Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas dari
mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan judul Asuhan Keperawatan jiwa dengan gangguan
sensori persepsi.
Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
pembaca dan memberikan informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini terutama dosen Pengajar, dan teman-teman yang telah mendukung.Akhir kata
saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf atas kekurangan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin
Bengkulu,
September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Keperawatan jiwa merupakan derajat kesehatan jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi
praktek keperawatan yang merupakan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara tereupetik sebagai kiatnya.
Perawatan jiwa bekerja dalam memberikan stimulus konstruktif kepada klien, baik
individu, keluarga, kelompok, komunitas dan membantu merespon secara konstruktif,
sehingga klien dapat belajar penyelesaian masalah. Selain menggunakan diri sendiri secara
teraupatik perawat juga menggunakan terapi medalitas dan keperawatan jiwa yang sangat
diperlukan dalam menanggani peningkatan masalah kesehatan jiwa tidak saja bersifat global
tetapi terutama yang terjadi di Indonesia.
Dalam pencapaian kesejahteraan yang optimal bagi masyarakat indonesia perlu
diselenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan agar
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, khususnya dalam
mewujudkan indonesia sehat dengan ruang linkup lebih kecil lagi Bengkulu Sehat, dalam
hal ini sehat secara menyeluruh baik itu mental maupun jasmani.
Manusia merupakan mahluk yang komphrehensif yaitu meliputi aspek biologis, sosial
dan spiritual yang merupakan satu kesatuan dan membentuk manusia secara utuh, sehingga
bila salah satu aspek terganggu, maka mempengaruhi aspek yang lain .Kesehatan jiwa sebagai
pasien dari upaya kesehatan bertujuan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan
perkembangan jiwa yang sehat secara optimal baik intelektual maupun emosional melalui
peningkatan kesehatan, agar seseorang dapat kembali hidup secara harmonis baik dalam
lingkungan kerja, keluarga dan masyarakat .
Dari data ikatan dokter ahli jiwa Indonesia jumlah penderita gangguan jiwa di
Indonesia pada tahun 2001 mencapai 264 per 1000 penduduk Indonesia. Berdasarkan data
statistik medical record rumah sakit jiwa Bengkulu tahun 2003 di dapat data tentang penyakit
terbanyak yang pernah di rawat adalah dengan masalah halusinasi. Hal ini terbukti dari data
instalasi rawat inap sebanyak 466 orang, 68,0% adalah halusinasi.
Halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang tidak disertai dengan stimulus
eksternal yang nyata. Stimulus dari halusinasi khusus nya halusinasi pendengaran dan
penglihatan dapat berdampak kepada depresi berat bahkan dapat merusak diri, bunuh diri,
atau mencederai orang lain, lingkungan, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, gangguan
komunikasi verbal. Hal ini terjadi karena klien akan menuruti suara yang dilihat atau yang
didengarnya.
Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya kemampuan
menilai realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa terganggu dalam interaksi
sosialnya sehingga menyebabkan gangguan berhubungan sosial, komunikasi
susah, dan
kadang-kadang membahayakan diri klien, orang lain maupun lingkungan, menunjukan bahwa
klien memerlukan pendekatan asuhan keperawatan secara intensif dan komprenhensif.
Untuk mengoptimalkan penyembuhan klien dan mencegah komplikasi diatas maka
keperawatan klien dengan halusinasi pendengaran dan penglihatan perlu ditangani secara
cermat, hal ini tidak terlepas dari peran perawat sebagai salah satu tim kesehatan untuk
membantu klien memecahkan masalah nya dengan memberikan pelayanan keperawataan
yang mencakup upaya promotif, preventif dan rehabilitasi pada tiap tatanan pelayanan baik
secara terintregasi maupun secara kompenhensif.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat judul makalah
kelompok praktek klinik keperawatan jiwa untuk diseminarkan Asuhan keperawatan jiwa
pada klien dengan gangguan persepsi sensori (halusinasi)
1.2
Tujuan
a. Tujuan Umum
prioritaskan
Dapat menilai dari tindakan yang diterapkan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1
Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan
internal (fikiran) dan rangsangan eksternal(dunia luar).Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diperkasai secara internal dan eksternal)
di sertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan,distorsi atau kelainan berespon terhadap
setiap stimulus. (Toussand, 1998).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara,penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghiduan.
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan suatu yang sebenarnya tidak terjadi.Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar,suatu penghayatan yang dialami sutu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren/persepsi palsu ( Marawis,2005)
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra
(issacs,2002).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,klien
menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau rangsangan dari luar.
Halusinasi adalah persepsi panca indera dimana individu menginterprestasikansesuatu
yang tidak ada stimulus dari lingkungan. (DepKes RI, 2000).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai halusinasi diatas
maka dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indra terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
2.1.2 KLASIFIKASI HALUSINASI
a) Halusinasi pendengaran (akustik, auditorik),
Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada
hubungannya dengan stimulus yang nyata / lingkungan, dengan kata lain orang yang
berada disekitar klien tidak mendengar suara atau bunyi yang didengar klien.
Prilaku yang muncul:
- Mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak berbicara atau
b)
b. Psikologis
Keluarga,pengasuh,lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis
klien, sikap atau keadaan yang mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (Perang, kerusuhan, bencana alam)
dan kehidupan yang terjadi disertai stres.
b. Faktor presipitasi
a. Biologis
Stresor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik yang maladiptif
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
b. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap strees yang terinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c.
Pemicu gejala
psikotik
mengancam,
berat.Karakteristiknya
memerintah,
dan
yaitu
memarahi
halusinasinya
klien.Klien
berubah
menjadi
menjadi
takut,tidak
Pikiran logis
Persepsi adekuat
Emosi konsisten
dengan pengalaman
Prilaku cocok
Hubungan sosial
harmonis
maladaptif
Kadang-kadang
proses pikir
terganggu
Ilusi
Emosi berlebihan
Prilaku yang tidak
biasa
Menarik diri
Waham
Halusinasi
Kerusakan proses
emosi
Prilaku tidak
terorganisasi
Isolasi sosial
2.1.6 PENATALAKSANAAN
Srategi atau cara merawat klien dengan halusinasi.
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengkaji gejala halusinasi
c. Fokuskan pada gejala dan minta individu untuk menguraikan apa yang sedang
terjadi.
d. Identifikasi kemungkinan pernah terjadi menggunakan obat / alkohol.
e. Jika ditanya katakan secara singkat bahwa tidak sedang mengalami stimulasi
f.
yang sama.
Bantu individu untuk menguraiakan dan membandingkan halusinasi yang
2.1.7 PSIKOFARMASI
a. Clhorpromaznia ( Cp2 )
b. Halloperidol ( Hdl )
c.
Trihexiperidol ( Thp )
dalam
keluarga
yang
maladaptive/kurang
mendukung
yang
5. Perilaku
a. Fungsi persepsi
1.
Pohon Masalah
Defisit
perawatan diri
Core problem
Kurang
motivasi
menarik diri
tinggi
melakukan
kekerasan
berhubungan
dengan
halusinasi
pendengaran/penglihatan
b. Perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran/penglihatan B/D menarik diri
c. Kerusakan interaksi social menarik diri B/D harga diri rendah
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah B/D koping individu kurang inefektif
e. Defisit perawatan diri B/D kurang motivasi
f. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif B/D koping kurangnya infasif
g. Kerusakan komunikasi verbal B/D perubahan proses pikir
Adapun tahapan dalam perencanaan pada klien dengan perubahan persepsi sensori
halusinasi pendengaran / penlihatan sebagai berikut :
1. Resiko tinggi melakukan kekerasan B/D halusinasi pendengaran /penglihatan
a. Peranan umum : klien tidak melakukan kekerasan, mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat berhubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenal halusinasinya
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
4) Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halisinasinya
5) Klien dapat dukungan keluarga unutk mengendalikan haluisinasinya.
c. Rencana Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi
terapeutik
2) Beri kesempatan dan motivasi pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Rasional : mengungkapkan perasaan secara verbal dapat membantu
klien dalam mencurahkan perasaan yang telah lama terpendam.
3) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
Rasional : dengan mengadakan kontak sering dan singkat secara
bertahap mencegah halusinasi.
4) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya
Rasional : dapat mengetahui waktu dan saat timbulnya halusinasi klien.
5) Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata
bagi perawat.
Rasional : memfasilitasi untuk membuka perasaan klien dan
meningkatkan realita / kepercayaan klien pada perawat.
6) Identifikasi bersam tentang waktu munculnya halusinasi dan
frekuensinya.
Rasional : peran serta klien sangat menentukan keefektifan
penyembuhan klien.
Dorong
klien
halusinasinya.
unutk
memberitahu
keluarga
ketika
timbul
Dorong
keluarga
memannfaatkan
fasilitas
kesehatan
dalam
BAB III
TNJAUAN KASUS
Ruang rawat
: Kamboja
No. RM
: 0017689
Tanggal masuk
: 20 Maret 2013
: Tn. A
Umur
: 31 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Tani
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Alamat
: jln.Hibrida Raya
: Tn. H
Umur
: 64 Tahun
Hubungan keluarga
: Ayah kandung
Pekerjaan
: Tani
Alamat
: jln.Hibrida Raya
Alasan Masuk
Pasien datang ke IGD RSJ Bengkulu, diantar oleh keluarga pada tanggal 20
maret 2013.Keluarga pasien mengatakan, sejak kurang lebih satu bulan sebelum
dibawa ke RSJ, klien sering menangis dan merasa ketakutan, tidur kurang, cemas,
sering tertawa dan tersenyum sendiri,sering menggerakkan bibir tanpa suara dan
mengatakan sering didatangi dan melihat bayangan seorang wanita dengan wajah
yang menyeramkan serta melempar barang-barang yang ada disekitarnya.
Faktor Predisposisi
Menurut kuluarga klien, klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya, dalam keluarga pasien, kakek pasien dari pihak ibu pernah mengalami
gangguan jiwa dan tidak pernah di rawat di RSJ. Sekarang sudah meninggal. Klien
mengatakan pengalaman masa lalu semua biasa-biasa saja dan dukungan keluarga
cukup dilihat dari selama di rawat, keluarga sering mengunjungi.
4. Fisik
a. Tanda-tanda Vital
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 22x/m
ND
: 78 x/m
: 37C
b. Keadaan Fisik
Selama dilakukan pengkajian tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang
berarti.
5. Psikososial
a. Genogram
x
Ketarangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
x
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
b. Konsep Diri
1. Citra Tubuh
Klien mengatakan semua anggota tubuh Ia senangi.
2. Identitas Diri
Klien adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Klien juga mengakui kalau
dirinya laki-laki.
3. Peran Diri
Klien berperan sebagai anak yang bertugas membantu orang tua.
4. Ideal Diri
Harapan klien adalah agar dapat kembali ke keluarganya dan bekerja lagi
sebagi petani.
5. Harga Diri
Klien pernah mengalami harga diri rendah selama dirawat dan klien juga
merasa malu pada keadaannya serta mengalami ketakutan yang luar biasa.
c. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti
Orang yang berarti bagi klien adalah orang tua dan adiknya tapi bila ada
masalah klien akan bercerita dan meminta bantuan kepada orang tuanya dan
temannya. Menurut klien temannya juga berarti untuknya.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok nmasyarakat, klien pernah mengalami
isolasi social : menarik diri selama di rawat di RSJ, tapi pada saat dikaji
isolasi sosial menarik diri sudah tidak ditemukan lagi dan klien juga mengaku
pernah menjadi anggota karang taruna didesanya dan klien merasa puas
Spiritual
Klien beragama islam semenjak masuk RSJ tidak pernah sholat. Saat ditanya
6. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien rapi dan bersih klien mandi 2 x sehari dan selalu
menggatikan pakaian dengan bersih.
b. Pembicaraan
Klien berbicara cepat tetapi terkadang hanya menggerakan bibir tanpa suara.
Kadang-kadang jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaan. Klien menjawab
pertanyaan dengan berbelit-belit tapi sampai pada tujuan. Masalah keperawatan :
gangguan komunikasi verbal.
c. Aktivitas Motorik
Klien sering duduk menyendiri, kadang tidur, pasien dan terlihat gelisah.
d. Alam perasaan
Klien tampak rasa cemas, sedih dan ketakutan.
e. Afek
Afek klien sesuai dilihat dari ekspresi wajah. Ketika bercerita gembira ia tertawa
dan saat di ceritakan yang sedih ia murung.
f. Interaksi selama wawancara
h. Proses fikir
Pada saat wawancara di temukan sirkumtansial dimana pembicaraan klien
berbelit-belit tetapi sampai tujuan pembicaraan. Kadang-kadang jawaban tidak
sesuai dengan pertanyaan.Masalah keperawatan : gangguan proses fakir.
i. Isi fikir
Pada saat wawncara tidak ditemukan adanya waham.
j. Memory
Klien dapat menyebutkan nama-nama orang yang berarti bagi dirinya seperti
orang tuanya dan adiknya. Alamatnya dimana dan saat ini dia dirawat dimana.
k. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien conposmetis.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mudah beralih jika sedang berkomunikasi dan mudah dikonsenterasikan
kembali bila di fokuskan. Klien dapat berhitung sederhana.
m. Kemampuan penilaian
klien dapat membedakan warna dan membedakan antara laki-laki dan
perempuan.
9. Masalah Psikososial
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien sering menyendiri, tapi masih mau berinteraksi dengan temannya walau
tanpa di suruh.
b. Masalah dengan lingkungan
Klien merasa malu untuk bergabung dengan orang lain.
c. Masalah dengan pekerjaan
Klien sebelum masuk RSJ bekerja sebagai petani.
d. Masalah dengan ekonomi
Ekonomi klien cukup.
Pohon Masalah
Defisit
perawatan diri
Perubahan proses pikir
Kurang
motivasi
menarik diri
Analisa Data
N
Data
Masalah Keperawatan
o
1
DS:
Klien
mengatakan
didatangi/melihat
seorang
wanita
bayangan
yang
cemas
dan
sering
Klien
sering
menangis
dan
DS :
-
mengatakan
sering penglihatan.
wanita
yang
menakutkan.
DO :
-
Diagnosa Keperawatan :
1. Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan B/D
halusinasi penglihatan
2. Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan B/D menarik diri
Kriteria evaluasi
intervensi
Pasien mampu :
Setelah ....x
Sp 1
Mengenali halusinsi
yang dialaminya
Mengontrol
menyebutkan:
Isi, waktu,
halusinasinya
Mengikuti program
prekuensi,situasi
frekuensi, situasi
pengobatan
pencetus, perasaan.
Mampu
pencetus, perasaan
memperagakan cara
dalam mengontrol
halusinasi.
Bantu pasien
mengenal halusinasi (
saat terjadi
halusinasi)
Tahap tindakannya meliputi:
- Jelaskan cara
menghardik
-
halusinasi
Peragakan cara
menghardik
Minta pasien
memperagakan ulang
Pantau penerapan
cara ini, beri
penguatan perilaku
pasien
Masukan dalam
kegiatan pasien
Setelah......x
Pertemuan, pasien mampu:
-
Evaluasi kegiatan
yang lalu ( sp 1 )
Latih berbicara /
Menyebutkan
kegiatan yang sudah
Sp 2
bercakap dengan
dilakukan
Memperagakan cara
bercakap-cakp
dengan orang lain
halusinasi muncul
Masukan jadwal
kegiatan pasien
Setelah......x
Pertemuan pasien mampu:
Sp 3
-
Evaluasi kegiatan
Menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
muncul
Tahapan:
- Jelaskan pentingnya
dan mampu
memperagakannya
untuk mengatasi
-
halusinasi
Diskusikan aktivitas
yang bsa dilakukan
oleh pasien.
Latih pasien
melakukan aktivitas
Susun jadwal
aktivitas sehari-hari
sesuai dengan
aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun
pagi sampai tidur
malam)
Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, berikan penguatan
Setelah......x
Pertemuan, pasien mampu:
-
Evaluasi kegiatan
pengobatan
Jelaskan pentingnya
Menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
Menyebutkan
gangguan jiwa
Jelaskan akibat bila
tidak digunakan
sesuai program
Jelaskan akibat bila
putus obat
Jelaskan cara
mendapatkan obat /
-
berobat
Jelaskan pengobatan
(5b)
Latihan pasien
minum obat
Masukan dalam
jadwal pasien
Keluarga mampu:
Setelah........x
menjelaskan tentang
halusinasi
Sp 1
-
Indentifikasi masalah
keluarga dalam
merawat pasien
Jelaskan tentang
halusinasi
- pengertian
halusinasi
- jenis halusinasi
yang dialami pasien
- tanda dan gejala
halusinasi
- cara merawat
pasien halusinasi
(cara
berkomunikasi
pemberian obat,
dan pemberian
aktivitas kepada
pasien
- sumber-sumber
pelayanan
kesehatan yang bisa
ditinjau
- bermain peran cara
merawat
- rencana tindak
lanjut keluarga,
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien
Setelah......x
Pertemuan keluarga mampu:
-
Evaluasi kemampuan
keluarga (sp1)
Latih keluarga
merawat pasien
RTL keluarga / jadwal
Menyelesaikan
kegiatan yang sudah
Sp 1
dilakukan
Mempergakan cara
keluarga untuk
merawat pasien
merawat pasien
Setelah......x
Pertemuan keluarga mampu:
- Menyebutkan
kegiatan yang sudah
-
dilakukan
Memperagakan cara
Sp 3
-
Evaluasi kemampuan
keluarga (sp 2)
Latihan keluarga
merawat pasien
RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk
mampu membuat
RTL
Setelah.......x
Pertemuan keluarga mampu:
- Menyebutkan
kegiatan yang sudah
-
dilakukan
Melaksanakan follow
up rujukan
merawat pasien
Sp 4
-
Evaluasi kemampuan
keluarga
Evaluasi kemampuan
pasien
RTL keluarga:
- follow up
- Rujukan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama
: Tn. A
Ruangan
: Melati
No. CM
: 0017689
Tgl
No
Dx
1
Implementasi
-
Evaluasi
S : Menjawab salam dan
memperkenalkan nama
Memperkenalkan diri.
O : Berbicara berbelit-belit
Berjabatan tangan.
A : Hubungan saling
Berhadapan, mengingatkan
percaya di tingkatkan,
kontrak.
hubungan saling
percaya.
menyebutkan kembali
Mendiskusikan bersama
cara mengontrol
halusinasi.
Untuk mengontrol
halusinasi halusinasi itu ada
4 cara yaitu pertama harus
berani melawan halusinasi
dengan mengatakan
tindakan mau mendengar
suara itu, kedua dengan
banyak beraktivitas, ketiga
meminta tolong perawat
P : Intervensi di lanjutkan.
Paraf
Mengakhiri kontrak.
Mempertahankan hubungan
saling percaya
Mengobservasi
mengontrol halusinasi
Memberikan kesempatan
A : Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya.
bicara berbeli-belit
Mengungkapkan
P : Intervensi dilanjutkan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam melakukan pengkajian data yang penulis peroleh dari klien melalui wawancara
dan observasi langsung terhadap klien, dan observasi langsung penulis juga dapat
mendapatkan data dari perawatan lapangan status klien dan keluarga yang berlangsung.
Dalam penyusunan perencanaan keperawatan disesuaikan dengan konsep dasar teori.
Diagnosa keperawatan yang penulis temukan serta tujuan dan kriteria hasil, perencanaan
disusun berdasarkan perioritas masalah dan kemampuan atau kebutuhan klien.
B.
Saran
Saran penulis bagi keluarga agar dapat memberikan dukungan mental dan spiritual
pada klien dalam proses penyembuhan dan mampu merawat klien setelah klien kembali
kerumah agar tidak kambuh lagi. Hal ini dikarenakan keluarga sangat besar pengaruhnya
dalam memotivasi klien untuk cepat sembuh dan meningkatkan harga diri klien serta
kepercayaan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta.
Maramis. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Air Langga University Press. Surabaya.
Stuart and Sunderen. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta.
Towesend. Mary. C.1998. Buku Saku Diagnosa Pada Keperawatan Psikiatri.
EGC.Jakarta.