CT :
Janbonsel Bobaya SPd. M.Kes
CI :
Ns. Debora R.J. Mamonto, S.Kep
Disusun Oleh :
Gracia Lontaan
711440119016
1
2021
I. PENDAHULUAN
Pada awal januari 1997 dilaporkan bahwa kira-kira 33% penderita tumor
ganas kepala dan leher telah meninggal dunia. Secara keseluruhan angka rata-rata
bertahan hidup 5 tahun untuk tumor ganas leher dan kepala berkisar sebanyak 50-
2
60% untuk tumor primer saja dan 30% pada penderita tumor primer yang
bermetastasis. 1
Tumor ganas pada saluran telinga luar (MAE) lebih jarang terjadi. Hanya
1 pasien di antara 10.000 pasien yang dating berobat dengan keluhan telinga, yang
terbukti menderita tumor pada saluran telinga luar. Tumor pada saluran telinga
luar, baik ganas atau jinak, umumnya mirip satu sama lain. 5
Meskipun relatif jarang, insiden kanker telinga sering terjadi pada individu
yang berusia lebih dari 60 tahun, namun dapat juga terjadi pada setiap kelompok
usia. Hal ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. 2
II. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker telinga belum diketahui secara jelas .Namun
Keganasan pada daun telinga dan liang telinga terjadi diduga karena faktor
anatominya yang berada di permukaan tubuh dan radiasi ultraviolet. Banyak
penelitian yang menyebutkan bahwa keganasan yang paling sering ditemukan
adalah karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa. Kedua keganasan ini
sering dihubungkan dengan radiasi ultraviolet (walaupun tidak selalu faktor
radiasi ultraviolet yang menjadi faktor utama pencetus keganasan). Karsinoma sel
basal dan karsinoma sel skuamosa bisa tumbuh dalam liang telinga atau menyebar
dari aurikula ke dalam liang telinga.21
Karsinoma daun telinga sering timbul pada decade 6 atau ke 7 dan
80%terjadi pada laki-laki. Hal ini dihubungkan dengan udara terbuka dalam
waktu yang lama, ekstrim kronis, atau radiasi teliga sebelumnya. Didapatkan 75%
dari karsinoma liang telinga dan telinga tengah berhubungan dengan otore kronis.
12
3
Merokok dan minum alkohol adalah faktor etiologi yang sering
ditemukaan pada tomor ganas THT-KL. Perokok berat beresiko 5 sampai 25 kali
lebih tinggi mengalami tumor ganas dibandigkan bukan perokok. Efek lagsung
dari nikotin dan hidrokarbon polisiklik aromatic dipertimbangkan bersifat
karsinogenik. Merokok dan minum alcohol juga menyebabkan mutasi dari gen
suspensor tumor p53. 4
Human papilloma Virus (HPV) dan Epstein barr virus (EBV) adalah virus
yang erat hubugannya dengan kejadian tumr ganas THT-KL, EBV HPV berkaitan
dengan karinoa sel squmosa kepala,leher dan telinga 4
Dari penelitian yang pernah dilakukan, keganasan di bidang telinga hidung
dan tenggorok ini sangat erat hubungannya dengan penderita sosioekonomi yang
rendah, malnutrisi, penderita-penderita perokok berat dan peminum alkohol.4
4
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Daun telinga memiliki beberapa bagian, antara lain: concha, helix, antihelix,
lobulus, trogus dan antitragus.Liang telinga berbentuk huruf S, dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½- 3 cm.
21
5
- Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi
sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),
tingkap bundar (round window) dan promontorium.
6
Gambar 2
Potongan melintang koklea. Endolimfe terdapat di skala media - daerah
hijau terang pada tengah diagram.
Dikutip dari kepustakan 10
7
aurikula sebagai penangkap getaran dari luar yang diteruskan ke meatus
akustikus eksternus. Dikarenakan bentuk dan ukurannya, meatus akustikus
eksternus mampu menambah intensitas bunyi pada gelombang 2-4 KHz
hingga 10-15 dB. Getaran yang ditangkap diteruskan ke membran timpani
dan menyebabkan
membran timpani bergetar kemudian menyebabkan maleus bergetar. Maleus
berartikulasi dengan inkus dan inkus berartikulasi dengan stapes. 21
Artikulasi antara inkus dan stapes menyebabkan stapes terdorong
ke depan dan ke belakang setiap membran timpani dan maleus bergetar,
sehingga menyebabkan gerakan ke luar dan ke dalam pada oval window dan
menggetarkan cairan endolifatik pada duktus koklearis. 21
Perpindahan tekanan suara dari medium gas ke medium cair
menyebabkan hilangnya energi dalam jumlah besar. Jumlah energi yang
hilang mencapai 99.9% atau sekitar 30 dB dan hanya 0.1% yang
ditransmisikan. Untuk mengatasi kehilangan itu telinga tengah memiliki
fungsi yang mengubah energi suara yang ditransmisikan dari lingkungan
luar telinga, dimana gas sebagai medium, ke telinga dalam yang
mengandung cairan. Fungsi tersebut adalah: 21
1) The Lever System
Karena manubrium pada maleus lebih panjang daripada lengan
panjang inkus, telinga memperoleh keuntungan secara mekanik yaitu dapat
menutupi 2 hingga 3 dB dari total energy suara yang hilang akibat
perpindahan medium sebesar 30 dB. 21
2) Tympanic Membrane-Footplate Ratio
Fungsi ini didasari oleh perbedaan luas permukaan dari membran
timpani dengan footplate dari stapes. Luas permukaan dari membran
timpani adalah 55 mm2 dan luas permukaan footplate dari stapes adalah 3,2
mm2. Rasio aktual keduanya adalah 21:1 namun rasio efektif adalah 14:1,
hal ini disebabkan tidak semua permukaan membran timpani yang bergetar.
Rasio efektif tersebut dapat mengatasi kehilangan energi suara sebesar 23
dB. 21
8
Dari kedua mekanisme tersebut, telinga tengah dapat menutupi 25-
27 dB dari total 30 dB energi suara yang dilang. Sisa 3-5 dB hilang
selamanya. Mekanisme ini dinamakan “impedance-matching mechanism”.
Selain itu, telinga tengah juga memiliki mekanisme protektif yaitu dengan
kontraksi otot stapedius dan otot tensor timpani. Otot stapedius berfungsi
menahan gerakan berlebih dari stapes, dan otot tensor tympani. 21
Selanjutnya, getaran yang disampaikan dari stapes ke tingkap oval
menyebabkan cairan endolimfatik di sepanjang duktus koklearis bergetar.
Getaran itu menimbulkan getaran pada membran basilar. 21
Organ Corti, yang terletak pada permukaan membran basilar,
mencetuskan impuls sebagai respon terhadap getaran pada membran basilar.
Organ Corti memiliki dua tipe sel rambut, sel rambut luar dan dalam,
dimana sel rambut luar lebih banyak daripada sel rambut dalam. Sel-sel
rambut memiliki stereosilia. Sterosilia tertanam dalam membran tektorial
yang memiliki struktur seperti gelatin dan ukutannya semakin panjang pada
sisi yang menjauhi modiolus. Setiap stereosilia berikatan dengan stereosilia
disampingnya yang lebih panjang oleh filamen-filamen tipis. Pada saat
terjadi pembengkokan stereosilia ke arah stereosilia yang lebih panjang,
maka stereosilia yang lebih pendek akan tertarik dan membuka 200 sampai
300 saluran penghantar kation dan menimbulkan gerakan cepat dari ion
kalium yang bermuatan positif untuk memasuki stereosilia dan
menyebabkan hiperpolarisasi. Jika yang terjadi sebaliknya makan akan
menyebabkan depolarisasi dari sel-sel rambut. Secara umum,jika membran
basilar berbelok ke arah scala vestibuli akan menyebabkan sel-sel rambut
untuk berdepolarisasi, dan jika membran basilar berbelok ke arah skala
timpani akan menyebabkan sel-sel rambut mengalami hiperpolarisasi. 21
Perubahan potensial sel-sel rambut ini akan mengeksitasi serabut-
serabut saraf yang bersinaps pada dasar sel-sel rambut dan
menghantarkannya ke sepanjang saraf-saraf pendengaran. 21
VI. KLASIFIKASI TUMOR MEATUS AKUSTIKUS EKSTERNUS
BENIGNA
EXOTOSIS 9
ADENOMA
OSTEOMA
TUMOR TELINGA
BAGIAN LUAR
MALIGNA
SKUAMOUS SEL
CARSINOMA
BASAL SEL KARSINOMA
ADENOMA KISTIK
EPITELIOMA
SARKOMA
MELANOMA MALIGNA
10
bagian tulang, dekat anulus. Pada hampir setiap kasus didapatkan riwayat sering
berenang, terutama dalam air dingin. Fakta ini mungkin mempunyai arti penting
sebagai penyebab.13
11
Gambar Exostoses
Dikutip dari kepustakaan 9
12
b. Adenoma
Bermacam-macam jenis adenoma dapat timbul dalam liang telinga.
Mungkin berasal dari jaringan kelenjar keringat (epitelioma adenoid kistik atau
seruminoma), kelenjar sebasea atau kelenjar liur aberans. Silindroma yang telah
dikeluarkan sebelumnya dapat tumbuh dalam liang telinga luar. Membedakan
tumor-tumor ini harus dengan pemeriksaan mikroskopik karena setiap tumor
tampak seperti massa polipoid, licin dan tertutup kulit yang muncul dari dinding
liang telinga. Hampir tanpa gejala kecuali bila tumor menutupi seluruh liang
telinga. Rasa nyeri merupakan tanda keganasan dan perlu dicurigai bila terjadi
nyeri pada tumor dalam liang telinga.13
c.
Osteoma
Osteoma bermanifestasi sebagai massa, diskrit tulang pedunkulata yang
muncul dari garis jahitan tympanosquamous berdekatan dengan persimpangan
tulang-tulang rawan. Massa soliter, sepihak, dan lambat berkembang. Ini adalah
neoplasma tulang yang paling umum dari tulang temporal. Insiden pembentukan
osteoma atau puncak presentasi dalam dekade keempat kehidupan. Osteoma
biasanya tanpa gejala, namun, gejala dapat timbul jika obstruksi saluran terjadi.
Osteoma lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita. Ada hubungan
yang pasti diketahui air dingin paparan radiasi atau telah dibuktikan. Osteoma
tumbuh dalam liang telinga sebagai massa tunggal yang besar, dekat ujung lateral
bagian tulang. Tumor ini sering bertangkai.3,9,13
13
servikalis superior profunda, parotis atau kumpulan kelenjar getah bening
submaksila. Metastasis secara hematogen jarang terjadi.13
14
Gambar karsinoma sel skuamosa
Dikutip dari kepustakaan 13
15
Dikutip dari kepustakaan 21
d. Sarkoma
Sarkoma lebih sering timbul pada usia yang jauh lebih muda daripada
karsinoma, dan merupakan tumor ganas telinga yang paling sering pada anak-
anak. Sebagian besar tumor ini jenis rabdomiosarkoma, tetapi sarkoma sel
spindel, fibrosarkoma, limfosarkoma dan kondrosarkoma pernah dilaporkan
juga.13
Pada beberapa kasus telinga terkena akibat invasi melalui tuba Eustachius
atau metastasis, tetapi yang lebih sering tumor primernya tumbuh ditelingah
tengah atau di liang telinga luar. Progonisis buruk karena tumor tumbuh cepat.
Seringkali tumor sudah dilluar batas yang dapat dieksisi sebelum diagnosis
ditegakkan. Radiasi dipersulit oleh tulang disekitarnya yang sering hilang akibat
16
radionekrosis pasca terapi. Pada kasus-kasus yang dicoba diterapi, reseksi tulang
temporal diikuti terapi radiasi agaknya memberi prognosis terbaik. 13
e. Melanoma Malignum
Melanoma dapat timbul di daun telinga maupun liang telinga, tetapi lebih
sering di daun telinga. Bila ada lesi berpigmen yang mulai membesar dan berubah
warna, harus dipikirkan kemungkinan kelainan ini. Karena lesi ini cenderung
untuk menyebar setelah trauma bedah, maka biopsi harus dihindarkan. Bila lesi
ini belum lama, maka harus dilakukan eksisi lengkap dengan batas jaringan sehat
yang cukup besar. Prognosis tumor ini tak dapat dilamarkan karena dapat terjadi
metastasi limfatik yang tidak terduga dan seringkali terjadi fase dini. Diperlukan
pemeriksaan secara berkala untuk menemukan penyebaran sedini mungkin. Jika
ditemukan penyebaran limfatik, maka diseksi leher radikal merupakan suatu cara
yang dapat memberi harapan penyembuhan pada beberapa kasus. 13
17
Setiap massa yang tumbuh dalam liang telinga luar, bila menetap harus
diangkat untuk pemeriksaan. Lesi yang diduga sebagai polip, granuloma, atau
bentuk jinak yang lain, ternyata kadang-kadang dapat terbukti ganas biasanya
berupa karsinoma sel skuamosa. Karena penyakit ini sering sekali ditandai oleh
sekret menahun dari telinga. Maka pasien seperti itu harus dicurigai terutama bila
dengan pengobatan adekuat tidak terjadi perbaikan. 13
Karsinoma liang telinga atau telinga tengah lebih sukar didiagnosis pada
keadaan dini. Biasanya berhubungan dengan infeksi kronis. Tumor ini
mempunyai permukaan yang kasar dan berwarna merah sehingga sering diduga
granuloma atau polip. Oleh karena itu setiap kasus infeksi telinga yang tdak
mudah sembuh, harus dicurigai. Bila didapatkan permukaan kulit yang tidak rata,
granuloma atau polip harus dilakukan biopsi. Rasa nyeri dan perdarahan adalah
dua gejala yang paling sering pada keganasan liang telinga atau telinga tengah.
Karena infeksi kronis biasanya tidak menimbulkan gejala seperti ini, maka kedua
gejala tersebut dapat merupakan tanda suatu keganasan. Bila penyakit ini
berlanjut, sering dapat mengenai saraf fasial yang menimbulkan paralisis.
Selanjutnya penyebaran mungkin ke kelenjar getah bening atau ke dasar
tengkorak, dengan melibatkan saraf kranial bagian bawah. 13
VIII. DIAGNOSIS
Sebuah karsinoma yang timbul dari kanalis auditorius eksternalsering sulit
dibedakan dengan otitis supuratif.Karena tingginya insiden otitis eksterna
danmedia dan karena patologi seringkronis, diagnosis karsinoma meatus akustikus
ekstesnus hampir selalu terlambat. 7
Adapun pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk menegakkan diagnosis
dari tumor tersebut : 7
a. Anamnesis: 19
Daun telinga / liang telinga tumbuh benjolan
Nodul tumbuh pelan ( jinak)
Benjolan cepat membesar, ulkus + ganas
18
Liang telinga terasa nyeri, rasa buntu, sekret ada darah atau
perdarahan telinga
Otore kronis, tinitus, pendengaran menurun
Rasa nyeri di telinga luar, tengah atau sebelah dalam
Telinga bag. belakang membengkak
Benjolan di leher (kel. GB) = metastasis
b. Pemeriksaan Klinis :
Setiap massa yang tumbuh dalam liang telinga luar, bila menetap harus
diangkat untuk pemeriksaan. Lesi yang diduga sebagai polip, granuloma, atau
bentuk jinak yang lain, ternyata kadang-kadang dapat terbukti ganas biasanya
berupa karsinoma sel skuamosa. Karena penyakit ini sering sekali ditandai oleh
sekret menahun dari telinga. Maka pasien seperti itu harus dicurigai terutama bila
dengan pengobatan adekuat tidak terjadi perbaikan. 13,17
Curiga ganas, bila
Sekret ada darah, perdarahan telinga
Liang telinga permukaan kasar, merah, granuloma atau polip _
perlu biopsi
Nyeri tekan, tampak kesakitan
Paresis N. VII 19
c. Tes pendengaran : 19
1) Tes Berbisik
2) Tes garpu tala (tes Rinne, tes weber, tes swabach, tes bing)
3) Tes Audiometri
Bila tumor menutupi seluruh liang telinga maka akan menyebabkan gangguan
pendengaran konduktif.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) pemeriksaan Radiologi
19
Sebuah resolusi tinggi CT Scan dan MRI diperlukan untuk evaluasi yang
tepat. Sebuah resolusi tinggi CT Scan menentukan erosi osseus disebabkan oleh
tumor, sedagkan MRI lebih unggul untuk evaluasi jaringan lunak. MRI
menunjukkan adanya dural invasi, perluasan intrakranial, serta keterlibatan
jaringan lunak ekstrakranial. 16
2) pemeriksaan Histopatologi
Diagnosis yang tepat harus dibuat dengan biopsi. Keseluruhan risiko
metastasis untuk karsinoma sel skuamosa kulit dari telinga eksternal dan
sekitarnya. 16
IX. PENATALAKSANAAN
Ketika tumor ditemukan di liang telinga, lokasi, ukuran dan luasnya tumor
harus dievaluasi secara menyeluruh di bawah mikroskop operasi. Pengobatan
terdiri dari eksisi bedah luas dan pasca operasi terapi radiasi.
9.1 Pembedahan
Bila tumor melibatkan bagian posterior saluran telinga luar dan belum
sampai ke gendang telinga maka dilakukan sebuah mastoidektomi
radikal.dilanjutkan dengan mengeluarkan seluruh tulang rawan & tulang liang
telinga serta massa tumor di meatus eksternus. Defek op. di tutup skin graft Jika
tumor ganas sangat luas dan melibatkan telinga tengah maka dilakukan reseksi
tulang mastoid subtotal atau total. (startme). 9
Untuk tumor ganas prosedur yang digunakan adalah total "enbloc" dari
saluran telinga dan seluruh kulit sekitarnya, termasuk tulang, gendang telinga dan
tulang pendengaran.1
Walaupun ada kontroversi mengenai penatalaksanaan bagi tumor liang
telinga, banyak data yang berkembang mengatakan bahwa bedah ekstensif/luas
20
(seperti dalam pembedahan en bloc) harus dilakukan dibandingkan bila hanya
dilakukan sedikit demi sedikit. Pembedahan en bloc temporal subtotal
dikembangkan untuk meningkatkan hasil pengobatan yang lebih baik pada
keganasan liang telinga dan tulang temporal. 21
Sembilan puluhlima persen darikarsinomasel basal<2cmdapat
diatasidengan eksisilokal denganmargin bedahminimal
4mm.Aurikularisrekonstruksimungkin diperlukan untukcacatbesar, sedangkan
Kanker sel skuamosa diketahui bermetastasis secara lokal ke dalam kulit dan
kelenjar getah bening. Pencangkokan kulit dari telinga dilakukan untuk
membangun kembali saluran telinga sebuah graft jenis fasia digunakan untuk
membangun kembali gendang telinga. 1
9.1 Radioterapi
Terapi radiasi sendiri belum dibuktikan merupakan metode efektif dalam
mengobati keganasan pada liang telinga. Pada kenyataannya, banyak tumor yang
timbul lagi jika diberi radioterapi saja. Tetapi walaupun begitu banyak pengarang
yang tetap menyarankan radioterapi sebagai satu-satunya modalitas bagi stage III
dan IV . 21
Pada stadium tumor dimana sudah terjadi perluasan tumor pada saraf,
wajah dan vascular.Disarankan untuk dilakukan pembedahan juga terapi radiasi
terutama pada stage III dan IV. 21
Jika tumor ganas, terapi radiasi harus dipertimbangkan setelah operasi,
terutama pada kanker sel skuamosa. Reseksi bedah dari saluran telinga tanpa
terapi radiasi adalah cukup untuk kanker sel basal dan keganasan kelenjar. Hal ini
membutuhkan operasi lebih radikal, kecuali pada fase awal kasus. 1,15,18
X. PROGNOSIS
Angka kesembuhan karsinoma liang telinga luar buruk, kurang dari 35%.
Eksisi luas dari lesi berarti mengangkat seluruh tulang rawan dan tulang liang
telinga melalui pendekatan mastoid, sehingga liang telinga dapat terangkat secara
keseluruhan tanpa mengganggu jaringan yang terkena. 3
21
Selain usia pasien dan status kekebalan secara keseluruhan, prognosis
untuk karsinoma sel skuamosa tergantung pada subtipe histologis, ukuran, dan
lokasi tumor. Sebuah prognosis yang lebih baik dikaitkan dengan histologi baik
dibedakan. Sistem 5-tahun angka kesembuhan untuk karsinoma sel skuamosa
berkisar dari 75% menjadi 92%.9,15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Nama :Tn.R.S
4. Alamat :Minsel,Modoinding
8. Pekerjaan :Petani
22
10.
B. Penanggung jawab
4. Pekerjaan :IRT
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan nyeri telinga /kepala kiri dan mengalami susah tidur akibat
nyeri
C. RIWAYAT KESEHATAN
Sejak 3 minggu yang lalu awalnya nyeri ringan dan bertambah berat sampai
kepala dan adanya benjolan di telinga kiri,pendengaran berkurang dan merasakan
susah tidur pasien dianjurkan untuk dirawat intensive di RS Prof Kandou karena nyeri
dengan skala nyeri 7 , pada tanggal ( 4 mei 2021(10.00 wita) pasien datang ke RS prof
Kandou dan didapatkan TD pasien 120/100 mmHg,respirasi 20x/mnit
Tidak ada
pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien maupun penyakit menurun seperti Diabitus Militus, Hipertensi serta
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan HIV.
23
sama dengan klien
E. Genogram
24
37 41
F. PEMERIKSAAN FISIK
25
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu :36,6℃
3. Pernafasan :20x/mnt
1. Kepala
Abnormal
2. Mata
normal
3. Hidung
normal
normal
5. Leher
Normal
6. Dada
Normal
7. Abdomen
Normal
8. Genetalia
Normal
26
Ekstremitas :
-Atas :Normal
- Bawah :Normal
9. Sistem Muskuloskeletal :
G. AKTIVITAS SEHARI-HARI
DS :
3. Pola Eliminasi
4. Pola Aktivitas
27
Berjalan
Toileting
Berpakaian
Berpindah tempat
Ket :
0 : Mandiri
1 : Dibantu orang lain
2 : Dibantu alat
3 : Dibantu total
8. Pola Peran-Hubungan
Klien menggatakan mempunyai hubungan yang baik dengan isteri dan keluarga
9. Pola Seksualitas-Reproduksi
28
10. Pola Koping-Toleransi Stress
H. TEST DIAGNOSTIK
- Laboratorium
-RADIOLOGI:
29
X Foto thorax ,Rencana CT SCAN Mastoid (Penjadwalan)
-DIAGNOSIS:
-TATA LAKSANA
IVFD RL 18 gtt/mnit
Ranitidine 2x IV
Ketorolac 3x1
I.ANALISA DATA
orang lain
DIAGNOSA KEPERAWATAN
30
31
INTERVENSI
Kolaborasi
32
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Intoleransi Aktivitas (D.0056) Tujuan (I.05178)
b.d Kelemahan d.d merasa Manajemen Energi
lemah (L.05047)
Toleransi Aktivitas Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan tubuh yang mengakibatkan
selama 3x24 jam diharapkan Toleransi kelelahan
Aktivitas meningkat. - Monitor pola jam tidur
- Monitor lokasi dan
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan selama
- Keluhan lelah 5 menurun melakukan aktivitas
- Perasaan lemah 5 menurun Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
33
IMPLEMENTASI
34
5. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
H : Pengunjung dibatasi dan ruangan
tidak
bising
35
4. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
H:
36
S:
T: lama nyeri 10 menit, hilang timbul
37
Kelemahan d.d merasa lemah H: tubuhnya terasa lemah
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/m O : Aktivitas pasien dibantu
RR : 20x/m orang lain
SB : 36℃
A : Masalah belum teratasi
2. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan P : Lanjutkan Intervensi
H:
38
nyeri, skala nyeri 7 TD : 90/80 mmHg
N : 80 x/m O : Pasien tampak gelisah,
RR : 20x/m dan
SB : 36℃ sedikit meringis, skala
nyeri 3
2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi nyeri A : Masalah belum teratasi
P : nyeri pada telinga kiri
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk P : Lanjutkan Intervensi
R:
S:
T: lama nyeri 10 menit, hilang timbul
39
H: Pasien dan keluarga mengerti
dengan penjelasan yang diberikan
40
tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
7. Menganjurkan tirah baring
8. Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
9. Mengolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
41