Anda di halaman 1dari 33

ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA LUAR

STASE NEUROOTOLOGI

Dian Eka

Nanang Suhana

Pembimbing :

Dr. Sudarman Sp.THT-KL (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN THT-KL

FK UNS - RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA


ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA LUAR

1
2
Keterangan Gambar

 Auricula

Bentuknya tidak teratur, terdiri atas tulang rawan dan jaringan fibrosa, kecuali
pada ujung paling bawah, yaitu cuping telinga, bagian cuping hanya tersusun oleh
lemak. Daun telinga berfungsi untuk membantu mengkonsentrasikan getaran
gelombang suara (vibrasi) menuju bagian dalam telinga.

Terdapat bagian dari auricular yaitu: helix, anti helix, tragus, anti tragus, lobules,
fossa triangular, konka, fossa schafoid

 Canalis auditorius externus

Merupakan pipa pendengaran dengan panjang sekitar 2,5 cm, sepertiga luarnya
adalah tulang rawan, sementara dua pertiga dalamnya berupa tulang. Saluran ini
berfungsi untuk meneruskan vibrasi yang telah ditangkap oleh aurikel menuju
membran timpani (selaput gendang). Pada saluran ini juga terdapat rambut-
rambut, yang berfungsi untuk mencegah benda asing masuk ke dalam telinga

 Membrana tympani

Membran timpani atau sering disebut sebagai gendang telinga, dengan bentuk
menyerupai gendang, terletak tepat setelah saluran luar auditori dan merupakan
penerima rangsangan vibrasi pertama. Membran timpani berfungsi untuk
meneruskan vibrasi suara menuju tulang-tulang pendengaran (osikula).

Bagian atas disebut pars flaksida (membrane shrapnel), sdangkan bagian bawah
pars tensa (membrane propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian
luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dilapisi oleh sel kubus
bersilia. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah yaitu lapisan yang terdiri
dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.

3
Membrane timpani dibagi dalam empat kuadran, yaitu
Postero-Superior, Posterior-Inferior, Antero-Superior, Antero-Inferior

Anatomi dan fisiologi

Telinga luar terdiri dari aurikula dan liang telinga luar. Keduanya berisi tulang rawan
elastis dari mesoderm dan sejumlah kecil jaringan subkutan, yang dilapisi kulit pada
adneksa. Lobulus merupakan jaringan lemak, bukan tulang rawan. Aurikula terdiri dar 6
hillock, 3 diantaranya dari arkus branchial I dan II (gambar.135.1). Pada keadaan
normal selama kehamilan, hillock kartilaginosa bergabung membentuk daun telinga,
dan dengan pertumbuhan selektif mandibula, aurikula naik ke posisi semula dekat
commisura lateral dari mulut ke temporal.

Liang telinga luar berasal dari ektoderma pertama sulkus branchial antara mandibula (I)
dan lengkungan hioid(II). Lapisan epitel yang membatasi merupakan endoderm dari
kantung faring pertama, hingga bentuk membran timpani. Batas medial liang telinga
luar. Merupakan sambungan jaringan yang berasal dari mesoderm yang ditemukan
antara ektoderm dan endoderm dan menjadi lapisan fibrosa membran timpani (2).
Menurut asalnya, liang telinga luar termasuk bagian terluar membran timpani yang
terdiri dari ektoderm dan dibatasi oleh epitel skuamosa..

4
Liang telinga luar dibagi dalam dua bagian, bagian luar adalah tulang rawan (40 %)
yang berisi lapisan tipis berupa jaringan subkutan antara kulit dan tulang rawan., dan
bagian dalamnya adalah tulang (60%) yang terbentuk oleh cincin timpani, berisi
jaringan lunak yang sangat sedikit berupa kulit, periosteum, dan tulang. Panjang rata-
rata liang telinga luar orang dewasa adalah 2,5 cm. Karena posisi membran timpani
yang miring, bagian posterosuperior dari kanal adalah sekitar 6 mm lebih pendek dari
anteroinferiornya. Persimpangan dari tulang rawan dan bagian tulang merupakan
bagian menyempit yang disebut ismus.

Tragus dan antitragus membentuk penghalang benda asing secara makroskopis,. Dari
lateral ke medial, kurva kanal dari superior dan posterior membentuk huruf S. Liang
telinga dapat dianggap sebagai petunjuk ke arah hidung. Sehingga aurikula perlu ditarik
ke atas dengan lembut keluar dan kebelakang untuk meluruskan liang telinga pada
waktu dilakukan pemeriksaan. Tiga mekanisme pertahanan makroskopik melindungi
liang telinga luar dan permukaan lateral membran timpani yaitu: tragus dan antitragus,
kulit dengan lapisan serumen dan ismus.

Kulit tulang rawan liang telinga mengandung banyak sel-sel rambut dan kelenjar
sebasea dan apokrin seperti kelenjar serumen (Gambar 135,2). Ketiga struktur adneksa
bersama – sama berfungsi sebagai pelindung yang disebut unit apopilosebaseus.
Sekresi kelenjar yang digabungkan dengan epitel skuamosa membentuk lapisan asam
serumen, sebagai salah satu hambatan utama untuk infeksi liang telinga. Invaginasi
dari bagian epidermis membentuk dinding luar folikel rambut, dan batang rambut
membentuk dinding bagian dalam. Folikel liang telinga adalah ruang antara kedua
struktur tersebut. Alveoli sebaseus dan kelenjar apokrin. saluran ekskretoris lurus, yang
mengalir ke kanal folikular. Sumbatan dari setiap bagian sistem duktus menjadi faktor
predisposisi infeksi.

Liang telinga biasanya merupakan struktur yang dapat melindungi dan membersihkan
sendiri. Lapisan serumen bekerja melewati ismus ke bagian liang telinga luar dan kulit
terluar. Pembersihan liang telinga secara berlebihan akan mengganggu perlindungan
utama dan mungkin mengakibatkan infeksi. Variasi dari tiap orang dalam anatomi liang

5
atau konsistensi dari serumen yang dihasilkan dapat predisposisi pada beberapa orang
terakumulasi menjadi waks.

Bagian medial terhubung dengan membran timpani dan skuamosa tulang temporal,
menjadi penghalang penyebaran infeksi. Pada perforasi membran timpani, infeksi dapat
menyebar dari telinga tengah ke telinga luar. Cincin timpani yang bebentuk tapal kuda
dan lapisan skuamosa yang memisahkan kanal dari tengah fossa kranial. Maka sangat
jarang terjadi penyebaran infeksi ke intrakranial. Tulang kanal posterior berfungsi
sebagai batas anterior rongga mastoid, hanya beberapa vena yang menembus.kanal,
terutama sepanjang sutura timpanimastoid. Hal ini menyebabkan keterlibatan dalam
penyebaran infeksi hematogen dari kanal ke segmen mastoid. Tulang kanalis posterior
tersambung jaringan ikat padat diatas mastoid yang memungkinkan terjadinya infeksi
sekunder.

Pada bagian superior, kanal menempel fosa infratemporal dan dasar tengkorak. Infeksi
sepanjang atap kanal dapat menyebar dalam struktur ini. Dibagian anterior, kanal
di batasi sendi temporomandibular dan kelenjar parotis.

Drainase limfatik kanal adalah saluran penting dalam penyebaran infeksi. Di bagian
anterior dan superior, kanal mengalir ke kelenjar preaurikular di kelenjar parotis dan
bagian dalam superior nodus servikalis. Aurikula dan telinga luar menerima pasokan
darah dari bagian superfisial temporal dan cabang posterior aurikular dari arteri karotis
externa. Aliran vena dari dari aurikula dan meatus melalui bagian superficial temporal
dan posterior vena aurikular. Pada penggabungan vena retromandibular, biasanya
terbagi dan tergabung dengan kedua vena jungularis; gabungan akhir terjadi dengan
jugularis eksterna tetapi juga dapat mengalir ke sinus sigmoid menembus vena
emissary mastoid.

Sensasi pada aurikula dan telinga luar dipenuhi dari kulit dan saraf kranial, mendapat
kontribusi dari cabang-cabang aurikulo temporal trigeminus (V), fasial (VII), saraf
glosofaringeal(IX) dan saraf vagus(X) dan saraf aurikula terbesar dari pleksus
servikalis. Otot ekstrinsik yang tersisa pada telinga anterior, superior, dan posterior
aurikularis, dipersarafi oleh saraf fasialis (VII)

6
Kelainan Telinga Luar

Daun Telinga

a. Kelainan Kongenital
1. Fistula Preaurikular
Terjadi bila terdapat kegagalan penggabungan tuberkel ke satu dan tuberkel kedua.
Fistel jenis ini merupakan kelainan herediter yang bersifat dominan. Sering
ditemukan di depan tragus berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran seujung
pensil. Dari muara fistel sering keluar cairan yang berasal dari kelenjar sebasea. Bila
sydah terjadi infeksi akut diatasi dengan pemeberian antibiotic, dan bila sudah
terbentuk abses dilakukan incise untuk drainase abses. Tindakan operasi diperlukan
bila cairan keluar berkepanjangan atau terjadi infeksi berulang.

2. Microtia dan Atresia Liang Telinga


Pada mikrotia daun telinga bentuknya lebih kecil dna tak sempurna. Kelainan bentuk
ini sering kali disertai dengan tidak terbentuknya (atresia) liang telinga dan kelainan
tulang pendengaran. Bila ditemukan mikrotia bilateral pikirkan kemungkinan adanya
sindroma kraniofasial (sindroma Treacher Collins, Sindroma Nager). Penyebab
kelainan ini belum diketahui dengan jelas. Diduga factor genetic, infeksi virus,
intoksikasi bahan kimia dan obat teratogenik pada kehamilan muda adalah
penyebabnya. Pemeriksaan fungsi pendengaran dan CT-Scan tulang temporal
dengan resolusi tinggi diperlukan untuk menilai keadaan telinga tengah dan telinga
dalam. Ini penting untuk membantu dalam menentukan kemungkinan berhasilnya
operasi konstruksi kelainan telinga tengah.

3. Telinga camplang/Bats Ear


Daun telinga tampak lebih lebar dan lebih menonjol. Fungsi pendengaran tidak
terganggu. Namun karena bentuknya yang tidak normal serta tidak enak dipandang
kadangkala menimbulkan masalah psikis sehingga diperlukan operasi otoplasti.

7
b. Kelainan yang didapat
1. Hematoma

Biasanya disebabkan oleh trauma. Terdapat kumpulan darah d perikondrium dan


tulang rawan. Darah ini harus dikeluarkan karena dapat meyebabkan perikondritis.

2. Perikondritis dan Kondritis

Perikondritis adalah inflamasi pada perikondrium, dan kondritis adalah inflamasi pada
kartilago, merupakan keadaan lanjut atau komplikasi infeksi kanalis auditorius eksterna
atau akibat dari kecelakaan atau trauma pembedahan telinga. Nyeri dan sering
mengeluh gatal yang dalam didaerah kanal merupakan keluhan pada penyakit ini.
Dengan berjalannya waktu, kulit diluar daerah yang rusak akan menjadi krusta dengan
debris skuamous yang berakibat kartilago menjadi hancur. Telinga mengalami indurasi
dan eritema, seringkali kanalis tertutup oleh pembengkakan. Daerah disekitar jaringan
lunak pada wajah dan leher dapat menjadi terpengaruh.

Dalam tingkatan yang lebih ringan, debridemen dilakukan secara teliti dan pengobatan
dengan topikal dan antibiotika secara oral pada umumnya mencukupi. Jika tindakan ini
tidak memberikan hasil yang memuaskan, telinga dapat di bersihkan lagi, dan dapat
dilakukan pemeriksaan kultur. Pengobatan yang teliti dilakukan pada keadaan patogen,
khususnya pada Pseudomonas, sesuaikan dengan hasil kultur. Siprofloksasin adalah
pilihan yang logis pada stadium sedang, yang dikombinasi dengan tetes anti –
Pseudomonas seperti gentamisin atau florokuinolon drop.

Jika infeksi meluas dan melibatkan jaringan lunak regional dan limfatik, pasien
seharusnya dirawat di rumah sakit dan mendapatkan pengobatan parenteral dengan
pemberian terapi terhadap Pseudomonas yang adekuat. Pada kasus yang sulit, telinga
seharusnya dilakukan kultur sebelum dilakukan pengobatan. Dengan infeksi yang sulit,
diperlukan bantuan dari konsultan penyakit infeksi. Pada setiap tingkat penyakit,
dilakukan debridemen pada kanalis secara berkala dan teliti menjadi sebuah hal yang
esensial.. Keadaan metabolik pada daerah kartilago menjadi rendah dan suplai darah
menjadi berkurang. Infeksi yang pernah terjadi yang berakibat pembentukan
perikondrium atau kartilagenosa menjadi penyulit pengobatan. Infeksi subakut atau

8
kronis menunjukkan keadaan yang tidak dapat ditawar – tawar, menjadi indikasi untuk
dilakukan intervensi secara pembedahan, yang dilakukan diruang operasi dengan
keadaan yang terkontrol.

Daerah yang rusak dibersihkan dan dilakukan penyuntikkan dengan lokal anestesi yang
berisi epinefrin. Pemasangan flap pada kulit dan diseksi sampai dibawah kartilago yang
rusak merupakan rencana yang tepat . Jika kehilangan jaringan normal cukup banyak,
maka sebaiknya jaringan nekrotik dihilangkan . Seringkali nekrosis meluas lebih jauh
daripada yang terlihat oleh mata. Drain irigasi yang kecil dapat ditempatkan dibawah
dari flap dan jahit pada kulit. Flap kulit kemudian ditutup. Sisi yang didrainase diirigasi
dengan antibiotika seperti basitrasin (50.000 U yang dilarutkan dalam 250 ml normal
saline). Drain dipasang sampai keadaan berubah membaik. Antibiotika parenteral, tetes
telinga, dan perawatan lokal secara agresif dilanjutkan sampai keadaan infeksi teratasi.

Polikondritis Relaps

Polikondritis adalah suatu keadaan penyakit pada kartilago berupa destruksi dan
inflamasi yang intermiten dan progresif. Meskipun berupa gangguan autoimun, tetapi
penyebab secara pasti belum diketahui. Kartilago pada telinga eksternal, laring, trakea,
bronkus, dan hidung dapat terkena. Gejala yang dirasakan berupa demam, eritema,
anemia, pembengkakan, nyeri dan meningkatnya jumlah sedimentasi bersifat episodik
selama fase akut. Dalam perkembangannya, gejala peningkatan obstruksi saluran
nafas menjadi nyata. Disturbansi pada labirin merupakan keadaan yang jarang
dijumpai. Diagnosa dibuat berdasar pada riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik,
didukung oleh peningkatan jumlah sedimentasi. Biopsi dilakukan pada kartilago yang
mengalami nekrosis, inflamasi dan fibrosis. Pengobatannya dengan oral kortikosteroid.

Kelainan Liang Telinga

Otitis Eksterna

Otitis ekterna adalah infeksi pada liang telinga luar. Gambaran dari infeksi liang telinga
ini bervariasi, sesuai perjalanan waktu infeksi : akut, subakut, atau kronis.

9
Otitis eksterna akut

adalah infeksi pada liang telinga yang disebabkan oleh robeknya kulit yang normal atau
oleh karena serumen sebagai barier perlindungan, sering terjadi di lingkungan yang
lembab. Meskipun biasa disebut swimmer’s ear, otitis eksterna akut bisa disebabkan
oleh berbagai hal yang berakibat hilangnya lapisan lipid pelindung dari liang telinga,
sehingga menjadikan bakteri atau jamur memasuki unit apopilosebaseus. Ini biasanya
diawali dengan gatal di liang telinga dan umumnya disebabkan oleh mengorek liang
telinga dengan kapas atau kuku. Sementara keluhan gatal dapat hilang, tetapi
memberikan kesempatan untuk perkembangbiakan bakteri secara lokal pada kulit yang
mengalami maserasi. Keadaan liang telinga yang hangat, gelap dan lembab menjadi
tempat yang sempurna untuk pertumbuhan bakteri yang cepat. Kemudian, rasa sakit
timbul karena jaringan lunak bengkak, pada perkembangannya kemudian timbul
discharge yang purulen, dan menyebar ke daun telinga dan jaringan lunak
periaurikuler.

Pada pasien dengan penyakit yang tidak membaik setelah pengobatan, bisa menjadi
subakut atau kronis. Kondisi ini dapat serupa dengan eksim dan gambaran penyakit
mulai dari kekeringan yang ringan dan pembengkakan dari kulit liang telinga sampai
terjadinya hilangnya liang secara lengkap oleh infeksi kronis yang berupa hipertrofi
pada kulit.

Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut, yaitu otitis otitis eksterna sirkumskripta
otitis eksterna difus.

 Otitis Eksterna Sirkumskripta


Oleh karena kulit disepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit,
seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen maka ditempat itu
dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.
Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.
Gejalanya berupa rasa nyeri yang hebattidak sesuai dengan besar bisul, karena
kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya sehingga rasa
nyeri timbul pada penekanan.

10
 Otitis Eksterna Difus
Biasanya mengenai kulit liang telinga 2/3 dalam. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya.
Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas, selain itu ialah
Staphylococcus Albus, escherichia coli. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus,
liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar
dan nyeri tekan danTerdapat sekret yang berbau.

Riwayat

Riwayat dan penyelidikan fungsional harus mencakup informasi mengenai jangka


waktu, jumlah kejadian, sifat dan tingkat keparahan rasa sakit, pada penyakit telinga,
trauma (terutama penggunaan aplikator berujung kapas atau irigasi kuat, dan setiap
faktor predisposisi seperti diabetes, radioterapi atau kondisi apapun yang menyebabkan
keadaan imunosupresi). Operasi telinga, kepala dan leher sebelumnya dapat menjadi
catatan.
Sakit, berdengung, gatal, dan gangguan pendengaran adalah empat gejala utama otitis
eksterna, meskipun tidak semua gejala pada setiap pasien. Sepanjang pemeriksaan,
pemeriksa harus ingat persarafan dari kanalis auditorius eksternal dan perlu diingat
bahwa rasa sakit dari area lain di saluran aerodigestif bagian atas dapat menjalar ke
telinga.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan awal, lihat di telinga itu sendiri dan kemudian berhubungan dengan
kepala. Apakah merah, bengkak, menonjol? Apakah ada discharge?Bagaimana daun
telinga dan jaringan normal di periaurikular atau lichenified, dengan penumpukan dari
struktur normal epidermis? Apakah ada eritema atau selulitis menyebar ke jaringan
periaurikuler, wajah, dan leher? Sentakan lembut ke atas dan ke belakang biasanya
akan terlihat kecurigaan klinis. Pasien dengan otitis ekterna akut biasanya tidak akan
mentolerir manuver ini; beda dengan pasien otitis media.

Untuk membuat diagnosis yang benar infeksi liang telinga luar dan untuk kepentingan
klinis pengobatan, bersihkan kanal secara menyeluruh dan pemeriksaan dibawah

11
pencahayaan yang baik. Otoskop cukup untuk pemeriksaan yang cepat, tetapi paling
baik dilakukan di bawah mikroskop dengan pasien berbaring telentang di kursi, untuk
mengantisipasi kemungkinan respon vasovagal oleh N. Arnold, cabang saraf kranial X.

Walaupun anestesi lokal dan topikal bisa diberikan sebelum pembersihan, hanya
memberikan efek kecil dan tidak ada pengganti untuk keyakinan dan kesabaran.
Menggunakan spekulum telinga akan memudahkan pasien dalam pemeriksaan yang
lengkap. Liang telinga mungkin akan dibersihkan dengan suction, sebuah cerumen
loop, atau forsep aligator. Pilihan instrumen tidak penting. Kelembutan dan ketelitian
yang sangat penting.

Bakteriologi

Yang biasa bertanggung jawab atas otitis ekterna akut adalah Pseudomonas
aeruginosa, Proteus mirabilis, stafilokus, streptokokus, dan berbagai bakteri gram
negatif. Untuk infeksi ringan atau tidak rumit, kultur biasanya tidak diambil, karena
biasanya akan menunjukkan pola campuran pertumbuhan. Untuk infeksi resisten, kultur
dapat mengidentifikasi organisme yang dominan dan membantu dalam pemilihan terapi
antibiotik.

Staging
Senturia et al. (4) membagi klinis otitis eksternal ke dalam tahapan sebagai berikut:
preinflammatory; akut inflamasi,bisa ringan, sedang, atau berat dan peradangan kronis.
Biasanya, tahap preinflammatory dimulai ketika stratum korneum menjadi edematus
karena penghapusan pelindung lapisan lipid dan asam mantel dari kanal, menyebabkan
plugging dari unit apopilosebaseus. Sebagai obstruksi berlanjut, rasa kepenuhan dan
gatal dimulai. Gangguan dari lapisan epitel memungkinkan invasi bakteri atau korek-
korek, seperti kapas atau kuku yang kotor. Ini menghasilkan tahapan inflamasi akut,
yang disertai rasa sakit dan nyeri dari daun telinga. Pada tahap awal, kulit liang telinga
luar akan eritema ringan dan bengkak minimal (Gambar 135,3).

Ketika rasa sakit dan gatal-gatal meningkat, pasien mengarah pada tahap moderat,
dimana liang telinga terlihat lebih bengkak dan lebih banyak eksudat( gambar 135,4).
Perkembangan lebih lanjut dari peradangan pada keadaan tidak adanya perawatan

12
menghasilkan tahap peradangan parah, ditandai dengan peningkatan rasa sakit dan
hilangnya lumen liang telinga. Selanjutnya, eksudat purulen dan edema liang telinga
dapat merusak membran timpani. Selain itu, papula putih kecil sering terlihat di
permukaan kulit liang telinga. P. aeruginosa atau basil gram negatif lain dapat hampir
selalu dikultur pada tahap ini. Pada tahap parah, dokter sering melihat bukti
perpanjangan infeksi kanal luar melibatkan jaringan lunak yang berdekatan dan kelenjar
getah bening

TABEL 135.1 DIAGNOSA OTITIS EKSTERNA


Riwayat Penyakit
Gatal disertai rasa sangat nyeri
Discharge
Pemeriksaan Fisik
Pre inflammatory
Eritema sedang, udem
Inflamasi akut
Daun telinga yang lunak
Eritema
Udem
Discharge
Inflamasi kronik
Cairan kental, kulit liang telinga yang mengelupas
Eksim
Ulserasi
Laboratorium
Kultur
P. aeruginosa
P. mirabilis
Staphylococcus sp
Streptococcus sp
Radiologi
Pada kasus yang jarang

Diagnosa Banding

Diagnosa banding meliputi otitis eksterna nekrotikans, otitis eksterna bulosa, otitis
eksternal granular , perikondritis, kondritis, polikondritis berulang , furunkulosis, dan
carbunkulosis, serta banyak dermatoses, seperti psoriasis dan dermatitis seboroika.
Semua memiliki bentuk yang mirip dengan otitis eksterna akut dan kronis
Karsinoma melibatkan liang telinga luar dapat telihat seperti infeksi, dan dalam tahap
awal dan dapat diperlakukan salah. Yang paling umum neoplasma telinga eksterna
adalah karsinoma sel skuamosa, meskipun karsinoma primer lain, seperti karsinoma sel

13
basal, melanoma maligna, adenoma seruminosa atau adenokarsinoma, adenoid kistik,
dan metastasis kanker ke tulang temporal melalui kanal auditori eksternal seperti
sebagai pada payudara, prostat, dan karsinoma sel ginjal. Terjadinya nyeri pada rongga
mastoid yang sebelumnya tidak ada keluhan adalah ciri khas karsinoma dan harus
diteliti dengan biopsi dan penyelidikan lainnya

Perjalanan penyakit

Gejala umum otitis eksterna akut yang tidak diobati adalah peningkatan rasa sakit, dan
keluar cairan. Infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak dekat preaurikuler, wajah, dan
leher. Pasien dengan immunocompromised infeksi dapat berlanjut ke perikondritis,
kondritis, selulitis, dan eripelas. Penyebaran infeksi lokal dan regional pada kepala dan
leher melalui jalur drainase hematogenus. Beberapa pasien berobat dalam kondisi yang
stadium telah lanjut.

Perjalanan infeksi telinga luar kronis dalam halnyerinya lebih ringan dibandingkan
kondisi akut.

Therapi Medis

Ada 4 prinsip dasar pengobatan otitis eksterna yang terbagi dalam 5 tahap: frekuensi
kebersihan, kebijaksanan dalam penggunaan antibiotika, pengobatan inflamasi dan
nyeri, dan pencegahan terhadap infeksi berulang. Dalam setiap tahap infeksi,
pembersihan secara menyeluruh diutamakan, dibanding dengan hanya penggunaaan
tetes telinga. Pada tahap preinflamasi, kadang cukup dengan pembersihan secara
komplit. Dengan hilangnya sekret purulen, zat penurun tingkat keasaman seperti
aluminium sulfat kalsium sulfat (Domeboro) manjur dalam menghambat pertumbuhan
bakteri ataupun jamur.

Pengobatan pada tahap inflamasi akt dengan macam variasi sesuai tingkatan penyakit.
Pada kondisi paling ringan, pembersihan yang utama. Antibiotika tetes telinga
dianjurkan sebagai pertahanan terhadap infeksi Pseudomonas. Ada sebuah penelitian
yang menyatakan efektifitas penggunaan preparat flurokuinolon dengan atau tanpa
steroid (siprofloksasin, ofloksasin, deksamethason, hidrocortison (Cipro HC, Ciprodex,

14
Floxin)] yang mempunyai kelebihan dibanding dengan neomisin/polimiksin/hidrokortison
(Cortisporin or Coly-Mycin S Otic)

Pada saat ini, tidak ada resistensi antibiotik yang signifikan dapat muncul akibat
penggunaan obat fluorokuinolon tetes telinga.

Pada tahap ini, edema dari infeksi liang telinga luar jarang bertambah parah, pasien
harus bisa memasukkan tetes ke dalam telinga dengan memiringkan kepala ke
samping atau dengan berbaring dengan telinga yang akan ditetes posisinya tegak
keatas.

Tahap Moderat

Pada tahap moderat peradangan liang telinga dapat mengganggu pemberian tetes
telinga, dokter sering harus memasukkan tampon pada liang telinga dan meneteskan
obat melalui itu. Ketika tampon mengembang akan menekan jaringan lunak dan
periosteum ke posisi nondistended; ini cukup mengurangi rasa sakit. Tampon dilepas
pada waktu kontrol. Jika edema tidak berkurang secara signifikan, dapat dilakukan
tampon ulang, tetes antibiotika diberikan minimal 2-3 hari setelah gatal, sakit, dan
kering, sehingga terjamin bersihnya infeksi

Pada tahap moderat sering diberikan analgetik oral karena keluhan sakit. Perlu
diperhatikan pasien jangan mengorek telinga, diajurkan agar perenang menggunakan
handuk kering untuk membersihkan daun telinga dan liang telinga luar, atau
menguncang-nguncang telinga setelah berenang. Bila infeksi masih seputar liang
telinga luar, penggunaan oral antibiotika hanya beri pengaruh kecil. Pada kunjungan
akhir pasien penting untuk memastikan bahwa infeksi telah teratasi secara tuntas dan
liang telinga telah kembali normal.

Tahap Lanjut

Pada tahap lanjut, infeksi biasanya melewati batas liang telinga. Selain pembersihan,
tampon, dan penggunaan antibiotika tetes seperti yang telah dibahas sebelumnya,

15
perlu diberikan antibiotika oral berspektrum luas sefalosporin gram negatif – positif
berspektrum luas

Selain anti-Pseudomonas tetes telinga, antibiotik yang biasa digunakan adalah


antistafilokokus penicilin, generasi pertama dari sefalosporin, atau salah satu dari
antipseudomonal fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau levofloksasin. Florokuinolon
lebih efektif untuk pseudomonas tetapi penggunaanya tidak untuk anak umur 18 th
kebawah, karena resiko timbulnya artropati. Beberapa laporan selama 10 tahun terakhir
menunjukkan bahwa penggunaan siprofloksasin aman untuk pasien anak dan hanya
ada sedikit peningkatan artropati dibanding dewasa. Fluorokuinolon merupakan kontra
indikasi, kecuali bila didapat kasus luar biasa, seperti pengobatan penyakit pernapasan
anak dengan kista fibrotik paru.

Kompres hangat (normal saline atau diencerkan solusi aluminumsulfat kalsium asetat)
juga membantu pengobatan krusta dan edema pada daun telinga dan kulit sekitarnya.
Biakan dari liang telinga diindikasikan untuk tahap yang parah atau tidak sembuh
dengan pengobatan. Pengobatan biasanya dilanjutkan hingga 10 sampai 14 hari bila
responnya baik. Pada beberapa pasien yang tidak respon dengan pengobatan,
perawatan lokal sehari-hari, diulang kulturnya , dan disarankan penggunaan infus
antibiotika

Tahap Kronis

Tahap kronis dari otitis eksterna ditandai dengan penebalan kulit liang telinga luar
karena infeksi yang lama. Kulit bersisik, dan kering. Meskipun pembersihan debris
dianjurkan, hal ini mungkin sulit karena penyempitan liang telinga. Diindikasikan untuk
sering dibersihkan dan pemberian antibiotika, serta steroid. Triamsinolon asetonid
0,25% krim atau salep (Kenalog) atau tetes telinga deksametason natrium fosfat 0.1%
(decadron, Pred forte 1%) bisa digunakan.

Dalam kasus kronis otitis eksterna, dianjurkan pada pasien untuk hindari infeksi
berulang dengan memasukkan sesuatu ke liang telinga. Ini sering menimbulkan luka
lecet dan mendorong debris makin dalam dibandingkan membersihkan. Pasien dengan

16
infeksi yang berulang disarankan penggunaan tetes telinga campuran cuka dan air atau
etil alkohol dan air.

Otitis Eksterna Rekalsitran

Dokter dapat menilai dengan cepat pada pasien yang merespon pengobatan, bila tidak
pasien mungkin dirawat inapkan, dilakukan ear toilet tiap hari dibawah mikroskop
dengan hati-hati. Dicari tanda-tanda penyakit liang telinga tengah kronis atau perforasi
yang kecil. Yang mungkin dikaburkan dengan pembengkakan membran timpani,
dengan perforasi ataupun kolesteatom dibawahnya. Periksa juga daun telinga cari
tanda-tanda kondritis atau perikondritis, dilakukan kultur telinga. Periksa juga jaringan
periaurikular dengan seksama untuk mencari tanda-tanda penyebaran infeksi.
Computed Tomografi dari tulang temporal dapat memberikan informasi tambahan,
melihat perselubungan mastoid dan erosi tulang pendengaran. Beri pasien tetes telinga
tiap hari, sebaiknya yang mencakup untuk Pseudomonas aeruginosa dan infus
antibiotik dengan cakupan gram positif dan negatif. Sefalosporin bersamaan dengan
aminoglikosida adalah kombinasi yang logis. Terapi harus diturunkan bertahap sesuai
kultur dan sensitivitas. Steroid dapat mengurangi bengkak telinga.

Banyak infeksi rekalsitran terjadi karena ketidakpatuhan atau tahap lanjut, pasien
diharuskan meninggalkan kebiasaan buruk, dan perlakukan pasien seperti pada otitis
eksterna berat, tetapi tidak dirawat inap. Ini akan memungkinkan pemberian antibiotik
intravena ( tabel 135.2 dan 135.3)

TABEL 135.2 KOMPLIKASI OTITIS EKSTERNA


Selulitis
Erisipelas
Kondritis
Infeksi kronis yang sulit disembuhkan

TABEL 135.3 OTITIS EKSTERNA DARURAT


Nyeri yang tidak dapat terobati, meskipun dengan perawatan lokal

17
Memerlukan pearawatan di rumah sakit
Analgetik
Pengontrolan proses radang
Neuropati kranial dengan Otitis Eksterna
Dipertimbangkan pada Otitis Eksterna Nekrotikans
Penatalaksanaan Operasi Otitis Eksterna Kronis Hipertrofi

Disaat dilakukan tindakan lokal dirasa belum cukup dalam memberantas infeksi dan
pembukaan kembali dari lumen pada liang, mengangkat kulit disekitar liang dan kulit
yang berbatasan dengan daerah tersebut atau jaringan kartilagenosa menjadi suatu
hal yang penting. Pengangkatan kulit liang telinga jarang dilakukan melalui sambungan
liang tetapi lebih baik dikerjakan dengan insisi postaurikula, dimana akan memberikan
gambaran jaringan disekitarnya. Banyak sekali jumlah kartilago pada konka yang
diangkat yang berakibat terhadap tindakan meatoplasti yang luas. Tulang pada liang
dapat diperlebar dengan bor. Untuk perlindungan nervus fasial pada segmen vertikal,
dapat digunakan fasilitas monitor nervus fasial selama operasi. Liang dapat diratakan
dengan Split thickness (8:1000 inci) skin-graft diletakkan sementara bersama dengan
sten.

Dari pengalaman beberapa ahli THT pada infeksi yang sulit disembuhkan dapat
dilakukan empat prinsip pokok dalam penaganannya, meliputi proses pembersihan
yang teliti, pengobatan antibiotika, kontrol nyeri dan instruksi kepada pasien untuk tetap
kontrol teratur. Perawatan yang dapat dilakukan secara teliti dan dilanjutkan dengan
pengobatan lokal. (Tabel 135.4)

Otitis Eksterna Nekrotik (maligna)

Penyakit ini berpotensi mengancam kehidupan, apalagi dilihat dari konteks


osteomielitis yang luas pada tulang temporal dan dasar tengkorak. Setelah
ditemukannya antibiotika antiPseudomonas yang terbaru dari golongan florokuinolon,
Otitis Eksterna Nekrotik (NEO) tidak lazim didapatkan, terutama dalam satu dekade.
Tidak berarti ini merupakan penyakit tidak terjadi saat ini, terutama pada penderita
diabetes, imunocompremise, terutama penderita HIV dan lanjut usia. Ahli THT harus

18
masih menggunakan NEO didalam diagnosa deferensial pada infeksi telinga luar yang
sulit disembuhkan pada penderita yang mempunyai resiko – resiko tersebut.

TABEL 135.6 PENATALAKSANAAN OTITIS EKSTERNA NEKROTIK


Medis
Perawatan di rumah sakit
Antibiotika intravena
Pembersihan setiap hari, debridemen
Pembedahan
Granulasi + / - pada eksplorasi telinga tengah
+ / - mastoidektomi
+ / - dekompresi dari syaraf kranial
+ / - reseksi tulang temporal, jika tidak ada respon

Toulmuche menjelaskan sebuah kasus osteomielitis yang progresif pada tulang


temporal di tahun 1938 yang kemungkinan menjadi laporan kasus NEO yang pertama
kali. Pada tahun 1959 Melzer dan Kelleman menjelaskan sebuah kasus osteomielitis
dengan infeksi Pseudomonas yang progresif pada tulang temporal dan dasar
tengkorak. Chlander melakukan penelitian dengan paparan klinik tentang Otitis
eksterna maligna pada tahun 1968 dan setelahnya. Dia percaya bahwa dengan
debridemen melalui tindakan operasi radikal pada telinga dan struktur adneksa
memberikan harapan kesembuhan. Meskipun, beberapa kasus terdahulu berakir
dengan kematian penderita. Pada kenyataan yang ada, didapatkan pula keterlibatan
karsinoma , secara tepatnya pengertian yang digunakan adalah NEO. Kemajuan saat
ini terletak pada radiologi imaging dan lebih pentingnya pengobatan antipseudomonas
telah memberikan perubahan yang sinifikan dalam perjalanan alamiah dari penyakit ini.

Diagnosa

Diagnosa NEO dibuat dari kenyataan perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, dan
penemuan laboratorium yang mendukung. Empat ciri – ciri yang menonjol yang dapat

19
ditemukan adalah : otalgia persisten lebih dari 1 bulan, otore purulenta yang persisten
dengan jaringan granulasi selama beberapa minggu, diabetes melitus, dan keadaan
immunocompremise atau usia lanjut eksternal dan keterlibatan syaraf kranial. Penyakit
ini dapat dimulai dari kanalis auditorius, pada bagian anterior terus menyambung ke
fisura Santorin idan bagian postero inferior berlanjut foramen stilomastoideum ke
bulbus juguralis dan dasar tengkorak. Penyakit ini dapat mengakibatkan trombosis vena
dan sepanjang jalur syaraf kranial anterior dan inferior masing – masing kearah apeks
petrosum dan dasar tengkorak.

Penyakit lain yang dapat dimasukkan sebagai deferensial diagnosa antara lain akut
otitis eksterna berat, karsinoma sel skuamosa, tumor glomus juguralis, kolesteatom,
karsinoma nasofaring, penyakit Hans-Schaller Christian, granuloma eosinofilik,
granulomatosis Wargener, Kordoma Klivus, dan karsinoma meningeal. Penilaian
dokter tentang kecurigaan penyakit tersebut cukup tinggi, jadi tidak ada pasien yang
tidak dilakukan pengobatan yang agresif disaat yang tepat.

Penemuan Klinik dan Radiografi

NEO biasanya dimulai dengan otitis eksterna akut yang tidak dapat diatasi dengan
pengobatan medis, seperti yang telah digambarkan pada kasus yang lalu. Riwayat dari
perjalanan penyakit yang lama pada kanalis eksterna digabungkan dengan discharge
pada telinga dan nyeri yang hebat pada kepala bagian belakang. Penyakit ini biasanya
ditemukan pada penderita diabetes usia lanjut dengan kontrol metabolisme yang
rendah, meskipun dapat juga ditemukan pada keadaan penyakit kronis, pada pasien
yang lemah. Atau pasien immunocompremise, dapat juga pada pasien dengan status
HIV .

TABEL 135.5 DIAGNOSA OTITIS EKTERNA NEKROTIK


Riwayat
Otalgia yang persisten
Otore purulen yang persisten, granulasi
Diabetes Melitus, usia lanjut, penurunan daya tahan tubuh
Neuropati kranial
Pemeriksaan Fisik

20
Granulasi di liang telinga luar
Terlihat discharge yang purulen
Neuropati kranial +/-, terutama syaraf kranial VII
Kultur
Pseudomonas sp
Pseudomonas aeruginosa
Radiologi
Nuklir (galium, technetium)
CT dengan kontras
MRI dengan kontras

Pada pemeriksaan fisik, sebagian besar pasien dengan NEO biasanya atau tidak selalu
ditemukan adanya jaringan granulasi yang terlihat jelas pada bagian inferior dari kanal
atau .Kelainan ini dapat tidak jelas terlihat keadaan membran timpani. Adanya jaringan
granulasi jarang terlihat pada pasien otitis eksterna yang sering kita jumpai, akan tetapi
jaringan granulasi merupakan hal yang umum pada otitis media kronis eksaserbasi akut
dengan perforasi membran timpani Kulit dari liang biasanya eritema, indurasi, dan
kadang – kadang maserasi. Pada umumnya juga terdapat cairan sekresi yang
purulenta.

Organisme penyebab biasanya sebagian besar selalu P. Aeruginosa, meskipun


organisme lain seperti P.mirabilis, Aspergillus fumigatus,Proteus sp, Klebsiella sp dan
Stapylococcus sp terdapat pada isolasi. Infeksi jamur penyebab NEO lebih jarang
terjadi berhubungan dengan diabetes tetapi pada umumnya lebih sering ditemukan
pada pasien dengan immunocompremise pada keadaan lain, terutama pada penyakit
HIV.

Dari riwayat perjalanan alamiahnya, NEO dapat dikatakan merupakan proses yang
melibatkan syaraf kranial yang progresif, terutama syaraf fasial. Nyeri yang dirasakan
tidak dapat ditawar – tawar dan terasa pada bagian kepala belakang yang dalam.
Damiani dkk melaporkan bahwa sebagian besar melibatkan syaraf kranial VII (75 %),
X (70%), dan XI (56 %) Sebagian laporan terkini memperkirakan bahwa syaraf kranial

21
dapat terlibat pada paling kurang 1 dari empat pasien, dengan frekuensi yang lebih
rendah pada keterlibatan syaraf kranial IX, X, dan XI.

CT- dari tulang temporal dengan kontras merupakan pemeriksaan radiografi awal yang
dapat dilakukan, yang menghasilkan detail tulang yang unggul tetapi sedikit informasi
yang tepat tentang jaringan lunak. Dari pemeriksaan ini dijelaskan tentang perubahan
tulang yang halus seperti erosi pada anterior dinding kanal dengan melibatkan
persendian temporomandibular dan erosi dari lingkaran timpani dan dasar tengkorak.
Ini menunjukkan jaringan lunak mengalami penebalan dan perkabutan pada mastoid.
Ciri yang penting pada CT potongan koronal di tulang temporal adalah tidak terlihatnya
lingkaran timpani (gambar 135.7) Pada bidang lemak di segitiga subtemporal di dekat
foramen stilomastoid tidak dapat dilihat.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) menghasilkan informasi tulang yang sangat


sedikit, berupa bayangan hitam. MRI tanpa atau dengan peningkatan gadolinium dapat
terlihat dari bagian tengah yang memanjang pada jaringan lunak di daerah dasar
tengkorak. Peningkatan dural dan keterlibatan dari ruangan tulang meduler dapat dilihat
pada invasi sentral dasar tengkorak. Keterlibatan serebral dapat mudah terlihat pada
MRI dengan peningkatan gadolinium. Sinus dural yang jelas dan vena besar pada leher
dapat diperkirakan dengan cara non invasif dengan resonansi magnetik angiografi atau
venografi. Perubahan yang terlihat pada MRI tidak menentukan perkembangan klinik.
Jadi, MRI merupakan alat diagnosa yang digunakan untuk memperkirakan
perkembangan penyakit tetapi bukan merupakan alat yang digunakan untuk
menindaklanjuti perjalanan klinik dari NEO.

Skanning tulang Technetium-99m dan gallium- 67 telah menyokong evaluasi NEO.


Sensitivitas dalam mengetahui keberadaan infeksi adalah jauh lebih penting daripada
spesifitasnya penyebab penyakit. (gambar 135.8)

Skanning Tc-99 memberikan informasi yang unggul tentang fungsi tulang tetapi sedikit
informasi tentang struktur tulang. Positif skan menggambarkan adanya aktivitas
osteoblastik yang kecil, yaitu sekitar 10 % diatas dari normal. Skan yang positif
ditunjukkan pada keadaan akut dan kronis osteomielitis dan didaerah dengan proses

22
perbaikan tulang yamg aktif tanpa adanya infeksi seperti pada trauma. Peningkatan dari
uptake Tc-99 antara 4 – 24 jam setelah injeksi adalah indikator yang sangat sensitif
pada osteomielitis pada tulang temporal. Hal yang digunakan dalam evaluasi NEO
adalah hasil dari skaning Ga-67. GA-67 yang terjadi penggabungan dengan protein
dan polimorfonukleosit pada bagian infeksi yang aktif dikenal sebagai laktoferin
kompleks Ga-67. Bagian ini merupakan hal yang pokok dalam fokus infeksi yang akut
tetapi tidak memberikan informasi yang luas mengenai proses osteomielitis. Dalam
perkembangan pengobatan, skan Ga-67 akan kembali pada keadaan yang normal
(negatif). Tc-99m skan akan terserap selama beberapa bulan. Pada dasarnya,
penelitian tentang kedua hal tersebut telah direkomendasikan dalam rangkaian
pemeriksaan imaging yang digunakan untuk memonitor respon terapi. Indium telah
diberi label leukosit (didalam WBC) planar skintigrafi telah didemonstrasikan dan telah
memberikan hasil akhir yang lebih baik dalam pendeteksian osteomielitis daripada
planaionukleotid untuk evaluasi pasien suspek NEO. Cara pengobatan yang terbaik
dapat diputuskan setelah dilakukan konsultasi dengan pasien pada penelitian
radionuklid, sebelum memutuskan pilihan yang terbaik.

Pengobatan Medis.

Swap dan atau pemeriksaan kultur jaringan pada kanalis auditori eksternal sebaiknya
dilakukan. Kemudian jaringan granulasi yang dibiopsi dikirim kebagian keganasan
atau bagian pemeriksaan patologi yang lain. P.aeruginosa selalu dikultur karena
Pseudomonas seringkali menjadi organisme predominan, jadi pasien diobati dengan
antibiotika anti-Pseudomonas selama periode yang lama, selama 6 minggu atau lebih.
Untuk didapatkan pencapaian yang sinergi, maka digunakan pemakaian dua macam
antibiotika, satu antibiotika anti-Pseudomonas dan golongan aminoglikosida, karena
monoterapi tidak cukup berani digunakan dalan pengobatan NEO. Biasanya dua
antibiotika anti-Pseudomonas dipilih dari berbagai alternatif, antara lain gentamisin
atau tobramisin dengan atau tanpa tikarsilin atau piperasilin. Antibiotika alternatif yang
digunakan adalah mezlosilin, atau azlosilin, seftasidin, imipenem, astreonam, amikasin,
norfloksasin, dan siprofloksasin, dan beberapa anti - Pseudomonas dari golongan
florokuinolon lain yang tepat. Jika memilih aminoglikosida, puncak dan gelombang dari

23
tingkat pendengaran harus dimonitor dengan hati – hati. Ini adalah kebijasanaan dalam
pengobatan pada penyakit infeksi dalam hal membantu memilihkan terapi yang
memberikan keuntungan yang besar dengan toksisitas yang lebih rendah.

Karena tingkat penyerapan di jaringan cukup tinggi pada pemakain florokuinolon oral,
sehingga berdampak rendahnya insiden NEO. Dokter seharusnya tidak boleh lengah
karena dapat terjadi perabaan yang salah. Beberapa pasien dengan sedikit
mikrovaskuler terutama diabetes, pencapaian konsentrasi yang diharapkan hanya
dapat dilakukan dengan pemberian intravena. Pasien yang sulit disembuhkan dengan
pemberian antibiotika obat secara intravena membutuhkan kontrol pembedahan apabila
terjadi infeksi. Timbulnya resistensi pemakaian siprofloksasin dilaporkan pada 20 %
kasus pada pemakaian jangka panjang (6 minggu atau lebih) untuk pengobatan
osteomielitis. Disisi lain, fibrosis kistik dan beberapa infeksi tanpa pengobatan lain
dapat mungkin terjadi. Hal ini hanya didapatkan pada anak – anak, sehingga
florokuinolon merupakan pengobatan yang terbaik untuk pengobatan standar pada
anak untuk kasus demam tifus, beberapa kasus disentri Shigella dan meningitis
enterobakter. Sehingga, florokuinolon seharusnya masih digunakan secara hati – hati
pada pengobatan lini kedua pasien anak – anak, karena potensial timbulnya
resistensi dan ditunjuk sebagai penyebab antropati yang kemungkinan menjadi
penyebab terbesar pada imaturisasi yang dilakukan penelitian dengan hewan coba.

Ciri – ciri klinik awal yang menunujukkan keberhasilan pengobatan dapat terlihat dari
hilangnya nyeri yang membuat pasien tertarik untuk memutuskan pengobatan. Tanpa
memperhatikan pilihan pengobatan atau jenis dari pemberiannya, pasien harus tahu
bahwa mereka membutuhkan aural toilet yang teliti dan perawatan antibiotika selama
paling sedikit enam minggu dan usaha pengobatan diabetes.

Di rumah sakit, telinga harus dibersihkan dengan hati – hati dibawah mikroskop pada
bagian dasar sampai jaringan granulasinya berkurang. Pasien mengunakan
anti – Pseudomonas tetes telinga dan antibiotika sistemik yang tepat. Diabetes
memerlukan pengobatan yang agresif, biasanya membutuhkan bantuan dari bagian
penyakit dalam atau endokrinologi. Pemberian makanan yang hati – hati dengan
pemantauan dari ahli gizi.

24
Oksigen hiperbarik telah dianjurkan oleh Shupak dkk, tetapi Chandler dkk tidak
mengharuskannnya. Oksigen hiperbarik dipertimbangkan untuk memudahkan proses
osteoneogenesis dan meningkatkan proses perbaikan dari penyakit pada tulang.
Kerugian dan ketidakenakkan pada terapi oksigen hiperbarik adalah adanya
keterbatasan. Pemakaian oksigen hiperbarik direkomendasikan untuk penyakit yang
telah berjalan lama pada dasar tengkorak yang signifikan, atau adanya keterlibatan
pada intrakranial, penyakit yang rekuren, infeksi yang sulit disembuhkan dengan
pengobatan, dan tidak ada respon terhadap antibiotika.

Pengobatan Bedah

Sebagian besar pasien diterapi dengan menggunakan obat – obatan, dan aturan
pembedahan pada NEO masih menimbulkan kontroversi. Pembersihan jaringan
dengan dan tulang yang mengalami osteomielitis dengan operasi biasanya dilakukan
pada pasien tanpa respon pada pengobatan konvensional. Nyeri yang progresif
meskipun telah mengunakan pengobatan medis yang agresif, jaringan granulasi yang
progesif, dan dalam perkembangannya terdapat keterlibatan syaraf kranial merupakan
tanda pemberian pengobatan medis yang agresif dan kemungkinan dengan intervensi
operasi.

Dengan melihat onset kelemahan fasial secara klinis, operasi awal dilakukan untuk
menghilangkan jaringan granulasi disaat yang diperlukan, kompresi untuk menurunkan
tekanan nervus fasial memberikan pengembalian fungsi yang baik. Tujuan operasi yang
utama adalah memotong jaringan nekrosis yang utama dan memindahkannya ke
daerah yang mempunyai jaringan vaskularisasi yang baik. Elektroneurografi (ENOG)
secara berseri dapat digunakan untuk menentukan degenerasi elektrikal dari nervus VII
pada pasien dengan paralisa fasialis. ENOG menunjukkan lebih dari 90 % dari
degenerasi elektikal yang melibatkan syaraf fasialis secara klinik yang mendukung
operasi dekompresi yang melibatkan bagian dari syaraf

TABEL 135.6 PENATALAKSANAAN OTITIS EKSTERNA NEKROTIK


Medis
Perawatan di rumah sakit

25
Antibiotika intravena
Pembersihan setiap hari, debridemen
Pembedahan
Granulasi + / - pada eksplorasi telinga tengah
+ / - mastoidektomi
+ / - dekompresi dari syaraf kranial
+ / - reseksi tulang temporal, jika tidak ada respon

John dan Cheesman menganjurkan eksisi lokal secara luas pada kartilago yang
mengalami infeksi dan jaringan lunak jika nyeri menetap setelah pemberian terapi
medis atau jika terjadi kelumpuhan fasialis. Reines dan Schindler melaporkan tiga buah
kasus yang dilakukan tindakan reseksi pada tulang temporal secara subtotal dan
memberikan keuntungan untuk menutup jalan masuk fokus infeksi yang utama dan
memberikan drainase yang adekuat. Pengobatan secara pembedahan terdiri dari
drainase abses, debridemen sekuester dan reseksi yang lebih luas, tergantung pada
setiap individu terutama status kesehatannya dan respon terhadap tindakan konservatif
sebelumnya.

Angka kematian terjadi secara signifikans, terutama pada pasien dengan keadaan
penurunan daya tahan tubuh. Progesivitas penyakit ditunjukkan dengan nyeri hebat
yang tidak berkurang di telinga dan dasar tengkorak, serta keadaan infeksi pada
mastoid, parotis, syaraf kranialis bagian bawah, sinus transversa dan sigmoid.
Osteomielitis pada dasar tengkorak dapat mengakibatkan terjadinya meningitis, abses
otak, dan kematian. Meyerhoff dkk (34) melaporkan angka kematian secara
keseluruhan sebesar 37 % sebelum diperkenalkannya karbenisilin dan gentamisin dan
23 % setelah diperkenalkan dengan kedua jenis antibiotika tersebut. Pada pasien yang
disertai kasus multiple cranial neuropati , Babiatzki dan Damiani dkk melaporkan
angka kematian masing – masing sebesar 60 % dan 61 %. Faktor yang bengaruh
terhadap buruknya prognosa antara lain paralisis fasialis, polineuropati, dan keterlibatan
intrakranial.

Diagnosa dan penatalaksanaan pasien NEO tetap menjadi tantangan dokter THT.
Kemajuan terbesar dari pengobatan NEO adalah diketahuinya patofisilogi yang jelas

26
dari penyakit ini. Pendekatan dan koordinasi yang baik dari bagian THT, endokrinologi
dan penyakit infeksi dapat meningkatkan hasil secara keseluruhan (tabel 135.6 sampai
135.8). Penyakit yang mengakibatkan kerusakan ini dilaporkan oleh Chandler dalam
artikel klasiknya pada tahun 1968 telah terjadi perubahan yang signifikans. Dengan
ditemukannya florokuinolon dan beberapa antibiotika Pseudomonas secara signifikan
telah menurunkan angka kematian yang berhubungan dengan NEO

TABEL 135.7 KOMPLIKASI OTITIS EKSTERNA NEKROTIK


 Neuropati kranial (VII dan dibawahnya)
 Progesivitas meskipun telah mendapat pengobatan lokal, terdiri dari terapi oksigen
hiperbarik (pada daerah mastoid, parotis, syaraf kranial bagian bawah, dasar tengkorak,
sinus venosus dural, otak)
 Meningitis
 Abses otak
 Kematian

TABEL 135.8 OTITIS EKSTERNA NEKROTIK DARURAT


Penggantian antibiotika
Peningkatan jumlah perawatan harian
Pertimbangan tindakan pembedahan

Keadaan yang Berhubungan Otitis Eksterna

Beberapa penyakit Infeksi dan Inflamasi yang menjadi diagnosa deferensiasi dari Otitis
Eksterna.

Otitis Eksterna Bulosa

Otitis eksterna bulosa merupakan vesikel dan bula yang terdapat pada bagian tulang
pada kanalis eksterna yang memberi gejala sangat nyeri pada daerah tersebut. Vesikel
biasanya hemorajik dan biasanya tidak terjadi ruptur oleh karena infeksi sekunder yang
terjadi. Karena Pseudomonas dapat menjadi salah satu organisme kausatif, pemakaian
tetes telinga yang tepat direkomendasikan. Membalut dan irigasi pada kanal
seharusnya dihindari, karena dapat memperpanjang perjalanan penyakit ini.

27
Otitis Eksterna Granular

Otitis eksterna granular seringkali menyerupai dengan kelainan telinga pada penderita
NEO dimana pada keadaan ini didapatkan plak granular yang kecil atau berbentuk
seperti pendukulum (bandul) yang bergranulasi pada kanalis eksterna. Kondisi ini
dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapatkan pengobatan secara keseluruhan
saat menderita otitis eksterna pada waktu lalu. Setelah diberikan topikal atau lokal
anestesi, pembersihan jaringan granulasi, ditempatkan tampon pada kanalis, dan
pemberian antibiotik tetes biasanya akan mengatasi masalah. Antibiotika oral
seharusnya diberikan jika infeksi yang meluas melebihi dari kanalis. Jika penderita juga
mengalami diabetes atau keadaan yang lemah, diagnosa NEO dapat ditegakkan dan
diobati secara cermat.

Furunkulosis dan Karbunkulosis

Furunkulosis dan karbunkulosis merupakan keadaan yang disebabkan oleh infeksi


gram positif, biasanya Stapylococcus pada rambut folikel. Lesi yang pertama terjadi
berupa pustulasi sirkumskripta yang berukuran kecil dapat membesar menjadi furunkel
atau bergabung dengan beberapa lesi yang serupa menjadi karbunkel. Infeksi
sebagian besar terjadi pada pertemuan antara konka dan kulit kanal.

Jika infeksi dapat diobati dengan baik, material infeksi yang terakumulasi dapat
dihilangkan. Drainase spontan dianjurkan dengan menggunakan perendaman hangat,
ditambah dengan topikal dan oral antibiotika. Jika hal ini gagal untuk mengurangi
obstruksi kanal, insisi dan drainase dibawah lokal anestesi dapat menjadi indikasi.

Otomikosis

Otomikosis adalah infeksi yang disebabkan jamur pada kulit kanal eksterna. Meskipun
jamur menjadi penyebab utama, biasanya membuat lapisan diatas pada infeksi
bakterial kronis pada liang telinga luar atau telinga tengah. Kedua, otomikosis beresiko
terjadi kekambuhan jika infeksi utama yang mendasari tidak terkontrol. Semua jamur
mempunyai tiga syarat dasar untuk perkembangannya, yaitu : kelembaban, hangat,
dan gelap. Perubahan kelembaban akan menurunkan pertumbuhan jamur. Aspergillus

28
spesies merupakan penyebab tersering dan pruritus merupakan manifestasi klinik yang
utama. Pemeriksaan fisik pada umumnya menunjukkan putih, hitam, atau membran
yang berwarna abu – abu . Pembersihan yang teliti dapat dilakukan dengan
menghilangkan debris jamur dengan memberikan topikal berupa larutan yang bersifat
asam seperti alumunium sulfat kalsium asetat (Domeboro) atau pemberian bedak
kering seperti asam borak. Kotrimasol krem atau larutan (lotrimin) dapat juga diberikan.
Pada keadaan perforasi membran timpani atau tekanan pada tuba, klotrimazol tetes
atau larutan dapat mengakibatakan rasa yang sangat nyeri. Pembersihan secara teliti
dan terapi pengeringan dengan bedak adalah yang terbaik. Metakresil asetat (cresylate)
dapat dioleskan pada pinggir daerah perforasi atau tuba ventilasi yang mengalami
infeksi. Hal ini akan dilakukan dengan baik dibawah mikroskop. Dilakukan medikasi
dengan hati – hati dan tidak sampai masuk telinga bagian tengah karena mudah
terjadi iritasi. Pada infeksi yang sulit, misalkan adanya benda asing pada tuba yang
sedang mengalami ventilasi dapat menjadi nidus infeksi dan harus dibuang.
Timpanoplasti adalah tindakan yang terbaik untuk menutup perforasi sebagai drain
intermiten terhadap infeksi jamur yang melapisi bagian atasnya.

Gentian violet biasanya ditoleransi dengan baik pada pasien dengan infeksi rongga
mastoid, meskipun tindakan terbaik adalah membuang lubang pada telinga tengah
pada pasien dengan perforasi membran timpani. Karena dapat mengakibatkan noda
yang permanen pada kulit, lubang pada telinga tidak dapat digunakan dengan proteksi
yang adekuat pada area sekitarnya.

Beberapa pasien dengan infeksi otomikosis yang sulit disembuhkan biasanya telah
menjalani operasi mastoidektomi pada waktu sebelumnya.. Seringkali dinding kanal
mengalami penurunan. Karena terjadi penurunan pendengaran dari derajat sedang
sampai berat, maka pasien harus memakai alat bantu dengar dengan close mold. Hal
ini akan menjadi masalah yang signifikans, karena pasien percaya terhadap bantuan
sepanjang hari dan enggan melepas alat tersebut. Maka diperlukan penjelasan yang
hati – hati terhadap masalah yang di hadapi oleh pasien terhadap pemakaian alat bantu
dengar dalam waktu lama, pembersihan telinga yang hati – hati, dan menggunakan
bahan yang kering seperti bedak asam borat, bedak kloromisetin – sulfanilamid

29
fungison (amfoterisin B), atau bedak , kloromisetin – sulfanilamid- tinaktin (ttolnaftat)
yang biasanya membersihkan rongga. Salep pada rongga dengan alat bantu dengar
yang tertutup dapat mengakibatkan pertumbuhan jamur karena pengumpulan uap yang
lembab. Pada kasus yang sulit disembuhkan, gentian violet atau metakresil asetat
(Cresylate) yang digunakan secara topikal.

Herpes Zoster dan Herpes Simpleks

Herpes Zoster dan Herpes Simpleks diketahui disebabkan oleh virus yang
mempengaruhi kanalis auditorius eksterna. Pasien mengeluh panas, nyeri dan sakit
kepala yang terlokalisasi, dan vesikel yang biasanya muncul beberapa hari. Disaat
vesikel bergabung dan ruptur, terbentuklah krusta. Herpes zoster bersifat unilateral
pada kulit. Keterlibatan syaraf fasialis dapat mengakibatkan terjadinya paresis dan
paralisa (herpes zoster otikus atau sindrom Ramsay Hunt). Pengobatannya secara
suportif adalah dengan pemberian topikal dengan bahan yang bersifat mengeringkan
seperti hidrogen peroksida untuk krusta. Keadaan dari syaraf pasial harus dobati
dengan hati – hati, operasi dekompresi pada syaraf fasialis menjadi bahan
pertimbangan. Beberapa pasien mengesampingkan rasa panas dan basitrasin oles
cocok ditambahkan untuk mencegah adanya superinfeksi. Asiklovir, famsiklovir, dan
valasiklovir telah menunjukkan hasil yang lebih baik dalam mengatasi infeksi herpes,
terutama herpes zoster otikus. Dua jenis dibelakang, mempunyai dosis yang lebih
mudah digunakan dan lebih baik dalam penyerapannya secara oral dibanding asiklovir.
Famsiklovir juga menurunkan durasi dari neuralgia herpetika. Dalam
perkembangannya, produksi enzim hepar menjadi perhatian.

30
KEPUSTAKAAN

1. Byron J Bailey, Jonas T Jhonson : Head and Neck Surgery-Otolaryngology.4th


edition., 2001
2. FKUI, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, edisi
6, 2009

31
32

Anda mungkin juga menyukai