OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia yang diberikan pada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Dalam penyusunan makalah ini kami
tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada Suster Imelda Derang, S.Kep., Ns., M.Kep
selaku dosen pembimbing kami yang telah memberikan kesempatan, saran serta
masukan untuk kami dalam mengikuti dan menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
baik dari teknik penulisan maupun materi. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun agar kami dapat memperbaikinya.
Kelompok 5
BAB 1
PENDAHULUAN
Terkait dengan tingginya prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup
tinggi maka sangat dibutuhkan pemberian standar asuhan keperawatan yang tepat
dan benar serta maksimal kepada masing-masing pasien gangguan persepsi:
halusinasi untuk menghadapi masalahnya dan meminimalkan resiko yang terjadi.
Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien perlu dikaji lebih
lanjut tentang gangguan persepsi sensori: halusinasi pada pasien. Seperti, perawat
perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami
oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu
terjadi halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.
Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
terjadinya halusinasi (Yosep, 2009). Hal ini menunjukan bahwa pengaruh
pelaksanaan standar Asuhan Keperawatan halusinasi akan mempengaruhi
kemampuan kognitif dan psikomotorik pasien dalam mengontrol halusinasinya.
1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa/i Ners tahap akademik tingkat III STIKes Santa Elisabeth
Medan mampu melakukan dan memahami pengkajian keperawatan jiwa
2. Agar mahasiswa/i Ners tahap akademik tingkat III STIKes Santa Elisabeth
Medan mampu merumuskan dan memahami diagnosa keperawatan jiwa
3. Agar mahasiswa/i Ners tahap akademik tingkat III STIKes Santa Elisabeth
Medan mampu menyusun intervensi keperawatan jiwa
4. Agar mahasiswa/i Ners tahap akademik tingkat III STIKes Santa Elisabeth
Medan mampu melakukan implementasi keperawatan jiwa
5. Agar mahasiswa/i Ners tahap akademik tingkat III STIKes Santa Elisabeth
Medan mampu melakukan evaluasi keperawatan jiwa
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya , rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sejak
kecil , mudah frustasi , hilang percaya diri , dan lebih rentan terhadap
strees .
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan , kesepian , dan tidak percaya pada lingkungannya .
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa . Adanya strees
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia . Akibat strees
yang berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmiter otak .
4. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepa demi
masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyata menuju alam hayal .
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitiaan menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil study menunjukkan
bahawa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini .
b. Faktor presipitasi
Adaptif Maladaptif
2.1.9 Penatalaksanaan
a) Farmakoterapi
1) Terapi aktifitas
Terapi music
Focus: mendengar, memainkan alat music, bernyanyi yaitu menikmati
dengan relaksaksi music yang disukai pasien.
Terapi Seni
Focus: untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.
Terapi Menari
Focus pada ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
Terapi Relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok rasional untuk koping atau
perilaku mall adaptif/deskritif, meningkatkan partisipasi dan kesenangan
pasien dalam kehidupan.
2) Terapi Social
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
3) Terapi Kelompok
Terapi group (kelompok teraupetik)
Terapi aktifitas kelompok
TAK stimulasi presepsi : halusinasi
Sesi 1: mengenal halusinasi
Sesi 2: mengontrol halusinasi dengan menghardik
Sesi 3: mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
Sesi 4: mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
Sesi 5: mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
Terapi Lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti didalam keluarga.
(Prabowo, 2014)
2.2.1 Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Faktor perkembangan
Faktor sosiokultural
Faktor biokimia
Faktor psikologis
Faktor genetik dan pola asuh
2. faktor Presipitasi
Biologis
Stress lingkungan
Sumber koping
3.Mekanisme Koping
a. Retensi
b. Proyeksi
c. Menarik diri
4. Perilaku halusinasi :
1. Jenis dan isi halusinasi . Data objektif dapat anda kaji dengan cara
mengobservasi perilaku pasien , sedangkan data subjektif dapat anda kaji
dengan melakukan wawancara dengan pasien . Melalui data ini perawat
dapat mengetahui isi halusinasi pasien .
2. Waktu , frekuensi , dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi .
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi ? Apakah
pagi , siang , atau malam ? Jika mungkin pukul berapa ? Frekuensi terjadi
apakah terus – menerus atau hanya sekali – kali ? Situasi terjadinya apakah
ketika sendiri , setelah terjadi kejadian tertentu ? Hal ini dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi , sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya . Dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasinya dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi .
3. Respon terhadap halusinasi . Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien
ketika halusinasi itu muncul . Perawat dapat menanyakan pada pasien hal
yang akan dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul . Perawat dapat
juga menanyakan pada keluarga atau orang terdekat pasien . Selain itu
dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul .
TINJAUAN KASUS
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor penyebab dari halusinasi ada dua yaitu faktor predisposisi dan
presipitasi. Faktor predisposisi yaitu faktor perkembangan, sosiokultural,
biokimia, psikologis, genetika dan pola asuh. Sedangkan pada faktor presipitasi
yaitu biologis, stres lingkungan dan sumber koping.
Tanda dan gejala yang paling umum pada penderita halusinasi yaitu
bicara, senyum, dan tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, dan respon verbal yang lambat, menarik diri dari orang lain, dan
berusaha untuk menghindari diri dari orang lain, tidak dapat membedakan antara
keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata.
Terdapat 4 tahapan atau fase pada penderita halusinasi. Fase pertama disebut
fase comforting, fase kedua disebut condemming, fase ketiga disebut fase
controlling dan fase keempat disebut fase conquering.
Keliat, B.A dkk. (2007). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, B.A dan Wiyono. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC