Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN DIAGNOSA

KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI

HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG PRIA

TENANG RSJ SAMBANG LIHUM

Oleh :

Kelompok 1 ( 1A )

Ahmad Amin Bawapi ( 20201440120003 )

Baidha Alvita Purnama ( 202014401200 )

Latif ( 202014401200 )

Mahmudah ( 202014401200 )

Nelly astina ( 202014401200 )

STIKES INTAN MARTAPURA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN


AGUSTUS 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Klien Tn.s Dengan Masalah
Utama Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran”
Dalam penyelesaian masalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, maka kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar
besarnya
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, meskipun
demikian kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kami mengharapkan kritik saran sehingga dapat lebih menyempurnnakannya.

Landasan ulin, 26 Agustus 2022

Penyususun
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Kasus Halusinasi dengar Pada


Tn.S di Ruang Tenang Pria RSJ Sambang lihum ini telah diperiksa dan disahkan
oleh pembimbing institusi dan pembimbing lahan sebagai bukti pelaksanaan
Praktik Klinik Keperwatan

Jum’at, 26 Agustus 2022

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(.................................................) (...................................................)
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan..................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................................
1.4 Manfaat..................................................................................................
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN....................................................
2.1 Masalah Utama......................................................................................
2.2 Proses Terjadinya Masalah.....................................................................
2.2.1 Pengertian.......................................................................................
2.2.2 Rentang Respon..............................................................................
2.2.3 Penyebab........................................................................................
2.2.4 Macam-Macam Halusinasi.............................................................
2.2.5 Tanda dan Gejala............................................................................
2.2.6 Akibat.............................................................................................
2.3 Pohon Masalah.......................................................................................
2.4 Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji...............................
2.5 Rencana Keperawatan............................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian..............................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................
3.3 Rencana Tindakan..................................................................................
3.4 Tindakan Keprawatan............................................................................
3.5 Evaluasi..................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di

dunia ini sudah menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu dari

empat orang di dunia ini mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan ada

sekitar 450 juta orang di dunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan data statistik, angka pasien gangguan jiwa memang sangat

mengkhawatirkan (Yosep, 2007).


Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu

keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara

optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain.

Sedangkan menurut American Nurses Associations (ANA) keperawatan jiwa

merupakan suatu bidang khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan

ilmu perilaku manusia sebagai ilmu dan penggunaan diri sendiri secara

terapeutik sebagai caranya untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan

kesehatan jiwa.
Dirumah Sakit Jiwa di indonesia, sekitar 70 % halusinasi yang dialami pasien

gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20 % halusinasi pengelihatan, 10

% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan. Angka terjadinya

halusinasi cukup tinggi. Berdasarkan hasil pengkajian dirumah sakit jiwa medan

ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Menurut perawat dirumah sakit

Grhasia propinsi daerah istimewa yogyakarta khususnya diruang kelas III rata-

rata angka halusinasi 46, 7% setiap bulannya (Mamnu’ah, 2010).


Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu untuk menilai

dan berespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal

dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien juga tidak

mampu untuk memberikan respon yang akurat, sehingga tampak perilaku yang

sulit. Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya


rangsanagan dari luar yang dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat

individu sadar penuh (Depkes dalam Dermawan & Rusdi, 2013).


Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang tidak

berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya

(Dermawan & Rusdi, 2013). Sedangkan menurut Kusumawati (2010).

Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang jelas maupun

tidak jelas, dimana suara tersebut bisa mengajak klien berbicara atau melakukan

sesuatu. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

tindakan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan halusinasi.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalh tersebut maka penulis merumuskan

bagaimana penatalaksaan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan masalah utama

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Ruang Parkit Rumah

Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang.

1.3 Tujuan Laporan Kasus

Adapun tujuan kasus ini adalah sebagai berikut :

Tujuan Umum : Mendapatkan pengalaman dalam asuhan keperawatan pada

klien dengan halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa

Lawang yang meliputi pengkajian, penegakkan diagnosa,

merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan, dan

mengevaluasi.
Tujuan Khusus : 1. Melaksanakan pengakajian data pada klien dengan masalah

utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.


2. Menganalisa data pada klien dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi pendengaran.

3. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan

gangguann persepsi sensori : halusinasi pendengaran

4. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan

gangguann persepsi sensori : halusinasi pendengaran.


5. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan

pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran.

6. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan

gangguann persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

1.4Manfaat Laporan Kasus


Laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Penulis dapat memperdalam pengetahuan tentang asuhan

keperawatan yang telah dilakukannya.


2. Penderita dapat memaksimalkan kemampuannya untuk dapat

mengendalikan jiwanya sehingga dapat sembuh dari gangguan jiwanya.


3. Rumah Sakit Jiwa hasil tugas akhir / asuhan keperawatan ini

dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam menentukan

kebijakan operasional rumah sakit jiwa agar mutu pelayanan

keperawatan dapat ditingkatkan.


4. Membaca hasil asuhan keperawan semoga dapat menambah

pengetahuan dan masukkan dalam mengembangkan ilmu keperawatan

di masa ang akan datang.


BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Kasus (Masalah Utama):

Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi

2.2 Proses Terjadinya Masalah

2.2.1 Pengertian
1). Perubahan Sensori Persepsi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang
mendekati (yang diprakarsai secara internal/ eksternal) disertai dengan
suatu pengurangan berlebih-lebihan distorsi atau kelainan berespon
terhadap suatu stimulus. (Townsend, 1998)
2). Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata artinya klien menginteprestasikan sesuatu yang nyata
tanpa stimulus/ rangsangan dari luar. (Maramis, 1980)
3). Halusinasi merupakan reaksi terhadap stress dan usaha dari alam
tak sadar untuk melindungi egonya atau pernyataan simbolik dari gangguan
psikotik individu. Halusinasi adalah gejala sekunder dari Skizofrenia dan
klien dengan skizofrenia 70 % mengalami halusinasi dan 20 % mengalami
campuran halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan (Stuart dan
Sundeen, 1995)

2.2.2 Rentang Respon


RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIK

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikiran


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan Kesukaran proses
dengan pengalaman atau kurang emosi
Perilaku sesuai Perilaku yang tidak biasa Perilaku disorganisasi
Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

(Stuart dan Laraia, 1998)

2.2.3 Penyebab

1. Faktor Predisposisi.
a. Biologis.
 Gangguan perkembangan dan fungsi otak / susunan saraf pusat.
 Gejala yang mungkin muncul adalah: hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan mungkin perilaku kekerasan
b. Psikologis.
 Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan.
 Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.
 Pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat mis: tidak
ada kasih sayang, diwarnai kekerasan dalam keluarga.
c. Sosial budaya.
 Kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan keamanan).
 Kehidupan yang terisolir disertai stres yang menumpuk.
2. Faktor Presipitasi.
a. Kurangnya sumber daya atau dukungan sosial yang dimiliki
b. Respon koping yang maladaptif.
c. Komunikasi dalam keluarga kurang atau juga kemampuan
finansial keluarga.
3. Fase-fase dalam halusinasi.
1. Fase pertama / Comforting (Ansietas sedang)
 Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, kesepian
yang memuncak dan tidak dapat diselesaikan.
 Klien mulai melamun dan memikirkan tentang hal-hal yang
menyenangkan. Cara ini hanya menolong sementara.
2. Fase ke kedua / Condemning (Ansietas Berat)
 Kecemasan meningkat, melamun, berfikir sendiri jadi domonan.
 Mulai diresahkan oleh bisikan yang tidak jelas.
 Klien tidak ingin orang lain tahu dan dia tetap dapat mengontrol.
3. Fase ketiga / Controlling (Ansietas Berat)
 Bisikan suara, isi halusinasi makin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien.
 Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya tehadap halusinasinya.
4. Fase keempat / Conquering (Panik)
 Halusinasi berubah menjadi mengancam, mamerintah dan
memarahi klien.
 Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
4. Identifikasi adanya perilaku halisinasi.
1) Isi halusinasi.
 Menanyakan suara siapa yang didengar.
 Apa bentuk bayangan yang dilihat.
 Bau apa yang tercium.
 Rasa apa yang dikecap.
 Merasakan apa dipermukaan tubuh.
2) Waktu dan frekuensi halusinasi
 Kapan pengalaman halusinasi itu muncul.
 Bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persis waktu
terjadinya halusinasi tersebut.
3) Situasi pencetus halusinasi
 Menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami
sebelum halusinasi muncul.
 Mengobserfasi apa yang dialami klien menjelang munculnya
halusinasi.
4) Respon klien
 Apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi.
 Apakah masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah
tidak berdaya lagi terhadap halusinasi.

2.2.3 Macam-macam halusinasi


1. Halusinasi Pendengaran

2. Halusinasi Penglihatan

3. Halusinasi Penciuman

4. Halusinasi Pengecapan

5. Halusinasi Perabaan
2.2.4 Tanda dan gejala
1. Bicara dan senyum sendiri

2. Mendengar suara – suara.

3. Marah – marah, gelisah.

4. Merusak / menyerang.

5. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.

6. Suka menyendiri

7. Tidak bisa membedakan nyata dan tidak nyata.

8. Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi.

9. Bermusuhan.

10. Ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung

2.2.5 Akibat
1. Mencederai diri / orang lain / lingkungan.
2. Bermusuhan dan perilaku kekerasan

2.3 POHON MASALAH


2.4 Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

1. Risiko mencederai diri sendiri / orang lain / lingkungan .


DS : “ Suara-suara itu menyuruh saya untuk marah-marah”

DO : - Klien gelisah.
- Klien marah-marah ingin memukul

- Bermusuhan,
merusak /
menyerang.

2. Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi


Pendengaran.
DS : “ Saya juga mendengar suara-suara “

DO : - Klien bicara dan tertawa sendiri.


- Klien tiba-tiba marah .
- Ekpresi muka tegang, mudah tersinggung.
3. Isolasi Sosial: Menarik diri.
DS : “ Suara-suara itu datang saat saya sedang sendiri di kamar”

DO : - Klien menyendiri dikamar.


- Menghindar dari pergaulan dengan orang lain
- Tidak mampu memusatkan perhatian.
- Selalu menunduk saat diajak bicara

Diagnosa Keperawatan Aktual

1. Perubahan Sensori Persepsi:


Halusinasi Dengar
2.5 Rencana Keperawatan

Dx. 1. Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi

a. Tujuan Umum (TUM)


 Klien tidak mencederai diri sendiri / orang lain /
lingkungan.
b. Tujuan Khusus (TUK)
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1 Bina Hubungan saling percaya.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
f. Berikan perhatian pada klien, perhatikan kebutuhan dasar
klien
1.2 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
1.3 Dengarkan ungkapan klien dengan empati.

2. Klien dapat mengenal halusinasinya.


2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya: bicara
dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kanan / kekiri / kedepan
seolah-olah ada teman bicara.
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan
apakah ada suara yang di dengar
b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan.
c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendenar suara itu,
namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengann nada
bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien:
a. Situasi yang menimbulkan / tidak menimbulkan halusinasi
b Waktu, frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan
malam atau jika sendiri, jengkel / sedih)
2.5 Diskusikan denganklien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah / takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan
perasaan.

3. Klien dapat mengontrol halusinasi


3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan
jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri, dll).
3.2 Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian.
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus / mengontrol
timbulnya halusinasi:
a. Katakan “saya tidak mau dengar kamu“ (pada saat
halusinasi terjadi)
b. Temui orang lain (perawat / teman / anggota keluarga)
untuk bercakap – cakap atau mengatakan halusinasi yang
didengar.
c. Membuat jadual kegiatan sehari – hari.
d. Meminta keluarga / teman / perawat menyapa klien jika
tampak bicara sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi
secara bertahap.
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih..
Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
3.6 Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi persepsi.

4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.


4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
halusinasi

4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung /


kunjungan rumah)

a. Gejala halusinasi yang dialami klien

b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk


memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang mengalami
halusinasi dirumah: beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian bersama.

d. Beri informasi waktu fallow up atau kapan perlu


mendapat bantuan halisinasi tidak terkontrol dan resiko
mencederai orang lain.

5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik untuk mengontrol


halusinasinya.
5.1 Diskusikan dengan keluarga dan klien tentang jenis, dosis,
frekuensi, dan manfaat obat.
5.2 Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi.
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka
dengan tinjauan askep jiwa dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran.

4.1 Pengkajian
Terdapat kesesuaian identitas data pasien dengan data yang didapat dari
pengkajian pasien perawat.
4.1.1 Identitas Pasien
Terdapat kesesuaian identitas data pasien dengan data yang didapat dari
pengkajian pasien perawat. Alasan masuk rumah sakit sesuai dengan tinjauan
pustaka yang dinyatakan oleh pasien atau Perawat atau pihak terkait (Klien, 2005)
sedangkan pada tinjauan kasus alasan diuraikan berdasarkan data dari perawat
dan penjabaran penyebab pasien berdasarkan status.
4.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang dan Faktor Presipitasi
Terdapat kesesuaian antara teori dengan faktor yang memperberat atau
memperparah gangguan jiwa. Pada tinjauan kasus menjabarkan pasien
sebelumnya tinggal di Dinsos Pasuruan, di Dinsos tinggal bersama pegawai
Dinsos disuruh kerja nyapu dll, karena marah-marah dan sering bicara sendiri, dan
pasien pernah kabur dari dinsos lalu pasien di bawa ke RSJ Sambang Lihum
4.1.3 Faktor Predisposisi
Terdapat kesesuaian antara teori dan kasus pasien pernah MRS jiwa 2x ini
di RSJ Sambang Lihum, untuk data pasien pernah mrs di rsj sambang lihum
sebelumnya data tidak terkaji karena di status pasien tidak tertuliskan data pasien
tinggal di Dinsos, minum obat tidak teratur, sering marah-marah, bicara sendiri
dan suka
senyum-senyum.
4.1.4 Pemeriksaan Fisik

Sesuai dengan tinjauan pustaka yang difokuskan pada pengukuran TTV


dan keluhan fisik yang dirasakan pasien (Keliat, 2005) sedangkan pada tinjauan
kasus ditujukan pada hal tersebut.
4.1.5 Psikososial
Aspek psikososial didalam teori dan kasus terdapat kesesuaian.
Perkembangan hubungan sosial yang tidak adekuat menyebabkan
kegagalan individu untuk belajar dan mempertahankan interaksi (Fitria,
2011).
4.1.6 Status Mental
Sesuai dengan sub yang terdapat pada status mental terdapat kesesuaian
antara tinjauan teori denga kasus yang ditemukan:
1. Pada aktivitas motorik pasien kadang melamun, kemudian tiba-tiba
bicara sendiri, senyum sendiri tanpa ada sebabnya.
2. Afek dan emosi terdapat kesesuaian antara tinjaun pustaka dengan
kasus.
3. Interaksi selama wawancara pasien terdapat kesesuaian antara
tinjauan pustaka dan kasus yang dijumpai selama wawancara baik
verbal maupun nonverbal dengan pembicaraan pasien kontak mata
kurang saat diajak bicara.
4. Persepsi sensori terdapat kesenjangan teori dan kasus pasien.
Pasien mendengar suara bisikan-bisikan , pasien sering bicara sendiri,
senyum-senyum, kontak mata kurang.
4.1.7 Kebutuhan Persiapan Pulang
Terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus pasien dapat memenuhi
kebutuhan sendiri.
4.1.8 Mekanisme Koping
Terdapat kesesuaian pada tinjauan pustaka dan kasus. Pasien menghadapi
suatu permasalahan denga cara maladaptive (gangguan pikiran, halusinasi,
kesukaran proses)
4.1.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan
Terdapat kesesuaian antara teori dan kasus. Pasien jarang berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya.

4.1.10 Aspek Medis


Terapi medis disesuaiakan dengan kondisi pasien secara nyata sehingga
permasalahannya dapat diatasi.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Terdapat kesesuaian antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa yang
muncul dalam tinjauan kasus. Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran sebagai masalah utama.
4.3 Rencana Tindakan
Terdapat kesesuaian antara teori dan rencana yang akan dilakukan yaitu
meliputi TUM, TUK yang berfokus pada P (Problem). Sehingga permasalahan
pasien dapat teratasai.
4.4 Tindakan Keperawatan
Terdapat kesesuaian antara tindakan dengan teori karena penulis mengacu
pada SPTK GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
PENDENGARAN yaitu Sp 1 sampai Sp 4.
4.5 Evaluasi
Evaluasi pada askep jiwa menggunakan evaluasi formatif.. Sp 1 terlampaui
selama 1 kali interaksi dengan kriteria pasien mampu menjalin BHSP dan pasien
mampu mengidentifikasi dan mengontrol penyebab gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran. Sp 2 terlampaui selama 2x pertemuan dengan hasil belum
tercapai, Sp 3 dapat terlampaui selama 2 kali pertemuan dan hasil belum tercapai
dan Sp 4 terlampaui selama 1 kali dengan hasil belum tercapai keseluruhan.
Evaluasi sumatif tujuan teratasi dengan kriteria klien sudah bisa mengontrol
halusinasinya dengan cara minum obat, mencegah halusinasi dengan bercakap-
cakap dan mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan ativitas dalam
jadwal kegiatan harian.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian dan pendekatan terdapat pasien dengan
halusinasi di Ruang Tenang pria RSJ sambang lihum , maka yang dapat
disimpulkan adalah :
1. Pengkajian pada Tn.S di Ruang Tenang Pria RSJ Sambang Lihum
didapatkan data fokus bahwa:
a. Pasien terlihat sering bicara sendiri, tidak nyambung, dari
buku status didapatkan pasien marah-marah dan bicara sendiri
b. Dalam pembicaraannya pasien mengalami gangguan isi
pikir: yaitu pengucapan kalimat yang berulang-ulang dengan topic
yang sama.
2. Beberapa diagnosa yang muncul pada Tn.S adalah:
a. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
b. Gangguan proses pikir : Waham
c. Isolasi sosial
d. Defisit Perawatan Diri
e. Gangguan Konsep Diri : HDR
f. Gangguan Pola Tidur
g. Ketidakefektifan koping individu
h. Defisiensi pengetahuan
3. Intervensi keperawatan yang kami gunakan sebagai rencana
tindakan sesuai dengan prioritas diagnosa halusinasi, dengan
menggunakan TUK, diawalai dengan BHSP sampai anjuran bagi pasien
untuk berhubungan dengan orang lain serta secara bertahap
4. Implementasi yang kami gunakan mengacu pada SP 1 sampai
dengan 4 dimana kegiatan tersebut dilakukan selama 3 hari setelah
pengkajian.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung: RSJP.2000
Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman
untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 – 22
Novembr 2004. unpublished

Anda mungkin juga menyukai