Anda di halaman 1dari 77

MAKALAH KASUS HALUSINASI

Untuk memenuhi salah satu tugas


Blok Keperawatan Jiwa 1

Disusun oleh:

TUTOR 2
Ade Nurmanah Nabila Octavianny
Caca Hendarta Nadya Vega Lestari
CucunSetiasih Ratnengsih
DesiHartiningsih RaynaldiYusharJohansyah
Erin Ely Lana Julfa ReshaMaheswara
GebyPauziah Shanti DewiSusanti
JajangNurjaman TiraApriani
KartikaFitrianingsih WidiaAstuti
Latifah Noor Falah

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2017/2018
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Halusinasi. Dan juga kami berterima
kasih pada Bapak Ns.Nanang Saprudin.S.Kep,M.Kep selaku Dosen Tutor 2 yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kasus halusinasi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Kuningan, Mei 2018

Penyusun

i
Daftar Isi

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh klien skizofrenia
70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain juga disertai dengan gejala
halusinasi adalah gangguan manic depresif dan delirium. Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana klien mempresepsipkan sesuatu yang sebenarnya tidakterjadi. Suatu penerapan
panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca ondera tanpa stimulus eksteren persepsi palsu. Salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai
sesuatu yang nyata ada oleh klien ( Stuart, 2009 ).
Perubahan persepsi tentang halusinasi adalah ketidakmampuan manusia dalam
membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran,perasaan, dan
sensasi somatic dengan inpuls dan stimulus external. Manusia pada dassarnya masih
mempunyai kemampuan dan membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari
luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dan
kenyataan. Mereka dalam menggunakan proses fikir yang logis, membedakan dengan
pengalaman dan memvalidassikan serta mengevaluasisecara akurat ( Nasution, 2003).
Jika seorang individu tidak mempunyai cirri sehat jiwa maka individu tersebut mengalami
sakit jiwanya dan membutuhkan keperawatan jiwa untuk merawat dan menyehatkan jiwa
kembali. Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar, dan menggunakan diri sendiri secara terrapeutik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien, dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada (Iyus Yosep, 2007).
Berdasarkan hasil laporan periode bulan Desember 2010, pasien yang dirawat di ruang
IV ( Dewaruci ) didapatkan dari 24 pasien yang mengalami gangguan jiwa terdapat 11 pasien
atau sekitar 45,8% mengalami gangguan persepsi halusinasi, 8 pasien atau sekitar 33,3%
mengalami Perilaku kekerasan , 3 pasien atau sekitar 12,5% mengalami gangguan konsep diri
harga diri rendah dan 2 pasien atau sekitar 8,3% mengalami gangguan isolasi sosial : menarik
diri dengan rata – rata umur pasien antara 18 – 40 tahun.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum

1
Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan halusinasi pendengaran.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran.
c. Mampu membuat diagnose keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran.
d. Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran.
e. Mampu membuat implementasi keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran.
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran.

1.3 Metode Penulisan


Adalah cara yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data guna penyusunan
Karya Tulis Ilmiah, misalnya:
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab dengan pihak yang terkait: klien maupun tim kesehatan mengenai
data klien gangguan persepsi sensori halusinassi pendengaran. Wawancara dilakukan
selama proses keperawatan berlangsung.
2. Observassi partisipasi
Dengan mengadakan pendekatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung
pada klien selama di rumah sakit jiwa.
3. Studi dokumentasi
Dokumentassi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis, catatan perawatan untuk
mendapatkan data-data mengenai perawatan maupun pengobatan.
4. Studi Kepustakaan
Menggunakan dan mempelajari literature medis maupun perawatan penunjang sebagai
teoritis untuk menegakkan diagnosa dan perencanaan keperawatan.

1.4 Sistematika Penulisan


Dalam menulis laporan ini penulis menggunakan system 5 bab yaitu : BAB I:
Pendahuluan (Latar Belakang, Tujuan, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan), BAB II
Tinjauan Pustaka (Pengertian, Jenis-Jenis Halusinasi, Fase-Fase Halusinasi, Rentang Respon,
Etiologi, Pohon Masalah), BAB III Tinjauan kassus (Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,

2
Intervensi, Implementasi, Evaluasi), BAB IV Pembahasan (Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Intervensi, Implementasi, Evaluasi), BAB V Simpulan Dan Saran (Simpulan dan Saran).

3
BAB II
TINJAUAN KONSEP

2.1 Definisi
Menurut Varcarolis, halusinasi dapat di definisikan sebagai terganggunya persepsi
sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus.
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi ; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan
perabaan atau penghiduan. Pasien seakan stumulus yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi
merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori
persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau
penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Halusinasai adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu setan dan suara manusia
yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada pasien skizofenia. (Stuart, dkk, 1995).
Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas. Salah satu
manifestasi yang muncul adalah halusinasi yang membuat pasien tidak dapat menjalankan
pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra
seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik,
fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai halusinasi diatas,
maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui
panca indra terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan
halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara-
suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.

2.2 Anatomy Fisiology


Struktur dan FungsiSistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan
jaringan penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf pusat (SSP) dan
sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi
merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat.
Sistem persarafan berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai

4
mekanisme sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh tubuh
baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai
perubahan dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya
tubuh dalam mengadaptasi perubahan berlangsung melalui kegiatan saraf yang dikenal sebagai
kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak
seimbang atau sakit.
 Stimulasi dapat Menghasilkan Suatu Aktifitas
Stimulasi diterima oleh reseptor sistem saraf yang selanjutnya akan dihantarkan oleh
sistem saraf tepi dalam bentuk impuls listrik ke sistem saraf pusat. Bagian sistem saraf tepi
yang menerima rangsangan disebut reseptor, dan diteruskan menuju sistem saraf pusat oleh
sistem saraf sensoris. Pada sistem saraf pusat impuls diolah dan diinterpretasi untuk
kemudian jawaban atau respon diteruskan kembali melalui sistem saraf tepi menuju efektor
yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Sistem saraf yang membawa jawaban atau
respon adalah sistem saraf motorik. Bagian sistem saraf tepi yang mencetuskan jawaban
disebut efektor. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan
(volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (involunter). Jawaban volunter
melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter melibatkan sistem saraf otonom.
Efektor dari sitem saraf somatik adalah otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom,
efektornya adalah otot polos, otot jantung dan kelenjar sebasea.
 Fungsi Saraf
1. Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf
sensori. Saraf sensori disebut juga Afferent Sensory Pathway.
2. Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
3. Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat medula spinalis maupun di otak untuk
selanjutnya menentukan jawaban atau respon.
4. Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik ke organ-organ tubuh sebagai
kontrol atau modifikasi dari tindakan. Saraf motorik disebut juga Efferent Motorik Pathway.
 Sel Saraf (Neuron)
Merupakan sel tubuh yang berfungsi mencetuskan dan menghantarkan impuls listrik.
Neuron merupakan unit dasar dan fungsional sistem saraf yang mempunyai sifat exitability
artinya siap memberi respon saat terstimulasi. Satu sel saraf mempunyai badan sel disebut
soma yang mempunyai satu atau lebih tonjolan disebut dendrit. Tonjolan-tonjolan ini keluar
dari sitoplasma sel saraf. Satu dari dua ekspansi yang sangat panjang disebut akson. Serat
saraf adalah akson dari satu neuron. Dendrit dan badan sel saraf berfungsi sebagai pencetus
impuls sedangkan akson berfungsi sebagai pembawa impuls. Sel-sel saraf membentuk mata
rantai yang panjang dari perifer ke pusat dan sebaliknya, dengan demikian impuls
dihantarkan secara berantai dari satu neuron ke neuron lainnya.

5
Tempat dimana terjadi kontak antara satu neuron ke neuron lainnya disebut sinaps.
Pengahantaran impuls dari satu neuron ke neuron lainnya berlangsung dengan perantaran
zat kimia yang disebut neurotransmitter.
 Jaringan Penunjang
Jaringan penunjang saraf terdiri atas neuroglia. Neuroglia adalah sel-sel penyokong
untuk neuron-neuron SSP, merupakan 40% dari volume otak dan medulla spinalis. Jumlahnya
lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar 10 berbanding satu. Ada empat
jenis sel neuroglia yaitu: mikroglia, epindima, astrogalia, dan oligodendroglia
 Mikroglia
Mempunyai sifat fagositosis, bila jaringan saraf rusak maka sel-sel ini bertugas untuk
mencerna atau menghancurkan sisa-sisa jaringan yang rusak. Jenis ini ditemukan diseluruh
susunan saraf pusat dan di anggap berperan penting dalam proses melawan infeksi. Sel-sel
ini mempunyai sifat yang mirip dengan sel histiosit yang ditemukan dalam jaringan
penyambung perifer dan dianggap sebagai sel-sel yang termasuk dalam sistem retikulo
endotelial sel.
 Epindima
Berperan dalam produksi cairan cerebrospinal. Merupakan neuroglia yang
membatasi sistem ventrikel susunan saraf pusat. Sel ini merupakan epitel dari pleksus
choroideus ventrikel otak.
 Astroglia
Berfungsi sebagai penyedia nutrisi esensial yang diperlukan oleh neuron dan
membantu neuron mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi dan
transmisi sinaptik. Astroglia mempunyai bentuk seperti bintang dengan banyak tonjolan.
Astrosit berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki I perivaskuler dan menghubungkannya
dalam sistem transpot cepat metabolik. Kalau ada neuron-neuron yang mati akibat cidera,
maka astrosit akan berproliferasi dan mengisi ruang yang sebelumnya dihuni oleh badan sel
saraf dan tonjolan-tonjolannya. Kalau jaringan SSP mengalami kerusakan yang berat maka
akan terbentuk suatu rongga yang dibatasi oleh astrosit
 Oligodendroglia
Merupakan sel yang bertanggungjawab menghasilkan myelin dalam SSP. Setiap
oligodendroglia mengelilingi beberapa neuron, membran plasmanya membungkus tonjolan
neuron sehingga terbentuk lapisan myelin. Myelin merupakan suatu komplek putih lipoprotein
yang merupakan insulasi sepanjang tonjolan saraf. Myelin menghalangi aliran ion kalium dan
natrium melintasi membran neuronal.
 Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis. SSP dibungkus oleh selaput
meningen yang berfungsi untuk melindungi otak dan medula spinalis dari benturan atau
trauma. Meningen terdiri atas tiga lapisan yaitu durameter, arachnoid dan piamater.
 Rongga Epidural

6
Berada diantara tulang tengkorak dan durameter. Rongga ini berisi pembuluh darah
dan jaringan lemak yang berfungsi sebagai bantalan. Bila cidera mencapai lokasi ini akan
menyebabkan perdarahan yang hebat oleh karena pada lokasi ini banyak pembuluh darah
sehingga mengakibatkan perdarahan epidural
 Rongga Subdural
Berada diantara durameter dan arachnoid, rongga ini berisi berisi cairan serosa.
 Rongga Sub Arachnoid
Terdapat diantara arachnoid dan piameter. Berisi cairan cerebrospinalis yang salah
satu fungsinya adalah menyerap guncangan atau shock absorber. Cedera yang berat disertai
perdarahan dan memasuki ruang sub arachnoid yang akan menambah volume CSF sehingga
dapat menyebabkan kematian sebagai akibat peningkatan tekanan intra kranial (TIK).
 Otak
Otak, terdiri dari otak besar yang disebut cerebrum, otak kecil disebut cerebellum
dan batang otak disebut brainstem. Beberapa karateristik khas Otak orang dewasa yaitu
mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan dan mendapat sirkulasi darah sebenyak
20% dari cardiac out put serta membutuhkan kalori sebesar 400 Kkal setiap hari. Otak
merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi yang didukung oleh
metabolisme oksidasi glukosa. Kebutuhan oksigen dan glukosa otak relatif konstan, hal ini
disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa
periode istirahat yang berarti. Bila kadar oksigen dan glukosa kurang dalam jaringan otak
maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami kerusakan. Secara
struktural, cerebrum terbagi menjadi bagian korteks yang disebut korteks cerebri dan sub
korteks yang disebut struktur subkortikal. Korteks cerebri terdiri atas korteks sensorik yang
berfungsi untuk mengenal ,interpretasi impuls sensosrik yang diterima sehingga individu
merasakan, menyadari adanya suatu sensasi rasa/indra tertentu. Korteks sensorik juga
menyimpan sangat banyak data memori sebagai hasil rangsang sensorik selama manusia
hidup. Korteks motorik berfungsi untuk memberi jawaban atas rangsangan yang diterimanya.
 Struktur sub kortikal
a. Basal ganglia, melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan mengkoordinasi gerakan
dasar, gerakan halus atau gerakan trampil dan sikap tubuh.
b. Talamus, merupakan pusat rangsang nyeri
c. Hipotalamus, pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom dan terlibat
dalam pengolahan perilaku insting seperti makan, minum, seks dan motivasi
d. Hipofise, Bersama dengan hipothalamus mengatur kegiatan sebagian besar kelenjar
endokrin dalam sintesa dan pelepasan hormon.
 Cerebrum
Terdiri dari dua belahan yang disebut hemispherium cerebri dan keduanya dipisahkan
oleh fisura longitudinalis. Hemisperium cerebri terbagi menjadi hemisper kanan dan kiri.
Hemisper kanan dan kiri ini dihubungkan oleh bangunan yang disebut corpus callosum.

7
Hemisper cerebri dibagi menjadi lobus-lobus yang diberi nama sesuai dengan tulang
diatasnya, yaitu:
1. Lobus frontalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang frontalis
2. Lobus parietalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang parietalis
3. Lobus occipitalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang occipitalis
4. Lobus temporalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang temporalis
 Cerebelum (Otak Kecil)
Terletak di bagian belakang kranium menempati fosa cerebri posterior di bawah
lapisan durameter Tentorium Cerebelli. Di bagian depannya terdapat batang otak. Berat
cerebellum sekitar 150 gr atau 8-8% dari berat batang otak seluruhnya. Cerebellum dapat
dibagi menjadi hemisper cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan oleh vermis. Fungsi
cerebellum pada umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot sehingga
gerakan dapat terlaksana dengan sempurna.
 Batang Otak atau Brainstern
Terdiri atas diencephalon, mid brain, pons dan medula oblongata. Merupakan tempat
berbagai macam pusat vital seperti pusat pernafasan, pusat vasomotor, pusat pengatur
kegiatan jantung dan pusat muntah, bersin dan batuk.
 Komponen Saraf Kranial
a. Komponen sensorik somatik : N I, N II, N VIII
b. Komponen motorik omatik : N III, N IV, N VI, N XI, N XII
c. Komponen campuran sensorik somatik dan motorik somatik : N V, N VII, N IX, N X.
d. Komponen motorik viseral
Eferen viseral merupakan otonom mencakup N III, N VII, N IX, N X. Komponen
eferen viseral yang 'ikut' dengan beberapa saraf kranial ini, dalam sistem saraf otonom
tergolong pada divisi parasimpatis kranial.
1. N. Olfactorius
Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian atas dari
mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior.
2. N. Optikus
Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen sensori
khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke perifer.
3. N. Oculomotorius
Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf ini
berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata
4. N. Trochlearis
Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi muskulus
oblique yang berfungsi memutar bola mata
5. N. Trigeminus
Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris dan saraf
mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan motoris. Ketiga saraf ini
mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut,
gigi dan meningen.
6. N. Abducens

8
Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus rectus lateralis.
Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat digerakan ke lateral dan sikap
bola mata tertarik ke medial seperti pada Strabismus konvergen.
7. N. Facialias
Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen berfungsi
untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent untuk otot wajah.
8. N. Statoacusticus
Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran dan saraf keseimbangan
9. N. Glossopharyngeus
Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung serabut sensori
khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus otot-otot pharing untuk menghasilkan
gerakan menelan. Serabut sensori khusus mengurus pengecapan di lidah. Disamping itu
juga mengandung serabut sensasi umum di bagian belakang lidah, pharing, tuba,
eustachius dan telinga tengah.

10. N. Vagus
Saraf ini terdiri dari tiga komponen: a) komponen motoris yang mempersarafi otot-
otot pharing yang menggerakkan pita suara, b) komponen sensori yang mempersarafi
bagian bawah pharing, c) komponen saraf parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-
alat dalam tubuh.
11. N. Accesorius
Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus dan
komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3. Saraf ini mempersarafi
muskulus Trapezius dan Sternocieidomastoideus.
12. Hypoglosus
Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otot-otot lidah.
Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan menonjol sebagian pada
trigonum hypoglosi.
 Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan perpanjangan medula oblongata ke arah kaudal di dalam
kanalis vertebralis mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I memanjang hingga setinggi
cornu vertebralis lumbalis I - II. Terdiri dari 31 segmen yang setiap segmennya terdiri dari satu
pasang saraf spinal. Dari medula spinalis bagian cervical keluar 8 pasang , dari bagian
thorakal 12 pasang, dari bagian lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta dari
coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis. Seperti halnya otak, medula spinalispun terbungkus
oleh selaput meninges yang berfungsi melindungi saraf spinal dari benturan atau cedera.
Gambaran penampang medula spinalis memperlihatkan bagian-bagian substansia
grissea dan substansia alba. Substansia grisea ini mengelilingi canalis centralis sehingga
membentuk columna dorsalis, columna lateralis dan columna ventralis. Massa grisea
dikelilingi oleh substansia alba atau badan putih yang mengandung serabut-serabut saraf
yang diselubungi oleh myelin. Substansi alba berisi berkas-berkas saraf yang membawa

9
impuls sensorik dari SST menuju SSP dan impuls motorik dari SSP menuju SST. Substansia
grisea berfungsi sebagai pusat koordinasi refleks yang berpusat di medula
spinalis.Disepanjang medulla spinalis terdapat jaras saraf yang berjalan dari medula spinalis
menuju otak yang disebut sebagai jaras acenden dan dari otak menuju medula spinalis yang
disebut sebagai jaras desenden. Subsatansia alba berisi berkas-berkas saraf yang berfungsi
membawa impuls sensorik dari sistem tepi saraf tepi ke otak dan impuls motorik dari otak ke
saraf tepi. Substansia grisea berfungsi sebagai pusat koordinasi refleks yang berpusat
dimeudla spinalis.
Refleks-refleks yang berpusat di sistem saraf puast yang bukan medula spinalis, pusat
koordinasinya tidak di substansia grisea medula spinalis. Pada umumnya penghantaran
impuls sensorik di substansia alba medula spinalis berjalan menyilang garis tenga. ImPuls
sensorik dari tubuh sisi kiri akan dihantarkan ke otak sisi kanan dan sebaliknya. Demikian
juga dengan impuls motorik. Seluruh impuls motorik dari otak yang dihantarkan ke saraf tepi
melalui medula spinalis akan menyilang.
Upper Motor Neuron (UMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari korteks
motorik serebri atau batang otak yang seluruhnya (dengan serat saraf-sarafnya ada di dalam
sistem saraf pusat. Lower motor neuron (LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal
dari sistem saraf pusat tetapi serat-serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat dan
membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di otot rangka. Gangguan fungsi UMN maupun
LMN menyebabkan kelumpuhan otot rangka, tetapi sifat kelumpuhan UMN berbeda dengan
sifat kelumpuhan UMN. Kerusakan LMN menimbulkan kelumpuhan otot yang 'lemas',
ketegangan otot (tonus) rendah dan sukar untuk merangsang refleks otot rangka
(hiporefleksia). Pada kerusakan UMN, otot lumpuh (paralisa/paresa) dan kaku (rigid),
ketegangan otot tinggi (hipertonus) dan mudah ditimbulkan refleks otot rangka
(hiperrefleksia). Berkas UMN bagian medial, dibatang otak akan saling menyilang.
Sedangkan UMN bagian Internal tetap berjalan pada sisi yang sama sampai berkas lateral ini
tiba di medula spinalis. Di segmen medula spinalis tempat berkas bersinap dengan neuron
LMN. Berkas tersebut akan menyilang. Dengan demikian seluruh impuls motorik otot rangka
akan menyilang, sehingga kerusakan UMN diatas batang otak akan menimbulkan
kelumpuhan pada otot-otot sisi yang berlawanan.
Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah sebagai pusat
refleks. Fungsi tersebut diselenggarakan oleh substansia grisea medula spinalis. Refleks
adalah jawaban individu terhadap rangsang, melindungi tubuh terhadap pelbagai perubahan
yang terjadi baik dilingkungan internal maupun di lingkungan eksternal. Kegiatan refleks
terjadi melalui suatu jalur tertentu yang disebut lengkung refleks
 Fungsi medula spinalis:
1. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu ventralis.
2. Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai

10
3. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum
4. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.
 Lengkung refleks
 Reseptor : penerima rangsang
 Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (ke pusat
refleks)
 Pusat refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis: substansia grisea), tempat
terjadinya sinap ((hubungan antara neuron dengan neuron dimana terjadi pemindahan
/penerusan impuls)
 Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel efektor. Bila sel efektornya
berupa otot, maka eferen disebut juga neuron motorik (sel saraf /penggerak)
 Efektor: sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai jawaban refleks. Dapat berupa
sel otot (otot jantung, otot polos atau otot rangka), sel kelenjar.
 Sistem Saraf Tepi
Kumpulan neuron diluar jaringan otak dan medula spinalis membentuk sistem saraf
tepi (SST). Secara anatomik digolongkan ke dalam saraf-saraf otak sebanyak 12 pasang dan
31 pasang saraf spinal. Secara fungsional, SST digolongkan ke dalam: a) saraf sensorik
(aferen) somatik : membawa informasi dari kulit, otot rangka dan sendi, ke sistem saraf pusat,
b) saraf motorik (eferen) somatik : membawa informasi dari sistem saraf pusat ke otot rangka,
c) saraf sesnsorik (eferen) viseral : membawa informasi dari dinding visera ke sistem saraf
pusat, d) saraf mototrik (eferen) viseral : membawa informasi dari sistem saraf pusat ke otot
polos, otot jantung dan kelenjar. Saraf eferen viseral disebut juga sistem saraf otonom.
Sistem saraf tepi terdiri atas saraf otak (s.kranial) dan saraf spinal.
 Saraf Otak (s.kranial)
Bila saraf spinal membawa informasi impuls dari perifer ke medula spinalis dan
membawa impuls motorik dari medula spinalis ke perifer, maka ke 12 pasang saraf kranial
menghubungkan jaras-jaras tersebut dengan batang otak. Saraf cranial sebagian merupakan
saraf campuran artinya memiliki saraf sensorik dan saraf motorik
 Saraf Spinal
Tiga puluh satu pasang saraf spinal keluar dari medula apinalis dan kemudian dari
kolumna vertabalis melalui celah sempit antara ruas-ruas tulang vertebra. Celah tersebut
dinamakan foramina intervertebrelia. Seluruh saraf spinal merupakan saraf campuran karena
mengandung serat-serat eferen yang membawa impuls baik sensorik maupun motorik.
Mendekati medula spinalis, serat-serat eferen memisahkan diri dari serat –serat eferen. Serat
eferen masuk ke medula spinalis membentuk akar belakang (radix dorsalis), sedangkan serat
eferen keluar dari medula spinalis membentuk akar depan (radix ventralis). Setiap segmen
medula spinalis memiliki sepasang saraf spinal, kanan dan kiri. Sehingga dengan demikian
terdapat 8 pasang saraf spinal servikal, 12 pasang saraf spinal torakal, 5 pasang saraf spinal
lumbal, 5 pasang saraf spinal sakral dan satu pasang saraf spinal koksigeal. Untuk

11
kelangsungan fungsi integrasi, terdapat neuron-neuron penghubung disebut interneuron yang
tersusun sangat bervariasi mulai dari yang sederhana satu interneuron sampai yang sangat
kompleks banyak interneuron. Dalam menyelenggarakan fungsinya, tiap saraf spinal
melayani suatu segmen tertentu pada kulit, yang disebut dermatom. Hal ini hanya untuk
fungsi sensorik. Dengan demikian gangguan sensorik pada dermatom tertentu dapat
memberikan gambaran letak kerusakan.
 Sistem Saraf Somatik
Dibedakan 2 berkas saraf yaitu saraf eferen somatik dan eferen viseral. Saraf eferen
somatik : membawa impuls motorik ke otot rangka yang menimbulkan gerakan volunter yaitu
gerakan yang dipengaruhi kehendak. Saraf eferen viseral : membawa impuls mototrik ke otot
polos, otot jantung dan kelenjar yang menimbulkan gerakan/kegiatan involunter (tidak
dipengaruhi kehendak). Saraf-saraf eferen viseral dengan ganglion tempat sinapnya dikenal
dengan sistem saraf otonom yang keluar dari segmen medula spinalis torakal 1 – Lumbal 2
disebut sebagai divisi torako lumbal (simpatis). Serat eferen viseral terdiri dari eferen
preganglion dan eferen postganglion. Ganglion sistem saraf simpatis membentuk mata rantai
dekat kolumna vertebralis yaitu sepanjang sisiventrolateral kolumna vertabralis, dengan serat
preganglion yang pendek dan serat post ganglion yang panjang. Ada tiga ganglion simpatis
yang tidak tergabung dalam ganglion paravertebralis yaitu ganglion kolateral yang terdiri dari
ganglion seliaka, ganglion mesenterikus superior dan ganglion mesenterikus inferior.
Ganglion parasimpatis terletak relatif dekat kepada alat yang disarafinya bahkan ada yang
terletak didalam organ yang dipersarafi.
Semua serat preganglion baik parasimpatis maupun simpatis serta semua serat
postganglion parasimpatis, menghasilkan asetilkolin sebagai zat kimia perantara. Neuron
yang menghasilkan asetilkolin sebagai zat kimia perantara dinamakan neuron kolinergik
sedangkan neuron yang menghasilkan nor-adrenalin dinamakan neuron adrenergik. Sistem
saraf parasimpatis dengan demikian dinamakan juga sistem saraf kolinergik, sistem saraf
simpatis sebagian besar merupakan sistem saraf adrenergik dimana postganglionnya
menghasilkan nor-adrenalin dan sebagian kecil berupa sistem saraf kolinergik dimana
postganglionnya menghasilkan asetilkolin. Distribusi anatomik sistem saraf otonom ke alat-
alat visera, memperlihatkan bahwa terdapat keseimbangan pengaruh simpatis dan
parasimpatis pada satu alat. Umumnya tiap alat visera dipersarafi oleh keduanya. Bila sistem
simpatis yang sedang meningkat, maka pengaruh parasimpatis terhadap alat tersebut kurang
tampak, dan sebaliknya. Dapat dikatakan pengaruh simpatis terhadap satu alat berlawanan
dengan pengaruh parasimpatisnya. Misalnya peningkatan simpatis terhadap jantung
mengakibatkan kerja jantung meningkat, sedangkan pengaruh parasimpatis menyebabkan
kerja jantung menurun. Terhadap sistem pencernaan, simpatis mengurangi kegiatan,

12
sedangkan parasimpatis meningkatkan kegiatan pencernaan. Atau dapat pula dikatakan,
secara umum pengaruh parasimpatis adalah anabolik, sedangkan pengaruh simpatis adalah
katabolik.
 Sirkulasi Darah pada Sistem Saraf Pusat
Sirkulasi darah pada sistem saraf terbagi atas sirkulasi pada otak dan medula spinalis.
Dalam keadaan fisiologik jumlah darah yang dikirim ke otak sebagai blood flow cerebral
adalah 20% cardiac out put atau 1100-1200 cc/menit untuk seluruh jaringan otak yang berat
normalnya 2% dari berat badan orang dewasa. Untuk mendukung tercukupinya suplai
oksigen, otak mendapat sirkulasi yang didukung oleh pembuluh darah besar.

 Suplai Darah Otak


1) Arteri Carotis Interna kanan dan kiri
- Arteri communicans posterior
- Arteri ini menghubungkan arteri carotis interna dengan arteri cerebri posterior
- Arteri choroidea anterior, yang nantinya membentuk plexus choroideus di dalam
ventriculus lateralis
- Arteri cerebri anterrior
- Bagian ke frontal disebelah atas nervus opticus diantara belahan otak kiri dan kanan.
Ia kemudian akan menuju facies medialis lobus frontalis cortex cerebri. Daerah yang
diperdarahi arteri ini adalah: a) facies medialis lobus frontalis cortex cerebro, b) facies
medialis lobus parietalis, c) facies convexa lobus frontalis cortex cerebri, d) facies
convexa lobus parietalis cortex cerebri, e) Arteri cerebri media
- Arteri cerebri media
2) Arteri Vertebralis kanan dan kiri
 Arteri Cerebri Media
Berjalan lateral melalui fossa sylvii dan kemudian bercabang-cabang untuk selanjutnya
menuju daerah insula reili. Daerah yang disuplai darah oleh arteri ini adalah Facies convexa
lobus frontalis coretx cerebri mulai dari fissura lateralis sampai kira-kira sulcus frontalis
superior, facies convexa lobus parielatis cortex cerebri mulai dari fissura lateralis sampai kira-
kira sulcus temporalis media dan facies lobus temporalis cortex cerebri pada ujung frontal.
 Arteri Vertebralis kanan dan kiri
Arteri vertebralis dipercabangkan oleh arteri sub clavia. Arteri ini berjalan ke kranial
melalui foramen transversus vertebrae ke enam sampai pertama kemudian membelok ke
lateral masuk ke dalam foramen transversus magnum menuju cavum cranii. Arteri ini
kemudian berjalan ventral dari medula oblongata dorsal dari olivus, caudal dari tepi caudal
pons varolii. Arteri vertabralis kanan dan kiri akan bersatu menjadi arteri basilaris yang
kemudian berjalan frontal untuk akhirnya bercabang menjadi dua yaitu arteri cerebri posterior
kanan dan kiri. Daerah yang diperdarahi oleh arteri cerbri posterior ini adalah facies convexa
lobus temporalis cortex cerebri mulai dari tepi bawah sampai setinggi sulcus temporalis
media, facies convexa parietooccipitalis, facies medialis lobus occipitalis cotex cerebri dan

13
lobus temporalis cortex cerebri. Anastomosis antara arteri-arteri cerebri berfungsi utnuk
menjaga agar aliran darah ke jaringan otak tetap terjaga secara continue. Sistem carotis yang
berasal dari arteri carotis interna dengan sistem vertebrobasilaris yang berasal dari arteri
vertebralis, dihubungkan oleh circulus arteriosus willisi membentuk Circle of willis yang
terdapat pada bagian dasar otak. Selain itu terdapat anastomosis lain yaitu antara arteri
cerebri media dengan arteri cerebri anterior, arteri cerebri media dengan arteri cerebri
posterior.
 Suplai Darah Medula Spinalis
Medula spinalis mendapat dua suplai darah dari dua sumber yaitu: 1) arteri Spinalis
anterior yang merupakan percabangan arteri vertebralis, 2) arteri Spinalis posterior, yang juga
merupakan percabangan arteri vertebralis.
Antara arteri spinalis tersebut diatas terdapat banyak anastomosis sehingga
merupakan anyaman plexus yang mengelilingi medulla spinalis dan disebut vasocorona.
Vena di dalam otak tidak berjalan bersama-sama arteri. Vena jaringan otak bermuara di jalan
vena yang terdapat pada permukaan otak dan dasar otak. Dari anyaman plexus venosus
yang terdapat di dalam spatum subarachnoid darah vena dialirkan kedalam sistem sinus
venosus yang terdapat di dalam durameter diantara lapisan periostum dan selaput otak.
 Cairan Cerebrospinalis (CSF)
Cairan cerebrospinalis atau banyak orang terbiasa menyebutnya cairan otak
merupakan bagian yang penting di dalam SSP yang salah satu fungsinya mempertahankan
tekanan konstan dalam kranium. Cairan ini terbentuk di Pleksus chroideus ventrikel otak,
namun bersirkulasi disepanjang rongga sub arachnoid dan ventrikel otak. Pada orang dewasa
volumenya berkisar 125 cc, relatif konstan dalam produksi dan absorbsi. Absorbsi terjadi
disepanjang sub arachnoid oleh vili arachnoid. Ada empat buah rongga yang saling
berhubungan yang disebut ventrikulus cerebri tempat pembentukan cairan ini yaitu: 1)
ventrikulus lateralis , mengikuti hemisfer cerebri, 2) ventrikulus lateralis II, 3) ventrikulus tertius
III dtengah-tengah otak, dan 4) ventrikulus quadratus IV, antara pons varolli dan medula
oblongata.
Ventrikulus lateralis berhubungan dengan ventrikulus tertius melalui foramen monro.
Ventrikulus tertius dengan ventrikulus quadratus melalui foramen aquaductus sylvii yang
terdapat di dalam mesensephalon. Pada atap ventrukulus quadratus bagian tengah kanan
dan kiri terdapat lubang yang disebut foramen Luscka dan bagian tengah terdapat lubang
yang disebut foramen magendi. Sirkulasi cairan otak sangat penting dipahami karena bebagai
kondisi patologis dapat terjadi akibat perubahan produksi dan sirkulasi cairan otak. Cairan
otak yang dihasilkan oleh flexus ventrikulus lateralis kemudian masuk kedalam ventrikulus
lateralis, dari ventrikulus lateralis kanan dan kiri cairan otak mengalir melalui foramen monroi
ke dalam ventrikulus III dan melalui aquaductus sylvii masuk ke ventrikulus IV. Seterusnya

14
melalui foramen luscka dan foramen megendie masuk kedalam spastium sub arachnoidea
kemudian masuk ke lakuna venosa dan selanjutnya masuk kedalam aliran darah.
 Fungsi Cairan Otak:
1. Sebagai bantalan otak agar terhindar dari benturan atau trauma pada kepala
2. Mempertahankan tekanan cairan normal otak yaitu 10 – 20 mmHg
3. Memperlancar metabolisme dan sirkulasi darah diotak.

2.3 Jenis-jenis Halusinasi


 Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan
sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar di mana klien mendengar perkataan bahwa klien di suruh untuk melakukan
sesuatau kadang dapat membahayakan.
 Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan
seperti melihat monster. Kejadian tersebut mengakibatkan ketakutan dan selalu menunjuk-
nunjuk ke rah tertentu.
 Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, dan feses umumnya bau-bauan
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau
dimensia.
 Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, dan feses sehingga sering meludah
dan muntah.
 Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa sstimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, beda mati, atau orang lain, dan merasa ada serangga di
permukaan kulit.
 Halusinasi Kinestetik
Merasa badannya bergerak dalam sebuah ruangan atau anggota badannya bergerak
(umpamanya anggota badan bayangan atau phantomlimb).
 Halusinasi Veseral : Perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya.
 Halusinasi Hipnagogik : Terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tetap sebelum
tidur persepsi sensorik bekerja salah.
 Halusinasi hipnopompik : Seperti nomor 8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun sama
sekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang
normal.
 Halusinasi hiterik : Timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.

15
2.4 Etiologi Halusinasi
Menurut Struart (2007), factor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan system saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptive yang baru mulai dipahami. Ini di tunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut :
 Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesu pada area control, temporal dan limbik paling
berhubungan dengan perilaku psikotik
 Beberapa zat kimia di otak seperti dopamine neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamine di kaitkan dengn terjadinya
skizofrenia.
 Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizoprenia kronis, di
temukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil.
Temuan kelainan anatomi otak tersebut di dukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologi
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosio budaya
Kondisi social budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan,
konflik social budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
Halusinasi pendengaran paling sering terdapat pada klien gangguan jiwa
(skizofrenia). Halusinasi terjadi pada klien gangguan jiwa gangguan jiwa (skizofrenia) dan
gangguan manik (Shives, 1998). Menurut Barbara (1997) klien mendengar suara-suara
misalnya suara Tuhan, iblis atau yang lain. Halusinasi yang dialami berupa dua suara atau
lebih yang mengomentari tingkah laku atau pikiran klien. Suara-suara yang diperintah untuk
bunuh diri atau membunuh orang lain.

2.5 Proses Terjadinya Masalah


1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih

16
mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi
meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi
menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas
klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien
membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah
halusinasi datang dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan dengan realitas.
3. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu
mematuhi perintah.
4. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa
jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan
tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

2.6 Manifestasi Klinis


Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang di kutip oleh Nassution (2003), seseorang
yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

17
2. Menggerakkan bbirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata yang abnormal
4. Respon verbal yang lambat
5. Diam
6. Bertindak seolah-olah di penuhi sesuau yang mengasyikan
7. Peningkatan system saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi,
pernafasan dan tekanan darah
8. Penyempitan kemampuan konsentrasi
9. Di penuhi dengan pengalaman sensori
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang d berkan oleh halusinasinya dari pada
menolaknya
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
14. Berkeringat banyak
15. Tremor
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
17. Perilaku menyerang terror seperti panic
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi
20. Menarik diri atau katatonik
21. Tidak mampu merspon terhadap petunjuk yang kompleks
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

2.7 Patofisiologi
Stuart dan Sundeen (1998), mengemukakan dua teori tentang halusinasi, yaitu :
a. Teori biokimia
Respon metabolik terhadap stress yang mengakibatkan pelepasan zat halusinogen
pada sistem limbik otak, atau terganggunya keseimbangan neurotransmiter di otak.
b. Teori psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang di
tekan yang kemungkinan mengancam untuk timbul.

18
2.8 Penatalaksanaan
Keperawatan kesehatan mental psikiatri adalah suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
secara terpauti sebagai kiatnya. Halusinasi visual sering terjadi pada saat klien bangun tidur /
saat akan tidur ataupun saat klien tidak ada pekerjaan dan termenung / melamun. Dalam
penatalaksanaan mengenal tuk-tuk proses keperawatan klien dengan halusinasi yaitu :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan pada klien tentang apa yang dialami sekarang, jelaskan bahwa itu merupakan
halusinasi, baik itu pengertian ataupun sebabnya.
3. Menjelaskan cara-cara mengatasi (menghardik, nonton tv dan melakukan pekerjaan tertentu
yang menyembunyikan.
4. Menjelaskan pada keluarga tentang gangguan jiwa yang dialami klien, bagaimana cara
mengontrolnya juga dukungan dari keluarga.
5. Menjelaskan pada klien tentang obat yang di minum baik jenis, dosis, kegunaan maupun efek
samping (Rasmun, 2001).
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan klien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan usahakan
agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi
baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati klien,
bicaralah dengan klien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien diberitahu.

19
Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana
yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan
realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat
harus mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
klien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah
yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga klien atau orang lain
yang dekat dengan klien.
4. Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga,
bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan klien ke
kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadwal
kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari
percakapan dengan klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang
mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar klien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau
aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas
lain agar tidak membiarkan klien sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.

Farmako:
1. Anti psikotik:
a. Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
b. Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
c. Stelazine
d. Clozapine (Clozaril)
e. Risperidone (Risperdal)
2. Anti parkinson:
a. Trihexyphenidile

20
b. Arthan

2.9 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan (Rasmun, 2001) yang dapat diangkat adalah :
1. Halusinasi Pendengaran
2. Isolasi Sosial
3. Resiko Perilaku Kekerasan

2.10 Klasifikasi Halusinasi


a. Halusinasi pendengaran (akustik, auditorik)
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu, mengejek, menertawakan, atau
mengancam padahal tidak ada suara di sekitarnya.
b. Halusinasi penglihatan (Visual)
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penciuman (olfaktori)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhirup bau bunga, bau kemenyan, bau
mayat, yang tidak ada sumbernya. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
d. Halusinasi peraba (taktil, kinaestatik)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Individu yang bersangkutan merasa ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila
rabaan ini merupakan rangsangan seksual halusinasi ini disebut halusinasi heptik.
Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatorik)
Biasanya terjadi bersamaan dengan halusinasi bau / hirup. Pasien itu merasa
(mengecap) sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikan di mulutnya.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

21
22
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Kasus


Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun saat ini dirawat dirumah sakit jiwa dengan diagnosis
waham kebesaran. Saat dikaji klien mengaku seorang presiden RI pertama dan saat ini sedang tinggal
di istana negara. Klien mengaku menjadi pemimpin negara dan sering berkunjung keluar negeri. Hasil
pemeriksaan fisik klien tampak kotor, bau dan lusuh. Klien tampak mudah tersinggung dan sering
berkata kasar jika kemauannya tidak segera dituruti. Pemeriksaan TTV dalam keadaan normal. Saat
ini klien mendapat terapi obat, terapi perilaku dan terapi aktivitas kelompok. Menurut keluarga,
sebelum sakt klien pernah menjadi seorang direktur perusahaan yang sukses namun jatuh bangkrut
karena krisis ekonomi. Klien mengalami depresi berat setelah perusahannya bangkrut dan di tinggal
oleh istri serat kedua anaknya.

3.2 Seven jump


3.2.1 Step 1
Kata kunci
 Waham kebesaran : adalah keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan
khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya meyakini bahwa dia adalah raja sedunia, dia
adalah penguasa alam semesta dan sebagainya.
 Terapi obat : terapi atau pengobatan itu sendiri adalah remedasi masalah kesehatan
biasanya mengikuti diagnosis. Jadi terapi obat adalah upaya penyembahan penyakit
menggunakan obat-obatan. Dengan pendiagnosaan penyakit terlebih dahulu untuk
menetukan penyakit supaya obat dapat bekerja secara afektif pada reseptor.
 Terapi perilaku : merupakan salah satu terapi yang diberikan kepada anak berkebutuhan
khusus dimana terapi ini difokuskan kepada kemampuan anak untuk merespon terhadap
lingkungan dan mengajarkan anak perilaku-perilaku umum. Terapi perilaku yang dikenal
secara umum adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas, PhD
dan university of California Los Angeles (UCA). Terapi perilaku juga merupakan suatu teknik
terapi yang bertujuan untuk menghilangkan perilaku-perilaku yang tidak dapat diterima
secara sosial dan membangun perilaku-perilaku baru yang secara sosial bermanfaat dan
dapat diterima.
 Terapi aktivitas kelompok : merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi
Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007).

23
 Depresi berat : suatu gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang
tertekan atau kehilangan minat dalam aktivitas, menyebabkan penurunan yang signifikan
dalam hidup sehari-hari.

3.2.2 Step 2
Pertanyaan
1. Bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien waham ?
2. Bagaimana cara mengatasi depresi dari kasus tersebut ?
3. Mengapa waham bisa terjadi ?
4. Bagaimana prinsip kerja dari terapi aktivitas kelompok ?
5. Bagaimana prosedur kerja pada terapi perilaku untuk pasien waham kebesaran ?
6. Sebagai perawat bagaimana cara menangani/pendekatan pasien yang waham
kebesaran ?
7. Selain terapi yang disebutkan pada kasus tersebut, apakah ada terapi lain untuk mengatasi
kasus waham kebesaran ?
8. Terapi obat apa saja yang diberikan pada pasien tersebut ?
9. Manifestasi apa saja yang terjadi pada pasein dengan waham kebesaran ?
10. Apa masalah keperawatan utama yang harus ditegakan dalam kasus tersebut ?
11. Apa saja strategi yang dapat dilakukan dalam merawat pasien waham ?
12. Apa saja jenis-jenis waham ?
13. Bagaimana cara melepas diri dari waham ?
14. Fase-fase terjadinya waham ?

3.2.3 Step 3
Jawaban pertanyaan
1. Pertanyaan :
Bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien waham ?
Jawaban :
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN WAHAM
Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Untuk contoh :
ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas pagi ini di
Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan membantu perawatan
bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”
“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”
KERJA
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia ini, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R
rasakan?”

24
“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri pak R sendiri?”
“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”
“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang lain?”
“Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”
“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”
“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah sakit karena
bosan kalau dirumah sakit terus ya?”
TERMINASI
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?”

2. Pertanyaan :
Bagaimana cara mengatasi depresi dari kasus tersebut ?
Jawaban :
Depresi menyebabkan sesorang kehilangan tenaga, harapan dan semangat, sehingga
penderita depresi biasanya mengalami kesulitan untuk melakukan hal yang dapat
mengurangi depresinya atau membuatnya merasa lebih baik. Penderita depresi akan bisa
jadi lebih baik bila yang bersangkutan mau melakukan kegiatan-kegiatan seperti: jalan-
jalan ditaman, ngobrol dengan saudara arau teman,melakukan kegiatan yang menjadi
hobinya, dsb. Sayangnya penderita depresi biasanya merasa sangat letih, tidak bertenaga,
malas atau tidak ada dorongan. Inginnya hanya tinggal dikamar dan keadaan ini yang
membuat penderita deprsi sulit sembuhnya.
Meskipun bukan sesuatu yang gampang, mengatasi depresi juga bukan sesuatu yang
tidak mungkin. Kunci dalam mengatasi depresi adalah dengan melakukan sesuatu yang
kecil dan mudah yang kemudian dikembangkan dan ditingkatkan. Langkah-langkah yang
perlu dilakukan adalah :
 Bicara dengan sudara atau teman dekat yang bisa dipercaya. Cobalah lakukan curhat,
ceritakanlah perasaan dan permasalahan anda. Hal ini akan dapat meringankan
depresi anda.
 Tetap lakukan kegiatan sosial, meskipun rasanya sangat malas atau tidak ingin.
Biasanya penderita depresi inginnya mengurung diri dikamar. Padahal mengurung diri
dikamar dapat membuat depresi menjadi buruk. Cobalah upayakan untuk melakukan
kegiatan sosial (ngobrol, ketemu teman, telpon,dll) meskipun anda merasa malas
melakukannya.
 Ketemu dengan depression support group (kelompok sesame penderita depresi yang
saling mendukung atau bertukar peengalaman dalam mengatasi depresi)

25
Berikut ini 9 tips/saran untuk menjangkau dan mendapatkan dukungan :
 Bicara kepada seseorang orang tentang perasaan anda
 Membantu orang lain dengan sukarela
 Makan siang atau minum kopi dengan seorang teman
 Mintalah orang yang cintai untuk mengontak anda secara berkala
 Menemani sesorang ke bioskop, menonton konser music atau berkumpul-kumpul
 Kontak lewat email atau telpon teman lama
 Berjalan-jalan dengan teman atau melakukan latiha olahraga
 Temuai orang-orang baru dengan mengambil kelas atau begabung dengan klub
 Curhat seorang konselor, terapis atau ustadz.

3. Pertanyaan :
Mengapa waham bisa terjadi ?
Jawaban :
 Peningkatan harapan, yaitu ketika sesorang memeliki harapan terlalu tinggi, namun
mengalami hambatan atau kegagalan dalam mewujudkannya.
 Mendapat terapi sadistic misalnya kekerasan dalam tumah tangga yang berlangsung
lama, atau praktik penyiksaan lainnya
 Situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaan
 Isolasi sosial misalnya fenomena pasung
 Situasi yang menigkatkan kecemburuan
 Situasi yang memungkinkan menurunnya harga diri (haraga diri rendah)
 Situasi yang menyebabkan sesorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain,
misalnya kurang cantik, kurang tinggi da kurang kurus
 Situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi
terhada sesuatu misalnya obsesi pada agam, obsesi apada ritual budaya, dsb
4. Pertanyaan :
Bagaimana prinsip kerja dari terapi aktivitas kelompok ?
Jawaban :
TUJUAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)
Depkes RI mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
a) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman
dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
b) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul,
berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan
terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain.
c) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan
prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak
karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi
kognitif dan afektif.
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri
tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.

26
b) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh
seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada
waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan
dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
c) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari,
terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi yang
memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.
PROSEDUR KERJA TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
 Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada terapi
individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman dalam
psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian otoritasnya
dan menyerahkan kepada kelompok.
 Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang
tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuik membuka diri dan tidak
menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari
suatu terapi aktifitas kelompok yang baru merupakan saat yang kritis karena
prosedurnya merupakan sesuatu yang belum pernah dialami oleh anggota kelompok
dan mereka dihadapkan dengan orang lain.
 Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-terapis dan
kemudian mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir, bila ada
anggota yang tidak mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis kemudian
menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah
yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat ditentukan oleh
terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa saja,
bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat moderat dan
menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan sebagai perintah.
 Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara. Bloking
yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh karenanya
terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada indikasi bahwa
ada beberapa klien masih perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga terapis
merangsang anggota yang banyak bicara agar mengajak temannya yang kurang
banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu mengatasi kemacetan.
 Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan
dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan
penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan yang
datang dari anggota diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan di tanggapi dengan
sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru, penasehat atau bukan pula wasit. Terapis

27
lebih banyak pasif atau katalisator. Terapis hendaknya menyadari bahwa tidak
menghadapi individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi kelompok yang terdiri
dari individu-individu.
 Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat pembicaraan
yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin dilakukan.
Dilanjutkan kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk pertemuan
berikutnya. (Kelliat, 2005)
Tahapan dalam TAK
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang.
Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase prakelompok; fase awal
kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam
Cyber Nurse, 2009).
a. Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria
anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono
(1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang idealdengan cara
verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10.
Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya
diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat
(Yosep, 2007).
b. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru.
Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu
orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia
(2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming.
1) Tahap Orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader
menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
2) Tahap Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu
memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu
kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang
tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).
3) Tahap Kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim
satu sama lain (Keliat, 2004).
c. Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis
(Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas

28
dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep,
2007).
d. Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok
akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat
bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004).

5. Pertanyaan :
Bagaimana prosedur kerja pada terapi perilaku untuk pasien waham kebesaran ?
Jawaban :
Prosedur Kerja Terapi Perilaku
Terapi perilaku menggunakan teknik yang beragam. Teknik yang dipilih adalah teknik yang
memiliki tingkat keberhasilan paling tinggi, tergantung pada kondisi setiap pasien. Apabila
teknik yang utama tidak berhasil, terapis dapat mengubah teknik yang digunakan.
Beberapa teknik yang sering digunakan adalah:
a) Pengembangan mekanisme pertahanan
b) Bermain peran (role play)
c) Metode relaksasi, mis. latihan pernapasan
d) Penguatan positif (positive reinforcement)
e) Penulisan jurnal
f) Pelatihan kemampuan social
g) Modifikasi respon
h) Terapi realitas visual
i) Perjanjian kontrak (contingency contracting)
j) Pemberian denda (response costs)
k) Token ekonomi
l) Terapi biofeedback
m) Pemberian tugas secara bertahap (shaping and grading task assignments)
n) Pelatihan perilaku terbalik (habit reversal training)
Sebagai hasil, pasien diharapkan bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dan dapat
mengendalikan reaksi akan hidup mereka dan perubahan dalam hidup mereka. Pasien
juga akan memiliki:
a) Kemampuan sosial yang lebih baik
b) Ekspresi emosional yang lebih baik
c) Penanganan rasa sakit yang lebih baik
d) Berkurangnya kecelakaan atau perilaku yang membahayakan diri sendiri
e) Penyesuaian dan respon yang lebih baik terhadap situasi yang asing
f) Luapan emosi yang lebih jarang
Terapi ini juga dapat membantu pasien agar mereka dapat menyadari kapan mereka
membutuhkan bantuan medis serta mencari pertolongan bila perlu. Namun, tujuan yang
paling penting dan utama adalah mencegah pasien melakukan tindakan yang
membahayakan diri sendiri.
Agar dapat berhasil, terapi ini harus terus dilakukan sampai mendapatkan hasil yang
diinginkan. Namun, terapi kemungkinan harus sering dilakukan, sehingga biayanya akan
terus bertambah. Waktu yang dibutuhkan untuk keseluruhan terapi dapat beragam,
tergantung pada kebutuhan pasien. Beberapa pasien hanya membutuhkan terapi untuk

29
waktu yang singkat, sedangkan ada juga pasien yang membutuhkan terapi untuk waktu
yang lama. Terapi ini biasanya digabungkan dengan pemberian obat-obatan yang harus
dikonsumsi sesuai dengan resep dokter untuk mencegah efek samping. Biasanya,
semakin baik respon pasien terhadap terapi, maka semakin berkurang juga kemungkinan
ia akan membutuhkan obat-obatan. Oleh karena itu, terapis perilaku dapat mengurangi
dosis obat secara bertahap atau secara perlahan mengurangi peran obat-obatan dalam
proses pengobatan keseluruhan.

6. Pertanyaan :
Sebagai perawat bagaimana cara menangani/pendekatan pasien yang waham kebesaran?
Jawaban :
Pendekatan waham pasien :
SP 1 P : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi.
SP 2 P : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekannya
SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
Pelaksanaa komunikasi pada keliarga pasien waham
SP 1 KP : Membina hubungan yang saling percaya denga keluarga; mengidentifikasi
masalah; menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien
SP 2 KP : Melatih keluarga cara merawat pasien
SP 3 KP : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

7. Pertanyaan :
Selain terapi yang disebutkan pada kasus tersebut, apakah ada terapi lain untuk mengatasi
kasus waham kebesaran ?
Jawaban :
Terapi
a) Perawatan dirumah sakit
 Deperlukan pemeriksaan medis dan neurologis yang yang lengkap pada diri pasien
untuk menentukan apakah terdapat kondisi medis nonpsikiatrik yang menyebabkan
gangguan delusional
 Pasien perlu diperiksa tentang kemampuannya mengendalikan impuls kekerasan,
seperti bunuh diri dan membunuh, hal tersebut mungkin berhubungan dengan
material waham
 Perilaku pasien tentang waham mungkin secara bermakna teaah mempengaruhi
kemampuannya untuk berfungsi di dalam keluarga atau pekerjaannya, dengan
demikina memerlukan intervensi professional untuk menstabilkan hubungan social
atau pekerjaan
 Jika dokter yakin bahwa pasien akan paling baik jika diobati di RS, harus
diusahakan untuk membujuk pasien supaya menerima perawatan di RS, jika hal
tersebut gagal komitmen hokum mungkin diindikasikan

30
b) Farmakoterapi
 Pada keadaan gawat darurat, seorang pasien yang teragitasi parah harus diberikan
suatu obat antipsikotik secara intramuskuler yang merupakan obat terpilih untuk
gangguan delusional
 Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman yang terbaik dalam
memilih suatu obat
 Jika pasien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam percobaan
enam minggu, antipsikotik dari kelas lain harus dicoba
 Penyebab kegagalan obat yang tersering adalah ketidakpatuhan dan kemungkinan
tersebut harus diperhitungkan
 Jika pasien tidak mendapat manfaat dari medikasi antipsikotik, obat harus
dihentikan
 Pada pasien yang berespon terhadap antipsikotik, beberapa data menyatakan
bahwa dosis pemeliharaan adalah rendah
c) Psikoterapi
 Elemen penting dalam psikoterapi yang efektif adalah menegakkan suatu
hubungan dimana pasien mulai mempercayai ahli terapi
 Terapi individual tampaknya lebih efektif dari pada terapi kelompok
 Terapi suportif berorientasi-tilikan, kognitif dan perilaku seringkali efektif
 Pada awalnya, ahli terapi tidak boleh setuju atau menantang waham pasien
 Walaupun ahli terapi harus menanyakan tentang waham untuk menegakkan
luasnya,pertanyaan terus-menerus tentang waham kemungkinan harus dihindari
 Dokter dapat menstimuli motivasi untuk mendapatkan bantuan dengan
menekankan kemauan untuk membantu pasien mengatasi kecemasan atau
iritabilitasnya
 Ahli terapi tidak boleh secara aktif mendukung bahwa waham merupakan
kenyataan
 Ahli terapi tidak boleh membuat tanda-tanda yang meremehkan tentang waham
atau gagasan pasien tetapi dapat secara simpatik menyatakan pada pasien bahwa
keasyikan mereka dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan
mengganggu kehidupan yang konstruktif
 Kejujuran ahli terapi yang kokoh adalah penting
 Ahli terapi harus tepat waktunya dan membuat perjanjian seteratur mungkin, tujuan
yang akan dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling mempercayai
dengan pasien
d) Terapi keluarga
 Jika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan mereka di
dalam rencana pengobatan
 Keluarga akan mendapatkan manfaat dengan embantu ahli terapi dan dengan
demikian membantu pasien

8. Pertanyaan :
Terapi obat apa saja yang diberikan pada pasien tersebut ?

31
Jawaban :
Dengan memberikan obat-obat anti psikotik, seperti :
- Haloperidol
- Chlorpromazine
- Sulpiride
- Trifluoperazine
- Aripiprazole
- Clozapine
- Olanzapine
- Quentapine
- Risperidone,dll.

9. Pertanyaan :
Manifestasi apa saja yang terjadi pada pasein dengan waham kebesaran ?
Jawaban :
Tanda dan gejala dilihat dari waham :
a) Waham agama yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan da
diucapkanberulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
b) Waham kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau
kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
c) Waham somatic : klien yakin bahwa tubuhnya terganggu, terserang penyakit atau
didalam tubuhnya terdapat binatang dan diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
d) Waham curiga : klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang
mengancam dirinya dan berusaha merugikan atau mencederai dirinya dan diucapkan
berulang kali, tetapi tiak sesuai dengan kenyataan.
e) Waham nihilistic : klien yakin bawhwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau sudah
meninggal dunia dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

10. Pertanyaan :
Apa masalah keperawatan utama yang harus ditegakan dalam kasus tersebut ?
Jawaban :
Resiko mencederai orang lain/lingkungan

11. Pertanyaan :
Apa saja strategi yang dapat dilakukan dalam merawat pasien waham ?
Jawaban :
STRATEGI MERAWAT PASIEN WAHAM
1) Tempatkan waham dalam kerangka waktu dan identifikasi pemicu
2) Kaji intensitas, frekuensi,dan lamanya waham
3) Identifikasi komponen emosional waham
4) Amati adanya bukti pemikiran konkret
5) Amati pembicaraan yang menunjukkan gejala gangguan pemikiran
6) Amati kemampuan pasien untuk menggunakan pertimbangan sebab akibat secara
akurat
7) Bedakan antara gambaran pengalaman dan kenyataan yang terjadi dan arti kenyataan
tersebut

32
8) Secara cermat tanyakan pada pasien tentang kenyataan yang terjadi dan arti
kenyataan tersebut
9) Diskusikan tentang waham dan konsekuensinya
10) Tingakatkan distraksi sebagai cara untuk menghentikan focus pada waham
12. Pertanyaan :
Apa saja jenis-jenis waham?
Jawaban :
Macam-macam waham diantaranya :
a) Waham Erotomanik
 Pasien merasa dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya seseorang
yang terkenal seperti bintang film atau atasan ditempat kerja
 Usaha untuk menghubungi objek waham melalui kunjungan, telepon, surat,
hadiah
 Beberapa orang denga gangguan ini, khususnya laki-laki, melakukan konflik
dengan hokum dalam usaha mereka mengejar objek didalam waham
mereka atau dalam usaha yang salah jalan untuk membebaskan diri
mereka dari suatu bahaya yang dikhayalkan. Sebagai contoh: seorang laki-
laki dengan gangguan waham mungkin berusaha membunuh suami dari
seorang wanita yang dianggapnya jatuh cinta kepada dirinya
 Orang yang terkena seringkali ditemukan hidup terisolasi dan menarik diri
 Mereka biasanya hidup sendirian dan mempunyai kontak seksual yang
terbatas
b) Waham Kebesaran
 Disebut juga sebagai Megalomania
 Bentuk yang paling umum adalah keyakinan bahwa seseorang memiliki
bakat atau wawasan yang luar biasa
 Merupakan waham peningkatan kemampuan, kekuatan, pengetahuan,
identitas atau hubungan khusus dengan dewa atau orang terkenal
c) Waham Cemburu
 Waham bahwa pasangan seksual pasien tidak jujur
 Mempermasalahkan kesetiaan pasangan
 Laki-laki lebih sering terkena disbandingkan wanita
 Onset sering kali mendadak dan gejala menghilang hanya setelah
perpisahan atau kematian pasangan
 Waham cemburu dapat menyebaban penyiksaan verbal dan fisik yang
bermakna terhadap pasangan dan bahkan dapat menyebabkan
pembunuhan pasangan
 Hampir selalu orang dengan waham berkelahi dengan pasangan atau
kekasihnya dan mungkin mengambil langkah yang tidak biasanya untuk
menghadapi ketidaksetiaan yang dikhayalkannya

33
 Usaha tersebut dapat berupa membatasi otonomi dengan memaksa
pasangan atau kekasihnya untuk tidak pernah meninggalkan rumah tanpa
ditemani, secara rahasia mengikuti pasangan atau kekasihnya
d) Waham Kejar
 Waham kejar mungkin sederhana atau terperinci dan biasanya berupa
tema tunggal atau sejumlah tema yang berhubungan, seperti : disekongkoli,
dicurigai, dimata-matai, diikuti, diracuni atau diberi obat, difitnah secara
kejam, diusik atau dihalang-halangi dalam mengejar tujuan jangka panjang
 Hinaan kecil dapat diperbesar dan menjadi pusat system waham
 Orang dengan waham kejar serinng kali membenci dan marah dan mereka
mungkin melakukan kekerasan terhadap orang lain yang diyakininya akan
menyerang dirinya
e) Waham Somatik
 Juga dikenal sebagai psikosi Hipokondriakal Monosimpaatomatik
 Waham yang paling sering diderita adalah infeksi (sebagai contohnya:
bakteri, virus, parasit)
 Waham tentang bau badan yang berasal dari kulit, mulut atay vagina dan
waham bahwa bagian tubuh tertentu seperti usus besar tidak berfungsi

13. Pertanyaan :
Bagaimana cara melepas diri dari waham ?
Jawaban :
Keyakinan atau kepercayaan yang keliru tersebut (waham) harus dipraktekan
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempraktekannya maka kita akan dapat
merasakan letak kekeliruannya. Waham yang dipelihara di dalam pikiran (tanpa
praktek) maka akan membentuk waham permanen dan akan sulit untuk
dipraktekan. Bahkan dokter psikiater maupun psikolog tidak berusaha mecari tahu
waham apa yang terjadi di alam pikiran pasiennya, mereka hanya member obat da
terapi tanpa berusaha mencari duduk persoalannyayang mungkin telah terjadi
sejak puluhan tahun lalu.
14. Pertanyaan :
Fase-fase terjadinya waham ?
Jawaban :
Proses terjadinya waham
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien

34
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga
klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting
dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi
dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien
tidak merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving

35
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

36
3.2.4 Step 4
Mind mapping

WAHAM
WAHAM KEBESARAN
KEBESARAN

DEFINISI
DEFINISI WAHAM
WAHAM adalah
adalah suatu
suatu kenyakinanklien
kenyakinanklien yang
yang tidak
tidak
sesuai
sesuai dengan
dengan kenyataan,tetapi
kenyataan,tetapi dipertahankan
dipertahankan dandan
tidak
tidak dapat
dapat diubah
diubah secara
secara logis
logis oleh
oleh orang
orang lain.
lain.
(( Depkes
Depkes RI,
RI, 2000).
2000).

ETIOLOGI
ETIOLOGI Gangguan
Gangguan fungsi
fungsi kognitip
kognitip dan
dan persepsi
persepsi
Gangguan
Gangguan emosi,motorik,
emosi,motorik, adan
adan sosial
sosial
Gangguan
Gangguan realitas
realitas
Gejala
Gejala primer
primer skizofrenia
skizofrenia
Gejala sekunder
Gejala sekunder

TANDA
TANDA DAN
DAN Terbiasa
Terbiasa menolak
menolak makan
makan
GELAJA
GELAJA Ekspresi
Ekspresi wajah
wajah sedih
sedih dan
dan ketakutan
ketakutan
Gerakan
Gerakan tidak
tidak terkontrol
terkontrol
Mudah
Mudah tersinggung
tersinggung
Birbicara
Birbicara kasar
kasar
Menghindar
Menghindar dari
dari orang
orang lain
lain
Mendominasi pembicaraan
Mendominasi pembicaraan

MANIFESTASI
MANIFESTASI Melakukan
Melakukan percobaan
percobaan bunuh
bunuh diri
diri
KLINIS
KLINIS Tidak
Tidak biasa
biasa diam
diam
Tidak
Tidak ada
ada perhatian
perhatian pada
pada kebersihan
kebersihan diri
diri
Ada gangguan eliminasi
Ada gangguan eliminasi
Rasa
Rasa cemas
cemas dan
dan takut
takut

KLASIFIKASI
KLASIFIKASI JENIS
JENIS WAHAM
WAHAM
Waham
Waham kebesaran
kebesaran
Waham
Waham agama
agama
Waham
Waham curiga
curiga
Waham
Waham somatic
somatic
Waham
Waham nihlistik
nihlistik

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN Pemeriksaan
Pemeriksaan susunan
susunan sarap
sarap pusat
pusat
PENUNJANG
PENUNJANG

PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN Farmakoterapi
Farmakoterapi
ECT
ECT dan
dan terapi
terapi lainnya:
lainnya:
Terapi
Terapi psikomotor
psikomotor
Terapi
Terapi rekreasi
rekreasi
Terapi
Terapi somatic
somatic
Terapi
Terapi seni
seni
Terapi
Terapi tingkah
tingkah laku
laku
37 Terapi
Terapi keluarga
keluarga
Terapi
Terapi spiritual
spiritual
Rehabilitasi
Rehabilitasi

3.2.5 Step 5
Menganalisis Masalah
Menurut kelompok kami, Seorang pasien laki-laki usia 40 tahun saat ini dirawat
dirumah sakit jiwa dengan diagnosis waham kebesaran. Waham kebesaran merupakan
suatu keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya meyakini bahwa dia adalah raja sedunia, dia
adalah penguasa alam semesta dan sebagainya.
Berdasarkan pengkajian kepada klien oleh perawat, klien mengaku seorang
presiden RI pertama dan saat ini sedang tinggal di istana negara. Klien juga mengaku
menjadi pemimpin negara dan sering berkunjung keluar negeri. Itu merupakan gejala
klien yang mengalami waham kebesaran.
Hasil pemeriksaan fisik klien tampak kotor, bau dan lusuh. Klien tampak mudah
tersinggung dan sering berkata kasar jika kemauannya tidak segera dituruti.
Pemeriksaan TTV dalam keadaan normal.
Kurangnya perawatan diri pada klien gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan
menurun, kurang perawatan diri ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toilting yang menyebabkan klien gangguan
jiwa tampak kotor, bau dan lusuh serta tidak dapat mengontrol emosinya.
Saat ini klien mendapat terapi obat, terapi perilaku dan terapi aktivitas kelompok.
Menurut keluarga, sebelum sakit klien pernah menjadi seorang direktur perusahaan
yang sukses namun jatuh bangkrut karena krisis ekonomi. Klien mengalami depresi
berat setelah perusahannya bangkrut dan di tinggal oleh istri serat kedua anaknya.
Dengan melakukan sejumlah terapi yang klien lakukan paling tidak akan membantu
memperbaiki tingkah laku klien agar kembali normal dan peran perawat dalam
membantu mangatasi depresi yang klien alami dengan menyarankan klien untuk
berbicara dengan sudara atau teman dekat yang bisa dipercaya, melakukan kegiatan
sosial meskipun rasanya sangat malas atau tidak ingin biasanya penderita depresi
inginnya mengurung diri dikamar dan Ketemu dengan depression support group
(kelompok sesame penderita depresi yang saling mendukung atau bertukar
peengalaman dalam mengatasi depresi).
3.2.6 Step 6
Materi tambahan
Terapi-terapi untuk pasien waham kebesaran
a) Perwatan dirumah sakit

38
 Deperlukan pemeriksaan medis dan neurologis yang yang lengkap pada diri
pasien untuk menentukan apakah terdapat kondisi medis nonpsikiatrik yang
menyebabkan gangguan delusional
 Pasien perlu diperiksa tentang kemampuannya mengendalikan impuls
kekerasan, seperti bunuh diri dan membunuh, hal tersebut mungkin
berhubungan dengan material waham
 Perilaku pasien tentang waham mungkin secara bermakna teaah mempengaruhi
kemampuannya untuk berfungsi di dalam keluarga atau pekerjaannya, dengan
demikina memerlukan intervensi professional untuk menstabilkan hubungan
social atau pekerjaan
 Jika dokter yakin bahwa pasien akan paling baik jika diobati di RS, harus
diusahakan untuk membujuk pasien supaya menerima perawatan di RS, jika hal
tersebut gagal komitmen hokum mungkin diindikasikan
b) Farmakoterapi
 Pada keadaan gawat darurat, seorang pasien yang teragitasi parah harus
diberikan suatu obat antipsikotik secara intramuskuler yang merupakan obat
terpilih untuk gangguan delusional
 Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman yang terbaik dalam
memilih suatu obat
 Jika pasien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam
percobaan enam minggu, antipsikotik dari kelas lain harus dicoba
 Penyebab kegagalan obat yang tersering adalah ketidakpatuhan dan
kemungkinan tersebut harus diperhitungkan
 Jika pasien tidak mendapat manfaat dari medikasi antipsikotik, obat harus
dihentikan
 Pada pasien yang berespon terhadap antipsikotik, beberapa data menyatakan
bahwa dosis pemeliharaan adalah rendah

c) Psikoterapi
 Elemen penting dalam psikoterapi yang efektif adalah menegakkan suatu
hubungan dimana pasien mulai mempercayai ahli terapi
 Terapi individual tampaknya lebih efektif dari pada terapi kelompok
 Terapi suportif berorientasi-tilikan, kognitif dan perilaku seringkali efektif
 Pada awalnya, ahli terapi tidak boleh setuju atau menantang waham pasien
 Walaupun ahli terapi harus menanyakan tentang waham untuk menegakkan
luasnya,pertanyaan terus-menerus tentang waham kemungkinan harus dihindari

39
 Dokter dapat menstimuli motivasi untuk mendapatkan bantuan dengan
menekankan kemauan untuk membantu pasien mengatasi kecemasan atau
iritabilitasnya
 Ahli terapi tidak boleh secara aktif mendukung bahwa waham merupakan
kenyataan
 Ahli terapi tidak boleh membuat tanda-tanda yang meremehkan tentang waham
atau gagasan pasien tetapi dapat secara simpatik menyatakan pada pasien
bahwa keasyikan mereka dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka
sendiri dan mengganggu kehidupan yang konstruktif
 Kejujuran ahli terapi yang kokoh adalah penting
 Ahli terapi harus tepat waktunya dan membuat perjanjian seteratur mungkin,
tujuan yang akan dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling
mempercayai dengan pasien
d) Terapi keluarga
 Jika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan mereka
di dalam rencana pengobatan
 Keluarga akan mendapatkan manfaat dengan embantu ahli terapi dan dengan
demikian membantu pasien
Penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :
1. Psikofarmakologi
 Litium karbonat; adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium masih
efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar. Gejala
hilang dalam jangka waktu 1-3minggu setelah minum obat litium juga
digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien
bipolar dengan riwayat mania.
 Haloperidol; merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari
turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-
anak yang sering membangkang dan eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk
pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas
motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti: implusive, sulit
memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan
frustasi.
 Karbamazepin; karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang,
psikomotor serta neuralgia trigeminal. Karbamezapin secara kimiawi tidak

40
berhubungan dengan obat antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang
digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.
2. Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk
pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk
pasien awam.
 Antipsikosis atipikal (olanzapin,risperidone). Pilihan awal risperidone tablet
1mg,2mg,3mg atau clozapine tablet 25mg,100mg. keuntungan
 Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg. efektif untuk
menghilangkan gejala positif.
3. Penarikan diri high potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan
dengan orang lain dan cenderung asyik dengan duanianya sendiri (khayalan dan
pikiran sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah
penarikan diri high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaan ditekankan pada
gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan
kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan
berikutnya, penarikan dari lingkungan sosial.
4. ECT tipe katatonik
Electro convulsive terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik
melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan
perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental
tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang
parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.
5. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan peting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi
juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika
gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi
dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku,terapi kelompok,
terapi keluarga dan terapi supportif.

3.3 Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa


Ruang Rawat : Tidak ada data
Tanggal dirawat : Tidak ada data
I. IDENTITAS KLIEN
Nama/Inisial : Tidak ada data
Umur : 30 Tahun

41
Jenis Kelamin : P
No. CM : Tidak ada data
Tanggal Pengkajian : Tidak ada data
II. ALASAN MASUK
Halusinasi penglihatan
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu ?
- Ya - Tidak √
2. Pengobatan sebelumnya
- Berhasil - Kurang berhasil - Tidak berhasil

3. Trauma Usia Pelaku Korban


- Aniaya fisik ……… ………. ……….
- Aniaya seksual ……… ………. ……….
Penolakan ……… ………. ……….
- Kekerasan dalam keluarga - ………. √
- Tindakan Kriminal ……… ………. ……….
Jelaskan : Klien sering mendapatkan perlakuan kasar dari suami terdahulunya.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:
- Ada - Tidak
Kalau ada :
Hubungan klg : Tidak ada data
Riwayat pengobatan /perawatan : Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Klien pernah menikah tiga kali namun selalu berakhir dengan perceraian. Klien
sering mendapat perlakuan kasar dari suami terdahulunya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda Vital : Dalam keadaan normal
2. Ukuran : BB : Tidak ada data, TB : Tidak ada data
3. Keluhan fisik : Tidak ada data
Masalah Keperawatan : Tidak ada data

V. PSIKOSOSIAL

42
1. Genogram
Jelaskan : Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Tidak ada data
b. Identitas diri
Menikah tiga kali namun selalu berakhir dengan perceraian
c. Fungsi peran
Klien tampak pemalu dan sering menyendiri dan tidak mau bergaul dengan pasien
yang lain
d. Ideal diri
Tidak ada data
e. Harga diri
Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/orang terdekat
Orang terdekat yaitu keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyakat
Tidak ada data
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien tampak pemalu dan sering menyendiri dan tidak mau bergaul dengan pasien
yang lain
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Tidak ada data
b. Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan
Tidak ada data
c. Kepuasaan dalam menjalankan keyakinan
Tidak ada data

43
VI.STATUS MENTAL
1. Penampilan
- Tidak rapi √
- Penggunaan pakaian tidak sesuai
- Cara berpakaian tidak seperti biasa
Jelaskan : Penampilan klien tampak kotor, bau, dan lusuh
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
- Cepat - Inkoheren
- Keras - Lambat
- Gagap - Membisu
Jelaskan: Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data
3. Aktivitas motorik
- Lesu - Gelisah
- Tik - Tremor
- Tegang - Agitasi
- Grimasem - Kompulsif
Jelaskan : Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data
4. Alam perasaan
- Sedih - Putus asa
- Ketakutan √ - Gembira berlebihan
- Khawatir
Jelaskan : Klien mengaku sering melihat sesosok perempuan berambut panjang
yang terus mengajaknya pergi jauh.
5. Afek
- Datar - Labil
- Tumpul - Tidak sesuai
Jelaskan : Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data
6. Interaksi selama wawancara
- Bermusuhan - Kontak mata (-) √

44
- Tidak kooperatif - Defensif
- Mudah tersinggung - Curiga
Jelaskan :
Klien tampak pemalu dan sering menyendiri dan tidak mau bergaul dengan pasien
yang lain
Masalah keperawatan : Menarik diri
7. Persepsi
Halusinasi
- Pendengaran - Penghidu
- Pengecapan - Perabaan
- Penglihatan √
Jelaskan :
Klien mengaku sering melihat sesosok perempuan berambut panjang yang terus
mengajaknya pergi jauh.
Masalah keperawatan :
Gangguan persepsi sensori (Halusinasi Penglihatan)
8. Proses pikir
- Sirkumtansial - Tangensial
- Flight of ideas - Blocking
- Pengulangan pembicaraan - Kehilangan asosiasi
Jelaskan : Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data
9. Isi pikir
- Obsesi √ - Ide yang terkait
- Depersonalisasi - Hipokondria
- Fobia - Pikiran magis
Jelaskan :
Klien saat ini masih mengeluh kondisi yang sama dan belum bisa mengontrol
halusinasinya
Masalah keperawatan :
Gangguan persepsi sensori (Halusinasi Penglihatan)
10. Tingkat kesadaran
- Bingung

45
- Sedasi
- Stupor
Jelaskan : Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data
11. Memori
- Gangguan daya ingat jangka panjang
- Gangguan daya ingat jangka pendek
- Gangguan daya ingat saat ini
- Konfabulasi
Jelaskan : Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
- Mudah beralih
- Tidak mampu berkonsentrasi
- Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data
13. Kemampuan penilain
- Gangguan ringan
- Gangguan bermakna
Jelaskan : Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data
14. Daya tilik diri
- Mengingkari penyakit yang diderita
- Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan : Tidak ada data
Masalah keperawatan : Tidak ada data

VII.KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
- Bantuan minimal
- Bantuan total
2. BAB/BAK

46
- Bantuan minimal
- Bantuan total
3. Mandi
- Bantuan minimal
- Bantuan total √
4. Berpakaian/berhias
- Bantuan minimal √
- Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : Tidak ada data
Tidur malam, lama : Tidak ada data
Aktivitas sebelum/sesudah tidur : Tidak ada data
6. Penggunaan obat
- Bantuan minimal
- Bantuan total √
7. Pemeliharaan kesehatan Ya Tidak
Perawatan lanjutan Tidak ada data Tidak ada data
System pendukung Tidak ada data Tidak ada data
8. Aktifitas di dalam rumah Ya Tidak
Mempersiapkan makanan Tidak ada data Tidak ada data
Menjaga kerapihan rumah Tidak ada data Tidak ada data
Mencuci pakaian Tidak ada data Tidak ada data
Mengatur keuangan Tidak ada data Tidak ada data
9. Aktifitas di luar rumah Ya Tidak
Belanja Tidak ada data Tidak ada data
Transportasi Tidak ada data Tidak ada data

Lain-lain Tidak ada data Tidak ada data


Jelaskan: Tidak ada data
Masalah Keperawatan : Tidak ada data

VIII. POLA DAN MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
- Bicara dengan orang lain - Minum alkohol
- Mampu menyelesaikan masalah - Reaksi lambat/berlebih
- Aktifitas konstruktif - Menghindar √

47
- Olahraga - mencederai diri
- Lainnya
Jelaskan :
Klien tampak pemalu dan sering menyendiri dan tidak mau bergaul dengan pasien
yang lain
Masalah Keperawatan :
Menarik diri

IX.ASPEK MEDIK
Diagnose Medik : Halusinasi penglihatan
Terapi Medis : Terapi obat-obatan, terapi aktivitas kelompok, terapi prilaku

X. ANALISA DATA
DATA MASALAH
XI. 1. Subyektif : Gangguan persepsi sensori
− Klien mengaku sering meihat sesosok (Halusinasi Penglihatan)
perempuan berambut panjang yang terus
mengajaknya pergi jauh.
− Klien mengeluh belum bisa mengontrol
halusinasinya.
Obyektif :
− Diagnosa medis halusinasi penglihatan
− Apa yang di lihat oleh klien tidak dilihat oleh
oleh orang lain.

2. Subyektif :
− Menurut keluarga, sebelum sakit klien Menarik diri
pernah menikah tiga kali namun selalu
berakhir dengan perceraian.
− Keluarga mengatakan bahwa klien sering
mendapatkan perlakuan kasar dari suami
terdahulunya.
Obyektif :
− Klien tampak pemalu dan sering menyendiri
tidak mau bergaul dengan pasien yang lain.

3. Subyektif :
Objektif :
− Klien tampak kotor, bau, dan lusuh. Defisit perawatan diri
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

48
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan
2. Menarik diri
3. Defisit perawatan diri

49
3.4 Rencana Tindakan Keperawatan Kesehatan Jiwa Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit
Jiwa
Inisial klien : Tidak ada data
Ruangan : Tidak ada data
No. RM : Tidak ada data

Dx PERENCANAAN
No.
Keperawatan TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1. Gangguan Tujuan
Persepsi Umum :
Sensori : Klien
Halusinasi dapat
Penglihatan mengontr
ol
halusinas
i

50
Sp1p : Klien Setelah 1 x interaksi klien 1. Bina hubungan Membina
dapat membina menunjukkan tanda-tanda saling percaya hubungan
hubungan saling percaya kepada perawat : dengan saling percaya
percaya. 1. ekspresi wajah menggunakan
bersahabat prinsip
2. Menunjukan Rasa komunikasi
senang teraupetik.
3. Ada kontak mata - Sapa klien
4. Mau berjabat tangan
dengan ramah
5. Mau menyebutkan
baik verbal
nama
6. Mau menjawab salam maupun non
7. Mau duduk verbal
berdampingan dengan - Perkenalkan diri
perawat bersedia dengan sopan
mengungkapkan - Tanyakan nama
masalah yang dihadapi lengkap dan
nama yang
disukai klien.
- Jelaskan tujuan
pertemuan
- Jujur dan
menepati janji
- Tunjukkan rasa
empati dan
menerima klien
dengan apa
adanya.
- Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan
dasar pasien
- Tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang dihadapi
klien
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ekspresi
perasaan klien.

51
Sp2p : Setelah 2x klien menyatakan Klien
Klien dapat interaksi klien perasaan dan mengenal
mengenal menyatakan perasaan responnya saat halusinasi
halusinasinya dan responnya mengalami yang
saat mengalami halusinasi: dialaminya
halusinasi: 1. Marah
1. marah 2. Takut
2. takut 3. Sedih
3. sedih 4. Senang
4. senang 5. Cemas
5. cemas 6. Jengkel
6. jengkel

52
Sp3p : 1. Setelah 3x 1. Adakan kontak Klien dapat
Klien interaksi klien sering dan mengontrol
dapat menyebut kan singkat secara halusinansi
mengontrol tindakan yang bertahap yang
halusinasi. biasanya dilakukan 2. Observasi tingkah dialaminya
untuk mengenda laku klien terkait
likan dengan
halusinasi halusinasinya.
nya. (dengar/lihat/taba
2. Setelah 3x interaksi /kecap), jika
klien menyebut kan menemukan klien
cara baru dengan
mengontrol halusinasi :
halusinasi a. Tanyakan
3. Setelah 3x interaksi apakah klien
klien dapat memilih mengalami
dan memperagakan sesuatu
cara mengatasi (halusinasi
halusinasi dengar/lihat/ta
(dengar/penghidu/ra ba/kecap)
b. Jika klien
ba/kecap)
menjawab iya,
4. Setelah 3x interaksi
tanyakan apa
klien melaksanakan
yang sedang
cara yang telah
dialaminya
dipilih untuk
c. Katakan
mengendalikan
bahwa
halusinasinya
perawat
5. Setelah 3x
percaya klien
pertemuan klien
mengalami
mengikuti terapi
hal tersebut,
aktivitas kelompok
namun
perawat
sendiri tidak
mengalaminy
a (dengan
nada
bersahabat
tanpa
menuduh atau
menghakiminy
a)
d. Katakan
bahwa ada
klien lain yang
mengalami
hal yang
sama

53
Sp4p : 1. Setelah 4x pertemuan 1) Isi, waktu, Perhatian
Klien mendapat keluarga, keluarga frekuensi keluarga dan
dorongan dari menyatakan setuju terjadinya pengertian
keluarga dalam untuk mengikuti halusinasi (pagi, keluarga akan
mengontrol pertemuan dengan siang, sore, dapat
halusinasinya perawat malam atau membantu
2. Setelah 4x interaksi sering, kadang- klien dalam
keluarga menyebutkan kadang) mengendalika
pengertian, tanda dan 2) Situasi dan n wahamnya.
gejala, proses kondisi yang
terjadinya halusinasi menimbulkan
dan tindakan untuk halusinasi
mengendalikan 3) Diskusikan
halusinasi. dengan klien apa
yang dirasakan
jika terjadi
halusinasi dan
beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaanya
4) Diskusikan
dengan klien apa
yang dilakukan
untuk mengatasi
perasaan
tersebut
5) Diskusikan
tentang dampak
yang akan
dialaminya bila
klien menikmati
halusinasinya.

54
Sp5p : 1. Setelah 5x interaksi 1. Identifikasi Klien dapat
Klien klien menyebutkan : bersama klien memnfaatkan
memanfaatkan 1. Manfaat minum cara atau obat dengan
obat dengan obat tindakan yang baik
baik 2. Kerugian tidak dilakukan jika
minum obat terjadi halusinasi
3. Warna, dosis, efek
(tidur, marah,
terapi dan efek
menyibukkan diri
samping obat
dan lain-lain)
2. Setelah 5x interaksi 2. Diskusikan cara
klien yang digunakan
mendemonstrasikan klien
penggunaan obat a. Jika cara yang
dengan benar digunakan
3. Setelah 5x interaksi
adaptif beri
klien menyebutkan
pujian
akibat berhenti minum b. Jika cara yang
obat tanpa konsultasi digunakan
dokter. maladaptif
3. Diskusikan cara
baru untuk
memutus/mengon
trol timbulnya
halusinasi :
a. Katakan pada
diri sendiri
bahwa ini
tidak nyata,
katakan tidak
mau
dengar/meliha
t/penghidu/rab
a pada saat
halusinasi
terjadi.
b. Menemui
orang lain
(perawat/tema
n/ anggota
keluarga
untuk
menceritakan
tentang
halusinasinya
c. Membuat
orang
melaksanakan
jadwal jadwal

55
2. Menarik Diri Tujuan Umum : Setelah 1x interaksi pasien 1.1 Bina hubungan 1.1 Membina
Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda saling percaya hubunga
berinteraksi percaya kepada/terhadap dengan : n saling
dengan orang perawat : a. Beri salam percaya.
lain 1. Wajah cerah, setiap Kontak
Tujuan Khusus : tersenyum berinteraksi yang
1. Pasien 2. Mau berkenalan b. Perkenalkan jujur,
3. Ada kontak mata nama, nama
dapat singkat,
4. Bersedia menceritakan panggilan
membina konsiste
perasaan perawat dan
hubungan 5. Bersedia n dengan
saling tujuan perawat
mengungkapkan
percaya perawat dapat
masalah
berkenalan membant
c. Tanyakan dan
u klien
panggil nama
membina
kesukaan
kembali
pasien
interaksi
d. Tunjukkan
penuh
sikap jujur dan
percaya
menepati janji
dengan
setiap kali
orang
berinteraksi
e. Tanyakan lain.
perasaan
klien dan
masalah yang
dihadapi
pasien
f. Buat kontak
interaksi yang
jelas
g. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ekspresi
perasaan
Setelah 2x interaksi pasien klien
dapat menyebutkan 2.1 Keterliba
2. Pasien minimal satu penyebab 2.1 Tanyakan Pada tan
mampu menarik diri : pasien tentang : orang
menyebutka a. Diri sendiri a. Orang yang terdekat
n penyebab b. Orang lain tinggal dapat
menarik diri c. Lingkungan serumah atau membant
sekamar u
pasien memban
b. Orang yang gun dan
paling dekat atau

56
dengan kembali
pasien membent
dirumah atau uk
ruang sistem
perawatan penduku
c. Apa yang ng dan
membuat menginte
pasien dekat grasikan
dengan orang klien
tersebut kembali
d. Orang yang kedalam
tidak dekat jaringan
dengan sosial
pasien
dirumah atau
diruang
perawatan
e. Apa yang
membuat
pasien tidak
dekat dengan
orang tersebut
f. Upaya yang
sudah
dilakukan
agar dekat
dengan orang
lain
g. Diskusikan
dengan
pasien
penyebab
menarik diri
atau tidak
mau bergaul
dengan orang
Setelah 3x interaksi lain
dengan pasien dapat h. Beri pujian 3.1 Solitude
3. Pasien menyebutkan keuntungan terhadap dan
mampu berhubungan sosial, kemampuan kesepian
menyebutka misalnya : pasien dapat
n a. Banyak teman mengungkapk diterima
keuntungan b. Tidak kesepian an perasaan atau
berhubunga c. Bisa diskusi dengan
d. Saling menolong 3.1 Tanyakan pada
n sosial dan pilihan,
Dan kerugian menarik diri pasien tentang :
kerugian dan
misalnya : a. Manfaat
menarik diri perbeda

57
1. Sendiri hubungan an ini
2. Kesepian sosial membant
3. Tidak bisa diskusi b. Kerugian u klien
menarik diri mengide
c. Diskusikan ntifikasi
bersama apa yang
pasien terjadi
tentang pada
manfaat dirinya
berhubungan sehingga
sosial dan dapat
kerugian diambil
menarik diri langkah
d. Beri pujian
untuk
terhadap
mengata
Setelah 4x interaksi pasien kemampuan
si
dapat melaksanakan pasien
masalah
hubungan social secara mengungkapk
ini.
bertahap dengan : an
a. Perawat perasaannya.
4. Pasien b. Perawat lain 4.1 Kehadiran
c. Pasien lain orang
dapat
d. Kelompok yang dapat
melaksanak
an dipercaya
hubungan memberi
sosial klien rasa
secara terlindungi.
4.1 Observasi prilaku Setelah
bertahap
pasien saat dapat
berhubungan berinteraks
sosial i dengan
4.2 Beri motivasi dan orang lain
bantu pasien dan
untuk berkenalan memberi
atau kesempata
berkomunikasi n klien
dengan : dalam
a. Perawat
mengikuti
b. Pasien lain
c. Kelompok aktivitas
4.3 Libatkan pasien kelompok,
dalam terapi klien
aktivitas merasa
kelompok sosial lebih
4.4 Diskusikan jadwal berguna
harian yang dapat dan rasa
dilakukan untuk percaya
Setelah 5x interaksi pasien

58
dapat menjelaskan meningkatkan diri dapat
perasaanya setelah kemampuan tumbuh
berhubungan social pasien kembali.
dengan : bersosialisasi
1. Orang lain 4.5 Beri motivasi
2. Kelompok pasien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
dengan jadwal
yang telah dibuat
4.6 Beri pujian
5. Pasien 5.1 Ketika
terhadap
mampu klien
kemampuan
menjelaskan merasa
pasien
perasaanya dirinya
memperluas
setelah lebih baik
Setelah 6x pertemuan pergaulannya
berhubunga dan
keluarga dapat melalui aktivitas
n sosial mempuny
menjelaskan tentang : yang
dilaksanakan ai makna,
a. Pengertian menarik diri
b. Tanda dan gejala interaksi
menarik diri 5.1 Diskusikan sosial
c. Penyebab dan akibat dengan pasien dengan
menarik diri tentang orang lain
d. Cara merawat pasien perasaannya dapat
menarik diri setelah ditingkatk
berhubungan an.
sosial dengan :
6. Pasien
a. Orang lain
mendapat b. Kelompok
dukungan 6.1 Dukungan
keluarga 5.2 Beri pujian dari
dalam terhadap keluarga
memperluas kemampuan merupaka
hubungan pasien n bagian
sosial mengungkapkan penting
perasaaanya dari
rehabilitasi
klien.
6.1 Diskusikan
pentingnya peran
serta keluarga
sebagai
pendukung untuk
mengatasi
perilaku menarik
diri.
6.2 Diskusikan

59
potensi keluarga
untuk mengatasi
perilaku menarik
diri
6.3 Jelaskan pada
keluarga tentang :
a. Pengertian
menarik diri
b. Tanda dan
gejala
menarik diri
c. Penyebab
dan akibat
Setelah 7x interaksi pasien menarik diri
menyebutkan : d. Cara merawat
a. Manfaat minum obat pasien
b. Kerugian tidak minum menarik diri
obat e. Latih keluarga
c. Nama, warna, dosis, cara merawat
efek terapi dan efek pasien
samping obat menarik diri
d. Akibat berhenti minum
f. Tanyakan
obat tanpa konsultasi
perasaan
dokter
keluarga
7. Pasien setelah
dapat mencoba cara
memanfaatk yang
an obat dilatihkan 7.1 Membant
dengan baik g. Beri motivasi u dalam
keluarga agar meningk
membantu atkan
pasien untuk perasaan
bersosialisasi kendali
h. Beri pujian dan
kepada keterlibat
keluarga atas an dalam
keterlibatanny perawata
a merawat n
pasien kesehata
dirumah sakit. n klien.

7.1 Diskusikan
dengan pasien
tentang manfaat
dan kerugian
tidak minum obat,

60
nama, warna,
dosis, cara, efek
terapi dan efek
samping
penggunaan obat
7.2 Pantau pasien
saat penggunaan
obat
7.3 Beri pujian jika
pasien
menggunakan
obat dengan
benar
7.4 Diskusikan akibat
berhenti minum
obat tanpa
konsultasi dokter
7.5 Anjurkan pasien
untuk konsultasi
kepada dokter
atau perawat jika
terjadi hal-hal
yang tidak
diinginkan
3. Defisit Tujuan umum : Kriteria evaluasi : 1. Self-care 1. Dengan
perawatan diri :  klien dapat 1. Perawatan diri : Assistance : menyediak
mandi merawat diri aktivitas kehidupan Bathing/hygiene an
berhubungan dengan baik. sehari-hari (ADL) 2. Menyediakan peralatan
dengan TUK : mampu untuk artikel pribadi mandi,
gangguan  klien mau melakukan aktivitas yang diinginkan pasien
kognitif mandi dan perawatan fisik dan (misalnya sabun akan
merawat diri pribadi secara mandiri mandi) berseman
setiap hari. atau dengan alat 3. Menentukan gat atau
bantu. jumlah dan jenis mau
2. Perawatan diri mandi: bantuan yang mandi.
mampu untuk dibutuhkan 2. Tentukan
membersihkan tubuh 4. Menyediakan jumlah
sendiri secara mandiri lingkungan yang Peralatan
dengan atau tanpa alat terapeutik dengan mandi dan
bantu. memastikan bantuan yg
3. Mampu hangat, santai dibutuhkan
mempertahankan pengalaman pasien
mobilitas yang pribadi dan misalnya
diperlukan untuk ke personal. pasien
kamar mandi dan 5. Memberikan lupa cara
menyediakan peralatan bantuan sampai nya gosok
mandi. pasien

61
4. Membersihkan dan sepenuhnya gigi
mengeringkan tubuh. dapat 3. Dengan
5. Mengungkapkan mengasumsikan disediakan
secara verbal perawatan diri nya
kepuasan tentang lingkungan
kebersihan tubuh. seperti itu
akan
membuat
pasien
merasa
nyaman.
4. Agar
pasien
kembali
mengutam
akan
kebersihan
dirinya dan
bantu
pasien
agar
pasien
dapat
mengasum
sikan
bahawa
perawatan
diri itu
penting
untuk
kesehatan.

62
3.5 Implementasi Dan Evaluasi Tindakan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Nama : Tidak ada data
Ruangan : Tidak ada data
No. RM : Tidak ada data

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Gangguan Persepsi Sensori : TUK 1 TUK 1
Halusinasi Penglihatan 1. Membina hubungan saling S:
percaya dengan menggunakan  Px mengaku sering melihat
prinsip komunikasi teraupetik. sesosok perempuan berambut
- Menyapa klien dengan ramah panjang yang terus
baik verbal maupun non mengajaknya pergi
verbal  Px mengatakan apa yang
- Memperkenalkan diri dengan dilihatnya tidak dilihat oleh
sopan orang lain
- Menanyakan nama lengkap O :
dan nama yang disukai klien. 1. Menjawab salam.
- Menjelaskan tujuan 2. Menyebutkan nama
pertemuan 3. Mau mengungkapkan
- Jujur dan menepati janji perasaan
- Menunjukkan rasa empati 4. Menunjukkan rasa senang
dan menerima klien dengan 5. Mau berjabat tangan
apa adanya. 6. Mau duduk berdampingan
- Memberi perhatian dan dengan perawat
perhatikan kebutuhan dasar 7. Wajah merunduk
pasien 8. Px susah berkosentrasi pada
- Menanyakan perasaan klien proses wawancara
dan masalah yang dihadapi A :
klien Px mampu membina hubungan
- Mendengarkan dengan saling percaya dengan perawat,
penuh perhatian ekspresi dibuktikan dengan :
perasaan klien. 9. Menunjukkan rasa senang
10. Mau berjabat tangan
11. Px mau menjawab salam
12. Px mau duduk berdampingan
dengan perawat
13. Px mau
mengutarakan perasaanya.

P:
Lanjutkan TUK 2 :
 Membuat kontrak wawancara
dengan px
 Px mampu mengidentifikasi
kemampuan yang dimiliki.

63
TUK 2 TUK 2
Mengetahui perasaan dan respon S :
klien saat mengalami halusinasi:  Px mengaku sering melihat
1. Marah sesosok perempuan berambut
2. Takut panjang yang terus
3. Sedih mengajaknya pergi
4. Senang  Px mengatakan apa yang
5. Cemas dilihatnya tidak dilihat oleh
6. Jengkel orang lain
 Px saat ini masih mengeluh
kondisi yang sama dan belum
bisa mengontrol
halusinansinya

O:
14. Px mau mengungkapkan
perasaan
15. Px menunjukkan rasa
cemasnya

A:
Perawat mengetahui perasaan dan
respon klien saat mengalami
halusinansinya, dibuktikan dengan:
16. Px mau mengungkapkan
perasaan
17. Px menunjukkan rasa
cemasnya

P:
 Membuat kontrak dengan px
 Lanjutkan ke TUK
3 : Px mampu mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak
terpenuhi.

64
TUK 3 TUK 3
1. Mengadakan kontak sering S:
dan singkat secara bertahap  Px mengaku sering melihat
2. Mengobservasi tingkah laku sesosok perempuan berambut
klien terkait dengan panjang yang terus
halusinasinya. mengajaknya pergi
(dengar/lihat/taba/kecap), jika  Px mengatakan apa yang
menemukan klien dengan dilihatnya tidak dilihat oleh
halusinasi : orang lain
a. Menanyakan apakah klien  Px saat ini masih mengeluh
mengalami sesuatu kondisi yang sama dan belum
(halusinasi bisa mengontrol
dengar/lihat/taba/kecap) halusinansinya
b. Jika klien menjawab iya, O:
tanyakan apa yang sedang 18. Px mau mengungkapkan
dialaminya perasaan
c. Mengatakan bahwa 19. Px menunjukkan rasa
perawat percaya klien cemasnya
mengalami hal tersebut,
namun perawat sendiri A:
tidak mengalaminya Mengobservasi tingkah laku klien
(dengan nada bersahabat terhadap halusinansinya,
tanpa menuduh atau dibuktikan dengan :
menghakiminya) 20. Px mau mengungkapkan
d. Mengatakan bahwa ada perasaan
klien lain yang mengalami 21. Px menunjukkan rasa
hal yang sama cemasnya
e. Mengatakan bahwa
perawat akan membantu P:
klien jika klien sedang  Pertahankan intervensi
tidak berhalusinasi. dan tetap pada TUK 3 :
Klarifikasi tentang adanya mengobservasi tingkah laku
pengalaman halusinasi, klien terhadap halusinansinya
diskusikan dengan klien

65
TUK 4 TUK 4
S:
1) Mengisi, waktu, frekuensi  Px mengatakan bahwa ia
terjadinya halusinasi (pagi, sedang berda di rumah sakit
siang, sore, malam atau sering,  Px saat ini masih mengeluh
kadang-kadang) kondisi yang sama dan belum
2) Mengetahui Situasi dan kondisi bisa mengontrol halusinansinya
yang menimbulkan halusinasi O :
3) Berdiskusi dengan klien apa  Px mudah keluar dari konteks
yang dirasakan jika terjadi pembicaraan, pasien seringkali
halusinasi dan beri berprilaku seperti presiden.
kesempatan untuk  Kosentrasi mudah beralih
mengungkapkan perasaanya selama wawancara
4) Berdiskusi dengan klien apa  Setelah proses wawancara Px
yang dilakukan untuk kembali menyendiri
mengatasi perasaan tersebut A :
5) Berdiskusi tentang dampak Klien belum mampu
yang akan dialaminya bila klien berhubungan dengan realitas,
menikmati halusinasinya. dibuktikan dengan :
 Px mengatakan bahwa ia
sedang berda di rumah sakit

P:
 Pertahankan intervensi dan
tetap pada TUK 4 : klien mampu
berhubungan dengan realitas

66
TUK 5 TUK 5
1. Mengidentifikasi bersama klien S:
cara atau tindakan yang  Menurut keluarga, sebelum sakit
dilakukan jika terjadi halusinasi klien pernah menikah 3 kali
(tidur, marah, menyibukkan diri namun selalu berakhir
dan lain-lain) perceraian
2. Berdiskusi cara yang  Keluarga mengatakan bahwa px
digunakan klien sering mendapat perlakuan
a. Jika cara yang digunakan kasar dari suami terdahulunya.
adaptif beri pujian  Keluarga dapat menyebutkan
b. Jika cara yang digunakan gejala halusinasi yang dialami
maladaptif Px
3. Berdiskusi cara baru untuk
memutus/mengontrol timbulnyaO :
halusinasi :  Keluarga Px dapat
a. Mengatakan pada diri menyebutkan penyebab
sendiri bahwa ini tidak halusinasi
nyata, katakan tidak mau  Keluarga bersedia
dengar/melihat/penghidu/ra melaksanakan bantuan yang
ba pada saat halusinasi diberikan oleh perawat
terjadi. A:
b. Menemui orang lain Keluarga dapat membina
(perawat/teman/ anggota hubungan saling percaya
keluarga) untuk dengan perawat, ditandai
menceritakan tentang dengan :
halusinasinya  Menurut keluarga, sebelum sakit
c. Membuat orang klien pernah menikah 3 kali
melaksanakan jadwal- namun selalu berakhir
jadwal kegiatan sehari-hari perceraian
yang telah disusun
 Keluarga mengatakan bahwa px
d. Meminta
sering mendapat perlakuan
keluarga/teman/perawat
kasar dari suami terdahulunya.
menyapa jika sedang
 Keluarga dapat menyebutkan
berhalusinasi
gejala halusinasi yang dialami
4. Membantu klien memilih cara
Px
yang sudah dianjurkan dan
P:
latih untuk mencobanya.
5. Memberi kesempatan untuk A Pertahankan intervensi dan
melakukan cara yang dipilih tetap pada TUK 5 : Keluarga
dan dilatih dapat membina hubungan saling
6. Memantau pelaksanaan yang percaya dengan perawat
telah dipilih dan dilatih, jika
berhasil beri pujian.
7. Menganjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok. Beri
orientasi realita, stimulus,
persepsi.

67
2. Menarik diri TUK 1 TUK 1
← Membina hubungan saling S :
percaya dengan :  Px mengatakan namanya
a. Memberi salam setiap  Px mengaku sering melihat
berinteraksi sesosok perempuan berambut
b. Memperkenalkan nama, panjang yang terus
nama panggilan perawat mengajaknya pergi
dan tujuan perawat  Px mengatakan apa yang
berkenalan dilihatnya tidak dilihat oleh
c. Menanyakan dan panggil orang lain
nama kesukaan pasien O:
d. Menunjukkan sikap jujur 22. Menjawab salam.
dan menepati janji setiap 23. Menyebutkan nama
kali berinteraksi 24. Mau mengungkapkan
e. Menanyakan perasaan perasaan
klien dan masalah yang 25. Menunjukkan rasa senang
dihadapi pasien 26. Mau berjabat tangan
f. Membuat kontak interaksi 27. Mau duduk berdampingan
yang jelas dengan perawat
g. Mendengarkan dengan 28. Wajah merunduk
penuh perhatian ekspresi 29. Px susah berkosentrasi pada
perasaan klien proses wawancara
A:
TUK 2 Px mampu membina hubungan
2.1 Menanyakan Pada pasien saling percaya dengan perawat,
tentang : dibuktikan dengan :
a. Orang yang tinggal 30. Menunjukkan rasa senang
serumah atau sekamar 31. Mau berjabat tangan
pasien 32. Mau menyebutkan nama
b. Orang yang paling dekat 33. Px mau menjawab salam
dengan pasien dirumah 34. Px mau duduk berdampingan
atau ruang perawatan dengan perawat
c. Apa yang membuat pasien 35. Px mau
dekat dengan orang mengutarakan perasaanya.
tersebut
d. Orang yang tidak dekat P:
dengan pasien dirumah Lanjutkan TUK 2 :
atau diruang perawatan  Membuat kontrak wawancara
e. Apa yang membuat pasien dengan px
tidak dekat dengan orang Px mampu mengidentifikasi
tersebut kemampuan yang dimiliki.
f. Upaya yang sudah TUK 2
dilakukan agar dekat S:
dengan orang lain  Pasien mengatakan
g. Diskusikan dengan pasien sebelum bercerai tinggal
penyebab menarik diri atau dengan suami
tidak mau bergaul dengan  Pasien mengatakan paling
orang lain dekat dengan suami namun
h. Beri pujian terhadap sekarang dekat dengan
kemampuan pasien keluarga karena sudah
mengungkapkan perasaan bercerai
 Pasien mengatakan
TUK 3

68
3.1 Menanyakan pada pasien keluarganya selalu
tentang : memberikan suport untuk
a. Manfaat hubungan sosial semua masalah yang
b. Kerugian menarik diri dihadapinya
c. Berdiskusi bersama pasien  Pasien mengatakan semua
tentang manfaat anggota keluarganya dekat,
berhubungan sosial dan tidak ada yang menjauh
kerugian menarik diri darinya
d. Memberi pujian terhadap  Pasien mengatakan
kemampuan pasien sekarang mulai belajar
mengungkapkan berkomunikasi dengan baik
perasaannya. terlebih dahulu dengan
keluarga dan sedikit belajar
TUK 4 komunikasi dengan orang
4.1 Mengobservasi prilaku pasien lain
saat berhubungan sosial  Pasien mengatakan dirinya
4.2 Memberi motivasi dan bantu belum bisa mengontrol
pasien untuk berkenalan atau halusinasinya
berkomunikasi dengan : O:
a. Perawat  Pasien mampu menjawab
b. Pasien lain pertanyaan yang diajukan.
c. Kelompok A:
4.3 Melibatkan pasien dalam terapi  Pasien kooperatif, ditandai
aktivitas kelompok sosial dengan: Pasien mampu
4.4 Berdiskusi jadwal harian yang menjawab pertanyaan yang
dapat dilakukan untuk diajukan.
meningkatkan kemampuan P:
pasien bersosialisasi  Lanjutkan TUK 3
4.5 Memberi motivasi pasien untuk Menanyakan pertanyaan tantang
melakukan kegiatan sesuai hubungan sosial : mengidentifikasi
dengan jadwal yang telah pengetahuan pasien tentang
dibuat hubungan sosial
4.6 Memberi pujian terhadap TUK 3
kemampuan pasien S:
memperluas pergaulannya
 Pasien mengatakan bahwa
melalui aktivitas yang
manfaat hubungan sosial itu
dilaksanakan
agar bisa bekerja sama
dengan orang lain,
TUK 5
menghargai orang lain, dan
5.1 Berdiskusi dengan pasien
mempunyai banyak teman
tentang perasaannya setelah
 Pasien mengatakan
berhubungan sosial dengan :
kerugian menarik diri itu
a. Orang lain
tidak dapat berinteraksi
b. Kelompok
dengan orang lain.
5.2 Memberi pujian terhadap
O:
kemampuan pasien
mengungkapkan perasaaanya  Pasien tampak tenang dan
dapat menjawab pertanyaan
TUK 6 yang diajukan
6.1 Berdiskusi pentingnya peran  Pasien nampak paham apa
serta keluarga sebagai itu manfaat hub. sosial dan
pendukung untuk mengatasi kerugian menarik diri.
perilaku menarik diri.  Pasien nampak senang

69
6.2 Berdiskusi potensi keluarga ketika diberikan pujian atas
untuk mengatasi perilaku jawabannya.
menarik diri A:
6.3 Menjelaskan pada keluarga  Perawat dapat mengetahui
tentang : kemampuan klien tentang
a. Pengertian menarik diri hubungan sosial
b. Tanda dan gejala menarik P:
diri  Lanjutkan TUK 4
c. Penyebab dan akibat TUK 4
menarik diri S:
d. Cara merawat pasien  Pasien mengatakan sudah
menarik diri dapat berinteraki dengan
e. Latih keluarga cara pasien yang lain
merawat pasien menarik  Pasien mengatakan bahwa
diri setiap motivasi yg diberikan
f. Tanyakan perasaan perawat sangat
keluarga setelah mencoba membantunya
cara yang dilatihkan  Pasien mengatakan bahwa
g. Beri motivasi keluarga terapi kelompok sangat
agar membantu pasien membantunya
untuk bersosialisasi  Pasien merasa senang
h. Beri pujian kepada keluarga setiap kali dipuji atas apa yg
atas keterlibatannya terjadi dalam perubahan
merawat pasien dirumah perilakunya menjadi lebih
sakit. baik
O:
TUK 7
 Pasien terlihat senang ketika
7.1 Berdiskusi dengan pasien
dipuji
tentang manfaat dan kerugian
A:
tidak minum obat, nama,
 TUK 4 teratasi
warna, dosis, cara, efek terapi
P:
dan efek samping
Lanjutkan TUK 5
penggunaan obat
Mengungkapkan perasaannya
7.2 Memantau pasien saat
tentang hubungan sosial
penggunaan obat
TUK 5
7.3 Memberi pujian jika pasien
S:
menggunakan obat dengan
benar  Pasien mengatakan bahwa
7.4 Mendiskusikan akibat berhenti setelah berhubungan sosial
minum obat tanpa konsultasi merasakan lebih banyak
dokter teman
7.5 Menganjurkan pasien untuk O:
konsultasi kepada dokter atau  Pasien nampak senang
perawat jika terjadi hal-hal ketika diberikan pujian atas
yang tidak diinginkan kemampuannya menjawab
pertanyaan
A:
 TUK 5 teratasi, klien dapat
berinteraksi
P:
 Lanjutkan TUK 6
TUK 6
S:

70
 Menurut keluarga, sebelum sakit
klien pernah menikah 3 kali
namun selalu berakhir
perceraian
 Keluarga mengatakan bahwa px
sering mendapat perlakuan
kasar dari suami terdahulunya.
 Keluarga dapat menyebutkan
gejala menarik yang dialami Px

O:
 Keluarga Px dapat
menyebutkan penyebab
menarik diri
 Keluarga bersedia
melaksanakan bantuan yang
diberikan oleh perawat
A:
Keluarga dapat membina
hubungan saling percaya
dengan perawat, ditandai
dengan :
 Menurut keluarga, sebelum sakit
klien pernah menikah 3 kali
namun selalu berakhir
perceraian
 Keluarga mengatakan bahwa px
sering mendapat perlakuan
kasar dari suami terdahulunya.
 Keluarga dapat menyebutkan
gejala menarik diriyang dialami
Px

P:
Pertahankan intervensi dan tetap
pada TUK 6: Keluarga dapat
membina hubungan saling percaya
dengan perawat

TUK 7
S:
B Px menengarkan
penjelasan perawat
C Px mengatakan merasa
senang setelah minum obat
D Px mengatakan selalu
minum obat setiap habis
makan pagi,siangdan sore
O:
 Px minum obat dengan
benar dan teratur
A:

71
Klien dapat menyebutkan
manfaat, efek samping dan
dosis obat, ditandai dengan :
 Px menengarkan penjelasan
perawat
 Px mengatakan merasa
senang setelah minum obat
 Px mengatakan selalu
minum obat setiap habis
makan pagi,siangdan sore
P:
Pertahankan intervensi dan tetap
pada TUK 7: Klien dapat
menyebutkan manfaat, efek
samping dan dosis obat
3. Defisit perawatan diri mandi A Menyediakan artikel pribadi S :
berhubungan dengan yang diinginkan (misalnya -
gangguan kognitif sabun mandi) O:
B Menentukan jumlah dan jenis  Setelah dilakukan
bantuan yang dibutuhkan perawatan,hasil pemeriksaan
C Menyediakan lingkungan fisik klien tampak bersih dan
yang terapeutik dengan segar.
memastikan hangat, santai A :
pengalaman pribadi dan Px mampu merawat dirinya
personal. dengan baik, dibuktikan
D Memberikan bantuan sampai dengan :
pasien sepenuhnya dapat  Hasil pemeriksaan fisik klien
mengasumsikan perawatan tampak bersih dan segar.
diri P:
 Intervensi dipertahankan

72
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Struktur dan Fungsi Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan
jaringan penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf pusat (SSP) dan
sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi
merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat.
Sistem persarafan berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai
mekanisme sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh tubuh
baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan
dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam
mengadaptasi perubahan berlangsung melalui kegiatan saraf yang dikenal sebagai kegiatan
refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang
atau sakit.

Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas.Salah satu
manifestasi yang muncul adalah halusinasi yang membuat pasien tidak dapat menjalankan
pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra seorang
pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional,
psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).

Jenis-jenis halusinasi yaitu : Halusinasi Pendengaran, Halusinasi Penghidung, Halusinasi


Penglihatan, Halusinasi Pengecapan, Halusinasi Perabaan, Halusinasi Kinestetik, Halusinasi
Veseral, Halusinasi Hipnagogik, Halusinasi hipnopompik, Halusinasi hiterik.

Halusinasi terdiri dari beberapa fase yaitu : Fase Pertama / comforting / menyenangkan, Fase
Kedua / comdemming, Fase Ketiga / controlling, Fase Keempat / conquering/ panik.

4.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun, dan dapat
mengaplikasikannya di dalam melakukan tindakan keperawatan, khususnya pada pasien
Halusinasi. Serta mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai. Dan di harapkan kepada
para pembaca, jika menjumpai seseorang yang mengalami gangguan persepsi Halusinasi agar
memberikan perhatian dan perawatan yang tepat kepada penderita sehingga keberadaannya
dapat diterima oleh masyarakat seperti sediakala.

73
DAFTAR PUSTAKA

Yosep, iyus S.kp., M.si. 2007.keperawatan jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Nurarif, amin huda. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan
nanda nic-noc.Jogjakarta:medication Jogja.

Diposting oleh KEPERAWATAN JIWA EKSDU28. Kamis, 7 november 2013 06.06. makalah-
keperawatan-jiwa-halusinasi.

Setiono, wiwing. Selasa, 10 desember 2013 17:18.laporan-pendahuluan-gangguan-persepsi.

74

Anda mungkin juga menyukai