Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang dialami oleh seseorang
hingga menahun (kronis). Skizofrenia sendiri memiliki pengaruh kuat
terhadap proses pikir dan isi pikir seseorang. Awal mulanya, seseorang
mampu berfikir secara realistis, interaksi dengan baik, dan mengambil
keputusan dengan tepat. Namun setelah terdiagnosa skizofrenia, proses pikir
dan isi pikir seseorang menjadi terganggu dan tidak sesuai dengan proses
pikir seseorang sebagaimana mestinya (Sitawati dkk, 2022). Riset kesehatan
dasar (Riskades) tahun 2018 menyebutkan bahwa prevalensi skizofrenia di
Indonesia sebanyak 7 per 1000 rumah tangga, dan angka prevalensi
penyebaran tertinggi pada provinsi Bali dan Yogyakarta sedangkan Jawa
Tengah menjadi wilayah ke-5 dengan pasien skizofrenia yaitu sekitar 9 per
1000 rumah tangga (Riskades, 2018).
National Institute of Mental Health (2019) menyebutkan skizofrenia
termasuk kedalam 15 penyebab besar kecacatan diseluruh dunia, orang
dengan skizofrenia mempunyai risiko lebih besar untuk melakukan bunuh
diri. Pada skizofrenia masalah yang paling banyak ditemui yaitu halusinasi.
Walaupun halusinasinya beragam, namun mayoritas klien skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa menderita halusinasi pendengaran dengan perkiraan 90%
(Sutinah dkk, 2020). Dalam upaya optimalisasi pelayanan dan
penatalaksanaan terhadap klien halusinasi, seorang perawat harus dapat
menerapkan berbagai cara salah satunya strategi pelaksanaan. Secara teori
perawat akan mengajarkan beberapa cara yaitu menerapkan standar asuhan
keperawatan jiwa, terapi aktivitas kelompok dan mengajari keluarga
menggunakan teori strategi pelaksanaan keluarga. Strategi pelaksanaan
meliputi kegiatan mengenali masalah, mengajarkan pasien menghardik,
minum obat, berbincang-bincang, serta melaksanakan aktivitas terjadwal
(Andari, 2019).

1
Pada saat mengajarkan strategi pelaksanaan kepada pasien, seorang
perawat harus selalu menyuruh pasien untuk melakukan tindakan strategi
pelaksanaan sesuai dengan masalah pasien. Akan tetapi cara tersebut kadang
membuat pasien menjadi bosan. Pasien yang mengalami halusinasi telah
dilakukan strategi pelaksanaan yang ada, namun menurut persepsi pasien
tidak memberikan efek perubahan yang berarti, bahkan jika dilakukan secara
berulang-ulang membuat pasien bosan dan kurang nyaman (Gasril dkk,
2020). Hambatan lain saat melatih pasien halusinasi dengan standar asuhan
keperawatan jiwa yaitu pasien malas melakukan aktivitas dan lebih banyak
duduk melamun. Pasien dengan halusinasi memiliki kemalasan dalam
menjalankan aktivitas maupun tindakan bahkan dalam merawat diri sendiri,
hal ini terjadi karena efek dari stimulus halusinasi yang muncul (Agustina &
Handayani, 2017). Dari efek stimulus tersebut membuat pasien cenderung
pasif saat dilatih aktivitas pelaksanaan oleh terapis, terlebih lagi jika klien
mengalami halusinasi pendengaran, karena adakalanya suara yang muncul
nyaman didengar oleh klien sehingga klien lebih asyik dengan suara tersebut
dari pada melakukan tindakan strategi pelaksanaan. Hal ini membuat perawat
akan lebih sulit untuk melatih klien agar bisa aktif dalam menerapakan
strategi yang telah diajarkan.
Strategi pelaksanaan untuk mengontol halusinasi pendengaran dapat
dikombinasikan dengan terapi distraksi murotal Al-Qur,an. Murotal Al-
Qur,an adalah rekaman suara dari bacaan kitab Al-Qur,an yang
diperdengarkan dengan alunan yang lamban dan berirama (Indriyati dkk,
2021). Didalam Al-Qur,an juga terkandung ayat yang menyebutkan bahwa
Al-Qur,an sebagai penyembuh untuk semua penyakit yaitu : “ Dan kami
turunkan dari Al-Qur,an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang beriman dan Al-Qur,an itu tidaklah menambah bagi orang-
orang dzalim selain kerugian” (Al-Israa, 82).
Distraksi murotal Al-Qur,an dapat memberikan pengaruh positif terhadap
psikologis, karena apa yang didengarkan akan disampaikan ke otak untuk
dipersepsikan sehingga dengan distraksi murotta ini membuat hati terikat

2
dengan Alloh SWT yang pada ahirnya keteguhan hati pun akan meningkat.
Pada fase ini gelombang otak akan berada pada frekuensi 7-14 HZ yang
dimana fase ini menunjukan bahwa energy didalam otak sedang optimal
sehingga dapat meminimalkan tingkat depresi (Ludiana & Purwono, 2021).
Aktivitas distraksi Al-Qur,an dapat melekatkan hati dan jiwa seseorang
kepada Alloh SWT sehingga dapat menghilangkan rasa takut dan kegelisahan
baik bagi pembaca maupun pendengarnya (Rosyanti dkk, 2022). Terapi
distraksi murotal Al-Qur,an juga merupakan psikoterapi yang sifatnya
universal atau mudah diterima oleh semua orang karena tidak memerlukan
kerja otak yang tinggi dalam mendengarkan alunan murotal, selain itu murotal
juga mudah didengarkan tanpa harus menyuruh seseorang untuk mendengar
(Batubara dkk, 2021). Hasil eksplorasi membuktikan bahwa 5 dari 8
responden mengungkapkan halusinasi menurun pasca dilakukan aktivitas
distraksi murotal Al-Qur,an, dan 3 dari 8 responden mengungkapkan masih
mendengarkan distraksi murotal (Fitriani dkk, 2020). Tindakan untuk
mengontrol halusinasi pendengaran mengacu pada standar startegi
pelaksanaan, TAK dan lain sebagainya, namun untuk aktivitas melalui
pendekatan distraksi murotal Al-Qur,an belum dilakukan untuk mengontrol
halusinasi. Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik untuk
mengimplementasikan tindakan tersebut untuk mengatasi halusinasi melalui
pendekatan distraksi murotal Al-Qur,an untuk pasien yang menganut agama
islam dengan harapan dapat mengontrol halusinasi yang muncul.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kasus dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu
“Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Skizofrenia pada pasien
dengan halusinasi pendengaran di RSJ ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memaparkan asuhan keperawatan pada pasien halusinasi pendengaran
sesuai dengan standar asuhan keperawatan jiwa.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan proses pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah halusinasi pendengaran.
b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada pasien skizofrenia dengan
masalah utama halusinasi pendengaran sesuai dengan data yang
akurat.
c. Memaparkan rumusan intervensi keperawatan pada pasien
skizofrenia dengan masalah utama halusinasi pendengaran
d. Memaparkan pelaksanaan implementasi keperawatan pada pasien
skizofrenia dengan masalah utama halusinasi pendengaran
e. Memaparkan evaluasi keperawatan dan mendokumentasikan
implemetasi pada pasien skizofrenia dengan masalah utama
halusinasi pendengaran.

1
D. Manfaat
1. Secara Teoritis
Dapat dijadikan sebagai pustaka bagi para academisi maupun praktisi.
Khususnya para academisi yang tertarik untuk mengembangkan ilmu
yang berhubungan dengan teori asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan masalah halusinasi pendengaran. Oleh karena itu, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumber pustaka yang relevan.
2. Secara Praktisi
a. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait asuhan
keperawatan jiwa khususnya pada pasien dengan masalah halusinasi
pendengaran
b. Bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat menerima dan memahami asuhan
keperawatan halusinasi pendengaran dengan tepat dan cermat.
c. Bagi Pembaca
Dapat dijadikan solusi yang praktis bagi kalangan masyarakat
awam dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan gangguan
jiwa khususnya halusinasi pendengaran.

1
2

Anda mungkin juga menyukai