijau terang pada tengah diagram.
Dikutip dari kepustakan 10

Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang


melintang koklea terdiri atas tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media,
dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan
tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval,
sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui
tingkap bulat. 10
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau
membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di
atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah
getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel
penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari
gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian
otak dengan saraf vestibulokoklearis. 10

3.4 Fisiologi Sistem Pendengaran


Fungsi utama dari telinga luar dan tengah adalah menyalurkan
energi suara dari luar ke telinga dalam. Fungsi ini dimulai dengan peran

7
aurikula sebagai penangkap getaran dari luar yang diteruskan ke meatus
akustikus eksternus. Dikarenakan bentuk dan ukurannya, meatus akustikus
eksternus mampu menambah intensitas bunyi pada gelombang 2-4 KHz
hingga 10-15 dB. Getaran yang ditangkap diteruskan ke membran timpani
dan menyebabkan
membran timpani bergetar kemudian menyebabkan maleus bergetar. Maleus
berartikulasi dengan inkus dan inkus berartikulasi dengan stapes. 21
Artikulasi antara inkus dan stapes menyebabkan stapes terdorong
ke depan dan ke belakang setiap membran timpani dan maleus bergetar,
sehingga menyebabkan gerakan ke luar dan ke dalam pada oval window dan
menggetarkan cairan endolifatik pada duktus koklearis. 21
Perpindahan tekanan suara dari medium gas ke medium cair
menyebabkan hilangnya energi dalam jumlah besar. Jumlah energi yang
hilang mencapai 99.9% atau sekitar 30 dB dan hanya 0.1% yang
ditransmisikan. Untuk mengatasi kehilangan itu telinga tengah memiliki
fungsi yang mengubah energi suara yang ditransmisikan dari lingkungan
luar telinga, dimana gas sebagai medium, ke telinga dalam yang
mengandung cairan. Fungsi tersebut adalah: 21
1) The Lever System
Karena manubrium pada maleus lebih panjang daripada lengan
panjang inkus, telinga memperoleh keuntungan secara mekanik yaitu dapat
menutupi 2 hingga 3 dB dari total energy suara yang hilang akibat
perpindahan medium sebesar 30 dB. 21
2) Tympanic Membrane-Footplate Ratio
Fungsi ini didasari oleh perbedaan luas permukaan dari membran
timpani dengan footplate dari stapes. Luas permukaan dari membran
timpani adalah 55 mm2 dan luas permukaan footplate dari stapes adalah 3,2
mm2. Rasio aktual keduanya adalah 21:1 namun rasio efektif adalah 14:1,
hal ini disebabkan tidak semua permukaan membran timpani yang bergetar.
Rasio efektif tersebut dapat mengatasi kehilangan energi suara sebesar 23
dB. 21

8
Dari kedua mekanisme tersebut, telinga tengah dapat menutupi 25-
27 dB dari total 30 dB energi suara yang dilang. Sisa 3-5 dB hilang
selamanya. Mekanisme ini dinamakan “impedance-matching mechanism”.
Selain itu, telinga tengah juga memiliki mekanisme protektif yaitu dengan
kontraksi otot stapedius dan otot tensor timpani. Otot stapedius berfungsi
menahan gerakan berlebih dari stapes, dan otot tensor tympani. 21
Selanjutnya, getaran yang disampaikan dari stapes ke tingkap oval
menyebabkan cairan endolimfatik di sepanjang duktus koklearis bergetar.
Getaran itu menimbulkan getaran pada membran basilar. 21
Organ Corti, yang terletak pada permukaan membran basilar,
mencetuskan impuls sebagai respon terhadap getaran pada membran basilar.
Organ Corti memiliki dua tipe sel rambut, sel rambut luar dan dalam,
dimana sel rambut luar lebih banyak daripada sel rambut dalam. Sel-sel
rambut memiliki stereosilia. Sterosilia tertanam dalam membran tektorial
yang memiliki struktur seperti gelatin dan ukutannya semakin panjang pada
sisi yang menjauhi modiolus. Setiap stereosilia berikatan dengan stereosilia
disampingnya yang lebih panjang oleh filamen-filamen tipis. Pada saat
terjadi pembengkokan stereosilia ke arah stereosilia yang lebih panjang,
maka stereosilia yang lebih pendek akan tertarik dan membuka 200 sampai
300 saluran penghantar kation dan menimbulkan gerakan cepat dari ion
kalium yang bermuatan positif untuk memasuki stereosilia dan
menyebabkan hiperpolarisasi. Jika yang terjadi sebaliknya makan akan
menyebabkan depolarisasi dari sel-sel rambut. Secara umum,jika membran
basilar berbelok ke arah scala vestibuli akan menyebabkan sel-sel rambut
untuk berdepolarisasi, dan jika membran basilar berbelok ke arah skala
timpani akan menyebabkan sel-sel rambut mengalami hiperpolarisasi. 21
Perubahan potensial sel-sel rambut ini akan mengeksitasi serabut-
serabut saraf yang bersinaps pada dasar sel-sel rambut dan
menghantarkannya ke sepanjang saraf-saraf pendengaran. 21
VI. KLASIFIKASI TUMOR MEATUS AKUSTIKUS EKSTERNUS

BENIGNA

 EXOTOSIS 9
 ADENOMA
 OSTEOMA
TUMOR TELINGA
BAGIAN LUAR
MALIGNA

 SKUAMOUS SEL
CARSINOMA
 BASAL SEL KARSINOMA
 ADENOMA KISTIK
EPITELIOMA
 SARKOMA
 MELANOMA MALIGNA

Dikutip dari kepustakaan 14

6.1. Tumor Jinak


a. Exostoses
Exostoses adalah kelainan tulang yang paling umum dari MAE(Meatus
Akustikus Eksternus), prevalensinya sekitar 1 dari setiap 150 pasien diperiksa
untuk masalah otolaryngologic. Manifestasinya berupa suatu penyempitan
bertahap dari kanal tulang dengan luas gundukan tulang yang timbul dari dinding
kanal anterior dan posterior. Exostoses paling sering terjadi pada orang dengan
riwayat paparan air dingin (seperti perenang atau peselancar). Pengendapan tulang
untuk exostosis dianggap sekunder ke periostitis kronis karena paparan suhu
dingin. Gundukan tulang biasanya terjadi bilateral dan biasanya tanpa gejala.
Gejala seperti gangguan pendengaran konduktif dan otitis eksterna dapat timbul
jika saluran menjadi tersumbat. 3,13,14
Eksostosis adalah tumor yang paling sering pada saluran telinga luar.
Pertumbuhan jinak dari tulang ini tidak mempunyai gejala, kecuali bila disertai
penumpukan debris kearah membran timpani yang mengakibatkan terjadinya
infeksi atau sumbatan. Eksostosis biasanya tampak seperti dua atau tiga
penonjolan licin, tak bertangkai pada permukaan yang berhadapan liang telinga

10
bagian tulang, dekat anulus. Pada hampir setiap kasus didapatkan riwayat sering
berenang, terutama dalam air dingin. Fakta ini mungkin mempunyai arti penting
sebagai penyebab.13

11
Gambar Exostoses
Dikutip dari kepustakaan 9

12
b. Adenoma
Bermacam-macam jenis adenoma dapat timbul dalam liang telinga.
Mungkin berasal dari jaringan kelenjar keringat (epitelioma adenoid kistik atau
seruminoma), kelenjar sebasea atau kelenjar liur aberans. Silindroma yang telah
dikeluarkan sebelumnya dapat tumbuh dalam liang telinga luar. Membedakan
tumor-tumor ini harus dengan pemeriksaan mikroskopik karena setiap tumor
tampak seperti massa polipoid, licin dan tertutup kulit yang muncul dari dinding
liang telinga. Hampir tanpa gejala kecuali bila tumor menutupi seluruh liang
telinga. Rasa nyeri merupakan tanda keganasan dan perlu dicurigai bila terjadi
nyeri pada tumor dalam liang telinga.13

c.
Osteoma
Osteoma bermanifestasi sebagai massa, diskrit tulang pedunkulata yang
muncul dari garis jahitan tympanosquamous berdekatan dengan persimpangan
tulang-tulang rawan. Massa soliter, sepihak, dan lambat berkembang. Ini adalah
neoplasma tulang yang paling umum dari tulang temporal. Insiden pembentukan
osteoma atau puncak presentasi dalam dekade keempat kehidupan. Osteoma
biasanya tanpa gejala, namun, gejala dapat timbul jika obstruksi saluran terjadi.
Osteoma lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita. Ada hubungan
yang pasti diketahui air dingin paparan radiasi atau telah dibuktikan. Osteoma
tumbuh dalam liang telinga sebagai massa tunggal yang besar, dekat ujung lateral
bagian tulang. Tumor ini sering bertangkai.3,9,13

6.2. Tumor Ganas


Tumor ganas liang telinga ini mungkin ditemukan dalam tiga jenis,
Karsinoma sel skuamos (75%), Karsinoma sel basal (15%) dan adenokarsinoma
(10%). Ketika tumor ini ditemukan pertama kali, biasanya sudah dapat metastasis
pada kurang 20%, yang dapat mengenai kelenjar getah bening aurikularis
posterior, kelenjar getah bening aurikularis posterior, kelenjar getah bening

13
servikalis superior profunda, parotis atau kumpulan kelenjar getah bening
submaksila. Metastasis secara hematogen jarang terjadi.13

a. Karsinoma sel skuamosa


Tumor kulit yang paling banyak adalah karsinoma sel skuamosa; 90%
kasus ini timbul pada muka dan leher dan 6% pada daun telinga. 85% dari
karsinoma telinga, tumbuh di daun telinga, 10% di liang telinga luar, dan 5% di
telinga tengah. Untunglah dalam praktek pribadi ditemukan sedikit sekali
sedangkan pada institusi yang lebih besar hanya ditemukan beberapa kasus.
“king’s Hospital” di london melaporkan hanya 13 kasus dalam waktu 10 tahun
antara 1952-1961. Jadi kejadiaannya adalah 4 atau 5 karsinoma dari 20.000
pasien.13
Karsinoma sel skuamosa atau karsinoma epidermoid terdiri dari massa
epitel yang membesar dan tumbuh ke dalam dengan berbagai variasi sel serta
ukurannya. Terlihat banyak mitosis atipik. Adanya sarang-sarang sel keratin
membentuk “mutiara’ keratin merupakan gambaran khas tumor ini dan karsinoma
sel skuamosa ini sering mengalami metastasis dibandingkan dengan tipe
karsinoma lainnya.13

Gambar karsinoma sel skuamosa


Dikutip dari kepustakaan 21

14
Gambar karsinoma sel skuamosa
Dikutip dari kepustakaan 13

b. Karsinoma sel basal


Perbedaan utama dengan karsinoma sel basal dengan karsinoma sel
skuamosa adalah adanya sel-sel keratin yang membentuk mutiara dan sel-sel
tajam (prickle cells), karsinoma sel basal (ulkus rodent) terdiri dari batang dan
massa dengan inti yang sangat basofilik. Tidak sering ditemukan mitosis dan
demikian pula “mutiara” epitel.9,13,16,18
Perkembangan karsinoma sel basal biasanya lambat, sehingga lesi sudah
ada selama beberapa bulan sebelum terjadinya perubahan yang membawa
penderita datang ke dokter. Pada saat penderita berobat, lesi biasanya telah
berubah menjadi suatu tumor sel skuamosa, tumbuh lebih cepat dan terjadi
ulserasi dan karsinoma sel basal lebih bersifat invasif lokal jarang mengalami
metastasis berbeda dengan karsinoma sel skuamos.9,13,16,18

Gambar karsinoma sel basal

15
Dikutip dari kepustakaan 21

c. Epitolema Adeno Kistik (Tumor Brooke)


Tumor ini merupakan bentuk khusus karsinoma, yang jenis selnya diduga
berasal dari epitel germinal folikel rambut dan/atau kelenjar keringat. Lesi ini
sangat jarang, tetapi dapat mengenai daun telinga maupun liang telinga luar.13
Secara histologi tampak sel epidermoid imatur yang tersusun seperti
kumparan, bergerombol, atau alveoli dengan kelompok epitel bertanduk yang
berbentuk cincin mengelilingi materi homogen. Sel ini berasal dari lapisannya
basal kulit atau saluran kelenjar, dan biasanya mempunyai daerah-daerah kistik
yang berisi bahan amorf.13
Secara klinis tumor ini muncul setelah masa pubertas dan lebih sering
pada wanita. Tumornya berbentuk nodul kecil, tidak nyeri, tumbuh lambat, dan
tidak berulserasi. Metastasis jarang terjadi, tetapi prognosisnya buruk karena
sifatnya yang progresif dan kambuhan, walaupun pengobatannya sudah
adekuat.Reseksi yang adekuat serta radiasi pascaoperasi merupakan terapi terbaik
saat ini. Cara seperti ini mengikuti metode yang telah diulas pada bahasan
mengenai karsinoma.13

d. Sarkoma
Sarkoma lebih sering timbul pada usia yang jauh lebih muda daripada
karsinoma, dan merupakan tumor ganas telinga yang paling sering pada anak-
anak. Sebagian besar tumor ini jenis rabdomiosarkoma, tetapi sarkoma sel
spindel, fibrosarkoma, limfosarkoma dan kondrosarkoma pernah dilaporkan
juga.13
Pada beberapa kasus telinga terkena akibat invasi melalui tuba Eustachius
atau metastasis, tetapi yang lebih sering tumor primernya tumbuh ditelingah
tengah atau di liang telinga luar. Progonisis buruk karena tumor tumbuh cepat.
Seringkali tumor sudah dilluar batas yang dapat dieksisi sebelum diagnosis
ditegakkan. Radiasi dipersulit oleh tulang disekitarnya yang sering hilang akibat

16
radionekrosis pasca terapi. Pada kasus-kasus yang dicoba diterapi, reseksi tulang
temporal diikuti terapi radiasi agaknya memberi prognosis terbaik. 13

e. Melanoma Malignum
Melanoma dapat timbul di daun telinga maupun liang telinga, tetapi lebih
sering di daun telinga. Bila ada lesi berpigmen yang mulai membesar dan berubah
warna, harus dipikirkan kemungkinan kelainan ini. Karena lesi ini cenderung
untuk menyebar setelah trauma bedah, maka biopsi harus dihindarkan. Bila lesi
ini belum lama, maka harus dilakukan eksisi lengkap dengan batas jaringan sehat
yang cukup besar. Prognosis tumor ini tak dapat dilamarkan karena dapat terjadi
metastasi limfatik yang tidak terduga dan seringkali terjadi fase dini. Diperlukan
pemeriksaan secara berkala untuk menemukan penyebaran sedini mungkin. Jika
ditemukan penyebaran limfatik, maka diseksi leher radikal merupakan suatu cara
yang dapat memberi harapan penyembuhan pada beberapa kasus. 13

VII. GEJALA KLINIK


Gejala tumor pada telinga berbeda untuk tiap jenisnya. Berikut ini adalah
beberapa tanda-tanda gejala kanker telinga biasa terjadi pada tahap awal tumor :

- Munculnya ulkus tumor


- Pembengkakan atau benjolan di leher
- Nyeri telinga (Otalgia)
- Gangguan pendengaran
- Otore dari telinga sering bercampur darah
Tinitus
        
Membedakan tumor-tumor ini harus dengan pemeriksaan mikroskopik
karena setiap tumor hampir tanpa gejala kecuali bila tumor menutupi seluruh liang
telinga dan menyebabkan gangguan pendengaran konduktif. Rasa nyeri
merupakan tanda keganasan dan perlu dicurigai bila terjadi nyeri pada tumor
dalam liang telinga. 13

17
Setiap massa yang tumbuh dalam liang telinga luar, bila menetap harus
diangkat untuk pemeriksaan. Lesi yang diduga sebagai polip, granuloma, atau
bentuk jinak yang lain, ternyata kadang-kadang dapat terbukti ganas biasanya
berupa karsinoma sel skuamosa. Karena penyakit ini sering sekali ditandai oleh
sekret menahun dari telinga. Maka pasien seperti itu harus dicurigai terutama bila
dengan pengobatan adekuat tidak terjadi perbaikan. 13
Karsinoma liang telinga atau telinga tengah lebih sukar didiagnosis pada
keadaan dini. Biasanya berhubungan dengan infeksi kronis. Tumor ini
mempunyai permukaan yang kasar dan berwarna merah sehingga sering diduga
granuloma atau polip. Oleh karena itu setiap kasus infeksi telinga yang tdak
mudah sembuh, harus dicurigai. Bila didapatkan permukaan kulit yang tidak rata,
granuloma atau polip harus dilakukan biopsi. Rasa nyeri dan perdarahan adalah
dua gejala yang paling sering pada keganasan liang telinga atau telinga tengah.
Karena infeksi kronis biasanya tidak menimbulkan gejala seperti ini, maka kedua
gejala tersebut dapat merupakan tanda suatu keganasan. Bila penyakit ini
berlanjut, sering dapat mengenai saraf fasial yang menimbulkan paralisis.
Selanjutnya penyebaran mungkin ke kelenjar getah bening atau ke dasar
tengkorak, dengan melibatkan saraf kranial bagian bawah. 13

VIII. DIAGNOSIS
Sebuah karsinoma yang timbul dari kanalis auditorius eksternalsering sulit
dibedakan dengan otitis supuratif.Karena tingginya insiden otitis eksterna
danmedia dan karena patologi seringkronis, diagnosis karsinoma meatus akustikus
ekstesnus hampir selalu terlambat. 7
Adapun pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk menegakkan diagnosis
dari tumor tersebut : 7

a. Anamnesis: 19
 Daun telinga / liang telinga tumbuh benjolan
 Nodul tumbuh pelan ( jinak)
 Benjolan cepat membesar, ulkus + ganas

18
 Liang telinga terasa nyeri, rasa buntu, sekret ada darah atau
perdarahan telinga
 Otore kronis, tinitus, pendengaran menurun
 Rasa nyeri di telinga luar, tengah atau sebelah dalam
 Telinga bag. belakang membengkak
 Benjolan di leher (kel. GB) = metastasis

b. Pemeriksaan Klinis :
Setiap massa yang tumbuh dalam liang telinga luar, bila menetap harus
diangkat untuk pemeriksaan. Lesi yang diduga sebagai polip, granuloma, atau
bentuk jinak yang lain, ternyata kadang-kadang dapat terbukti ganas biasanya
berupa karsinoma sel skuamosa. Karena penyakit ini sering sekali ditandai oleh
sekret menahun dari telinga. Maka pasien seperti itu harus dicurigai terutama bila
dengan pengobatan adekuat tidak terjadi perbaikan. 13,17
Curiga ganas, bila
 Sekret ada darah, perdarahan telinga
 Liang telinga permukaan kasar, merah, granuloma atau polip _
perlu biopsi
 Nyeri tekan, tampak kesakitan
 Paresis N. VII 19

c. Tes pendengaran : 19
1) Tes Berbisik
2) Tes garpu tala (tes Rinne, tes weber, tes swabach, tes bing)
3) Tes Audiometri
Bila tumor menutupi seluruh liang telinga maka akan menyebabkan gangguan
pendengaran konduktif.

d. Pemeriksaan Penunjang
1) pemeriksaan Radiologi

19
Sebuah resolusi tinggi CT Scan dan MRI diperlukan untuk evaluasi yang
tepat. Sebuah resolusi tinggi CT Scan menentukan erosi osseus disebabkan oleh
tumor, sedagkan MRI lebih unggul untuk evaluasi jaringan lunak. MRI
menunjukkan adanya dural invasi, perluasan intrakranial, serta keterlibatan
jaringan lunak ekstrakranial. 16

2) pemeriksaan Histopatologi
Diagnosis yang tepat harus dibuat dengan biopsi. Keseluruhan risiko
metastasis untuk karsinoma sel skuamosa kulit dari telinga eksternal dan
sekitarnya. 16

IX. PENATALAKSANAAN
Ketika tumor ditemukan di liang telinga, lokasi, ukuran dan luasnya tumor
harus dievaluasi secara menyeluruh di bawah mikroskop operasi. Pengobatan
terdiri dari eksisi bedah luas dan pasca operasi terapi radiasi.

9.1 Pembedahan

Bila tumor melibatkan bagian posterior saluran telinga luar dan belum
sampai ke gendang telinga maka dilakukan sebuah mastoidektomi
radikal.dilanjutkan dengan mengeluarkan seluruh tulang rawan & tulang liang
telinga serta massa tumor di meatus eksternus. Defek op. di tutup skin graft Jika
tumor ganas sangat luas dan melibatkan telinga tengah maka dilakukan reseksi
tulang mastoid subtotal atau total. (startme). 9
Untuk tumor ganas prosedur yang digunakan adalah total "enbloc" dari
saluran telinga dan seluruh kulit sekitarnya, termasuk tulang, gendang telinga dan
tulang pendengaran.1
Walaupun ada kontroversi mengenai penatalaksanaan bagi tumor liang
telinga, banyak data yang berkembang mengatakan bahwa bedah ekstensif/luas

20
(seperti dalam pembedahan en bloc) harus dilakukan dibandingkan bila hanya
dilakukan sedikit demi sedikit. Pembedahan en bloc temporal subtotal
dikembangkan untuk meningkatkan hasil pengobatan yang lebih baik pada
keganasan liang telinga dan tulang temporal. 21
Sembilan puluhlima persen darikarsinomasel basal<2cmdapat
diatasidengan eksisilokal denganmargin bedahminimal
4mm.Aurikularisrekonstruksimungkin diperlukan untukcacatbesar, sedangkan
Kanker sel skuamosa diketahui bermetastasis secara lokal ke dalam kulit dan
kelenjar getah bening. Pencangkokan kulit dari telinga dilakukan untuk
membangun kembali saluran telinga sebuah graft jenis fasia digunakan untuk
membangun kembali gendang telinga. 1

9.1 Radioterapi
Terapi radiasi sendiri belum dibuktikan merupakan metode efektif dalam
mengobati keganasan pada liang telinga. Pada kenyataannya, banyak tumor yang
timbul lagi jika diberi radioterapi saja. Tetapi walaupun begitu banyak pengarang
yang tetap menyarankan radioterapi sebagai satu-satunya modalitas bagi stage III
dan IV . 21
Pada stadium tumor dimana sudah terjadi perluasan tumor pada saraf,
wajah dan vascular.Disarankan untuk dilakukan pembedahan juga terapi radiasi
terutama pada stage III dan IV. 21
Jika tumor ganas, terapi radiasi harus dipertimbangkan setelah operasi,
terutama pada kanker sel skuamosa. Reseksi bedah dari saluran telinga tanpa
terapi radiasi adalah cukup untuk kanker sel basal dan keganasan kelenjar. Hal ini
membutuhkan operasi lebih radikal, kecuali pada fase awal kasus. 1,15,18

X. PROGNOSIS
Angka kesembuhan karsinoma liang telinga luar buruk, kurang dari 35%.
Eksisi luas dari lesi berarti mengangkat seluruh tulang rawan dan tulang liang
telinga melalui pendekatan mastoid, sehingga liang telinga dapat terangkat secara
keseluruhan tanpa mengganggu jaringan yang terkena. 3

21
Selain usia pasien dan status kekebalan secara keseluruhan, prognosis
untuk karsinoma sel skuamosa tergantung pada subtipe histologis, ukuran, dan
lokasi tumor. Sebuah prognosis yang lebih baik dikaitkan dengan histologi baik
dibedakan. Sistem 5-tahun angka kesembuhan untuk karsinoma sel skuamosa
berkisar dari 75% menjadi 92%.9,15

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

A. Biodata

1. Nama :Tn.R.S

2. Usia / tanggal lahir :41/16-10-1979

3. Jenis kelamin :Laki-Laki

4. Alamat :Minsel,Modoinding

5. Suku / bangsa :Minahasa /Indonesia

6. Status pernikahan :Menikah

7. Agama / keyakinan :Kristen

8. Pekerjaan :Petani

9. Diagnosa medik :TUMOR MEATUS AKUSTIKUS EKSTERNUS(MAE)

22
10.

11. No. medical record :00739723

12. Tanggal masuk :29-05-2021

13. Tanggal pengkajian :4-05-2021

B. Penanggung jawab

1. Nama :Ny. A.E

2. Usia :37 tahun

3. Jenis ke lamin :Perempuan

4. Pekerjaan :IRT

5. Hubungan dengan klien :Isteri

B. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan nyeri telinga /kepala kiri dan mengalami susah tidur akibat
nyeri
C. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat kesehatan sekarang

Sejak 3 minggu yang lalu awalnya nyeri ringan dan bertambah berat sampai
kepala dan adanya benjolan di telinga kiri,pendengaran berkurang dan merasakan
susah tidur pasien dianjurkan untuk dirawat intensive di RS Prof Kandou karena nyeri
dengan skala nyeri 7 , pada tanggal ( 4 mei 2021(10.00 wita) pasien datang ke RS prof
Kandou dan didapatkan TD pasien 120/100 mmHg,respirasi 20x/mnit

B. Riwayat kesehatan lalu

Tidak ada

D. Riwayat kesehatan keluarga

pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien maupun penyakit menurun seperti Diabitus Militus, Hipertensi serta
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan HIV.

23
sama dengan klien

E. Genogram

24
37 41

F. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum klien

25
B. Tanda-tanda vital

1. Suhu :36,6℃

2. Nadi :88 x/mnt

3. Pernafasan :20x/mnt

4. Tekanan darah :120/100

C. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)

1. Kepala

Abnormal

2. Mata

normal

3. Hidung

normal

4. Gigi dan Mulut

normal

5. Leher

Normal

6. Dada

Normal

7. Abdomen

Normal

8. Genetalia

Normal

26
Ekstremitas :

-Atas :Normal

- Bawah :Normal

9. Sistem Muskuloskeletal :

- Tonus otot :Normal

- Kekuatan otot :Normal

G. AKTIVITAS SEHARI-HARI

1. Pola Persepsi dan Manajamen Kesehatan

DS :

 Klien mengatakan nyeri di bagian telinga kiri sampai kekepala


P:Infeksi di Telinga bagian kiri
Q:Nyeri seperti Teriris
R:Telinga bagian kiri
S:Skala nyeri 7
 Klien meringis kesakitan
 Klien tampak lemah
2. Pola Nutrisi Metabolik

 Klien mengatakan makanya teratur

3. Pola Eliminasi

 Klien mengatakan BAB 2x sehari


 Klien mengatakan kotoran bahu khas
 Feses klien berbau khas
 Konsistensi feses klien lunak

4. Pola Aktivitas

 Klien mengatakan mengurangi aktifitas setelah sakit


Aktivitas Skor
0 1 2 3
Makan 

27
Berjalan 

Toileting 

Berpakaian 

Berpindah tempat 

 Ket :
 0 : Mandiri
 1 : Dibantu orang lain
 2 : Dibantu alat
 3 : Dibantu total

5. Pola Istirahat dan Tidur

 Klien mengatakan tidur sering terganggu


 Klien terlihat kurang tidur

6. Pola Kognitif Perseptual

 Klien mengatakan telinga terasa nyeri, pusing,lemas.

7. Pola Konsep Diri

 Klien mengatakan ingin cepat sembuh


 Klien mengatakan ingin beraktivitas seperti biasa

8. Pola Peran-Hubungan

 Klien menggatakan mempunyai hubungan yang baik dengan isteri dan keluarga

9. Pola Seksualitas-Reproduksi

 Klien mengatakan sejak sakit sudah tidak melakukan hubungan sex

28
10. Pola Koping-Toleransi Stress

 Klien mengatakan jika ada masalah selalu bercerita dengan isterinya

11. Pola Keyakinan dan Kepercayaan

 Klien mengatakan sumber kekuatan dan kesembuhan berasal dari Tuhan.

H. TEST DIAGNOSTIK

- Laboratorium

Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan


HEMATOLIGI
Leokosit 8.5 4,-10,0 10”3/Ul
Eritosit 4.68 4.70-6.10 10”6/uL
Hemoglobin 14.0 13.0-16.5 g/dL
Hematokrit 42.5 39.0-51.0 %
Trombosit 252 150-450 Pg
MCH 32.9 30.0-40.0 g/dL
MCHC 32.9 80.0-100.0 fL
KIMIA KLINIK
SGOT 9 <33 U/L
SGPT 11 <43 U/L
Ureum Darah 18 10-40 Mg/dL
Creatinin Darah 1.0 0.5-1.5 Mg/dL
Gula Darah Sewaktu 113 70-140 Mg/dL
Chlorida Drah 93,9 98.0-109.0 mEq/L
Kalium Darah 4.08 3.50-5.30 mEq/L
Natrium Darah 132 135-153 mEq/L
HEMOSTASIS
PT
@Detik -
Pasien 12,8 12.0-16.0 Detik
Kontrol 14,1 12.5-17 Detik
@INR -
Pasien 0,95 0.80-130 Detik
Kontrol 1,05 0.80-1.30 Detik
APPT -
Pasien 34,6 27.0-39.0 Detik
Kontrol 33,2 28.0-39.0 Detik

-RADIOLOGI:

29
X Foto thorax ,Rencana CT SCAN Mastoid (Penjadwalan)

-DIAGNOSIS:

Tumor Meatus Akustikus Eksternus (MAE)

-TATA LAKSANA

IVFD RL 18 gtt/mnit

Ranitidine 2x IV

Ketorolac 3x1

I.ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Klien mengatakan nyeri Agen pencedera Nyeri Akut
di bagian telinga kiri sampai
kekepala fisiologi (D.0077)
DO:Skala nyeri 7
DS: Pasien mengatakan Kelemahan Intoleransi Aktifitas
bahwa tubuhnya terasa lemah
DO: Aktivitas pasien dibantu (D.0056)

orang lain

DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Nyeri Akut (D.0077) b.d Agen Pencedera Fisiologis d.d Pasien


mengeluh nyeri, skala nyeri 7
 Intoleransi Aktivitas (D.0056) b.d Kelemahan d.d merasa lemah

30
31
INTERVENSI

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri Akut (D.0077) Tujuan: (I.08238)
b.d Agen Pencedera Fisiologis (L.08066) Manajemen Nyeri
d.d Pasien mengeluh nyeri, Tingkat Nyeri
skala nyeri 7 Observasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
selama 3x24 jam diharapkan Tingkat durasi, frekuensi nyeri
Nyeri menurun. - Identifikasi skala nyeri

Kriteria Hasil : Terapeutik


- Keluhan nyeri 5 menurun - Berikan teknik nonfarmakologis
- Meringis 5 menurun untuk mengurangi rasa nyeri
Gelisah 5 menurun - Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologi

Kolaborasi

32
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Intoleransi Aktivitas (D.0056) Tujuan (I.05178)
b.d Kelemahan d.d merasa Manajemen Energi
lemah (L.05047)
Toleransi Aktivitas Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan tubuh yang mengakibatkan
selama 3x24 jam diharapkan Toleransi kelelahan
Aktivitas meningkat. - Monitor pola jam tidur
- Monitor lokasi dan
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan selama
- Keluhan lelah 5 menurun melakukan aktivitas
- Perasaan lemah 5 menurun Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

33
IMPLEMENTASI

NO Diagnosa Keperawatan Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera 4 Mei 2021 1. Melakukan observasi tanda-tanda vital S : Pasien mengatakan nyeri
Fisiologis d.d Pasien mengeluh H: telinga kiri
nyeri, skala nyeri 7 TD : 120/100 mmHg
N : 80 x/m O : Pasien tampak gelisah,
RR : 20x/m dan
SB : 36℃ sedikit meringis, skala
nyeri 7
2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi nyeri A : Masalah belum teratasi
P : nyeri pada telinga kiri
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk P : Lanjutkan Intervensi
R:
S:
T: lama nyeri 10 menit, hilang timbul

3. Mengidentifikasi skala nyeri


H : skala nyeri 7

4. Memberikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
H : Memberikan pasien posisi yang
nyaman, membatasi aktivitas pasien

34
5. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
H : Pengunjung dibatasi dan ruangan
tidak
bising

6. Menjelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
H: Pasien dan keluarga mengerti
dengan penjelasan yang diberikan

7. Jelaskan strategi meredakan nyeri


H : memberikan teknik relaksasi

8. Ajarkan teknik nonfarmakologi


Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Intoleransi Aktivitas b.d 4 Mei 2021 1. Melakukan observasi tanda-tanda vital S : Pasien mengatakan
Kelemahan d.d merasa lemah H: tubuhnya terasa lemah
TD : 100/90 mmHg
N : 80 x/m O : Aktivitas pasien dibantu
RR : 20x/m orang lain
SB : 36℃
A : Masalah belum teratasi
2. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan P : Lanjutkan Intervensi
H:

3. Memonitor pola jam tidur

35
4. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
H:

5. Menyediakan lingkungan nyaman dan


rendah stimulus
6. Mengfasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
7. Menganjurkan tirah baring
8. Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
9. Mengolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.
1 Nyeri Akut b.d Agen Pencedera 5 mei 2021 1. Melakukan observasi tanda-tanda vital S : Pasien mengatakan nyeri
Fisiologis d.d Pasien mengeluh H: telinga kiri
nyeri, skala nyeri 7 TD : 130/110 mmHg
N : 80 x/m O : Pasien tampak gelisah,
RR : 20x/m dan
SB : 36℃ sedikit meringis, skala
nyeri 5
2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi nyeri A : Masalah belum teratasi
P : nyeri pada telinga kiri
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk P : Lanjutkan Intervensi
R:

36
S:
T: lama nyeri 10 menit, hilang timbul

3. Mengidentifikasi skala nyeri


H : skala nyeri 5

4. Memberikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
H : Memberikan pasien posisi yang
nyaman, membatasi aktivitas pasien

5. Mengontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri
H : Pengunjung dibatasi dan ruangan
tidak
bising

6. Menjelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
H: Pasien dan keluarga mengerti
dengan penjelasan yang diberikan

7. Jelaskan strategi meredakan nyeri


H : memberikan teknik relaksasi
8. Ajarkan teknik nonfarmakologi
9. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Intoleransi Aktivitas b.d 5 Mei 1. Melakukan observasi tanda-tanda vital S : Pasien mengatakan

37
Kelemahan d.d merasa lemah H: tubuhnya terasa lemah
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/m O : Aktivitas pasien dibantu
RR : 20x/m orang lain
SB : 36℃
A : Masalah belum teratasi
2. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan P : Lanjutkan Intervensi
H:

3. Memonitor pola jam tidur

4. Memonitor lokasi dan


ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas

5. Menyediakan lingkungan nyaman dan


rendah stimulus
6. Mengfasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
7. Menganjurkan tirah baring
8. Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
9. Mengolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
1 Nyeri Akut b.d Agen Pencedera 6 mei 2021 1. Melakukan observasi tanda-tanda vital S : Pasien mengatakan nyeri
Fisiologis d.d Pasien mengeluh H: telinga kiri

38
nyeri, skala nyeri 7 TD : 90/80 mmHg
N : 80 x/m O : Pasien tampak gelisah,
RR : 20x/m dan
SB : 36℃ sedikit meringis, skala
nyeri 3
2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi nyeri A : Masalah belum teratasi
P : nyeri pada telinga kiri
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk P : Lanjutkan Intervensi
R:
S:
T: lama nyeri 10 menit, hilang timbul

3. Mengidentifikasi skala nyeri


H : skala nyeri 5

4. Memberikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
H : Memberikan pasien posisi yang
nyaman, membatasi aktivitas pasien

5. Mengontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri
H : Pengunjung dibatasi dan ruangan
tidak bising

6. Menjelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri

39
H: Pasien dan keluarga mengerti
dengan penjelasan yang diberikan

7. Menjelaskan strategi meredakan nyeri


H : memberikan teknik relaksasi
8. Mengajarkan teknik nonfarmakologi
9. Mengolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Intoleransi Aktivitas b.d 6 mei 2021 1. Melakukan observasi tanda-tanda vital S : Pasien mengatakan
Kelemahan d.d merasa lemah H: tubuhnya terasa lemah
TD : 100/90 mmHg
N : 80 x/m O : Aktivitas pasien dibantu
RR : 20x/m orang lain
SB : 36℃
A : Masalah belum teratasi
2. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan P : Lanjutkan Intervensi
H:

3. Memonitor pola jam tidur

4. Memonitor lokasi dan


ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas

5. Menyediakan lingkungan nyaman dan


rendah stimulus
6. Mengfasilitasi duduk di sisi tempat

40
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
7. Menganjurkan tirah baring
8. Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
9. Mengolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

41

Anda mungkin juga menyukai