Anda di halaman 1dari 58

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segenap limpahan

rahmat dan karuniaNya sehingga pembuatan “Asuhan Keperawatan Jiwa p

ada Tn. J.M Gangguan Jiwa Halusinasi dengan diagnosa Gangguan Persep

si Sensori ” dapat diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis berharap ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para

pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Asuhan

Keperawatan Jiwa ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi

perbaikan.

Manado,16 November 2020

Gracia Feren Lontaan


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
A. Latar Belakang........................................................................................2
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................19
DATA FOKUS..................................................................................................34
ANALISA DATA.............................................................................................35
POHON MASALAH........................................................................................37
DIAGNOSAKEPERAWATAN......................................................................37
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN................................................38
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN............................39
CATATAN PERKEMBANGAN....................................................................42
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................51
A. Kesimpulan............................................................................................51
B. Saran.......................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................54
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan dan kemajuan teknologi yang pesat di segala bidang

berdampak pada tata kehidupan masyarakat di daerah perkotaan maupun

perdesaan. Namun tidak semua masyarakat dapat menyesuaikan dengan

perubahan tersebut. Sebagai contoh banyak orang berlomba untuk

mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan seperti kendaraan baru,

pekerjaan baru yang bisa menunjang kehidupan diri sendiri maupun

keluarga, tetapi tidak semua dari masyarakat berhasil untuk mendapatkan

apa yang mereka inginkan. Ditambah dengan bencana alam yang baru saja

terjdi, seperti gempa bumi, tsunami dan kecelakaan pesawat, banyak

masyarakat yang kehilangan harta benda maupun keluarga mereka.

Akibatnya terjadi berbagai masalah kesehatan jiwa seperti perilaku,

perasaan dan pikiran yang luar biasa terguncang jika tidak

ditatalaksanakan dengan baik dapat menimbulkan ancaman bagi pasien

tersebut maupun orang lain (Kemenkes, 2011).

Kesehatan jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk

menyesuaikan diri pada lingkungan serta berintegrasi dan berinteraksi

dengan baik, tepat dan bahagia (Menninger, 2015). Menurut Undang -

Undang Kesehatan Jiwa no 18 Tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi

dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,

spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri

sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan


mampu berkontribusi untuk komunitasnya. Seseorang yang sehatjiwa

dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, merasa bebas

secara relatif dari ketegangan dan kecemasan, merasa lebih puas memberi

daripada menerima. Angka penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan

secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan mental.

Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertinya tinggal di negara yang

berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak

mendapatkan perawatan. Menurut World Health Organization

(WHO) pada tahun 2016, secara global, terdapat sekitar 35 juta orang yang

mengalami depresi, 60 juta orang dengan gangguan bipolar, 21 juta orang

dengan skizofrenia, dan 47,5 juta orang dengan demensia.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 dilaporkan, prevalensi

rumah tangga dengan anggota rumah tangga gangguan jiwa Skizofrenia

dalam rentang tahun 2013-2018 (per mil) di wilayah Kalimantan Timur

adalah 2%0 mil pada tahun 2013 meningkat menjadi 5%0 mil pada tahun

2018.

Jumlah kunjungan rawat inap di sarana pelayanan kesehatan

Kabupaten/Kota Samarinda tahun 2016 di RSJD Atma Husada Mahakam

sebanyak 1131 orang laki-laki dan 383 orang perempuan (Dinas

Kesehatan Kota Samarinda, 2016).

Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam pada tahun 2016

mencatat rata -rata pasien rawat inap di RSJD Atma Husada Mahakam
Samarinda sebanyak 249 orang, jumlah pasien rata-rata pasien IGD pada

tahun 2016 sebanyak 257 orang, dengan presentase 38% yang mengalami

halusinasi. Dan pada bulanJanuari sampai Mei tahun 2017 mencatat rata-

rata pasien rawat inap di RSJD Atma Husada Mahakam sebanyak 168

orang, jumlah rata-rata pasien IGD bulan Januari sampai Juni tahun 2017

sebanyak 227 orang dengan presentase 36% yang mengalami halusinasi.

Pada bulan Juli 2018 di ruang intermediate Tiung memiliki presentase

49%, di ruang Punai memiliki presentase 59%, di ruang Belibis memiliki

presentase 37% di ruang Gelatik memiliki presentase 48%, di ruang

Enggang memiliki presentase 39% dan di ruang Elang memiliki presentase

53% yang mengalami halusinasi

Stuart dan Laraia dalam Yosep (2016) menyatakan bahwa pasien dengan

halusinasi dengan diagnosa medis skizofrenia sebanyak 20% mengalami

halusinasi pendengaran dan penglihatan secar bersamaan, 70% mengalami

halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10%

mengalami halusinasi lainnya.

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan asuhan

keperawatan jiwa secara komprehensif pada pasien dengan halusinasi

pendengaran di Ruang Kabela RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang

Manado, Sulawesi Utara


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah latar belakang diatas, maka rumusan masalah

sebagai berikut: “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Halusinasi Pendengaran di Ruang Kabela RSJ PROF. dr. V. L.

Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara.”

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi

Sensori Halusinasi Pendengaran di RuangKabela RSJ PROF. dr. V.

L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara

2. Melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah gangguan

persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Ruang Kabela RSJ

PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara

3. Merumuskan diagnosa keperawatan pasien dengan masalah

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Ruang

Kabela RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi

Utara

4. Menyusun perencanaan keperawatan pasien dengan masalah

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Ruang

Kabela RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi

Utara

5. Melaksanakan intervensi keperawatan pasien dengan masalah

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Ruang


Kabela RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi

Utara

6. Mengevaluasi pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran di Ruang Kabela RSJ PROF. dr. V. L.

Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara

D. Manfaat Penelitian

Menambah wawasan penulis dalam hal melakukan studi kasus dan

mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan pasien dengan masalah

ganngguan persepsi : halusinasi pendengaran

Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi

rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan

masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan

memberikan dan mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

pada pasien sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup

mereka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa

stimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang

sesuatu tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata dan hilangnya

kemampuan manusiamuntuk membedakan rangsangan internal pikiran dan

rangsangan eksternal (Trimelia, 2011).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang

dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa

suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya

stimulus yang nyata (Keliat, 2014).

Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran

danpikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang

dapat meliputisemua sistem penginderaan (Dalami, Ermawati dkk 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

halusinasi adalah adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek

atau gambaran dan pikiran sering terjadi yang dialami oleh pasien

gangguan jiwa berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau

penghiduan dengan persepsi yang salah terhadap lingkungan tanpa

stimulus yang nyata.


B. Jenis-jenis Halusinasi

Menurut Trimeilia (2011) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut :

1) Halusinasi pendengaran (auditory)

Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,

mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang

hal yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga

pada sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,

menutup telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan tangan.

2) Halusinasi penglihatan (visual)

Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau

panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau

menakutkan. Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat

tertentu, menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.

3) Halusinasi penciuman (olfactory)

Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah,

urine atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul

adalah ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan cuping hidung,

mengarahkan hidung pada tempat tertentu, menutup hidung.

4) Halusinasi pengecapan (gustatory)


Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa

darah, urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap,

mulut seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.

5) Halusinasi perabaan (taktil)

Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti

merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada

yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk

halus.Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau

meraba-raba permukaan kulit, terlihat menggerakkan badan seperti

merasakan sesuatu rabaan.

6) Halusinasi sinestetik

Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,

makanan dicerna atau pembentukan urine, perasaan tubuhnya melayang di

atas permukaan bumi. Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap

tubuhnya sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang

tubuhnya.

C. Etiologi

a) Faktor Predisposisi

Menurut Yosep (2010) faktor predisposisi klien dengan halusinasi :

1) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan

kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,

mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.

2) Faktor sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akan

merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

3) Faktor biologis

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres

yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan

suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres

berkepanjangan jangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter

otak.

4) Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus

pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada

ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa

depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata

menuju alam hayal.

5) Faktor genetik dan pola asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua

skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan

hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.


b) Faktor Presipitasi

1) Perilaku

Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,

perasaan tidak aman, gelisah, bingung, perilaku menarik diri, kurang

perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat

membedakan keadaan yang nyata dan tidak nyata.

Menurut Rawlins dan Heacock (1993) mencoba memecahkan masalah

halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai

makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spritual.

Sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :

a. Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan

yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,

intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang sama.

b. Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat

diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi daari halusinasi

dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi

menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat

sesuatu terhadap kekuatan tersebut.

c. Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan

halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan satu hal yang menimbulkan kewaspadaan

yang dapat menagmabil seluruh perhatian klien dan jarang akan

mengontrol semua perilaku klien.

d. Dimensi sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dari fase awal dan comforting

klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat

membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia

merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,

contoh diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi

halusinasi dijadikan ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung

keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang

menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta

mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi

dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

e. Dimensi spritual

Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,

tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara

spritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu, karena ia

sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun terasa

hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi

lemah dalam upaya memjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan

orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.


D. Rentang Respons Neurobiologi

1. Respon adaptif adalah respon yang yang dapat diterima oleh normanorma

sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam

batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan

masalah tersebut.

1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.

2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.

3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

pengalaman ahli.

4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

kewajaran.

5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi denagn orang lain dan

lingkungan.

2. Respon psikosial meliputi

1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan

gangguan

2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang

penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan

panca indera

3) Emosi berlebihan atau berkurang


4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

kewajaran Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi

dengan orang lain

3. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah

yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,

adapun respon maladaptif ini meliputi :

 Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh

dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan

bertentangan dengan kenyataan sosial.

 Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi

eksternal yang tidak realita atau tidak ada.

 Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari

hati.

 Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak

teratur.

 Isolasi sosial adalah kondisi sendirian yang dialami oleh individu

dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu

kecelakaan yang negatif mengancam.

E. Tahapan Proses Terjadinya Halusinasi

Menurut Yosep (2010) dan Trimeilia (2011) tahapan halusinasi ada lima fase

yaitu:

1) Stage I (Sleep Disorder)

Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi.


Karakteristik :

Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut

diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa

sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil,

terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah di kampus, di drop out, dst.

Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support sistem

kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangung

terus-menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunan-

lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.

2) Stage II (Comforting Moderate Level of Anxiety)

Halusinasi secara umum ia terima sebagai sesuatu yang alami.

Karakteristik :

Klien mengalami emosi yang berlanjut, seperti adanya perasaan cemas,

kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba untuk memusatkan

pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman

pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam

tahapan ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan

halusinasinya. Perilaku yang muncul biasanya dalah menyeringai atau

tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan

suara, gerakan mata cepat, respon verbal lamban, diam dan dipenuhi oleh

sesuatu yang mengasyikkan.

3) Stage III (Condemning Severe Level of Anxiety)


Secara umum halusinasi sering mendatangi klien.

Karakteristik :

Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias.

Klien mulai merasa tidak mampu mengontrolnya dan mulai berupaya

untuk menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien.

Klien mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya tersebut dan

menarik diri dari orang lain dengan intensitas watu yang lama. Perilaku

yang muncul adalah terjadinya peningkatan sistem syaraf otonom yang

menunjukkan ansietas atau kecemasan, seperti : pernafasan meningkat,

tekanan darah dan denyut nadi menurun, konsentrasi menurun.

4) Stage IV (Controling Severe Level of Anxiety)

Fungsi sensori menjadi tidak relevan dengan kenyataan.

Karakteristik :

Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang.

Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah

dimulai fase gangguan psikotik. Perilaku yang biasanya muncul yaitu

individu cenderung mengikuti petunjuk sesuai isi halusinasi, kesulitan

berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa

detik/menit.

5) Stage V (Concuering Panic Level of Anxiety)

Klien mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya.


Karakteristik :

Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancam dengan

datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman

atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat

berlangsung selama minimal empat jam atau seharian bila klien tidak

mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.

Perilaku yang muncul adalah perilaku menyerang, risiko bunuh diri atau

membunuh, dan kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi (amuk,

agitasi, menarik diri).

F. Mekanisme Koping

Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang

mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang

menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi maladaptif

meliputi:

1) Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku

kembali seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan

dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi

ansietas.

2) Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada

orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya

untuk menjelaskan kerancuan persepsi).


3) Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun

psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber

stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama : Tn J.M

Umur : 55 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

TTL : Manado, 13 mei 1966

Agama : Khatolik

Alamat : Airmaddi

Tanggal Pengkajian : 10 november 2021

2. Keluhan Utama

Bingung dan sering marah-marah

Keluhan saat dikaji

Klien mengatakan sering mendengar bisikan memanggil namanya saat

tidur ataupun saat duduk

3. Fartor Predisposisi

Diantara keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa

4. Pemeriksaan Fisik

a. TTV

TD : 90/60 mmHg

N : 88x/m

S : 360C
b. Keluhan Fisik : -

5. Psikososial

a. Genogram

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: klien
b. Konsep Diri

- Body Image

Klien berpenampilan tidak rapih dan kotor,rambut panjang dan

beruban,kuku panjang dan kotor

- Identitas

Klien dapat menyebut nama, alamat tempat tinggal dan jumlah

saudaranya.

- Peran

Klien sebelum sakit dapat menjalankan perannya di rumah, saat di

kaji klien tidak dapat menjalankan perannya.

- Ideal diri

Klien megatakan waktu kecil mempunyai cita-cita ingin mejadi

polisi.

- Harga diri

Hubungan klien dengan teman-temannya kurang baik. Klien

merasa rendah diri.

c. Hubungan Sosial

- Orang yang paling dekat dengan klien hanya ada beberapa orang

- Peran serta dalam kelompok masyarakat : klien tidak biasa mengikuti kegiatan

di masyarakat

d. Spiritual

Klien beragama khatolik dan hanya mengikuti ibadah yang

dilaksanakan di RSJ Ratumysang Kalasey II


6. Status Mental

a. Penampilan

Saat dikaji klien tidak rapih dan kotor

b. Pembicaraan

Klien berbicara kadang tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan

c. Aktivitas motorik

Kadang gelisa dan bejalan sambil berbicara sendiri

d. Alam perasaan

Klien mengatakan pada hari ini biasa saja

e. Efek

Labil, kadang senang dan kadang marah-marah dan kadang sedih

f. Interaksi

Selama wawancara klien kurang kooperatif, kontak mata (-)

g. Persepsi

Menurut klien, klien sering mendengar bisikan-bisikan

Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi

pendengaran

h. Persepsi piker

Klien kurang dapat berbicara dengan lancar

i. Memori

Klien dapat mengingat alamat tempat tinggalnya dan nama lengkapnya

sendiri

j. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Klien kurang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik dan

dapat berhitung walapun agak lambat.

k. Kemampuan penalaran

Klien dapat membedakan bersih dan kotor

l. Daya tarik diri

Klien merasa sudah sembuh


B. ANALISA DATA

No Data Masalah
1 Data Subjektif :
- Klien mengatakan sering mendengar
bisikan memanggil namanya saat tidur Gangguan Persepsi
ataupun saat duduk Sensori : Halusinasi
Data Objektif : Pendengaran
- Klien kadang menyendiri dan berbicara
sendiri
2 Data subjektif :
- Klien mengatakan merasa malu karena
mulutnya bau busuk,klien mengatakan
bercerai dengan istri karena bau mulutnya Harga Diri Rendah
yang busuk Situasional
Data objektif :
- klien menolak berinteraksi,klien
berbicara pelan dan lirih
3 Data objektif : Resiko Perilaku
- klien tampak marah-marah Kekerasan

C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri
sendiri dan orang lain

Harga diri rendah


situasional

Gangguan persepsi sensori

Halusinasi pendengaran
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi b.d gangguan pendengaran
D.0085
 Resiko perilaku kekerasan b.d halusinasi D0146
 Harga diri rendah situasional b.d riwayat kehilangan D0087

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor perilaku yang
Persepsi Sensori tindakan keperawatan mengindikasi halusinasi
: Halusinasi b.d 2x24 jam maka 2. Monitor isi halusinasi
Pendengaran diharapkan persepsi (mis. kekerasan atau
sensori membaik membahayakan diri)
dengan KH : 3. Lakukan tindakan
- Verbalisasi keselamatan ketika tidak
pendengaran dapat mengontrol
bisikan menurun perilaku (mis. limit
setting, pembatasan
wilayah, pengekangan
fisik, seklusi)
4. Diskusikan perasaan dan
respon terhadap
halusinasi
5. Anjurkan memonitor
sendiri situasi terjadinya
halusinasi
6. Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan atau umpan
baik korektif terhadap
halusinasi
7. Anjurkan melakukan
distrasi (mis.
mendengarkan musik,
melakukan aktivitas dan
teknik relaksasi)
8. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
2 Harga diri Setelah dilakukan 1. monitor verbalisa
rendah tindakan keperawatan yang merendahkan
situasional b.d 2x24 jam maka diri sendiri
riwayat diharapkan Harga diri 2. motivasi terlibat
kehilangan rendah situasional dalam verbalisasi
membaik positif untuk diri
KH : 3. diskusikan pernyataan
- Penilaian diri positif tentang harga diri
meningkatkan 4. anjurkan
- kontak mata memepertahankan
meningkat kontak mata saat
- perasaan malu berkomunikasi
menurun dengan orang lain
5. latih peningkatan
tanggung jawab untuk
diri sendiri
6. latih cara berpikir
positif
3 Resiko Perilaku Setelah dilakukan 1. monitor adanya benda
Kekerasan b.d tindakan keperawatan yang berpotensi
halusinasi 2x24 jam maka membahayakan
diharapkan resiko PK seperti benda tajam
menurun 2. bekerja sama dengan
KH : - Perilaku pihak-pihak terkait
melukai diri sendiri untuk meningkatkan
menurun keamanan lingkungan
3. informasikan pada
populasi yang
berisiko terkait
bahaya yang mungkin
diperoleh dari
lingkungan sekitar
4. kolaborasi dengan
pihak terkait
F. IMPLEMENTASI
 Hari / Tanggal : 13 november 2021
No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
1 Gangguan 09.00 1. Memonitor perilaku S : Klien mengatakan
Persepsi yang mengindikasi masih mendengar
Sensori : halusinasi suara-suara
Halusinasi 2. Memonitor isi
Pendengaran halusinasi (mis.
kekerasan atau
membahayakan diri)
3. melakukan tindakan
keselamatan ketika
tidak dapat
mengontrol perilaku
(mis. limit setting,
pembatasan wilayah,
pengekangan fisik, O : Klien tampak
seklusi) tenang
4. mendiskusikan
perasaan dan respon
terhadap halusinasi
5. menganjurkan
memonitor sendiri
situasi terjadinya
halusinasi
6. menganjurkan bicara
pada orang yang
dipercaya untuk A : Masalah belum
memberi dukungan teratasi
atau umpan baik
korektif terhadap
halusinasi
7. menganjurkan
melakukan distrasi
(mis. mendengarkan
musik, melakukan
aktivitas dan teknik
relaksasi)
P : Intervensi
8. mengajarkan pasien
dan keluarga cara dilanjutkan
mengontrol halusinasi
2 Harga diri 1. memonitor S : Klien mengatakan
rendah verbalisa yang merasa malu karena
situasioanl b.d merendahkan diri mulutnya bau
riwayat sendiri
busuk,klien
kehilangan 2. memotivasi
terlibat dalam mengatakan
verbalisasi positif bercerai dengan istri
untuk diri karena bau
3. mendiskusikan
mulutnya yang
pernyataan tentang
harga diri busuk
4. menganjurkan
memepertahankan O : klien sudah mau
kontak mata saat berinteraksi,klien
berkomunikasi berbicara pelan dan
dengan orang lain lirih
5. melatih
A : masalah belum
peningkatan
tanggung jawab teratasi
untuk diri sendiri
6. melatih cara
berpikir positif
P : intervensi
dilanjutkan
3 Resiko 1. memonitor adanya S : -
perilaku benda yang
kekerasan b.d berpotensi
halusinasi membahayakan
O : Klien tampak
seperti benda
tajam tenang
2. bekerja sama
dengan pihak-
pihak terkait untuk
meningkatkan A : Masalah belum
keamanan teratasi
lingkungan
3. menginformasikan
pada populasi
yang berisiko P : Intervensi
terkait bahaya dilanjutkan
yang mungkin
diperoleh dari
lingkungan sekitar
4. berkolaborasi
dengan pihak
terkait

 Hari / Tanggal : 14 November 2021


No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
1 Gangguan 09.00 1. Memonitor S : Klien mengatakan
Persepsi perilaku yang masih mendengar
Sensori : mengindikasi suara-suara bisikan
Halusinasi halusinasi
Pendengaran 2. Memonitor isi
halusinasi (mis.
kekerasan atau
membahayakan diri)
3. melakukan tindakan
keselamatan ketika
tidak dapat
mengontrol perilaku
O : Klien tampak
(mis. limit setting,
pembatasan wilayah, tenang
pengekangan fisik,
seklusi)
4. mendiskusikan
perasaan dan respon
terhadap halusinasi
5. menganjurkan
memonitor sendiri
situasi terjadinya
halusinasi
6. menganjurkan bicara A : Masalah belum
pada orang yang teratasi
dipercaya untuk
memberi dukungan
atau umpan baik
korektif terhadap
halusinasi
7. menganjurkan
melakukan distrasi
(mis. mendengarkan
musik, melakukan P : intervensi
aktivitas dan teknik
dilanjutkan
relaksasi)
8. mengajarkan pasien
dan keluarga cara
mengontrol halusinasi
2 Harga diri 1. memonitor S : Klien mengatakan
rendah verbalisa yang merasa malu karena
situasional b.d merendahkan diri mulutnya bau
riwayat sendiri
busuk,klien
kehilangan 2. memotivasi
terlibat dalam mengatakan
verbalisasi positif bercerai dengan istri
untuk diri karena bau
3. mendiskusikan mulutnya yang
pernyataan tentang
busuk
harga diri
4. menganjurkan
memepertahankan O : klien sudah mau
kontak mata saat berinteraksi,klien
berkomunikasi berbicara pelan dan
dengan orang lain lirih
5. melatih
peningkatan
A : masalah belum
tanggung jawab
untuk diri sendiri teratasi
6. melatih cara
berpikir positif

P : intervensi
dilanjutkan
3 Resiko 1. memonitor adanya S:-
Perilaku benda yang
Kekerasan b.d berpotensi
halusinasi membahayakan
O : Klien tampak
seperti benda
tajam tenang
2. bekerja sama
dengan pihak-
pihak terkait untuk
meningkatkan A : Masalah belum
keamanan teratasi
lingkungan
3. menginformasikan
pada populasi
yang berisiko P : Intervensi
terkait bahaya dilanjutkan
yang mungkin
diperoleh dari
lingkungan sekitar
4. berkolaborasi
dengan pihak
terkait

 Hari / Tanggal : 15 November 2021


No Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
1 Gangguan 09.00 9. Memonitor S : Klien mengatakan
Persepsi perilaku yang sudah tidak
Sensori : mengindikasi mendengar suara-
Halusinasi halusinasi
suara bisikan
Pendengaran 10. Memonitor isi
halusinasi (mis.
kekerasan atau
membahayakan diri)
11. melakukan tindakan
keselamatan ketika
tidak dapat
mengontrol perilaku
(mis. limit setting,
pembatasan wilayah, O : Klien tampak
pengekangan fisik, tenang
seklusi)
12. mendiskusikan
perasaan dan respon
terhadap halusinasi
13. menganjurkan
memonitor sendiri
situasi terjadinya
halusinasi
14. menganjurkan bicara
pada orang yang A : Masalah teratasi
dipercaya untuk
memberi dukungan
atau umpan baik
korektif terhadap
halusinasi
15. menganjurkan
melakukan distrasi
(mis. mendengarkan
musik, melakukan P : intervensi
aktivitas dan teknik
dihentikan
relaksasi)
16. mengajarkan pasien
dan keluarga cara
mengontrol halusinasi
2 Harga diri 7. memonitor S : Klien mengatakan
rendah verbalisa yang merasa malu karena
situasional b.d merendahkan diri mulutnya bau
riwayat sendiri
busuk,klien
kehilangan 8. memotivasi
terlibat dalam mengatakan
verbalisasi positif bercerai dengan istri
untuk diri karena bau
9. mendiskusikan mulutnya yang
pernyataan tentang busuk
harga diri
10. menganjurkan
memepertahankan O : klien sudah mau
kontak mata saat berinteraksi,klien
berkomunikasi berbicara pelan dan
dengan orang lain lirih
11. melatih
peningkatan A : masalah teratasi
tanggung jawab
untuk diri sendiri
12. melatih cara
berpikir positif
P : intervensi
dihentikan
3 Resiko 5. memonitor adanya S : -
Perilaku benda yang
Kekerasan b.d berpotensi
halusinasi membahayakan
O : Klien tampak
seperti benda
tajam tenang
6. bekerja sama
dengan pihak-
pihak terkait untuk
meningkatkan A : Masalah teratasi
keamanan
lingkungan
7. menginformasikan
pada populasi P : Intervensi
yang berisiko dihentikan
terkait bahaya
yang mungkin
diperoleh dari
lingkungan sekitar
8. berkolaborasi
dengan pihak
terkait

G. CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/waktu Implementasi Evaluasi
10-11-2021 SP1 S:
12.00- Orientasi - Klien mengatakan
17.00 - Mengucapkan salam “saat ini suara-suara
kepada klien bisikan tidak saya
Hasil: dengar
Klien tampak lagi”.“Biasanya suara
membalas salam bisikan itu muncul
dengan senyum diwaktu saat saya
- Menanyakan perasaan sendiri dan tidak
klien beraktifitas
Hasil: - Klien mengatakan
Klien mengatakan klien sudah mengikuti
perasaannya saat ini cara yang sudah
sangat baik dan diajarkan
senang (menghardik) yaitu,
- Menyampaikan topic tutup mata, tutup
yang akan dibicaraan telinga, yakinkan
Hasil: dalam hati, pergi
Topic yang akan dihas kamu pergi… kamu
mengenai cara tidak nyata kamu
menghardik halusinasi palsu.
- Kontrak tempat, O:
waktu - Klien memperagakan
Hasil: cara menghardik
Klien mengatakan di dengan cukup baik
kamar klien, selama - Klien memasukan
10 menit kedalam kegiatan
Tahap Kerja tentang cara
- Menjelaskan cara menghardik
menghardik halusinasi A:
Hasil: - SP1 Tercapai
Klien mengatakan P:
sudah mengetahuinya - Lanjutkan SP2
sebelumnya
- Memperagakan cara
menghardik
Hasil:
Klien tampak
meperhatikan saat
diperagakan
- Meminta klien untuk
memperagakan
Kembali
Hasil:
Klien dapat
memperagakan dan
mengulang Kembali n
- Memantau penerapan
cara ini, menguatkan
perilaku klien
Hasil:
Klien dapat
menerapkan cara
mengardik halusinasi
yang telah diajarkan
Terminasi
- Menayakan perasaan
klien setelah
mengikuti cara
mengahardik
halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klien lebih
legah dan lebih
nyaman
- Membuat jadwal
Latihan
Hasil:
Klien mengatakan
akan memasukan di
dalam jadwal kegiatan
klien
- Memberitahu kepada
klien bahwa ad acara
kedua yang dapat
mengendalikan suara-
suara tersebut
Hasil:
Klie tampak senang
dan antusias saat
diberitahuakn hal itu
- Kontak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
ditempat yang sama
saja

11-11-2021 SP2 S:
12.00- Orientasi - Klien mengatakan
17.00 - Mengucapkan salam “saat ini suara-suara
kepada klien bisikan tidak saya
Hasil : dengar lagi”.“suara
Klien tampak bisikan sudah tidak
merespon salam yang terdengar sejal
diberikan ddengan kemarin dan tadi
gembira malam”
- Menanyakan apakah - Klien mengatakan
suara-suara itu masih klien senang
muncul mengikuti cara kedua
Hasil: dan ketiga dalam
Klien mengatakan mengendalikan
sudah tidak muncul halusinasi
lagi O:
- Apakah cara yang - Klien tampak
dilatih kemarin sudah berinteraksi dengan
dipakai baik
Hasil: - Tampak konsetraasi
Klien mgatakan klien klien baik
massih mengingatnya - Tampak kontak mata
- Menyampaikan topic klien baik
yang akan dibahas - Klien dapat
Hasil: melakukan Teknik
Topic yang akan kedua yaitu
dibahas yaitu berbincang-bincang
mengontrol halusinasi dengan orang lain
dengan bercakap-cakap dengan baik
dengan orang lain - Klien tampak
- Kontrak waktu melakuakn aktifitas
Hasil: sehari-hari mengatur
Mengotrak waktu pakaian, mencuci
dengan klien kira-kira kamr mandi, megatur
10 menit tempat tidur,
beribadah, dll
Tahap Kerja A:
- Mengajarkan kepada - SP2 dan SP3 Tercapai
klien jika suara mulai P:
datang langsung Lanjutkan SP4
mencari teman untuk
berbicang-bincang
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampak sanagt
memperhatikan
jalannya pencejalasan
- Mencontohkan cara
meminta tolong
kepoada teman untuk
mengobrol halusinasi
jika datang
Hasil:
“Tolong!!, saya mulai
mendengar suara-suara.
Ayo mengobrol dengan
saya!. Saat
dicontohkan klien
tampak memperhatikan
dan mengulangi kata
tersebut
Terminasi
- Menayakan perasaan
klien setelah
mengikuti cara
mengahardik
halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klien lebih
legah dan lebih
nyaman
- Membuat jadwal
Latihan
Hasil:
Klien mengatakan
akan memasukan di
dalam jadwal kegiatan
klien
- Memberitahu kepada
klien bahwa ad acara
ketiga yang dapat
mengendalikan suara-
suara tersebut
Hasil:
Klie tampak senang
dan antusias saat
diberitahuakn hal itu
- Kontak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
ditempat yang sama
saja dan dilakukan
hari ini juga
SP3

Orientasi
- Mengucapkan salam
kepada klien
Hasil :
Klien tampak
merespon salam yang
diberikan dan klien
tampak senang
- Menanyakan apakah
apakah 2 cara itu
efektif
Hasil:
Klien mengatakan 2
cara yang telah diajari
itu sangat membatu
mengotro dan
mengahardik halusinasi
dari klien
- Apakah cara yang
dilatih kemarin sudah
dipakai
Hasil:
Klien mgatakan klien
massih mengingatnya
- Menyampaikan topic
yang akan dibahas
Hasil:
Topic yang akan
dibahas yaitu
mengontrol halusinasi
dengan melaksanakan
aktifitas terjadwal

Tahap Kerja
- Menjelaskan
pentingnya aktifitas
yang teratur untuk
mengatasi halusinasi
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampakj
memperhatikan
dengan baik
- Mendiskusikan
aktifitas yang biasa
dilakukan klien
Hasil:
Klien mengatakan
klien sudah
mempunyai jadwal
sebelumnya tentang
aktifitas klien sehari-
hari
- Menyusun jadwal
aktitas sehariphari
sesuai dengan aktifitas
yang telah dilatih
Upayakan pasien
mempunyai aktivitas
dari bangun pagi
sampai tidur malam,7
hari dalam seminggu
Hasil :
Klien sudah
mempunyai jadwal
aktifitas yang
dilakukan sehari-hari
sebelumnya
- Memantau
pelaksanaan jadwal
kegiatan, memberikan
penguatan terhadap
perilaku klien yang
positif
Hasil:
Klien melakukan
kegiatan aktifitas
sesuai dengan jadwal
yang ada, dan saat
diberikan pyujian atas
perlakuan positif dari
klien, klien terlihat
senang dan gembira

Terminasi
- Menayakan perasaan
klien setelah
mengikuti cara
mengahardik
halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klien lebih
nyaman sekarang
kareena sudah
mengetahui banyak
cara dalam
mengontrol halusinasi
- Menanyakan 3 cara
yang sudah diajarkan
Hasil:
Klien dapat
menyebutkan 3 cara
yang telah diajarkan
- Memberiahukan
kepada klien akan
dilatih menggunakan
obat secara teratur
Hasil:
Klie tampak senang
dan antusias saat
diberitahuakn hal itu
- Kontak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
tempatnya di nurse
station saja, dan waktu
sebelum mmakan
malam

12-11-2021 Orientasi S:
08.00- - Mengucapkan salam - Klien mengatakan
12.00 kepada klien “saat ini suara-suara
Hasil : bisikan tidak saya
Klien tampak dengar lagi”.“suara
merespon salam yang bisikan sudah tidak
diberikan dan klien terdengar sejak
tampak senang kemarin dan tadi
- Menanyakan perasaan malam”
klien hari ini - Klien mengatakan
Hasil: klien senang
Klien mengatakan hari mengikuti cara
ini klien sedikit sedih keempat
karena hari ini mengendalikan
merupakan hari halusinasi dengan
terakhir perawat obat
praktik di ruangan O:
- Menanyakan kepada - Klien tampak
klien apakah berinteraksi dengan
menggunakan 3 cara baik
yang sudah diajarkan - Tampak konsetraasi
Hasil: klien baik
Klien mengatakan - Tampak kontak mata
klien sudah klien baik
memasukan ke dalam - Klien memahami cara
jadwalnya dan klien ke 4 mengendalikan
tidak akan lupa halusinasi dengan
melakukannya jika minum obat secara
suara itu datang teratur
- Apakah jadwal A:
kegiatan yan dibuat - SP4 Tercapai
sudah dilakukan P:
Hasil: - Evaluasi Kembali
Klien mgatakan klien SP1, SP2, SP3, SP4,
sudah melakukannya dalam mengendalikan
sedari kemarin halusinasi
- Menanyakan kepada - Intervensi dihentikan
klien apakah pagi tadi
sudah minum obat
Hasil:
Klien mengatakan
sudah minum obat
- Menyampaikan topic
yang akan dibahas
Hasil:
Hari ini kita akan

mendiskusikan tentang

obat-obatan yang
sementara diminum
- Kontrak waktu
Hasil
20 menit

Tahap Kerja
- Menjelaskan
kegunaan obat
Hasil:
Saat penjelasan
berlangsung klien
tampak mengerti dan
antusias
- Menjelaskan resiko
kalau putus obat
Hasil:
Klien tampak cemas
saat dijelaskan resiko
putus obat
- Menjelaskan cara
mendapatkan
obat/berobat
Hasil:
Klien tampak sudah
mnngerti cara
mendapatkan obat
yaitu melalui dokter
- Jelaskan cara
menggunakan obat
dengan prinsip 5
benar (benar obat,
benar pasien, benar
cara, benar waktu,
benar dosis)
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampak menyimak
dengan baik dan dapat
mengulangi kembali
tentang prinsip 5
benar

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/w Implementasi Evaluasi


aktu
13-11- SP1 S:
2021 Orientasi Klien mengatakan klien sudah
07.00- - Mengucapkan salam mengikuti cara yang sudah diajarkan
12.00 kepada klien (menghardik) yaitu, tutup mata, tutup
telinga, yakinkan dalam hati, pergi
Hasil:
kamu pergi… kamu tidak nyata.
Klien tampak membalas O:
salam dengan senyum - Klien memperagakan cara menghardik
- Menanyakan perasaan dengan baik
klien - Klien memasukan kedalam kegiatan
Hasil: tentang cara menghardik
Klien mengatakan A:
- SP1 Tercapai
perasaannya saat ini baik-
P:
baik saja - Lanjutkan SP2
- Menyampaikan topic
yang akan dibicarakan
Hasil:
Topic yang akan dibahas
mengenai cara
menghardik halusinasi
- Kontrak tempat, waktu
Hasil:
Klien mengatakan di meja
makan saja
TahapKerja
- Menjelaskan cara
menghardik halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan sudah
mengetahuinya
sebelumnya
- Memperagakan cara
menghardik
Hasil:
Klien tampak
meperhatikan saat
diperagakan
- Meminta klien untuk
memperagakan Kembali
Hasil:
Klien dapat
memperagakan dan
mengulang Kembali apa
yang sudah diajarkan
- Memantau penerapan cara
ini, menguatkan perilaku
klien
Hasil:
Klien dapat menerapkan
cara mengardik halusinasi
yang telah 7diajarkan
Terminasi
- Menayakan perasaan klien
setelah mengikuti cara
mengahardik halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klien lebih legah.
- Membuat jadwal Latihan
Hasil:
Klien mengatakan akan m
emasukan di dalam jadwal
kegiatan klien
- Memberitahu kepada
klien bahwa ada cara
kedua yang dapat
mengendalikan suara-
suara tersebut
Hasil:
Klien tampak senang dan
antusias saat
diberitahuakan hal itu
- Kontakwaktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
ditempat yang sama saja

14-11- SP2 S:
2021 Orientasi - Klien mengatakan klien senang
07.00- - Mengucapkan salam mengikuti cara kedua dan ketiga dalam
12.00 kepada klien mengendalikan halusinasi
O:
Hasil :
- Klien tampak berinteraksi dengan baik
Klien tampak merespon - Tampak kontak mata klien baik
salam yang diberikan - Klien dapat melakukan Teknik kedua
dengan gembira yaitu berbincang-bincang dengan orang
- Menanyakan apakah suara- lain dengan baik
suara itu masih muncul - Klien tampak melakukan aktivitas
Hasil: membersihkan tempat tidur menyapu
Klien mengatakan sudah dan membantu pasien lain untuk mandi
tidak muncul lagi A:
- Apakah cara yang dilatih - SP2 dan SP3Tercapai
kemarin sudah dilakukan P:
Lanjutkan SP4
Hasil:
Klien mgatakan klien
masih mengingatnya
- Menyampaikan topic yang
akan dibahas
Hasil:
Topic yang akan dibahas
yaitu mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan
orang lain
- Kontrak waktu
Hasil:
Mengotrak waktu dengan
klien kira-kira 10 menit

TahapKerja
- Mengajarkan kepada klien
jika suara mulai datang
langsung mencari teman
untuk berbicang-bincang
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampak memperhatikan
jalannya penjelasan
- Mencontohkan cara
meminta tolong kepada
teman untuk mengobrol
halusinasi jika datang
Hasil:
“Tolong!!, saya mulai
mendengar suara-suara.
Ayo mengobrol dengan
saya!.Saat dicontohkan
klien tampak
memperhatikan dan
mengulangi kata tersebut
Terminasi
- Menayakan perasaan klien
setelah mengikuti cara
mengahardik halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klien lebih legah
dan lebih nyaman
- Membuat jadwal Latihan
Hasil:
Klien mengatakan akan
memasukan di dalam
jadwal kegiatan klien
- Memberitahu kepada
klien bahwa ada cara
ketiga yang dapat
mengendalikan suara-
suara tersebut
Hasil:
Klien tampaksenang dan
antusias saatdiberitahukan
- Kontak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
ditempat yang sama saja
dan dilakukan hari ini
juga
SP3

Orientasi
- Mengucapkan salam
kepada klien
Hasil :
Klien tampak merespon
salam yang diberikan dan
klien tampak senang
- Menanyakan apakah cara
itu efektif
Hasil:
Klien mengatakan cara
yang telah diajari itu
sangat membantu
mengontrol dan
mengahardik halusinasi
dari klien
- Apakah cara yang dilatih
kemarin sudah dipakai
Hasil:
Klien megatakan klien
masih mengingatnya
- Menyampaikan topic yang
akan dibahas
Hasil:
Topic yang akan dibahas
yaitu mengontrol
halusinasi dengan
melaksanakan aktifitas
terjadwal

TahapKerja
- Menjelaskan pentingnya
aktifitas yang teratur
untuk mengatasi
halusinasi
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampak memperhatikan
dengan baik
- Mendiskusikan aktifitas
yang biasa dilakukan
klien
Hasil:
Klien mengatakan klien
sudah mempunyai jadwal
sebelumnya tentang
aktifitas klien sehari-hari
- Menyusun jadwal aktitas
sehari-hari sesuai dengan
aktifitas yang telah dilatih
Upayakan pasien
mempunyai aktivitas dari
bangun pagi sampai tidur
malam,7 hari dalam
seminggu
Hasil :
Klien sudah mempunyai
jadwal aktifitas yang
dilakukansehari-hari
sebelumnya
- Memantau pelaksanaan
jadwal kegiatan,
memberikan penguatan
terhadap perilaku klien
yang positif
Hasil:
Klien melakukan kegiatan
aktifitas sesuai dengan
jadwal yang ada, dan saat
diberikan pujian atas
perlakuan positif dari
klien, klien terlihat senang
dan gembira

Terminasi
- Menayakan perasaan klien
setelah mengikuti cara
mengahardik halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klienl ebih
nyaman sekarang karena
sudah mengetahui banyak
cara dalam mengontrol
halusinasi
- Menanyakan 3 cara yang
sudah diajarkan
Hasil:
Klien dapat menyebutkan
3 cara yang telahdiajarkan
- Memberiahukan kepada
klien akan dilatih
menggunakan obat secara
teratur
Hasil:
Klien tampak senang dan
antusias saat
diberitahukan
- Kontrak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
ditempat biasa saja

15-11- Orientasi S:
2021 - Mengucapkan salam - Klien mengatakan klien senang
12.00- kepada klien mengikuti cara keempat mengendalikan
17.00 Hasil : halusinasi denganobat
O:
Klien tampak merespon
- Klien tampak berinteraksi dengan baik
salam yang diberikan dan - Tampak konsetrasi klienbaik
klien tampak senang - Tampak kontak mata klienbaik
- Menanyakan perasaan - Klien memahami cara ke 4
klien hari ini mengendalikan halusinasi dengan
Hasil: minum obat secara teratur
Klien mengatakan hari ini
klien sedikit sedih karena A:
hari ini merupakan hari - SP4Tercapai
terakhir perawat praktik di P:
ruangan - Evaluasi Kembali SP1, SP2, SP3, SP4,
dalam mengendalikan halusinasi
- Menanyakan kepada klien
- Intervensi dihentikan
apakah menggunakan 3
cara yang sudah diajarkan
Hasil:
Klien mengatakan klien
sudah memasukan kedalam
jadwalnya dan klien
tidakakan lupa
melakukannya jika suara
itu datang
- Apakah jadwal kegiatanya
dibuat sudah dilakukan
Hasil:
Klien mengatakan klien
sudah melakukannya
sedari kemarin
- Menanyakan kepada klien
apakah pagi tadi sudah
minum obat
Hasil:
Klien mengatakan sudah
minum obat
- Menyampaikan topic yang
akan dibahas
Hasil:
Hari ini kita akan
mendiskusikantentang
obat-obatan yang
sementara diminum
- Kontrakwaktu
Hasil
20 menit

TahapKerja
- Menjelaskan kegunaan
obat
Hasil:
Saat penjelasan
berlangsung klien tampak
mengerti dan antusias
- Menjelaskan resiko kalau
putu sobat
Hasil:
Klien tampak cemas saat
dijelaskan resiko putus
obat
- Menjelaskan cara
mendapatkan obat/berobat
Hasil:
Klien tampak sudah
mengerti cara
mendapatkan obat yaitu
melalui dokter
- Jelaskan cara
menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar
(benar obat, benar pasien,
benar cara, benar waktu,
benar dosis)
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampak menyimak dengan
baik dan dapat
mengulangi kembali
tentang prinsip 5 benar
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan pasien bermasalah dengan

halusinasi pendengaran Ny. J.K setelah dilakukan pengelolaan selama 3

hari mendapatkan hasil yg baik (memuaskan) pada pasien artinya pasien

mengalami peningkatan kemampuan juga dalam mengontrol halusinasi,

peningkatan koping individu, terjadi peningkatan kepercayaan dirinya

untuk bersosialiasi dan meminum obat dalam setiap harinya sesuai anjuran

dokter.

Asuhan keperawatan ini sesuai dengan teori pendapat Notoatmojo (2010)

bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin

mudah untuk menerima informasi tentang objek atau yang berkaitan

dengan pengetahuan. Menurut Nurdiana (2007), bahwa salah satu faktor

penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia khususnya

halusinasi adalah kurangnya peran keluarga dalam perawatan terhadap

anggota yang menderita halusinasi. Ekonomi juga berperan dalam

merawat pasien halusinasi disertai pendidikan yang tinggi mempengaruhi

cara merawat pasien yang mengalami gangguan jiwa.

Penulis berasumsi bahwa keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien

disebabkan oleh keinginan mereka untuk sembuh sehingga mereka selalu

mengikuti apa yang telah diajarkan untuk melawan halusinasi. Dari pihak

rumah sakit juga telah membantu merawat pasien dalam mengontrol


kebutuhan minum obat secara teratur. Penulis juga berasumsi, hal yang

menyebabkan pasien 1 sering keluar masuk mungkin dikarenakan faktor

keluarga yang kurang memperhatikan aktivitas pasien salah satunya adalah

waktu minum obat. Mungkin saja pasien merasa sudah sehat sehingga

obatnya tidak diminum kembali.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah ditulis pada pembahasan dapat disimpulkan

bahwa peneliti telah mendapat gambaran tentang asuhan keperawatan

pemberian efikasi diri untuk menurunkan halusinasi pada pasien. Pendekatan

yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu dengan

pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dapat diambil dari masing-

masing tahapan sebagai berikut :

1. Pengkajian Keperawatan

Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi,

dari pengumpulan data pada pengkajian didapatkan gejala dan tanda

halusinasi sehingga didapatkan diagnosa keperawatan gangguan persepsi

sensori : halusinasi pendengaran. Berdasarkan data yang didapat subyek

penelitian mengatakan merasa khawatir dengan kondisi yang dialami,

merasa tidak berdaya, merasa sulit berkonsentrasi, sulit tidur pasien

tampak gelisah dan tegang.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa didapatkan dari analisa data sehingga didapatkan masalah,

kemudian dari masalah tersebut dirumuskan menjadi diagnosa

keperawatan sesuai dengan masalah dan penyebab yang sudah didapat dari

pengumpulan data pada tahap pengkajian. Dari data-data yang


dikumpulkan didapat satu diagnosa yang muncul yaitu gangguan persepsi

sensori yang disebabkan oleh halusinasi pendengaran dengan gejala dan

tanda subyek penelitian mengatakan bingung, jalan tanpa tujuan dan tidur

kurang dan sering mendengar bisikan memanggil namanya saat tidur

ataupun saat duduk.

3. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil yang merupakan standar sebagai penilaian

keberhasilan dalam pelaksanaan proses keperawatan dan selanjutnya

menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah

yang ada. Rencana keperawatan pada pasien dengan halusinasi

pendengaran yaitu persepsi sensori membaik dan pasien dapat mengontrol

halusinasi. Kriteria hasil pasien verbalisasi mendengarkan bisikan

menurun.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi pada pasien dengan diagnosa keperawatan gangguan

persepsi sensori di RSJ RATUMBUYSANG KALASEY II sesuai dengan

intervensi yang telah direncanakan sebelumnnya yaitu dengan pemberian

Manajemen Halusinasi.

5. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan berpedoman pada tujuan perawatan yang telah

disusun. Diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori sudah teratasi

dan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil dari asuhan keperawatan yaitu
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran menurun dan bisa

terkontrol.

B. SARAN

1. Poltekes Kemenkes Manado

Kepada mahasiwa jurusan keperawatan poltekes kemenkes manado agar

mempertimbangkan untuk menggunakan intervensi dari SIKI yaitu

Manajemen Halusinasi karena terbukti dapat menurunkan tingkat

halusinasi pasien sehingga pasien dapat mengontrol halusinasi-nya.


DAFTAR PUSTAKA

- https://id.scribd.com/doc/50766223/ASKEP-HALUSINASI
- https://www.academia.edu/28333211/STRATEGI_PELAKSANAAN_HALU
SINASI_PENDENGARAN
Laporan Kegiatan Harian
Nama : Gracia Lontaan
NIM : 7114 4011 9041
Tingkat : III-A
Hari/Tanggal Jam Kegiatan
Rabu, 13-11 2021 14.30 – 16.00 - Mengenal lingkungan RSJ
- Bercakap-cakap dengan pasien-pasien di RSJ
- Membina hubungan saling percaya dengan
pasien
- Mengkaji pasien
- Merencanakan intervensi

Kamis,14-11 2021 08.00 – 08.20 - Melaksanakan intervensi keperawatan hari


pertama
- Mengidentifikasi kebiasaan aktifitas
perawatan diri
- Memonitor tingkat kemandirian
- Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu
kebersihan diri
- Menyediakan lingkungan yang terapeutik
- Mendampingi dalam melakukan perawatan
diri sampai mandiri
- Memfasilitasi kemandirian, membantu jika
klien tidak mampu melakukan perawatan diri
- Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
- Menganjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan

Jumat,15-11-2021 09.00 – 09.20 - Melaksanakan intervensi keperawatan hari


kedua
- Melakukan senam pagi
- Memonitor tingkat kemandirian
- Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu
berhias
- Menyediakan lingkungan yang terapeutik
- Mendampingi dalam melakukan perawatan
diri sampai mandiri
- memfasilitasi berhias ( menyisir rambut)
- Memfasilitasi kemandirian, membantu jika
klien tidak mampu melakukan perawatan diri
- Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
- Menganjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan

Anda mungkin juga menyukai